TINJAUAN PUSTAKA
Atmosfer berasal dari bahasa Yunani yaitu atmos (uap) dan sphaira (bola/bumi). Jadi
atmosfer menurut bahasanya dapat diartikan selubung berwujud gas yang mengelilingi
bumi. Atmosfer terdiri atas sejumlah lapisan. Penamaanya didasarkan pada perbedaan
karakteristik masing-masing lapisan. Atmosfer memiliki banyak manfaat yaitu
diantaranya;
1. Oksigen dan nitrogennya yang sangat penting untuk kelangsungan kehidupan
di bumi.
2. Melindungi manusia dan makhluk hidup lainnya dari bahaya sinar ultraviolet
dan sinar gamma yang dipancarkan matahari dan bintang.
3. Menjaga kesinambungan siklus air di permukaan bumi
4. Untuk proses pelapukan bebatuan.
5. Memberikan kontribusi terhadap perubahan bentuk permukaan bumi, dan
6. Memungkinkan untuk terjadinya komunikasi radio jarak jauh.
(Konrad, Beiser , 1960).
Dengan memakai suhu sebagai dasar pembagian atmosfer, maka atmosfer terdiri dari
lapisan troposfer, stratosfer, mesosfer dan thermosfer. Gambar 2.1 menunjukkan
pembagian wilayah lapisan atmosfer bumi.
1. Lapisan Troposfer
Gejala cuaca (awan, petir, topan, badai dan hujan) terjadi di lapisan
troposfer. Pada lapisan ini terdapat penurunan suhu yang terjadi karena pada
lapisan troposfer penyerapan radiasi gelombang pendek dari matahari sangat
sedikit. Pertukaran panas banyak terjadi pada troposfer bawah. Permukaan
tanah akan mendistribusikan panas yang diterimanya ke lapisan atmosfer di
atasnya melalui konduksi, konveksi, kondensasi dan sublimasi, sehingga suhu
2. Lapisan Stratosfer
3. Lapisan Mesosfer
Pada lapisan ini terjadi ionisasi partikel udara akibat penyerapan radiasi
sinar gamma dan sinar ultra violet, sehingga memungkinkan terjadinya
pemantulan/ perambatan gelombang radio yang sangat bermanfaat dalam
komunikasi jarak jauh.
5. Lapisan Eksosfer.
Komposisi udara bersih sangat bervariasi untuk setiap daerah di permukaan bumi
Rata-rata persentase (per volume) gas dalam udara bersih dan kering yaitu nitrogen
sebanyak 78%, oksigen sebanyak 20,8%, argon sebanyak 0,9% dan gas lainnya
sebanyak 0,3%.
Komposisi gas lainnya yang sebanyak 0,3% ini terdiri dari gas permanen dan gas
yang tidak permanen. Gas permanen adalah gas yang selalu ditemukan pada setiap
kondisi dan ketinggian sedangkan gas yang tidak permanen keberadaannya sangat
dipengaruhi oleh kondisi dan ketinggian. Adapun gas yang keberadaannya tetap (gas
permanen) yaitu helium, neon, krypton, xenon, hydrogen, dan metana. Gas yang tidak
permanen misalnya karbondioksida, ozon, amoniak, uap air, karbonmonoksida,
sulfurdioksida. Daerah gurun (udara kering) mengandung kadar uap air yang lebih
kecil dari daerah tropis. Daerah hutan tropis (udara basah ) kandungan uap airnya
adalah sebesar 0,018 %. (Muhammadiyah, M, 2010)
Gas Persentase
Nitrogen 78.08
Oksigen 20,95
Argon 0,93
Karbon dioksida 0,03
Neon 0,0018
Helium 0,00052
Metana 0,00015
Krypton 0,00011
Hidrogen, karbon monoksida, xenon, <0,0001
ozon, radon
Tabel 2.1 Komposisi gas atmosfer pada ketinggian 0 km di atas permukaan laut.
