Geologi Jurnal
Geologi Jurnal
S A R I
Daerah Malenggang, Balai Karangan, Kabupaten Sanggau, merupakan salah satu daerah
penghasil emas di Provinsi Kalimantan Barat, daerah ini umumnya ditutupi oleh lapisan tanah penutup
berwarna merah atau putih kekuningan dengan ketebalan sekitar 1,0 m sampai 5,0 m yang umumnya
menutupi endapan aluvial mengandung emas dengan ketebalan bervariasi antara 0,5 m sampai 1,5 m
terutama terdiri dari pasir kuarsa, fragmen batuan kuarsa, kwarsit, dan mineral zirkon, magnetit,
turmalin, mineral berat lainnya, serta limonit. Batuan yang mendasari endapan emas aluvial terdiri dari
batupasir kotor/grewacke dan batulempung.
Penambangan emas aluvial dan emas primer saat ini masih berlangsung, penambangan emas
primer umumnya dilakukan dilokasi bekas tambang aluvial. Emas primer ditemukan pada batuan
dasar endapan aluvial berupa batupasir dan batulempung pada kedalaman > 25 m, penambangan
dilakukan dengan membuat lobang vertikal dan lobang horizontal mengikuti arah urat.
Hasil evaluasi potensi bahan galian pada wilayah bekas tambang dan PETI emas aluvial,
diketahui sisa sumber daya bahan galian emas aluvial di daerah Takalong Miru sebesar 944,50 kg dan
Takalong Samaras 562.500 m³. Kandungan emas di daerah Taye, Lubuk Pawon dan sepanjang aliran S.
Saih (blok I) masih berpotensi untuk diusahakan. Kandungan mineral ilmenit umumnya > 75% dan
zirkon bervariasi antara 6% - 55% dan endapan lempung mempunyai kandungan kaolin rata-rata 66%
dan muscovit 34%. Endapan emas aluvial di daerah Taye, Lubuk Pawon dan sepanjang aliran S. Saih
(blok I) masih berpotensi untuk diusahakan.
Penambangan emas primer dapat dikatakan tidak optimal, urat kuarsa yang diperkirakan
mempunyai kandungan emas rendah di buang bersama-sama batuan samping berupa batupasir dan
batelempung. Hasil analisis menunjukan kandungan emas pada urat kuarsa tersebut sebesar 40,300
ppm Au dan pada batupasir 91,400 ppm Au serta hasil analisis tailing memperlihatkan kandungan
emas sebesar 27,500 ppm dan 109,200 ppm.
252
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
optimal serta sangat merusak dan mencemarkan yang menjadi terkenal saat ini sebagai
lingkungan. Pertambangan Tanpa Izin (PETI), kegiatan
penambangan ini merambah ke daerah Sanggau
Berpedoman pada salah satu azas konservasi juga ke daerah lainya.
untuk mewujudkan dan tercapainya pemanfaatan
bahan galian secara bijaksana, optimal dan Ciri-ciri pertambangan tanpa izin, diantaranya :
mencegah pemborosan dengan sasaran untuk 1. Produktifitas rendah, karena kemampuan
mensejahterakan masyarakat serta melaksanakan yang terbatas dalam cara penambangan,
pembangunan yang berkelanjutan, perlu lebih banyak disebabkan oleh keederhanaan
dilakukan evaluasi potensi bahan galian pada cara kerja alat dan hanya ingin memperoleh
bekas tambang dan wilayah PETI. Kelompok keuntungsan secara cepat.
Kerja Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi, 2. Mengabaikan lingkungan, disebabkan
Badan Geologi dengan biaya Anggaran Biaya kemudahan untuk memperoleh emas
Luncuran tahun 2006 memilih daerah Balai tersebut, umumnya mereka tidak
Karangan (Desa Malenggang, Kecamatan memperhatikan cara-cara penambangan dan
Sekayam), Kabupaten Sanggau, Provinsi pengolahan yang benar.
Kalimantan Barat sebagai daerah kegiatan 3. Kurang memperhatikan keselamatan kerja,
evaluasi potensi bahan galian pada bekas ketidak tahuan mengenai K3 dan teknik
tambang dan wilayah PETI dengan ruanglingkup penambangan menyebabkan sering
penanganan sisa cadangan, pendataan bahan terjadinya kecelakan yang dapat merenggut
galian marginal, penangan tailing, pemanfaatan nyawa penambang.
bahan galian lain dan mineral ikutan. 4. Tidak memperhatikan konservasi bahan
galian.
