Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH AUTOPSI

Pada zaman dahulu, belum adanya praktek forensik menimbulkan begitu banyak kerancuan
dalam penyelesaian suatu peristiwa kejahatan. Sehingga menyebabkan tidak terungkapnya
suatu kasus dan memberikan kemudahan bagi pelaku untuk melarikan diri. Buruknya lagi,
manusia-manusia yang hidup di zaman kuno seringkali membuat penyelesaian tidak logis dalam
suatu peristiwa, misalnya ada suatu kasus pembunuhan, peradilan terhadap orang yang
dianggap pelaku diserahkan pada dewa api dengan cara menyuruh orang tersebut berjalan
diatas api, kalau kakinya terbakar orang itu dianggap bersalah. 

Walaupun begitu pembedahan dan pemisahan organ jenazah telah dilakukan oleh manusia
setidaknya 3000 tahun SM oleh bangsa Mesir Kuno dalam praktek mumifikasi. Pembedahan
mayat yang digunakan untuk autopsi sendiri bermula pada sekitar awal millenium ketiga SM,
walaupun sebenarnya hal ini berlawanan dengan norma masyarakat saat itu yang menganggap
pengrusakan terhadap tubuh jenazah akan menghalanginya ke akhirat.

Konsep ilmu forensik modern saat ini bagaimanapun juga tidak bisa dilepaskan dari jasa-jasa
orang-orang di zaman dahulu. Buku berjudul “Xi Yuan Lu” , ditulis oleh Song Ci (1186–1249)
pada masa Dinasti Song -tepatnya tahun 1248- adalah salah satu tulisan pertama tentang
penggunaan obat atau zat kimia dan Entomology untuk menemukan penyebab suatu kematian.
Buku ini juga memberikan nasihat tentang bagaimana membedakan antara korban yang tewas
karena tenggelam atau pencekikan, bersama dengan bukti-bukti lain dari hasil pemeriksaan
mayat yang pernah dilakukan untuk menentukan apakah kematian disebabkan oleh
pembunuhan, bunuh diri, atau kecelakaan. Sejarah mencatat bangsa Romawi Kuno telah
membuat peraturan tentang autopsi sekitar 150 SM. Pada tahun 44 SM, jenazah Julius Caesar
adalah salah satu yang beruntung menjadi obyek resmi autopsi, belakangan para autopsist
menemukan bahwa tusukan kedua pada tubuhnya lah yang fatal sehingga berakibat pada
kematian. Yunani kuno pada abad ketiga SM juga memiliki 2 orang autopsist handal dan
terkenal, Erasistratus dan Herophilus Khalsedon yang tinggal di Alexandria, tetapi secara umum
autopsi kurang begitu dikenal di Yunani kuno. Selain mereka, pembedahan jenazah untuk
alasan medis juga dilakukan oleh bangsa-bangsa lain misalnya seperti yang dilakukan dokter
Arab Avenzoar dan Ibn al-Nafis, tapi proses autopsi modern berasal dari para anatomis dari
Renaissance. Giovanni Morgagni (1682-1771), yang dikenal sebagai bapak patologi anatomi,
menulis karya lengkap pertama pada patologi, “De Sedibus et Causis Morborum per Anatomen
Indagatis” (The Seats and Causes of Diseases Investigated by Anatomy, 1769). Sedangkan sidik
jari mulai digunakan untuk bukti ketika Juan Vucetich memecahkan kasus pembunuhan di
Argentina dengan memotong sebagian dari pintu dengan sidik jari berdarah di atasnya. 