Sebelum sampai ke permukaan bumi, cahaya yang berasal dari matahari atau bintang
akan melewati atmosfer bumi. Molekul udara yang terdapat di lapisan atmosfer bumi
akan menyerap sebagian cahaya tersebut, memantulkannya kembali ke luar angkasa
dan selebihnya akan diteruskan. Penyerapan dan pemantulan cahaya yang terjadi di
lapisan atmosfer menyebabkan intensitas cahaya yang diterima pengamat di
permukaan bumi berkurang sehingga bintang tampak lebih redup. Gambar 2.3 berikut
ini memperlihatkan perambatan cahaya bintang melalui lapisan atmosfer bumi.
Zenit
Atmosfer atas A B
X S
ζ
dx ds
ζ
Permukaan bumi
PP
s
Eλ
ln = − ∫ σ λ ds (2.3)
E0λ 0
Eλ s
= exp − ∫ σ λ ds ) (2.4)
E0λ 0
s
E λ = E 0 λ exp − ∫ σ λ ds (2.5)
0
E 0 λ adalah fluks yang di amati di atas lapisan atmosfer. Bila didefinisikan tebal optis
Selain itu karena rotasi bumi maka ζ yaitu besar sudut yang dibentuk bintang
terhadap zenit pengamat berubah terhadap waktu pengamatan, maka harga ekstingsi
atmosfer (pengurangan intensitas cahaya bintang karena diserap dan disebarkan oleh
atmosfer bumi) juga berubah terhadap waktu pengamatan. Sehingga harga ekstingsi
atmosfer dinyatakan sebagai fungsi waktu sebagai berikut,
Dari gambar 2.3 diperoleh,
ds = sec ζ dx (2.10)
Oleh karena ζ berubah terhadap waktu bukan terhadap jarak maka bila persamaan
(2.10) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.6) yaitu
s s s
τ λ = ∫ σ λ ds = ∫ σ λ sec ζdx = sec ζ ∫ σ λ dx (2.11)
0 0 0
Maka pada saat sudut zenit ζ=0 , sec ζ = 1 persamaan (2.11) dapat dituliskan menjadi,
s
τ 0λ = ∫ σ λ dx (2.12)
0
τ 0λ adalah tebal optis atmosfer bumi saat bintang berada di zenit pengamat. Sehingga
bila persamaan (2.12) disubstitusikan ke dalam persamaan (2.11) diperoleh,
τ λ = τ 0λ sec ζ (2.13)
mλ 1 − mλ 2
atau τ 0λ = (2.15)
1,086(sec ζ 1 − sec ζ 2 )
melalui persamaan (2.15) kita dapat mengetahui besar pengurangan intensitas cahaya
yang diterima pengamat dan dapat ditentukan magnitudo bintang sebelum mengalami
penyerapan oleh atmosfer bumi.
Bintang yang mendapatkan energi melalui reaksi fusi nuklir berantai akan meradiasi
energinya tersebut dalam bentuk radiasi gelombang eletromagnetik dan radiasi
partikel. Radiasi partikel yang dipancarkan bintang disebut sebagai angin bintang
yang berwujud pancaran tetap partikel-partikel bermuatan listrik seperti proton bebas,
partikel alpha dan partikel beta serta pancaran tetap neutrino yang berasal dari inti
bintang.. Gelombang elektromagnetik yang dipancarkan benda langit tersebut terjadi
dalam berbagai variasi panjang gelombang. Cahaya yang kita amati hanya merupakan
bagian dari gelombang elektromagnet. (http://id.wikipedia.org/wiki/Bintang)
Sinar pantul
Sinar datang
θ1 θ1 '
Medium I
Medium II
θ2
Sinar bias
Gambar 2.4 Pemantulan dan Pembiasan Cahaya Melalui dua medium dengan
Indeks Bias (n1 > n2)
Keadaan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.4 dapat dijelaskan oleh
hukum-hukum mengenai pemantulan dan pembiasan sebagai berikut :
1. Sinar yang dipantulkan, sinar yang dibiaskan dan garis normal terletak pada
satu bidang datar.