Secara regional sesuai dengan Rencana Penataan
Ruang Kawasan Perbatasan Kalimantan Sarawak MAKSUD DAN TUJUAN
dan Sabah daerah Kecamatan Sekayam termasuk Dengan kegiatan ini dapat diperoleh data,
Kawasan Pertanian dan Perkebunan yang informasi dan mengevaluasi mengenai potensi
berpotensi untuk diusahakan kegiatan pertanian bahan galian pada wilayah bekas tambang dan
dan perkebunan seperti padi, karet, kelapa sawit, PETI terutama mengenai sumberdaya/cadangan
kelapa dan lada. Daerah ini juga termasuk tertinggal, bahan galian lain, mineral ikutan,
Kawasan Pertambangan yang tidak berpotensi recovery penambangan dan pengolahan,
untuk pertambangan sekala besar. penanganan tailling, permasalahan konservasi.
Mata pencaharian utama penduduk adalah Tujuan kegiatan evaluasi potensi bahan galian
berkebun dan berladang, umumnya mereka pada bekas tambang dan wilayah PETI adalah
bertanam karet, lada, buah-buahan dan sayuran, mendorong terwujudnya pengelolaan bahan
dengan adanya kegiatan penambangan terutama galian secara optimal, bijaksana, efektif dan
emas mata pencaharian penduduk beralih kepada efisien, serta mencegah terjadinya pemborosan
kegiatan penambangan emas aluvial dan pemanfaatan bahan galian.
penambangan emas primer.
LOKASI KEGIATAN
LATAR BELAKANG Lokasi kegiatan termasuk wilayah Desa
Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah Malenggang, Kecamatan Sekayam, Kabupaten
yang telah dikenal sebagai daerah penghasil Sanggau. Kecamatan Sekayam termasuk
emas, khususnya emas aluvial, semenjak orang- kecamatan paling utara dari Kabupaten Sanggau
orang Cina melakukan penambangan di Distrik dan secara geografis terletak antara 0 45’00 – 0
Cina. Berakhirnya Kongsi Cina sekitar tahun 50’ 00 LU dan 110 45’00 – 110 50’00 BT
1850 penambangan emas aluvial dilakukan (gambar 1). Daerah ini berbatasan langsung
secara kecil-kecilan dan tidak teroganisir dengan Negara Malaysia Timur yaitu Negara
sehingga disebut sebagai Pertambangan Rakyat Bagian Serawak, dan dapat dicapai dari Kota
253
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
254
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
lainnya. Di bawah endapan aluvial ditemukan lain. Pengolahan dilakukan dengan (sluice box)
batuan sedimen berupa batupasir kotor/grewacke 2 tingkat atau 1 tingkat, dimana emas akan
berwarna abu-abu tua kehijauan hingga hitam terperangkap pada karpet yang dipasang
kehijauan, berbutir sedang hingga kasar, sepanjang sluice box tersebut. Biasanya kegiatan
porositas jelek, bersudut tanggung, sorting jelek, ini berlangsung 1 hari penuh, kemudian karpet
sebagian mengandung pirit, urat halus kuarsa diangkat dan dicuci dalam drum untuk
hingga 1,5 cm. dan batulempung berwarna abu- mengeluarkan material yang terperangkap pada
abu tua kehitaman, lengket dalam keadaan karpet termasuk butiran emas. Selanjutnya
basah, lunak, sebagian masif dan juga meterial tersebut didulang sampai diperoleh
mengalami perlipatan kuat, mengandung urat konsentrat, dengan ditambah air raksa
kuarsa, pirit, tembaga sekunder berupa malakit pendulangan dilakukan kembali untuk
dan mengandung emas. Kedua batuan ini disebut menangkap butiran emas. Air raksa yang
“kong” yang merupakan batuan yang mendasari mengandung emas kemudian diperas dengan
endapan aluvial. menggunakan kain untuk memperoleh amalgam,
kemudian digarang menjadi bullion Au dan Ag.
Penyebaran endapan aluvial di daerah Penambang dapat memperoleh hasil 100 gr/hari
Malenggang sangat luas, potensi endapan aluvial apabila mendapatkan bonanza akan tetapi
yang mengandung emas tersebar setempat- apabila mendapat endapan yang tidak kaya
setempat (gambar 2). hanya memperoleh 5 gr/hari dengan luas bukaan
rata-rata sekitar 15 m x 15m s/d 20 m x 20 m.
Pada kegiatan ini daerah kegiatan dibagi menjadi
2 blok, yaitu : blok I-Takalong Samaras (wilayah Penambangan emas primer
ini terletak di sebelah utara jalan yang Penambangan terdapat di daerah Takalong Miru
menghubungi Balai Karangan dengan Desa dan Takalong Samaras, daerah ini dahulunya
Malenggang) dan blok II-Takalong Miru terletak merupakan lokasi penambangan emas aluvial.
sebelah selatannya. Setelah endapan emas aluvial di tambang, batuan
dasarnya dicoba digali dan ditemukan urat-urat
Pertambangan kuarsa yang mengandung emas dalam
Penambangan di daerah ini dimulai sekitar tahun batulempung yang telah terlipat kuat. Penggalian
1986 - 1987 dilakukan oleh rakyat setempat dilakukan dengan cara membuat lobang vertikal
untuk emas aluvial dan masih berlangsung dengan kedalaman ada yang mencapai 30 m,
sampai saat ini di beberapa lokasi seperti di kemudian apabila ditemukan urat kuarsa
daerah Takalong Miru, daerah Taye, daerah penggalian dilakukan secara horizontal
Lubuk Pawon dan dipingggir jalan Desa mengikuti arah urat. Batuan yang mengandung
Malenggang dengan metoda tambang semprot. emas tinggi ditempatkan dalam suatu lokasi
Untuk tambang emas primer kegiatan baru dalam lobang dan dimasukan kedalam karung,
dimulai tahun 2004 terdapat di daerah Takalong setelah terkumpul cukup banyak batuan tersebut
Samaras dan Takalong Miru serta penggalian diangkat ke atas dengan menggunakan kerekan.
intan masih dilakukan di daerah Kenuling secara Pada penambangan ini batuan samping berupa
perorangan. urat kuarsa dan batulepung termineralisasi yang
Kegiatan penambangan yang dilakukan saat ini dianggap tidak mempunyai kandungan emas
tidak termasuk pada Wilayah Hutan Lindung tinggi di buang dan dibagikan kepada
Sanggau (gambar 1). masyarakat yang memang pekerjaannya
mengambil batuan tersebut terutama urat kuarsa.
Pertambangan emas aluvial Oleh para penampung batuan (urat kuarsa) ini
Penambangan dilakukan secara kelompok- diolah dengan menggunakan teromol dan dari
kelompok kecil yang terdiri dari atas 5 – 7 orang informasi mereka batuan ini masih mengandung
pada lokasi yang tersebar, peralatan yang emas, ada yang mencapai 10 gram/teromol. Di
digunakan adalah pompa lengkap dengan daerah Takalong Samaras terdapat 6 kelompok
monitornya (pompa semprot), cangkul dan lain- penambang tiap kelompok terdiri dari 6 – 10
255
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
pekerja dengan hasil antara 20 gr – 50 gr emas rata-rata 0,75 dapat diketahui volume
emas/hari untuk setiap kelompok dan di daerah potensi endapan emas aluvial di daerah Takalong
Takalong Miru terdapat 2 kelompok dan Miru 50.000.000 m² x 0,75 m = 37.500.000 m³.
ditemukan beberapa lobang (shaft) yang telah Volume potensi endapan emas yang sudah
ditinggalkan. Umumnya pembuatan lobang ditambang 8.000.000 m² x 0,75 m = 6.000.000
vertikal maupun horizontal untuk pengambilan m³ dan 22500 m² x 0,75 m = 16.875 m³. Setelah
batuan yang mengandung emas, dilakukan oleh ditambang meninggalkan sisa sebesar
penduduk pendatang terutama dari Jawa Barat 37.500.000 m³ - 6.016.875 m³ = 31.483.125 m³.
dan merupakan orang yang dipercaya untuk Daerah Takalong Samaras volume potensi
melakukan ini. Pengolahan dilakukan dengan endapan aluvial tertingggal 750.000 m² x 0,75 m
cara menumbuk batuan yang mengandung emas = 562.500 m³. Untuk daerah lainnya seperti di
menjadi ukuran 0,5 – 2 cm, kemudian daerah Taye dan Lubuk Pawon penyebaran
dimasukan kedalam gelundungan kapasitas 20 endapan aluvial mengikuti lembah sungai dan
kg atau 30 kg yang telah terisi batangan/bola sulit untuk diketahui luasnya. Diperkirakan
besi selanjutnya dimasukan air raksa air raksa endapan pembawa emas aluvial di daerah
untuk dilakukan proses amalgamasi selama 1 – 5 Malenggang yang belum diusahakan dan
jam. Setelah proses amalgamasi selesai, diketahui masih cukup luas. Tidak ada data
dilakukan proses pemisahaan antara amalgam mengenai kekayaan lapisan endapan pembawa
dengan tailing bijih emas dengan cara panning. emas di daerah kegiatan dan data produksi hasil
Amalgam yang masih bercampur dengan air penambangan, informasi yang diperoleh dari
raksa disaring atau diperas sehingga diperoleh penambang hanya berupa nilai kadar emas yang
amalgam (Au, Ag dan Hg), kemudian digarang diperoleh per hari dari setiap kegiatan
untuk dijadikan bullion. penambangan. Perolehan para penambang dapat
mencapai 100 gr/h apabila mendapat lapisan
Penambangan intan yang kaya dan ada juga yang memperoleh 5 gr/h.
Intan di daerah Kenuling terdapat pada lempung Hasil analisis menunjukan kandungan emas
putih kekuning-kuningan, penggalian dilakukan berbeda di setiap lokasi, dihitung dalam satuan
oleh masyarakat setempat dengan cara menggali m³ maka kandungan emas pada lokasi :
lempung tersebut, kemudian didulang. Dari hasil MLG/04/EN 30 mg/m³ (Takalong Miru-blok II),
pendulangan apabila tidak diperoleh butiran MLG/07/EN 15 mg/m³ (Takalong Miru-blok II),
intan, konsentrat dulang ini umumnya MLG/10/EN 473 mg/m³ (jalan menuju Lubuk
mengandung butiran emas. Daerah penggalian Pauh/Takalong Samaras-blok I), MLG/11/EN
intan ini ditutupi oleh tanaman resam dan 675 mg/m³ (Lubuk Pauh/Takalong Samaras-blok
jengger dengan luas ± 400 m x 400 m. I), MLG/13/EN 1508 mg/ m³ (Daerah
Taye/Takalong Samaras-blok I), MLG/16/EN
PEMBAHASAN 107 mg/ m³ (Kenuling-blok II). Hasil analisis
Emas aluvial contoh endapan emas aluvial dari blok II sangat
Luas potensi endapan emas aluvial pada daerah rendah, di daerah ini hanya beberapa penambang
blok II ± 5000 Ha, telah ditambang ± 800 Ha masih melakukan penambangan dengan
(daerah Takalong Miru) dan 2,25 Ha di daerah mengharapkan akan memperoleh keuntungan
Sipul. Pada daerah blok I luas potensi endapan yang besar. Diperkirakan daerah-daerah yang
emas aluvial ± 375 Ha, telah ditambang ± 300 mempunyai kadar emas tinggi telah ditambang.
Ha (daerah Takalong Samaras) dan sisa potensi Pendataan di salah satu bekas tambang di daerah
endapan emas aluvial ± 75 Ha, penambangan Desa Malenggang dekat aliran S. Saih-blok II,
dilakukan juga di beberapa tempat seperti di diperoleh informasi dari pada penambang bahwa
daerah Taye ± 1,5 Ha serta daerah Lubuk Pawon dengan luas bukaan tambang 300 m x 25 m,
± 2 Ha. Ketebalan tanah penutup pada setiap tebal lapisan pembawa emas tebal ± 1 m
daerah bervariasi antara 3 m – 6 m dan lapisan diperoleh emas sebesar 20 kg. Dapat
pembawa emas antara 0,5 m – 1m atau rata-rata diperkirakan kadar emas di daerah ini sebesar
0,75 m. Dengan ketebalan lapisan pembawa 2.000.000 gr : (300mx 25m x 1m ) = 266,67
256
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
257
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
cukup tinggi. Hasil analisis 2 buah contoh tailing mencapai lapisan “pay streak” dan hasilnya
hasil pengolahan dari 2 lokasi tambang yaitu tidak cukup besar panambangan akan dialihkan
Takalong Miru dan Takalong Samaras ketempat lain. Daerah-daerah ini ditinggalkan
memperlihatkan kandungan emasnya sebesar tanpa dilakukan rehabilitasi membentuk
27,500 ppm dan 109,200 ppm. Dibandingkan hamparan pasir yang luas dan menjadi kolam-
dengan tailing hasil pengolahan di daerah kolam air dengan kedalaman 3 – 6 m, cara
Pasaman Sumatera Barat dimana kandungan penambangan ini sangat merusak lingkungan.
