Anda di halaman 1dari 9

Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

KEEFEKTIFAN AMDAL/EIA
(ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT)
PADA AKTIVITAS PERTAMBANGAN
DITINJAU DARI SISI LINGKUNGAN
KASUS DI INDONESIA

Herlambang. Y.A, 2011.

Pertumbuhan di berbagai sektor di Indonesia baik meliputi pertumbuhan


ekonomi serta bertambahnya jumlah penduduk, secara tidak langsung mempunyai
korelasi positif terhadap peningkatan permintaan akan sumberdaya alam. Dimana
peningkatan permintaan tersebut bertujuan untuk mendukung berbagai bentuk dari
aktivitas yang ada dalam pertumbuhan di suatu negara. Salah satu jenis dari
sumberdaya alam yang mengalami implikasi dari pertumbuhan tersebut adalah
sumberdaya alam yang tidak dapat terbaharui. Sumberdaya alam yang tidak dapat
terbaharui dapat didefinisikan sebagai sumberdaya alam yang mempunyai
karakteristik volume yang tetap dan tidak dapat diperbaharui lagi.

Secara umum kelompok sumberdaya alam ini dapat dikelompokkan


menjadi 2 yaitu 1) sumberdaya alam yang habis dalam pemakaiannya atau berubah
2)
secara kimiawi, seperti batubara, minyak, dan mineral; serta sumberdaya yang
mempunyai skala waktu pemanfaatan yang relatif agak lama dan dapat dipakai
berulang, seperti logam dan batuan. Pemanfaatan akan sumberdaya alam yang
tidak dapat diperbaharui relatif bervariasi yang ditinjau dari tujuan
penggunaannya, seperti untuk energi maupun logam yang dimanfaatkan untuk
berbagai tujuan yang mendukung kehidupan manusia.

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 1


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

Salah satu bentuk dari aktivitas yang berkaitan erat dengan sumberdaya
alam yang tidak dapat terbaharui adalah pertambangan. Pertambangan dapat
didefinisikan sebagai sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 22 Tahun 2010
Tentang Wilayah Pertambangan). Pertambangan dapat dikatakan suatu
usaha/kegiatan yang kompleks, dimana didalamnya mencakup aspek modal,
tenaga kerja, keselamatan, waktu, geopolitik, serta mempunyai dampak yang
nyata bagi lingkungan hidup.

Gambar 1. Perubahan Topografi Akibat Aktivitas Pertambangan


(Sumber : http://www.google.com, diakses Januari 2011).

Dampak nyata bagi lingkungan hidup sebagai akibat dari aktivitas


pertambangan adalah menurunnya daya dukung lingkungan hidup, sehingga
menyebabkan adanya ketidakseimbangan antara dinamika dari siklus di alam
dengan makhluk hidup yang ada didalamnya. Bentuk dari ketidakseimbangan

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 2


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

hubungan antara dinamika siklus alam dengan makhluk hidup adalah bencana,
yang bervariasi baik meliputi bentuk, jenis, distribusi, maupun intensitasnya.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka kegiatan atau aktivitas


pertambangan memiliki dampak yang cukup nyata bagi lingkungan hidup
wajib/perlu memiliki persyaratan yang mencakup proses pengelolaan lingkungan
hidup sebelum maupun sesudah aktivitas pertambangan tersebut dilakukan.
Persyaratan tersebut tidak hanya dikhususkan untuk pertambangan saja, tetapi
untuk semua kegiatan/aktivitas yang memiliki dampak yang signifikan terhadap
lingkungan hidup. Salah satu bentuk dari persyaratan tersebut adalah AMDAL /
EIA.

AMDAL dapat didefinisikan sebagai suatu kajian mengenai dampak


positif dan negatif dari suatu rencana kegiatan/proyek, yang dipakai pemerintah
dalam memutuskan apakah suatu kegiatan/proyek layak atau tidak layak
lingkungan. Kajian dampak positif dan negatif tersebut biasanya disusun dengan
mempertimbangkan aspek fisik, kimia, biologi, sosial-ekonomi, sosial budaya dan
kesehatan masyarakat (KLH, 2004). Menurut Therivel dan Morris (2001),
EIA/AMDAL adalah suatu proses pengumpulan suatu informasi mengenai akibat
dari suatu kegiatan baik oleh pemrakarsa maupun dari berbagai sumber lainnya,
dimana penyusunannya mendasarkan kondisi yang sebenarnya dan proses
penyusunannya dilakukan sebelum keputusan diberikan maupun sebelum kegiatan
akan dilangsungkan.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka AMDAL/EIA merupakan suatu