2. Untuk pemantulan, θ1 = θ1 ' .
sin θ1 n2
3. Untuk pembiasan, = = n21
sin θ 2 n1
dengan :
θ1 adalah sudut yang dibentuk sinar datang dan garis normal.
θ1 ' adalah sudut yang dibentuk sinar pantul dan garis normal
n1 adalah indeks bias medium 1
n2 adalah indeks bias medium 2
n21 adalah indeks bias relatif medium 2 terhadap medium 1.
(Halliday, Resnick, 1992)
Selain cahaya mengalami pembiasan dan pemantulan cahaya juga mempunyai sifat
khas lainnya yaitu :
1. Cahaya merambat membentuk garis lurus. Sinar merupakan kata lain untuk
cahaya tunggal yang merambat, sedangkan berkas sinar terdiri dari beberapa
sinar yang merambat dalam arah tertentu. Berkas sinar dapat berupa kumpulan
sinar sejajar, divergen (menyebar), atau konvergen (mengumpul).
2. Cahaya dapat berinterferensi atau mengalami penguatan/pelemahan intensitas
Dengan mengetahui sifat-sifat cahaya, kita dapat lebih memahami tentang bagaimana
cahaya merambat dari sumbernya sampai ke mata kita. Bintang yang tampak berupa
titik cahaya dapat kita pastikan sebagai cahaya tunggal, bukan sebagai berkas cahaya.
2.3 Bintang
Planet merupakan benda langit yang tidak mengalami fusi nuklir pada intinya.
Planet tampak bercahaya karena memantulkan cahaya matahari atau bintang yang
berada di dekatnya. Cahaya yang dipantulkan planet sangat lemah dan planet terlihat
sebagai piringan cahaya dan tidak berkelip seperti halnya bintang. (Chatief Kunjaya,
2006)
Jarak bintang terhadap matahari merupakan karakteristik yang sulit untuk ditentukan
tetapi sangat penting. Semua proses kehidupan bintang ditentukan oleh rata-rata
jumlah dan jenis energi yang diradiasikan. Jumlah energi bintang yang diradiasikan ke
jagat raya tidak dapat diketahui sampai jaraknya dapat ditentukan.
Metode pertama yang digunakan untuk menentukan jarak bintang dari matahari
yaitu metode heliosentrik paralaks yang memiliki sifat yang terbatas. Bila bintang
terdekat nampak berotasi membelakangi dan kemudian berada di depan latar belakang
bintang disebabkan revolusi bumi terhadap matahari, maka sudut paralaks p (gambar
E2
bumi
900 S S1
O p
Star
matahari S2
E1
Pergeseran posisi tahunan yang terlihat terhadap bintang terdekat inilah yang
disebut heliosentrik paralaks. Ketika posisi bumi di E1 maka bintang seolah-olah
tampak berada di S1 dan enam bulan kemudian ketika posisi bumi di E2 maka bintang
seolah-olah berada di S2. (Stuard J. Ingglis, 1963). Paralaks bintang tampak sebagai
pergeseran posisi yang cukup besar untuk ribuan bintang terdekat. Bintang terdekat
adalah Proxima Centauri yang berjarak 4 x 1016 meter dari matahari.
Kecepatan bintang berubah posisi (berpindah) mendekat atau menjauh dari bumi dapat
diperhatikan dari pergeseran Doppler dalam garis spektrumnya. Perubahan posisi
bintang yang terlihat sesuai dengan arah pengamatan. Besar perubahan posisi bintang
A B
Gambar 2.6 Pergeseran besar susunan bintang sekarang dan yang diperkirakan
terlihat 100.000 tahun yang lalu
Karakteristik bintang dalam pembahasan ini dibahas antara lain temperatur, diameter,
massa jenis, kecepatan dan kecerahan bintang. Pembahasan ini dianggap penting
karena dengan mengetahui karakteristik bintang maka dapat dibedakan bintang
dengan benda langit lainnya yang nampak seperti bintang.