Di Eropa abad keenam belas, praktisi medis ketentaraan dan universitas mulai mengumpulkan
informasi tentang sebab dan cara kematian. Ambroise Pare, seorang ahli bedah tentara Prancis,
mempelajari efek kematian karena kekerasan pada organ internal. Dua ahli bedah Italia,
Fortunato Fidelis dan Paolo Zacchia, membangun fondasi munculnya patologi modern dengan
mempelajari perubahan yang terjadi dalam struktur tubuh akibat penyakit. Pada akhir 1700-an,
tulisan-tulisan tentang topik ini mulai muncul. Hal ini termasuk: A Treatise on Forensic Medicine
and Public Health oleh Fodéré, seorang dokter Prancis. Dan The Complete System of Police
Medicine oleh ahli medis Jerman Johann Peter Franck. 

Pada tahun 1776, kimiawan Swedia Carl Wilhelm Scheele menemukan cara untuk mendeteksi
oksida arsenous alias arsenik, di mayat meskipun hanya dalam kasus arsenik yang berjumlah
besar. Penyelidikan ini diperluas, pada tahun 1806, oleh kimiawan Jerman Valentin Ross, yang
mempelajari cara mendeteksi racun pada dinding perut korban, dan oleh ahli kimia Inggris
James Marsh, yang menggunakan proses kimia untuk mengkonfirmasi penggunaan arsenik
dalam suatu percobaan pembunuhan di tahun 1836. 

Dua contoh awal penggunaan ilmu forensik Inggris dalam proses hukum menimbulkan
berkembangnya penggunaan logika dan prosedur logis dalam penyelidikan kriminal. Pada 1784,
di Lancaster, John Toms diadili dan dihukum karena membunuh Edward Culshaw dengan pistol.
Ketika mayat Culshaw diperiksa, “pistol wad” (kertas dihancurkan yang digunakan untuk
menjaga bubuk dan bola di moncong) yang ditemukan di luka pada kepalanya cocok dengan
surat kabar robek yang ditemukan di saku Toms. Di Warwick pada tahun 1816, seorang buruh
tani diadili dan dihukum karena pembunuhan seorang pembantu muda. Dia tenggelam di kolam
dangkal dan menanggung tanda serangan kekerasan. Polisi menemukan jejak kaki dan bekas
cap dari kain corduroy bertambalan di tanah lembab di dekat kolam renang. Selain itu juga
tersebar butir gandum dan sekam. Celana dari buruh tani yang tengah mengolah gandum di
dekat situ diperiksa dan ternyata cocok dengan bekas cap di tanah dekat kolam renang.
Kemudian pada abad ke-20, beberapa patologist Inggris, Bernard Spilsbury, Francis Camps,
Sydney Smith dan Keith Simpson merintis metode baru ilmu forensik di Britania. Pada 1909,
Rodolphe Archibald Reiss mendirikan sekolah ilmu forensik pertama di dunia, "Institut de polisi
scientifique" di University of Lausanne (UNIL). 

Dua besar peneliti medis abad kesembilan belas Rudolf Virchow dan Carl von Rokitansky telah
menurunkan dua teknik otopsi yang berbeda yang masing-masing dinamai sesuai dengan nama
mereka. Demonstrasi mereka atas ketekaitan antara kondisi patologis dalam tubuh yang telah
mati dan gejala dan penyakit dalam hidup membuka jalan bagi cara berpikir yang berbeda
tentang penyakit dan pengobatannya.

AUTOPSI: PEMERIKSAAN INTERNAL

Insisi yang digunakan merupakan garis lurus dari prominens laryngeal sampai pubis,
deviasi menghindari umbilikus. Ujung atas dari insisi sebaiknya tidak diperpanjang di atas laring,
setinggi leher kain kafan akan gagal untuk menyembunyikan garis sutura yang berikut relatif.
Metode lain yang umum adalah memotong dari samping masing-masing telinga menuju
titik di atas manubrium dan dilanjutkan turun dengan bentuk Y. Hal ini sering dilakukan pada
bayi dan dimanapun keinginan untuk  menghindari bagian depan leher.
Pada pencekikan, penggantungan, dan beberapa kondisi dimana laring mungkin rusak,
insisi Y lebih disukai, kulit di atas leher dapat dipisahkan dari mandibula dan diangkat bersih
untuk memberi ruang yang lebar terhadap struktur leher.
Insisi Y juga digunakan ketika diseksi pada daerah wajah diperlukan, untuk melihat
kedalaman dari memar atau kerusakan tulang. Pada kenyataannya seluruh wajah dapat
dipisahkan secara sempurna dari tengkorak dan ditempatkan dengan efek kecil dengan hasil
kosmetik, jika dilakukan pemisahan dengan hati-hati. Insisi Y pada leher dibuat menyambung
dengan insisi kulit kepala secara transversal, ini bertemu disamping masing-masing telinga,
sehingga leher depan dan kulit wajah dapat dipindahkan seluruhnya.
 