emasnya rata-rata < 15 ppm (Tim Pasaman, Padahal pelaksanaan kegiatan tambang
2005), daerah Cikidang < 15 ppm (Tim Cikidang permukaan telah diatur dalam Kepmen
PKSDM 2002), G. Pani, Gorontalo 3 – 73 ppm Pertambangan dan Energi No :
(Tim Konservasi G. Pani 2002) dan Tanah Laut 1211.K/008/M.PE/1995 tentang : Pencegahan
rata-rata 12 ppm (Tim Kabupaten Tanah Laut, dan Penanggulangan Perusakan dan Pencemaran
2004), kandungan emas pada tailing di daerah Lingkungan Pada Kegiatan Usaha Pertambangan
Takalong cukup tinggi. Hal ini disebabkan cara Umum, pada pasal 12 ayat 1 dan 2, pasal 16 ayat
pengolahan yang dilakukan tidak maksimal, 1 dan 2 yang menjelaskan reklamasi dan metode
dengan waktu penggilingan hanya dilakukan 1 – pengisian kembali (back filling).
5 jam batuan pembawa emas seluruhnya tidak
hancur menjadi material lempung yang Penambangan emas primer dilakukan dengan
menyebabkan emas di dalam batuan tidak cara menggali lobang vertikal dan dilanjutkan
seluruhnya dapat larut. Tailing umumnya di dengan membuat lobang horizontal apabila telah
tampung pada suatu tempat atau dimasukan menemukan urat yang mengandung emas.
kedalam karung. Contoh tailing dari kedua Penentuan lokasi lobang ini dilakukan dengan
tempat ini memperlihatkan tailing masih perkiraan, cara ini menyebabkan para
berbentuk pasir. Tingginya kandungan kadar Hg penambang banyak yang gagal untuk
pada 2 contoh tailing sebesar 150 ppm dan 215 memperoleh keuntungan, keadaan ini dapat
ppm dapat berasal dari kandungan Hg di batuan dilihat adanya beberapa bekas penggalian yang
ditambah Hg yang digunakan dalam pengolahan. ditinggalkan di daerah Takalong Miru. Biaya
untuk membuat satu lobang sekitar Rp. 300 juta
Mineral ikutan dan bahan galian lain rupiah, pemodal biasanya berasal dari
Analisis butir beberapa contoh konsentrat dan perorangan
tailing memperlihatkan mineral ilmenit dan
zirkon merupakan mineral dengan kandungan KESIMPULAN DAN SARAN
terbanyak, kandungan ilimenit umumnya > 75% Kesimpulan
dan zirkon bervariasi antara 6% - 55% a) Penambangan emas di daerah Malenggang,
Balai Karangan umumnya dilakukan oleh
Bahan galian lempung di daerah ini belum penduduk setempat dan pendatang dengan
dimanfaatkan, penyebarannya cukup luas di memperoleh izin dari Bupati berupa Wilayah
daerah Kenuling ± 400 m x 400 m dan di daerah Pertambang Rakyat;
bekas tambang Takalong Miru penyebarannya
setempat-setempat. Hasil analisis lempung di
b) Daerah Malenggang masih mempunyai
daerah ini memperlihatkan kandungan kaolin ±
potensi endapan bahan galian emas aluvial
67% dan muscovit 33%.
untuk diusahakan terutama pada daerah blok
I, pada blok II diperkirakan sumber daya
Cara penambangan
tertinggal sebesar 944,50 kg. akan tetapi
Penambangan emas aluvial dilakukan oleh
dengan kekayaan endapan yang relatip kecil
rakyat tidak sistem matis, hal ini dapat dilihat
akan timbul kendala dalam pengolahannya;
cara penambangan yang tersebar tidak merata.
Mereka menambang berdasarkan perkiraan
bahwa daerah tersebut mengandung emas yang c) Mineral ikutan ilimenit dan zircon
cukup menguntungkan, setelah penggalian merupakan mineral ikutan yang dominant,
258
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
259
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
Tim Kabupaten Tanah Laut, 2004, Laporan Rencana Penataan Ruang Kawasan Perbatasan
Pemantauan dan Pendataan Bahan Kalimantan Sarawak dan Sabah
Galian Pada Bekas Tambang dan (Usulan Keputusan Presiden Republik
Wilayah PETI Daerah Kabupaten Indonesia), 2003, Direktorat Jenderal
Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Penataan Ruang, Departemen
Selatan, Direktorat Inventarisasi Permukiman Dan Prasarana Wilayah
Sumber Daya Mineral, Bandung.
260
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
TABEL 1. Perbandingan hasil analisis tailing dengan endapan yang mengandung emas
261
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
262
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN
TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI
263