1. Temperatur.
2. Diameter bintang
3. Massa jenis
Bila massa dan volume bintang diketahui maka massa jenis rata-rata
bintang dengan perhitungan sederhana dapat ditentukan. Seperti halnya
parameter lainnya yang menjadi karakteristik bintang, massa jenis bintang juga
sangat bervariasi. Bintang berukuran raksasa seperti Antares memiliki rapat
massa 1000 kali lebih kecil dari massa jenis udara vakum di bumi. Hal ekstrim
lainnya adalah massa jenis beberapa bintang yang berukuran kecil seperti
bintang Sirius memiliki rapat massanya sangat besar yaitu 6,1 x10-2 ton/cm3
atau 6,1 x 107 kg/m3 (Konrad, Beiser, 1960)
4. Kecepatan
5. Kecerahan bintang
Bintang seperti halnya dengan makhluk hidup di bumi mengalami tahapan kehidupan
yaitu bintang dilahirkan, berkembang dan akhirnya cahayanya padam (mati). Bintang
terbentuk di dalam awan molekul. Gaya gravitasi antar molekul gas yang terdapat
dalam awan molekul memegang peranan penting dalam proses pembentukan bintang.
Peristiwa ini dimulai dengan ledakan bintang yang menyebabkan materi antar bintang
disekitarnya menjadi lebih mampat. Bagian terluar dari kumpulan materi antar bintang
akan tertarik oleh gravitasi materi ke bagian dalamnya, sehingga awan molekul akan
mengalami kondensasi. Akibat dari kondensasi ini, tekanan di dalam awan molekul
meningkat dan melawan pengerutan. Bila gaya gravitasi materi di dalamnya tidak
dapat mengimbangi tekanan yang timbul akibat proses kondensasi maka awan
molekul akan tercerai kembali dan tidak membentuk awan molekul yang lebih besar.
Di dalam awan molekul yang besar ini terdapat juga ratusan bahkan ribuan
awan molekul yang terus mengalami pengerutan gravitasi. Pengerutan gravitasi
meningkatkan suhu dari awan molekul sehingga awan molekul tersebut memijar dan
menjadi embrio bintang (protostar). Bintang tidak terbentuk sendiri tetapi melainkan
terbentuk dalam suatu kesatuan berupa gugusan bintang.
Reaksi fusi nuklir yang terjadi di matahari dan kebanyakan bintang adalah
reaksi fusi hidrogen menjadi helium. Di jagat raya, hidrogen merupakan unsur yang
paling besar jumlahnya (kelimpahannya) yaitu sekitar 90 % dan kurang dari 10 %
merupakan unsur helium. Reaksi fusi nuklir yang terjadi dalam inti bintang
mempunyai dua tahapan yaitu reaksi rantai proton dan siklus CNO. Reaksi rantai
proton yaitu sebagai berikut :
1
H1 + 1H1 2
H1 + e+ + v (Q = 1,44 MeV)
2
H1 + 1H1 3
He2 + γ (Q = 5,49 MeV)
3
He2 + 3He2 4
He2 + 2 1H1 + v (Q = 12,86 MeV)
Sehingga reaksi perubahan 4 atom hidrogen menjadi 1 atom helium seperti
ditunjukkan berikut ini akan menghasilkan energi sebesar 26,7 MeV.
41H1 4
He2 + 2 e+ + 2 v
Bintang yang mencapai deret utama memiliki komposisi materi yang masih
homogen yang mencerminkan komposisi awan antar bintang yg membentuknya.
Perlahan-lahan, akibat reaksi fusi pada inti bintang yaitu helium dari penggabungan
atom hidrogen merubah komposisi di pusat bintang yakni hidrogen berkurang dan
helium bertambah sehingga struktur bintang berubah menjadi lebih terang, jari-jarinya
bertambah besar dan temperatur efektifnya berkurang.