PEMBUKAAN RONGGA TUBUH
 
Kulit, jaringan subkutan dan lemak dikuliti secara lateral dari insisi utama, membuat
hati-hati tidak pada tepi atau ujung pisau melewati kulit, terutama pada daerah leher, dimana
perbaikan dapat tak terlihat. Jaringan dibawa kembali  ke tepi lateral dari leher dan sepertiga
lateral klavikula. Di atas thorax, jaringan, termasuk otot-otot pektoral, dikuliti sampai garis
midaksilaris pada bagian atas dan bahkan lebih lanjut terhadap batas iga.
Dinding perut depan terpisah dengan cara yang sama. Ini dapat dilakukan dalam 2
tahap, pertama kulit dan lemak bidang belakang untuk membuka otot –atau ketebalan dari
kulit, lemak dan otot dapat direfleksikan bersama. Otot harus dipotong dari batas iga dan, jika
lemak terlalu tebal, kemudian beberapa insisi transversal untuk melepaskannya dapat dibuat
pada permukaan peritoneal dari dinding abdomen bawah.
 
PEMBUKAAN THORAKS
 
Thorax dibuka dengan membuka kedua sendi sternoklavikular. Ini dibawa dengan
menggerakkan ujung bahu dengan satu tangan, untuk mengidentifikasi kapsul sendi. Ujung
pisau kemudian dikenalkan secara vertikal dan memotong secara lateral pada setengah
lingkaran untuk memisahkan sendi. Jika mereka mengalami ankylosed, dimana sering terjadi
pada usia tua, kemudian klavikula dapat dipotong melewatinya pada akhir operasi berikutnya.
Ini terdiri dari beratnya iga dan dapat dimainkan baik dengan gergaji tangan atau gunting besar
iga. Pada anak-anak dan beberapa orang dewasa, tulang rawan iga dapat dipotong dengan
pisau, meski ini, menyediakan eksposur yang lebih dangkal dari isi thoraks. Pada bayi, tulang
rawan lunak dapat dengan mudah dipisahkan dengan scalpel: pada tubuh yang lebih tua, pisau
yang kuat seharusnya aman untuk maksud keamanan dari pisau yang tumpul yang diperlukan
untuk pemotongan organ. Sering kali iga pertama harus digergaji melewatinya, meskipun
sisanya dipotong dengan pisau.
Ketika gergaji digunakan, iga dipotong ke lateral menuju costochondral junctions dari
titik pada batas kosta dengan sendi sternoklavikuler atau didekatnya. Jika gergaji digunakan
harus digunakan dengan sudut rendah untuk menghindari laserasi ujung paru-paru
yang  terbaring, terutama jika ada perlengketan pleura. Ketika sternum dan segmen medial dari
iga bebas, bagian ini diangkat dan dipotong dari mediastinum, menjaga pisau dekat ke tulang
untuk mencegah terpotongnya pericardium. Lempeng sternum diperiksa untuk fraktur atau lesi
lainnya sebelum dikeluarkan: kerusakan disebabkan oleh trauma dari masase kardiak resusitasi
lebih sering ditemukan.
Tingkatan inflasi dari paru-paru harus dinilai, dicatat kolaps sebagian atau sempurna,
emfisema, overdistensi dan beberapa asimetris dari inflasi.
Jika pneumothoraks sudah dicurigai sebelumnya, radiografi post-mortem adalah
konfirmasi yang paling baik. Alternatif lain, dinding dada dapat dipunksi pada garis midaksilaris
setelah pengisian kulit yang direfleksikan dengan air untuk mengamati jika keluar gelembung-
gelembung udara. Tes ini jarang sekali berhasil dan tidak dapat berhasil jika terdapat hubungan
yang paten antara kavum pleura dan cabang bronkus. Jika ada tanda-tanda tension
pneunmothoraks, desis dari udara yang keluar mungkin dapat didengarkan ketika ujung pisau
menembus otot-otot interkostal dan pleura parietal. Kavum pleura dilihat apakah ada
perlengketan, efusi, pus, darah, fibrin dan bahkan isi lambung.
 
PEMERIKSAAN ABDOMEN
 
Abdomen kemudian diinspeksi, ascites, cairan faeculent, pus dan darah mungkin
terdapat pada pembukaan kavum peritoneum pertama.
Omentum mungkin menunjukkan inflamasi atau nekrosis lemak. Ketika disingkirkan ke
samping, loop dari usus besar diinspeksi untuk beberapa abnormalitas, khususnya infark,
peritonitis dan pelebaran dari ileus. Hati-hati dengan kesalahan hipostasis post-mortem untuk
nekrosis dari emboli mesenterium atau colon yang terjepit. Meski warna gelapnya hampir
serupa, hipostasis biasanya mempunyai segmen yang tidak teratur ketika usus dibaringkan,
dimana infark menempati satu tempat yang berkelanjutan –dan jika ditegakkan dengan benar,
dinding usus besar akan tidak bercahaya dan friable.
 
PENGAMBILAN SAMPLE CAIRAN TUBUH
 
Pada proporsi besar dari autopsi forensik dan sebernarnya setiap orang dengan konotasi
kriminal, sample darah dan cairan tubuh lainnya dan jaringan diperlukan untuk pemeriksaan
laboratorium. Tidak dianjurkan untuk menggunakan darah viscera (organ) sebagai sample,
khususnya untuk substansi molekul kecil dimana dapat dengan mudah berdifusi setelah mati;
termasuk alkohol dan banyak produk-produk farmasi. Meski teksbook lama menganjurkan
penggunaan darah jantung sebagai sumber yang tepat untuk sample, mungkin terkontaminasi
oleh difusi post-mortem dari lambung dan usus. Setelah mati, barier sel dari mukosa dan
membran serosa rusak, dab substansi dalam lambung, usus dan jalur udara  dapat bermigrasi
ke organ lainnya pada ruang thorakoabdominal utama, menyebabkan munculnya kesalahan
dari tingkat darah ante-mortem sebenarnya.
Pemilihan yang paling baik untuk tempat pengambilan sample:
(a)   Dengan jarum dan syringe puncture dari vena femoral sebelum diseksi autopsi dimulai. Ini
memerlukan latihan tetapi, pada dewasa, 20 ml biasanya dapat diaspirasi tanpa masalah. Ini
adalah metode terpilih jika hanya dilakukan pemeriksaan luar.
(b)    Dari vena subklavia atau iliaka eksterna setelah tubuh mengalami eviserasi.
(c)   Ketika kulit dipotong pada leher, vena jugularis interna dibuka, khususnya jika otot
sternomastoid dibagi dan ditarik ke samping. Ketika dipotong, biasanya didapatkan aliran
darah yang berlebihan, dimana dapat diambil secara langsung ke dalam container. Hanya
kerugian metode ini jika diambil dari pintu masuk thoraks lewat vena kava superior, darah
jantung seperti dicampur. Jika darah diambil dari segmen atas dari jugular, kemudian darah
dari kepala diambil: aliran ini biasanya dapat distimulasi oleh pengangkatan dan penurunan
kepala selama pengambilan.
               Sample untuk serologi, mikrobiologi dan untuk analisis untuk substansi seperti
carboxyhemoglobin, yang tidak diabsorbsi dari saluran cerna, dapat diambil dari beberapa
pembuluh darah, tetapi darah sebaiknya tidak pernah digali dari seluruh ruang di tubuh setelah
eviserasi, dapat dikontaminasi dengan beberapa kebocoran dari struktur-struktur lain, seperti
