KEEFEKTIFAN AMDAL/EIA
(ENVIRONMENTAL IMPACT ASSESSMENT)
PADA AKTIVITAS PERTAMBANGAN
DITINJAU DARI SISI LINGKUNGAN
KASUS DI INDONESIA
Salah satu bentuk dari aktivitas yang berkaitan erat dengan sumberdaya
alam yang tidak dapat terbaharui adalah pertambangan. Pertambangan dapat
didefinisikan sebagai sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan, dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan
pascatambang (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 22 Tahun 2010
Tentang Wilayah Pertambangan). Pertambangan dapat dikatakan suatu
usaha/kegiatan yang kompleks, dimana didalamnya mencakup aspek modal,
tenaga kerja, keselamatan, waktu, geopolitik, serta mempunyai dampak yang
nyata bagi lingkungan hidup.
hubungan antara dinamika siklus alam dengan makhluk hidup adalah bencana,
yang bervariasi baik meliputi bentuk, jenis, distribusi, maupun intensitasnya.
Tabel 1. Contoh Permasalahan yang timbul sebagai akibat adanya tumpang tindih
kepentingan.
No Sumber Permasalahan
1 Hentikan Kerusakan Lingkungan, di Akibat pengerukan timah di lepas pantai terjadi perubahan topografi pantai dari
Darat dan Laut Bangka Belitung; yang sebelumnya landai menjadi curam.
2009/01/23; oleh Indra Ambalika Hal ini akan menyebabkan daya abrasi pantai semakin kuat dan terjadi perubahan
Syari; dimuat pada Harian Bangka garis pantai yang semakin mengarah ke daratan.
Pos Akibat berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah dan Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No
146/MPP/Kep/4/1999 mengenai pencabutan timah sebagai komoditas strategis.
Maka Pemerintah Daerah Bangka, yang diwakili oleh Eko Maulana Ali
memberikan izin aktivitas penambangan skala kecil atau tambang inkonvensional
(TI). Hanya dalam kurun waktu beberapa tahun, jumlah TI darat membabi buta di
Pulau Bangka lalu menular hingga ke bumi laskar pelangi, Pulau Belitung. Selain
itu beroperasi pula beberapa perusahaan peleburan (smelter) timah sekala
menengah di Pulau Bangka membuat persaingan pertambangan timah di darat
semakin tinggi.
2 Longsor di Tambang Emas, Bukti Menurut Jatam (Jaringan Advokasi Tambang), saat ini limbah tailing PT Freeport
Kerusakan Lingkungan Akibat Indonesia setidaknya sudah mencapai 1,187 milyar ton. Tailing ini dibuang ke
Tambang; 12/05/2008; Ani Purwati; sungai Aghawagon, Otomona, dan Ajkwa, yang mana pada tahun 2005 telah
dimuat pada merusak sekitar 2100 ha hingga 6300 ha hutan bakau. Tak hanya itu, ada 11 ribu
http://www.beritabumi.or.id. ha wilayah estuari tercemar, juga 20 – 40 km bentang sungai Ajkwa tercemar
tailing dan 13.300 ribu lahan subur terkubur.
Pada 26 Maret 2006, Menteri Lingkungan Hidup mengumumkan PT FI tidak
memiliki ijin pembuangan air limbah. Limbah tailing di outlet ModADA Pandan
Lima dan Kelapa Lima tidak memenuhi standar parameter padatan terlarut (TSS)
dan tidak memiliki ijin pembuangan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya.
Sementara itu, PLTU Puncak Jaya menghasilkan emisi tidak memenuhi standar
untuk parameter SO2 serta pelanggaran Peraturan Pemerintah karena terjadinya
pembuangan langsung fly ash dan bottom ash. Meski jelas melanggar UU
Lingkungan Hidup, Jatam menyayangkan pemerintahan SBY tidak bertindak
apapun.
3 Kliping Tambang WALHI Kalsel; Kalsel adalah salah satu provinsi penghasil batu bara terbesar di Indonesia. Pada
diakses Januari 2011; Wahana 2006, provinsi ini menghasilkan 55 juta metrik ton atau 30 persen dari produk
Lingkungan Hidup Kalimantan nasional yang mencapai 155 juta metrik ton. Tambang batu bara di provinsi ini
Selatan. diusahakan oleh tidak kurang 260 pemegang Kuasa Pertambangan (KP) yang
semua izinnya dikeluarkan oleh pemerintah daerah, dan 13 pemegang Perjanjian
Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) yang dikeluarkan
pemerintah pusat.
Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel mencatat, penambangan batu bara
telah berdampak serius pada kerusakan infrastruktur jalan yang dilalui truk
pengangkut batu bara; berkurangnya mata pencaharian rakyat dari hasil
pertanian, rotan dan karet; terjadi pencemaran air akibat limbah dan lubang galian
yang dibiarkan memicu berkembangbiaknya nyamuk anopheles balabacensis dan
maculator atau nyamuk malaria, yang terkena dampaknya adalah masyarakat di
sekitar tambang rentan terserang penyakit yang mematikan tersebut (pada 2007,
dari yang terdata 1.183 kasus klinis malaria di Kalsel, 17 orang meninggal dunia);
menyebarnya penyakit pernafasan karena pencemaran udara; terjadinya banjir
akibat penggundulan hutan; rusaknya tatanan sosial masyarakat akibat maraknya
prostitusi dan penyebaran miras di areal tambang.
Hal ini terjadi karena proses penambangan batu bara tidak dibarengi dengan
kemauan semua pihak untuk mematuhi peraturan yang ada. Pemda tingkat
kabupaten/kota yang mengeluarkan banyak izin KP terkesan tidak serius untuk
menegakkan aturan, seperti aturan tentang reklamasi di samping memonitor
(mengawasi) kewajiban pengusaha yang memiliki izin KP.
pelaku usaha pertambangan terkesan bermain-main dengan aturan yang ada
untuk kepentingan bisnis semata tanpa memikirkan dampak dari kegiatan
terhadap lingkungan baik ekonomi, sosial termasuk melaksanakan Community
Development (CD) untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar tambang.
Keterangan : Diolah dari berbagai macam sumber, Januari 2011.
References
Burden, F.R., Donnert, D., Godish, T., and McKelvie, I., 2004, Environmental
Monitoring Handbook, The McGraw-Hill Companies, Downloaded from
Digital Engineering Library.
Therivel, R., and Morris, P., 2001, Methods of Environmental Impact Assessmet
2nd Edition, Spon Press, Taylor & Francis Group, London.