Akibat reaksi fusi hidrogen menjadi helium, jumlah helium di pusat bintang
bertambah, sehingga terjadi pengerutan gravitasi secara perlahan. Bila massa helium
di pusat bintang ini mencapai 10 % hingga 20% massa bintang, pusat helium tidak
lagi mengerut dengan perlahan namun runtuh dengan cepat. Saat itu struktur bintang
berubah, bagian luar bintang akan memuai dengan cepat, bintang berubah menjadi
bintang raksasa merah. Saat itu, bintang mempunyai dua sumber energi yaitu reaksi
fusi hidrogen menjadi helium di selubung bintang dan reaksi fusi helium menjadi
unsur yang lebih berat di pusat bintang.
Saat ledakan terjadi, bintang akan melepaskan sejumlah besar energi dan
memuntahkan unsur berat seperti kalisum dan besi ke ruang antar bintang. Materi
yang dilepaskan ini kemudian menjadi unsur pengisi awan debu dan gas dimana
bintang dan planet baru akan dilahirkan.
Bintang yang bermassa sedang yaitu sebesar matahari atau lebih kecil akan
berubah menjadi bintang katai putih. Bintang bermassa 1,4 – 3 kali massa matahari
setelah membentuk bintang super raksasa merah akan berubah menjadi bintang
neutron. Sedangkan yang massanya lebih besar dari 3 kali massa matahari akan
berubah menjadi lubang hitam. (Diayri, 2006)
Seperti yang kita ketahui, kecerahan bintang tidak hanya bergantung kepada
luminositasnya tetapi juga bergantung kepada jaraknya terhadap matahari. Bintang
1
yang memiliki jarak 2 parsecs, kecerahannya 4
kali bintang yang berjarak 1 parsecs
Menurut Planck, suatu benda hitam yang memiliki temperatur permukaan (T)
akan memancarkan energi dengan panjang gelombang antara λ d an λ + d λ d eng an
intensitas spesifik sebesar Bλ(T)dλ dengan :
2hc 2 1
Bλ (T ) = hc / λkT
(2.18)
λ 5
e −1
dengan :
h adalah konstanta Plank yaitu 6,626 x 10-34 J.s
c adalah nilai cepat rambat cahaya di ruang hampa yaitu 3 x 108 m/s
k adalah konstanta Stefan Boltzman yaitu 1,38 x 10-23 J/K
T adalah temperatur permukaan bintang.
Energi total yang dipancarkan benda hitam untuk setiap panjang gelombang atau
frekuensi dapat ditentukan dengan mengintegrasikan Bλ(T) yaitu :
∞
B(T ) = ∫ Bλ (T )dλ (2.19)
0
Dari intensitas spesifik B(T) dapat ditentukan jumlah energi yang dipancarkan
per cm2 oleh permukaan benda hitam per detik ke segala arah, yaitu:
F = πB (T ) (2.23)
atau F = σT 4 (2.24)
Besaran F disebut fluks energi benda hitam (J m-2 s-1)
Jumlah energi yang diterima pengamat yang berjarak d dari benda hitam,
bintang dianggap sebagai benda hitam karena bintang dengan temperatur 54.000 K
distribusi energinya hampir sama dengan benda hitam adalah :
L
E= (2.27)
4πd 2
E adalah fluks pancaran pada jarak d. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa
semakin jauh bintang dari pengamat maka energi yang diterima pengamat semakin
kecil dan bintang akan tampak lebih redup atau bahkan tidak dapat diamati dengan
mata telanjang.
Massa dan
-4 maharaksa volume besar
sa dan massa
jenis kecil
-2
Raksasa
+2
+4
D
er
et
Peningkatan kecerahan
ut
am
a
+6
+8
+10
Massa dan
+12 volume kecil
Katai puth
dan massa
jenis besar
+14
B A F G K M
Penurunan temperatur
Materi antar bintang dapat dibedakan ke dalam tiga golongan yaitu : nebula terang
(bright nebulae), nebula gelap (dark nebulae), gas dan debu antar bintang.