tahapan yang cukup penting dalam suatu kegiatan yang akan dilangsungkan,
dimana kegiatan tersebut akan berdampak bagi lingkungan hidup yang ada
disekitar lokasi dari kegiatan tersebut. AMDAL merupakan salah satu alat yang
cukup berharga bagi pemerintah baik pusat dan daerah, pihak swasta/developer
pertambangan, maupun bagi masyarakat. Manfaat AMDAL bagi pemerintah
adalah sebagai gambaran awal dampak yang akan timbul akibat dari proses suatu

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 3


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

kegiatan/proyek, sehingga kedepannya AMDAL dapat berperan sebagai salah satu


aspek dalam proses perencanaan pembangunan suatu wilayah.

Sedangkan untuk pihak swasta/developer yang bergerak dalam bidang


pertambangan, AMDAL merupakan suatu skema yang sistematik mengenai
tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam proses pengelolaan lingkungan
hidup secara berkelanjutan, sebagai konsekwensi dari efek dari proses
pertambangan. Sedangkan untuk masyarakat yang berada disekitar lokasi
pertambangan adalah sebagai informasi awal dari perubahan kondisi lingkungan
hidup yang akan timbul sebagai akibat dari proses penambangan. Selain itu,
masyarakat serta pemerintah (pusat dan daerah) juga memiliki peran yang cukup
penting dalam pengawasan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh
pihak perusahaan pertambangan.

Dewasa ini adanya masalah terjadinya tumpang tindih kepentingan antara


pemerintah (pusat dan daerah), pihak perusahaan pertambangan, dan masyarakat
lokal menyebabkan terjadinya ketidaksinergisan dan keefektifan peran AMDAL
sebagai salah satu alat pengelolaan dan perlindungan lingkungan. Sebagai bentuk
dari ketidaksinergisan maupun ketidakefektifan AMDAL/EIA, dapat disimak
beberapa permasalahan yang timbul akibat aktivitas pertambangan dalam tabel 1.

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 4


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

Tabel 1. Contoh Permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya tumpang tindih
kepentingan.
No Sumber Permasalahan
1 Hentikan Kerusakan Lingkungan, di  Akibat pengerukan timah di lepas pantai terjadi perubahan topografi pantai dari
Darat dan Laut Bangka Belitung; yang sebelumnya landai menjadi curam.
2009/01/23; oleh Indra Ambalika  Hal ini akan menyebabkan daya abrasi pantai semakin kuat dan terjadi perubahan
Syari; dimuat pada Harian Bangka garis pantai yang semakin mengarah ke daratan.
Pos  Akibat berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No
146/MPP/Kep/4/1999 mengenai pencabutan timah sebagai komoditas strategis.
Maka Pemerintah Daerah Bangka, yang diwakili oleh Eko Maulana Ali
memberikan izin aktivitas penambangan skala kecil atau tambang inkonvensional
(TI). Hanya dalam kurun waktu beberapa tahun, jumlah TI darat membabi buta di
Pulau Bangka lalu menular hingga ke bumi laskar pelangi, Pulau Belitung. Selain
itu beroperasi pula beberapa perusahaan peleburan (smelter) timah sekala
menengah di Pulau Bangka membuat persaingan pertambangan timah di darat
semakin tinggi.

2 Longsor di Tambang Emas, Bukti  Menurut Jatam (Jaringan Advokasi Tambang), saat ini limbah tailing PT Freeport
Kerusakan Lingkungan Akibat Indonesia setidaknya sudah mencapai 1,187 milyar ton. Tailing ini dibuang ke
Tambang; 12/05/2008; Ani Purwati; sungai Aghawagon, Otomona, dan Ajkwa, yang mana pada tahun 2005 telah
dimuat pada merusak sekitar 2100 ha hingga 6300 ha hutan bakau. Tak hanya itu, ada 11 ribu
http://www.beritabumi.or.id. ha wilayah estuari tercemar, juga 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa tercemar
tailing dan 13.300 ribu lahan subur terkubur.
 Pada 26 Maret 2006, Menteri Lingkungan Hidup mengumumkan PT FI tidak
memiliki ijin pembuangan air limbah. Limbah tailing di outlet ModADA Pandan
Lima dan Kelapa Lima tidak memenuhi standar parameter padatan terlarut (TSS)
dan tidak memiliki ijin pembuangan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya.
 Sementara itu, PLTU Puncak Jaya menghasilkan emisi tidak memenuhi standar
untuk parameter SO2 serta pelanggaran Peraturan Pemerintah karena terjadinya
pembuangan langsung fly ash dan bottom ash. Meski jelas melanggar UU
Lingkungan Hidup, Jatam menyayangkan pemerintahan SBY tidak bertindak
apapun.