isi gaster atau usus besar, mukus, urin, pus atau cairan serous.
               Darah untuk kultur mikrobiologi sacara tradisional diambil dari jantung. Jika dicurigai
infektif endokarditis adalah yang terbaik untuk membuka jantung dengan scalpel steril dan
memotong kuspis katup mitral atau aorta atau vegetasi untuk kultur langsung. Selain itu, darah
untuk kultur untuk yang dicurigai septikemia diambil dari vena perifer.
               Urin dapat diambil dengan kateter sebelum autopsi atau dengan punksi suprapubik
dengan syringe dan jarum panjang. Bagaimanapun, biasanya dilakukan setelah abdomen
dibuka, tetapi sebelum organ dipindahkan. Jika kandung kemih penuh, fundus penetrasi, dan
urin diambil baik dengan syringe atau langsung ke dalam container. Jika hampir kosong dan
kontraksi, fundus dipegang erat-erat dan ditarik ke atas sehingga meregang, kemudian diinsisi
dan isinya dipindahkan dengan syringe.
               Pengeluaran cairan vitreous humour dan serebrospinal mungkin untuk toksikologi atau
untuk  percobaan pada perkiraan waktu sejak kematian dengan pengisian potassium. Vitreous
humour harus diaspirasi dengan hati-hati jika beberapa hasil yang dapat dipercaya didapatkan.
Jarum hipodermik syringe 5 ml dimasukkan ke dalam canthus lateral bola mata setelah menarik
kelopak mata ke samping. Ketika dilepaskan, kelopak akan menutupi tanda punksi yang kecil,
menyembunyikan beberapa tanda dari gangguan. Jarum sebaiknya masuk ke tengah bola mata
untuk menghindari teraspirasinya bahan di dekat retina, dimana komposisi kimia nyata berbeda
irisan-irisan dari retina yang terpisah ikut teraspirasi. Cairan sebaiknya disedot secara perlahan-
lahan dan lembut, dan ambil sebanyak mungkin untuk mendapatkan cairan yang dicampur:
kedua mata sebaiknya digunakan, sering berbeda pada komposisi kimia masing-masing. Setelah
vitreous diambil, bola mata dapat digembungkan kembali dengan air, untuk memperbaiki
penampilan kosmetik dari mata.
               Cairan serebrospinal mungkin didapatkan dengan cara yang sama seperti pada orang
yang masih hidup, dengan memasukkan jarum ke dalam theca di antara vertebra lumbal. Bayi
dapat ditarik ke atas dengan asisten pada posisi fleksi penuh; orang dewasa harus ditarik fleksi
ke dalam ketika dibaringkan di samping pada meja autopsi. Teknik lain adalah melakukan
punksi cisternal melewati membran atlanto-oksipital.
Ketika tidak ada tekanan pada theca pada kadaver, cairan harus diaspirasi secara aktif:
kadang-kadang semua percobaan untuk mendapatkan cairan dengan punksi eksterna gagal.
Hanya mengalir kemudian dicoba untuk punksi ventrikel melewati permukaan otak yang
tersembunyi ketika tengkorak dibuka. Untuk mendapatkan cairan serebrospinal yang jernih dari
bagian dalam tengkorak setelah memindahkan otak secara umum tak berguna: meski cairan
berwarna darah apat di centrifuge untuk kejernihan, komposisi kimia kemudian tidak dapat
dipercaya.
 
PEMERIKSAAN ORGAN-ORGAN
 
PEMERIKSAAN ORGAN
Organ thoraks dan abdomen diletakkan di atas meja pemotong pada tinggi yang cocok
dan dibawah penerangan yang baik. Air pencuci yang cukup sebaiknya ada dari pipa fleksibel,
untuk menyiram jaringan hasil diseksi. Beberapa patologis berpendapat bahwa ini sebaiknya
tidak dilakukan, air dapat mempengaruhi kualitas dari potongan histologi yang berikut, tetapi
ini tentunya di bantah (Cotton dan Stephenson).
 
LEHER
Lidah diperiksa untuk penyakit dan trauma, termasuk gigitan yang memberi kesan
pukulan pada rahang atau epilepsi. Lidah sebaiknya diiris untuk mendeteksi perdarahan di
dalam kadang-kadang terlihat pada pencekikan. Perdarahan kebanyakan terlihat pada samping
dan pusat dari bagian tengah dari lidah. Bendungan yang besar, dimana mungkin seharusnya
baik tekanan pada leher atau cara bendungan lain dari kematian, biasanya pada bagian
posterior dari lidah. Tonsil dan dinding faring diperiksa.
Glottis diperiksa untuk obstruksi mekanik atau infektif, dan tulang hyoid dan thyroid
dipalpasi untuk fraktur. Esofagus dibuka dengan gunting besar sisi tumpul (20 cm), dimana
bersama-sama dengan mata pisau yang sangat tajam 10-15 cm dan mata pisau panjang ‘brain
knife’ (pisau otak), alat yang sangat berguna untuk melakukan autopsi.
Arteri karotis pada masing-masing sisi dibuka, termasuk bifurkasi dan sinus-sinus. Jika
perlu, bagian atas dari karotis diperiksa dalam tubuh itu sendiri dan diikuti sampai dasar
tengkorak. Jika dicurigai trombosis, bagian intrakranial sebaiknya diperiksa pada sinus
kavernosus.
Kembali ke struktur leher, thyroid sebaiknya diiris dan diamati, kemudian esofagus
dibuka hampir ke kardia lambung dan beberapa bahan yang dicurigai seperti kapsul, tablet atau
bubuk disimpan untuk dianalisis.
Gunting kemudian diarahkan ke bawah menuju garis posterior dari laring dan trakea
menuju carina. Jika tekanan pada leher seperti pencekikan dicurigai, kemudian pemeriksaan
khusus sebaiknya dibuat.
Trakea dan bronkus utama sebaiknya diamati untuk penyakit dan obstruksi. Isi lambung
sering ditemukan, tetapi ini sebaiknya tidak dianggap bahwa aspirasi ante-mortem telah terjadi
hanya dari terdapatnya isi lambung pada jalan napas.
 
PARU-PARU
Masing-masing paru diperiksa tersendiri. Pada paru yang mengalami emphysema dapat
ditemukan cekungan bekas penekanan iga. Perhatikan warna, bintik perdarahan, bercak
perdarahan (tampak pada permukaan paru sebagai bercak berwarna merah hitam dengan
batas tegas), resapan darah, luka, bulla, dsb.
Perabaan paru normal terasa seperti meraba spons. Pada paru dengan proses
peradangan, perabaan dapat menjadi padat atau keras.
Penampang paru diperiksa setelah melakukan pengirisan paru yang dimulai dari apex.
Tentukan warna dan catat kelainan yang ditemukan.
            Pada beberapa kasus autopsi medikolegal, khususnya pada penyakit-penyakit paru
industri seperti pneumoconiosis atau asbestosis, satu atau kedua paru perlu digembungkan
dengan formalin untuk fiksasi sebelum di potong
 
JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH BESAR
Jantung dilepaskan dari pembuluh darah besar yang keluar/masuk ke jantung dengan
cara memegang apex jantung, mengangkatnya serta menggunting pembuluh darah tadi sejauh
mungkin dari jantung.
            Perhatikan besar jantung, adanya resapan darah, luka, atau bintik-bintik perdarahan.
            Pemotongan dinding jantung dilakukan dengan mengikuti aliran darah dalam jantung.
Letakkan jantung dengan permukaan ventral menghadap ke atas. Pengguntingan dimulai dari
dinding belakang vena cava, iris ke arah lateral bilik kanan, kemudian pengguntingan dinding
depan bilik kanan ke arah A.pulmonalis.
            Pembukaan vv. Pulmonalis, iris ke arah lateral bilik kiri, dilanjutkan pengguntingan
dinding depan bilik kiri ke arah aorta. Pada daerah katup semilunaris aorta dapat kita temukan
2 muara aa. Coronaria, kiri dan kanan. Untuk memeriksa keadaan a. koronaria tidak
diperbolehkan menggunakan sonde, karena ini dapat mendorong trombus yang mungkin
terdapat.
 
PEMERIKSAAN ORGAN ABDOMEN
Lambung
            Lambung dibuka dengan gunting pada curvatura mayor. Perhatikan isi lambung, simpan
dalam botol atau kantung plastik bila isi lambung tersebut diperlukan untuk pemeriksaan
toksikologik atau laboratorium. Selaput lendir lambung diperiksa terhadap kemungkinan
adanya erosi, ulserasi, perdarahan/resapan darah.
           
Kelenjar suprarenalis
            Anak ginjal kanan terletak di bagian mediokranial dari kutub atas ginjal kanan, berada
antara permukaan belakang hati dan permukaan bawah diafragma. Bentuk seperti trapesium.
            Anak ginjal kiri terletak di bagian mediokranial kiri kutub atas ginjal kiri, terletak antara
pancreas dan diafragma. Bentuk seperti bulan sabit tipis.
 
Limpa
            Limpa normal, permukaanya keriput, warna ungu, perabaan lunak kenyal. Buatlah irisan
penampang limpa, limpa normal mempunyai gambaran jelas, berwarna coklat merah dan bila
di kikis dengan punggung pisau, akan ikut jaringan penampang limpa.
 
Pankreas
            Pankreas terletak di bawah lambung, dan pemotongannya mulai dari duodenum hingga
limpa. Normalnya  permukaan limpa berbelah-belah,warna kelabu agak kekuningan, perabaan
kenyal.
 
Ginjal
            Ginjal diliputi oleh jaringan lemak (capsula adiposa renis). Dengan melakukan pengirisan
di bagian lateral, ginjal dapat dibebaskan. Perhatikan adanya kelainan berupa resapan darah,
luka-luka, atau kista-kista retensi. Irisan pada ginjal dibuat dari lateral ke medial, usahakan
tepat di bidang tengah sehingga penampang akan melewati pelvis renis. Perhatikan gambaran
korteks dan medulla ginjal. Perhatikan juga pelvis renis akan kemungkinan terdapatnya batu
ginjal, tanda peradangan, nanah, dsb.
 
Usus halus
            Usus halus dapat diperiksa di awal, atau di akhir. Usus halus tidak selalu harus di buka,
hanya bila ada indikasi tertentu. Walaupun tidak harus dibuka tetap harus dikeluarkan.
 
 Otak
 Pemeriksaan otak dapat kita lakukan pertama kali, bila kita mencurigai  telah terjadi
perdarahan pada daerah otak.   Pemeriksaan pada otak, khususnya arteri yang membentuk
sirkulus willisi dan vena-vena vertebra adalah penting, khususnya dalam pemeriksaan kasus-
kasus aneurisma berry.
            Perhatikan permukaan luar otak, apakah terdapat perdarahan, atau laserasi. Pisahkan
otak kecil dan otak besar. Otak kecil kemudian dipisahkan juga dari batang otak.

Anda mungkin juga menyukai