Nebula terang yang dikenal dengan nebula difusi berkaitan erat dengan
luminositas bintang. Bintang merupakan penyebab nebula menjadi terang. Gas
murni tidak dapat memantulkan cahaya karena komposisi atom masing-masing
gas terlalu kecil, sehingga para astronom mengansumsikan bahwa cahaya
dipantulkan oleh partikel kecil dari debu angkasa. Selain itu nebula menjadi
terang karena gas dalam nebula yang memiliki tekanan rendah yang
memancarkan cahaya. Hal ini ditunjukkan oleh spektogram nebula orion.
Telah dibahas sebelumnya bahwa ruang antar bintang tidak hampa melainkan terdapat
materi antar bintang yang berupa debu dan gas antar bintang, nebula terang dan nebula
gelap. Seperti halnya pada lapisan atmosfer bumi, pelemahan cahaya bintang juga
terjadi ketika cahaya bintang melalui ruang antar bintang. Materi antar bintang akan
menyerap cahaya bintang yang melewatinya dan membelokkannya.
Akibat penyerapan oleh materi antar bintang ini, maka fluks yang diamati di
bumi (di luar atmosfer) adalah :
E 0 λ = E λ e −τλ (2.29)
dengan E0λ adalah fluks pancaran sebelum diserap materi antar bintang yang
melemahkan magnitudonya sebesar,
∆mλ = mλ − m0 λ = 1,086τ λ (2.30)
dengan mλ adalah magnitudo yang diamati di bumi dan m0λ adalah magnitudo bintang
sebenarnya atau magnitudo intrinsik (magnitudo sebelum diserap oleh materi antar
bintang). Untuk menyatakan besarnya penyerapan atau absorbsi ini digunakan simbol
Aλ yaitu,
∆mλ = mλ − m0 λ = Aλ (2.31)
mλ 2 − m0 λ 2 = Aλ 2
Efek Doppler untuk kasus bunyi, berubah bergantung dari apakah sumber atau
pengamatnya atau keduanya bergerak. Keadaan ini seakan-akan bertentangan dengan
prinsip relativitas. Tetapi gelombang bunyi itu sendiri sangat bergantung pada
keberadaan medium yang merupakan kerangka acuan dimana terhadap kerangka
inilah gerak sumber dan pengamat dapat diamati dan diukur. Keberadaan medium
inilah yang membedakan efek Doppler untuk bunyi dengan efek Doppler untuk
cahaya.
Efek Doppler untuk kasus cahaya berkaitan dengan perubahan warna dari
cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombangnya. Perubahan warna bergantung
pada kecepatan relatif antara sumber dan pengamat. Kecepatan ini sangat kecil
dibandingkan dengan kecepatan cahaya yang tetap tidak bergantung terhadap jarak
tempuhnya.
v2
1− 2 2
1 c = v 1− v
v= = 0 (2.34)
t t0 c2
Frekuensi yang diamati selalu lebih kecil daripada frekuensi sumber.
vt 1+ v c 1+ v c 1+ v c 1+ v c
T =t+ = t0 = t0 = t0 (2.35)
c 1- v2 c2 1+ v c 1− v c 1- v c
1 1 1− v / c
v= = = v0 (2.36)
T 1+ v / c 1+ v / c
t0
1− v / c
3. Pengamat mendekati sumber cahaya
Pengamatnya dalam hal ini menempuh jarak vt/c mendekati sumber
cahaya, sehingga gelombang cahaya mengambil vt/c lebih pendek untuk
sampai padanya. Dalam kasus ini T = t − vt c dan hasilnya
1+ v c
v = v0 (2.37)
1− v c
Dari tabel 2.3 dapat diketahui bahwa bumi melakukan gerak rotasi pada sumbunya,
presesi dan berevolusi terhadap matahari. Setiap gerak ini dapat dikaitkan terhadap
matahari atau bintang lainnya. Bumi bersama dengan matahari bergerak relatif
terhadap bintang lokal dan bintang lokal (termasuk di dalamnya matahari) bergerak
mengelilingi pusat galaksi bima sakti. Gerak galaksi ini menjadi acuan terhadap gerak
galakasi lainnya. Gerak galaksi kita terhadap galaksi lainnya merupakan bentuk dari
gerak grup galaksi lokal. Tidak terdapat gerak spesifik yang menunjukkan adanya
kerangka acuan universal yang absolut. Konsep gerak relatif ini dinamakan teori
relativitas.
Postulat Einstein meskipun nampak aneh dan sulit dipahami, namun kenyataan
eskperimen modern sesuai dengan postulat tersebut dan perkembangan teknologi
modern saat ini semua didasari postulat tersebut. Ada tiga asas yang melandasi teori
relatvitas khusus, yaitu :
1. Untuk setiap gerakan berkelajuan rendah (momentum rendah), konsep-konsep dan
hukum relativistik yang muncul harus sesuai dengan konsep-konsep yang telah
ada dalam teori Newton.
2. Semua hukum alam bersifat tetap bentuknya (kovarian) terhadap perpindahan
peninjauan kerangka inersia satu menunju kerangka inersia yang lain.
3. Laju maksimal yang dapat dimiliki oleh isyarat tidak bergantung (invarian) dari
kerangka inersia yang digunakan.
Relativitas umum (general relativity) adalah sebuah teori geometri mengenai gravitasi
yang diperkenalkan oleh Albert Einstein pada 1916. Teori ini merupakan penjelasan
gravitasi termutakhir dalam fisika modern. Ia menyatukan teori Einstein sebelumnya,
relativitas khusus dengan hukum gravitasi Newton. Hal ini dilakukan dengan melihat
gravitasi bukan sebagai gaya, tetapi lebih sebagai manifestasi dari kelengkungan
ruang dan waktu. Kelengkungan ruang dan waktu ini terjadi karena kehadiran massa
yang dapat diilustrasikan yaitu dengan air yang tenang yang dimasukkan ke dalamnya
suatu benda massif. Benda massif ini akan menghasilkan pusaran air disekelilingnya.
Benda yang kurang massif yang ditempatkan dalam pusaran air tersebut akan
mengikuti pergerakan pusaran air ini.
Banyak prediksi relativitas umum yang berbeda dengan prediksi fisika klasik,
utamanya prediksi mengenai berjalannya waktu, geometri ruang, gerak benda pada
jatuh bebas, dan perambatan cahaya. Contoh perbedaan ini meliputi dilatasi waktu
gravitasional, geseran merah gravitasional cahaya, dan tunda waktu gravitasional.
Prediksi-prediksi relativitas umum telah dikonfirmasikan dalam semua percobaan dan
pengamatan fisika. Walaupun relativitas umum bukanlah satu-satunya teori relativistik
Untuk suatu kejadian di titik p seperti ditunjukkan pada gambar 2.8 maka
transformasi Galilean akan menunjukkan hubungan untuk dimensi ruang dan waktu
dari kejadian p berdasarkan pengamatan yang dilakukan pengamat pada kerangka
inersianya masing-masing sebagai berikut.
x' = x − vt
y' = y
t' = t (2.38)
Bila dikaji lebih lanjut, koordinat ruang dan koordinat waktu mempunyai
kaitan erat. Waktu pengamatan untuk setiap pengamat tidaklah sama; t’ bergantung
pada x dan juga pada t. Jika dibiarkan c →∝ maka persamaan Lorentz akan tereduksi
menjadi persamaan Galilean.(Halliday, Resnick, 1992)
y’
y
v
v
x’
K’
x
K
Dari sistem koordinat yang ditunjukkan dalam gambar 2.8 didapatkan penyelesaian
yaitu persamaan :
x − vt
x' =
v2
1− 2
c
y' = y
z' = z
v
2
t−
.x
t' = c
v2
1− 2
c (2.39)
( Albert Einstein, 1931)