3 Kliping Tambang WALHI Kalsel;  Kalsel adalah salah satu provinsi penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Pada
diakses Januari 2011; Wahana 2006, provinsi ini menghasilkan 55 juta metrik ton atau 30 persen dari produk
Lingkungan Hidup Kalimantan nasional yang mencapai 155 juta metrik ton. Tambang batu bara di provinsi ini
Selatan. diusahakan oleh tidak kurang 260 pemegang Kuasa Pertambangan (KP) yang
semua izinnya dikeluarkan oleh pemerintah daerah, dan 13 pemegang Perjanjian
Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang dikeluarkan
pemerintah pusat.
 Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel mencatat, penambangan batu bara
telah berdampak serius pada kerusakan infrastruktur jalan yang dilalui truk
pengangkut batu bara; berkurangnya mata pencaharian rakyat dari hasil
pertanian, rotan dan karet; terjadi pencemaran air akibat limbah dan lubang galian
yang dibiarkan memicu berkembangbiaknya nyamuk anopheles balabacensis dan
maculator atau nyamuk malaria, yang terkena dampaknya adalah masyarakat di
sekitar tambang rentan terserang penyakit yang mematikan tersebut (pada 2007,
dari yang terdata 1.183 kasus klinis malaria di Kalsel, 17 orang meninggal dunia);
menyebarnya penyakit pernafasan karena pencemaran udara; terjadinya banjir
akibat penggundulan hutan; rusaknya tatanan sosial masyarakat akibat maraknya
prostitusi dan penyebaran miras di areal tambang.
 Hal ini terjadi karena proses penambangan batu bara tidak dibarengi dengan
kemauan semua pihak untuk mematuhi peraturan yang ada. Pemda tingkat
kabupaten/kota yang mengeluarkan banyak izin KP terkesan tidak serius untuk
menegakkan aturan, seperti aturan tentang reklamasi di samping memonitor
(mengawasi) kewajiban pengusaha yang memiliki izin KP.
 pelaku usaha pertambangan terkesan bermain-main dengan aturan yang ada
untuk kepentingan bisnis semata tanpa memikirkan dampak dari kegiatan
terhadap lingkungan baik ekonomi, sosial termasuk melaksanakan Community
Development (CD) untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar tambang.
Keterangan : Diolah dari berbagai macam sumber, Januari 2011.

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 5


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

Berdasarkan pemaparan mengenai beberapa contoh permasalahan yang


timbul sebagai akibat dari adanya tumpang tindih kepentingan dalam aktivitas
pertambangan, menyebabkan ketidakmaksimalan dan kesinergisan AMDAL
sebagai salah satu perangkat dalam pengelolaan dan perlindungan lingkungan
hidup. Apabila permasalahan ini dibiarkan berlarut-larut, maka dikhawatirkan
pada jangka waktu kedepannya maka kerusakan lingkungan hidup yang terdapat
di sekitar daerah pertambangan akan merugikan pemerintah daerah dan pusat
sebagai pihak regulator pembangunan, serta masyarakat lokal sebagai objek dari
perkembangan suatu wilayah. Baik dalam kerugiaan ekonomi serta korban jiwa
dari bencana yang timbul dari aktivitas tersebut.

Lalu berdasarkan pemaparan diatas kemudian muncul suatu pertanyaan,


“Apakah AMDAL/EIA itu tidak efektif dalam pengelolaan serta perlindungan
terhadap lingkungan hidup di Indonesia ?”. Untuk menjawab pertanyaan
tersebut, tentunya perlu melihat kembali keterkaitan antar setiap aspek yang
terdapat di dalam AMDAL itu sendiri, yang disajikan pada Gambar 2. Dalam
skema pada gambar 2, aspek-aspek yang terdapat dalam AMDAL adalah regulator
pembangunan (pemerintah pusat, pemerintah daerah, institusi/lembaga yang
berkepentingan); pelaku pembangunan yang perannya dimainkan oleh pelaku
pertambangan; objek pembangunan yaitu masyarakat; dan kesinergisan dinamika
yang ada pada lingkungan hidup, sebagai tujuan awal dari AMDAL itu sendiri
yaitu pengelolaan dan perlindungan Lingkungan Hidup.

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 6


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

Gambar 2. Kesinergisan AMDAL Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup pada


Aktivitas Pertambangan.

Dalam mencapai hubungan yang sinergis antara aspek-aspek tersebut,


tentunya diperlukan adanya kesamaan visi dan misi baik pihak regulator
pembangunan, masyarakat, serta pelaku pertambangan yang diatur sesuai dengan
peraturan yang berlaku pada setiap daerah pertambangan. Selain itu diperlukan
adanya pengontrolan maupun pengawasan lingkungan hidup, yang mencakup
pembangunan berbagai sektor kehidupan untuk masyarakat yang tinggal disekitar
lokasi pertambangan; laporan hasil pengelolaan lingkungan hidup untuk setiap
periode (kuartal) yang diserahkan kepada pihak regulator pembangunan sebagai

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 7


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

bentuk pertanggungjawaban atas kegiatan pertambangan yang telah dilakukan;


maupun investigasi independen dari pihak regulator pembangunan yang dapat
melingkupi berbagai metode investigasi dalam proses cross-check kepatuhan
pohak/pelaku pertambangan, salah satunya adalah melalui partisipasi masyarakat.

Apabila proses pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh


pihak/pelaku pertambangan tidak sesuai ataupun melanggar dari ketentuan yang
berlaku sebelum kegiatan pertambangan dilakukan, maka pihak regulator
pembangunan berhak mengenakan sanksi administratif baik bagi pihak regulator
dalam hal ini adalah pemerintah daerah serta pelaku pertambangan. Hal ini
tertuang pada UU 32/2009 mengenai Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, dimana pada Pasal 76 ayat 1, 2; Pasal 77, 78, 79, dan 80 (ayat 1 dan 2).

AMDAL merupakan salah satu bentuk dari persyaratan pembangunan


yang berbasis pada lingkungan hidup. Adanya ketidaksinergisan antara aspek-
aspek didalamnya menyebabkan terjadinya tumpang tindih berbagai bentuk
kepentingan, sehingga mengakibatkan tujuan awal yaitu pengelolaan lingkungan
hidup menjadi tidak berjalan semestinya. Berdasarkan hal itu diperlukan adanya
persamaan misi dan visi baik dari pihak regulator pembangunan, pelaku
pembangunan (pelaku/perusahaan pertambangan), dan masyarakat. Adanya saling
keterbukaan setiap pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan lingkungan
hidup maupun pelaku pertambangan merupakan salah satu kunci dalam
keberhasilan pembangunan yang berbasis lingkungan hidup.

References

Burden, F.R., Donnert, D., Godish, T., and McKelvie, I., 2004, Environmental
Monitoring Handbook, The McGraw-Hill Companies, Downloaded from
Digital Engineering Library.

Kementerian Lingkungan Hidup, 2004, Tanya Jawab AMDAL, Asisten Deputi


Urusan Kajian Dampak Lingkungan, Jakarta.

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 8


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia
Sebuah Artikel oleh Yustinus Adityawan Herlambang

Ministry of The Environment, 2005, Report of Rapid Environmental Impact


Assessment At Banda Aceh, Sumatera., Rebuplic of Indonesia, Jakarta.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 22 Tahun 2010 Tentang


Wilayah Pertambangan.

Therivel, R., and Morris, P., 2001, Methods of Environmental Impact Assessmet
2nd Edition, Spon Press, Taylor & Francis Group, London.

Undang - Undang Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

http://www.google.com diakses Januari 2011.

http://www.beritabumi.or.id diakses Januari 2011.

http://www.ubb.ac.id diakses Januari 2011.

Situs Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Kalsel.

Keefektifan AMDAL/EIA (Environmental Impact Assessment) Pada Aktivitas Pertambangan Ditinjau 9


Dari Sisi Lingkungan_Kasus di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai