Anda di halaman 1dari 70

Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta

(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

IKATAN KELUARGA BESAR MANGGARAI TIMUR SELURUH


YOGYAKARTA
(Ikamarsta)

Menyampaikan Ucapan Selamat Atas Terpilihnya

BAPAK DRS. YOSEPH TOTE, M.Si


dan
BAPAK ANDREAS AGAS, SH., M.hum
Sebagai Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur Periode 2009-2014

Kiranaya rahmat dan berkat Tuhan yang Maha Kuasa akan selalu
menaungi perjalanan hidup bapak berdua, khususnya dalam mengemban
amanah dari seluruh masyarakat Manggarai Timur. Semoga
kepemimpinan bapak berdua mampu membawa perubahan demi
terciptanya kehidupan masyarakat Manggarai Timur yang adil, makmur
dan sejahtera.

Tabe dami,

Maria S. Irene Mariano Deventer


Ketua Ikamarsta Sekretaris Ikamarsta
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Pengurus Ikamarsta, 2009/2010


“union fait la force”
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

DARI JOGJA UNTUK MANGGARAI TIMUR

Oleh Alfred Tuname

A. Pengantar
Yogyakarta merupakan sebuah propinsi yang memiliki banyak prestasi dengan sederet
ikon yang berdiri di balakang namanya. Yogyakarta adalah kota budaya, kota pendidikan,
kota pelajar, kota pariwisata, kota perjuangan, kota gudeg, kota sepeda, kota reformasi,
dan Indonesia kecil. Ikon-ikon inilah yang menjadikan kota Yogyakarta memiliki daya
tarik tersendiri. Oleh sebab itu, banyak generasi muda dari berbagai propinsi dan daerah
datang ke kota ini dengan berbagai alasan. Tentu saja, alasan yang paling dominan adalah
untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Untuk alasan itu pula, generasi muda
Manggarai khususnya Manggarai Timur datang ke kota ini.

Generasi muda Manggarai Timur yang kemudian disebut mahasiswa Manggarai Timur
disela-sela kesibukan kuliah membentuk organisasi yang bersifat kekeluargaan. Dengan
semangat kekeluargaan pula dibentuklah Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur
Seluruh Yogyakarta (Ikamarsta) pada tahun 2007. Ikamarsta mengayomi mahasiswa
Manggarai Timur dan orang tua yang berasal dari Manggarai Timur. Ikamarsta
dibentuk bukan saja sekadar sebagai wadah nostalgia tetapi sebagai organisasi yang
visioner. Organisasi ini memiliki visi yaitu membangun kesadaran kritis dan solidaritas
dalam semangat persaudaraan. Harapannya adalah masyarakat Manggarai Timur
Yogyakarta memiliki kesadaran, sikap dan perilaku berbasis budaya Manggarai. Jargonya
adalah kudut neka hemong kuni agu kalo.

B. Ikamarsta dan Manggrai Timur


“fundamentally, there is no right education except growing up into a worthwhile world”
merupakan kalimat Paul Goodman1 yang sudah memberikan amunisi pada semangat ase
kae Ikamarsta untuk berkarya. Sebagai mahasiswa mereka tidak saja belajar tetapi mereka
juga dituntut untuk menjadi agent of change yakni generasi muda yang memiliki kesadaran
kritis sehingga mampu melihat dunia dan permasalahnya dengan jelas. Namun, tidak

1
Paul Goodman, Compulsary Mis-Education and The Community Of Schoolars, Vintage Books, New York,
1964, hal. 59
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

berhenti di situ, mereka juga harus berbuat yang bernilai untuk “growing up into a
worthwhile world”. Dalam kaitan dengan itu, Anak-anak Ikamarsta memiliki peranan dan
bertanggung jawab dalam rangka membuat dunia lebih baik khususnya Manggarai
Timur. Oleh sebab itu, Ikamarsta harus turut berperan serta aktif dalam membantu
membangun masyatakat Manggarai Timur yang sejahtera dan berkeadilan.

Kabupaten Manggarai Timur merupakan sebuah kabupaten baru yang disahkan oleh
DRP RI pada 17 Juli 2007 sebagai hasil pemekaran dari kabupaten Manggarai menurut
amanat undang-undang Dasar 1945 yang telah diamandemen, pasal 18 dan Undang-
Undang Otonomi Daerah nomor 32 ahun 2004, pasal 4. Kabupaten ini memiliki enam
kecamantan (Poco Ranaka, Borong, Kota Komba, Lambaleda, Elar Dan Sambi Rampas),
luas wilayah 2. 643,41 km persegi dan jumlah penduduk ± 232.020 jiwa2.

Selain telah dibaptis sebagai kabupaten baru, kabupaten Manggarai Timur memiliki
predikat daerah otonomi yang luas. Menurut Sabaruddin, penekanan defenisi daerah
otonomi adalah lebih berorientasi kepada masyarakat, kewenangan daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyatakat setempat menurut prakarsa sendiri3.
Dan pada dasarnya, pemekaran kabupaten bertujuan untuk mendapatkan keadilan dan
pemerataan dengan cara meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mempercepat ekonomi
pembangunan, mempercepat proses demokrasi, meningkatkan pelayanan publik dan pada
waktu yang bersamaan dengan membawa pemda yang baru untuk lebih dekat dengan
rakyat. Dari sisi politik, tujuan pemekaran adalah untuk mengakhiri sistem sentralisasi
serta mempercepat tuntutan proses demokratisasi melalui sistem desentralisasi4. Di sisi
lain, pemekaran merupakan upaya pemerintah pusat untuk mencegah tindakan
separatisme sebagai akibat ketimpangan pendapatan daerah dan pudarnya semangat
nasionalisme. Dari sisi ekonomi, pemekaran bertujuan, pertama, meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi daerah yakni meningkatnya lapangan kerja dan kesejahteraan
rakyat. Kedua, adanya desentralisasi fiskal diharapkan dapat mengatasi masalah
ketidakefisienan pemerintah yang diukur dari besaran dari biaya transaksi,

2
Wiipedia (2008) , Manggarai Timur, wikipedia online, 02 Januari. Available from:
http://id.wikipedia.org/wiki/manggarai_timur
3
Shulton Shajril Sabaruddin, Otonomi Daerah: Moratorium Pemekaran Pemerintah Daerah, hal.3
4 Desentralisasi adalah penciptaan badan yang terpisah oleh aturan hukum dari pemerintah pusat, dimana
pemerintah daerah diberi kekuasaan untuk mengelola sumber daya daerah dan membuat keputusan persoalan
publik.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

ketidakstabilan makro ekonomi yang diukur dari tingkat inflasi dan pengangguran
daerah, serta kelambanan pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB. Ketiga, dengan
pemekaran ini diharapkan dapat menurunkan level pelayanan masyarakat ke tingkat
wilayah administrasi paling bawah sehingga dapat mengelola pembangunan daerah
menjadi lebih cepat dan akurat. Dan keempat, dengan otonomi daerah ini diharapkan
anggaran daerah dapat mengalir menuju sektor atau masyarakat dengan tepat sasaran
sehingga dapat mencapai kegiatan pembangunan daerah yang merata dan tepat di
masing-masing daerah.

Untuk mewujudkan itu, dibutuhkan pemerintah yang pro rakyat. Pemerintahan yang pro
rakyat adalah pemerintah yang tidak mempermainkan kepentingan rakyat demi untuk
memperoleh imbalan materi tertentu. Filsuf Michael Foucault menyatir pemerintah
sebagai alat utama kekuasaan politik bahwa tujuan pemerintah bukanlah aksi memeritah
itu sendiri, melainkan kesejahteraan, perbaikan kondisi, peningkatan kesejahteraan, umur
panjang dan kesehatan bagi masyarakat. Dalam pandangan Marzuki, hal ini disebut
disebut sebagai “politik untuk mensejahterakan rakyat”5. Bagi Marzuki, untuk
mewujudkan kesejahteraan itu, mula-mula pemerintah harus mampu dan mau
memciptakan sistem yang fair dan adil. Sistem ini selalu melihat dan melayani
kepentingan rakyat banyak di atas kepentingan suku atau golongan.

Sebelum menjabat sebagai bupati dan wakil bupati defenitif Manggarai Timur, Drs.
Yoseph Tote, M.Si dan Andreas Agas, Sh.M.Hum dalam kampanyenya mencanangkan
program-program yang berprioritas pada masalah komonditi hasil pertanian (cengkeh,
kopi,vanili, kemiri dan kakao) kesehatan, pendidikan serta iklim pelayanan pemerintah
terhadap masyarakat yang mengutamakan asas transparansi serta bertanggung jawab
penuh pada rakyat sebagai salah satu bagian dari rakyat yang harus ke kembali kepada
rakyat6. Sebagai warga Manggarai Timur di perantauan, Ikamarsta menilai program ini
cukup fair dan adil kepada rakyat. Dikatakan demikian, sebab faktor unggulan Manggarai
Timur adalah sektor pertanian dan perkebunan. Mayoritas masyarakat Manggarai Timur
adalah petani. Dan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus

5
HM. Nasruddin Anshoriy Ch, Demasifikasi Pemerintahan Perspektif Marzuki Usman, Jendela, Yogyakarta,
2004, hal. 221-222.
6
Wahyudin, YOGA: Optimis Bangun Manggarai Timur, Hak Suara Milik Rakyat, 11 November 2008.
available from http://www.haksuara.com
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

memprioritas pertumbuhan sektor pertanian. Di sisi lain, buruknya kualitas kesehatan,


pendidikan dan public services harus menjadi perhatian serius seluruh jajaran pemeritahan
daerah Manggarai Timur. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia (SDM) masyarakat Manggarai Timur. Dan kualitas SDM yang baik memiliki
korelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Tentu saja semua masyarakat Manggarai
Timur menanti sejauh mana realisasi kampanye tersebut.

Namun, dalam mewujudkan masyarakat Manggarai Timur yang sejahtera disadari


tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Begitu banyak persoalan, rintangan dan
tantangan yang harus dihadapi pemerintah. Pemerintah pun tidak dapat bekerja sendirian
untuk mewujudkan cita-cita bersama itu. Semua elemen masyarakat Manggarai Timur
(pemerintah, gereja, korporasi, masyarakat sipil) harus saling bersinergi dan bekerja sama
untuk membangun Manggarai Timur demi mewujudkan cita-cita kolektif, masyarakat
Manggarai Timur yang sejahtera dan keberkeadilan.

Dari perantauan, Ikamarsta sebagai bagian dari elemen masyarakat Manggarai Timur
bertekad untuk membantu mewujudkan masyarakat Manggarai Timur yang sejahtera
dan berkeadilan. Ikamarsta pun siap untuk bersinergi dengan elemen manapun guna
terwujudkan cita-cita bersama tersebut. Dan sebagai generasi muda Manggarai Timur,
kami mewujudkan cita-cita bersama itu dengan menyiapkan diri sebagai generasi yang
berkualitas; berpikir kritis, kreatif dan memiliki skill. Sejak terbentuknya Ikamarsta
sebagai organisasi telah melaksanakan kegitan yang konstruktif. Pada tanggal 20 dan 21
Oktober 2007, Ikamarsta menyelenggarakan Diskusi Bersama dan Pentas Budaya Tarian
Caci Manggarai dalam rangka menyambut pembentukan Kabupaten Manggarai Timur.
Diskusi Bersama dengan tema besar “Jogja Untuk Manggarai Timur” dibawakan oleh
lima panelis yaitu Drs. Fredy Pantas, M.Sc, Dr. Nicolaus Got, Ben Senang Galus,
Gregorius Sadhan, dan Rm. Feri Warman,Pr. Diskusi ini bertujuan untuk memberi ruang
discourse untuk melihat potensi dan tantangan Manggarai Timur setelah terbentuk
sebagai sebuah kabupaten yang otonom. Sementara Pentas Budaya Tarian caci
Manggarai yang menghadir keluarga Manggarai Solo sebagai meka landang dan dibuka
secara resmi oleh Bapak Wali kota Yogyakarta disambut antusias oleh seluruh
masyarakat Manggarai Yogyakarta dan Solo serta masyarakat Yogyakarta setempat
Pentas Budaya Tarian Caci dirayakan sebagai pesta bersama menyambut kelahiran
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

kabupaten baru Manggarai Timur. Semua kegiatan tersebut berjalan sukses dan aman
dibawah koordinasi Ketua Panitia Alfred Yohanes Tuname dan Ketua Ikamarsta periode
2007/2008 Mardilianus Arus. Sebagai sumbangsih kami terhadap kabupaten tercinta
Manggarai Timur, kami lampirkan hasil-hasil Diskusi Bersama dan Pentas Budaya
Tarian Caci Manggarai berupa naskah dan video live (VCD).
Setelah masa dormansinya yang cukup panjang, Ikamarsta memulai kegiatannya dengan
pemilihan ketuanya yang baru untuk periode 2008/2009 pada bulan Oktober 2008. Ada
pun ketua terpilih adalah enu Maria S. Irene. Kemudian diikuti dengan ziarah bersama
keluarga Ikamarsta di Gua Maria Sri Ningsih, Klaten pada tanggal 14 Februari 2009.
Dan pada tanggal 26-29 Maret 2009, Ikamarsta menyelenggarakan Turnamen Bola Voli
Putri dalam rangka menigkatkan persaudaraan enu-enu Manggarai di Yogyakarta.
Turnamen ini merupakan turnamen bola voli putri pertama untuk orang Manggarai di
Yogyakarta.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Diskusi Bersama dalam rangka menyambut pembentukan


Kabupaten Manggarai Timur di Ruang Seminar universitas Janabadra
Yogyakarta, 20 Oktober 2007
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

PEMBERDAYAAN POLITIK MANGGARAI TIMUR•

Oleh Gregorius Sahdan•


Dalam Seminar Tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur

A. Pengantar
Tanggal 17 Juli 2007 lalu, merupakan momentum bersejarah bagi masyarakat Manggarai
Timur. Pemerintah bersama dengan DPR-RI mengesahkan Manggarai Timur sebagai
calon Kabupaten baru—terlepas dari induknya—Kabupaten Manggarai. Keputusan
pemerintah tersebut merupakan sebuah langkah progress, mengingat pengesahan
Kabupaten Manggari Timur sebagai salah satu Daerah Kabupaten di Indonesia—telah
menghadapi proses dan perjuangan politik yang cukup panjang. Perjuangan ini, walaupun
tidak seberat dalam memperjuangkan pemekaran Kabupaten Manggarai Barat, tetapi
tetap penting untuk mendapatkan apresiasi dan respons publik. Apresiasi dan respons
publik, perlu diletakan dalam pertanyaan besar—apa yang harus dilakukan multipihak
setelah perjuangan pemekaran tersebut terpenuhi dan diberikan oleh pemerintah pusat?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut tidaklah mudah. Data yang dikeluarkan oleh
KPPOD, LP3ES dan Kompas tahun 2007 menunjukkan bahwa umumnya daerah
pemekaran baru menghadapi beberapa persoalan mendasar; pembangunan ekonomi yang
tidak terarah—tidak jelas, pendidikan dan kesehatan masyarakat yang kurang terurus,
birokrasi yang korup, suprastruktur dan infrastruktur politik yang lemah—tidak berdaya
(DPRD, Partai Politik dan KPUD), kesadaran politik masyarakat yang rendah, budaya
politik masyarakat yang rendah (cendrung menghadirkan konflik dan pertikaian pasca
pemekaran), munculnya kandidat kepala daerah yang miskin program—tidak memiliki
visi dan misi yang jelas, kapabilitas, kompetensi dan keterampilan politik masyarakat
yang rendah, tradisi dan kultur politik yang kurang santun dan tidak demokratis (saling
menjegal) dan sebagainya. Atas semua persoalan tersebut, maka penting sekali untuk
melakukan pemberdayaan politik atau political empowerment.

Pemberdayaan politik sangat penting, karena kebijakan pemekaran merupakan kebijakan


politik yang harus dilihat dalam frame—adanya keinginan multipihak (pemerintah, swasta
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

dan masyarakat) untuk mempercepat perwujudan kesejahteraan masyarakat,


membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan busung lapar, memperbaiki layanan publik
di aras lokal, meningkatkan investasi dan pembangunan ekonomi, meningkatkan kualitas
pendidikan dan kesehatan masyarakat, menjamin terselenggaranya tatanan pemerintahan
yang baik dan demokratis (good and democratic governance), meminimalkan terjadinya KKN
dan penyelewengan kekuasaan, mendorong efektivitas dan efisiensi birokrasi publik yang
semakin baik, mendekatkan hubungan pemerintah dengan masyarakat, memperbaiki
kualitas layanan publik dan ketersediaan public goods bagi masyarakat (jalan raya beraspal,
rumah sakit dan puskesmas yang terjangkau, penerangan listrik yang murah, air bersih
yang tersedia bagi semua rumah tangga), akses dan partisipasi masyarakat yang tinggi
dalam kebijakan pemerintah, kesempatan berusaha yang mudah, perbaikan gizi dan
pemenuhan kebutuhan ibu hamil dan melahirkan, dan sebagainya.

Data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Satistik (BPS) dan Bappenas tahun 2005 dan
2007 dan Kompas tahun 2007 menunjukkan bahwa Kabupaten Manggarai relatif
menglami sejumlah persoalan dalam hal; kemiskinan dan busung lapar, layanan publik
yang kurang baik (Sekolah Rusak, Rumah Sakit Rusak, Puskesmas Rusak dan
sebagainya), investasi dan pembangunan ekonomi yang tidak terarah dan tidak jelas;
tatanan pemerintahan yang kurang baik dan tidak demokratis (terjadi inequality), terjadi
penyelewengan dan penyalagunaan kekuasaan (KKN masih ada), public goods yang sulit
terpenuhi (air bersih, listrik, jalan beraspal), akses dan partisipasi masyarakat yang
rendah dalam kebijakan pemerintah, birokrasi yang arogan (masih menunggu instruksi),
suprastruktur dan infrastruktur politik yang lemah (DPRD 4d dan 5d, parpol sentral
korupsi, birokrasi yang kumpulan anak, menantu, ipar, istri) dan sebagainya.

Berdasarkan data resmi Bappenas 2005, ada sekitar 58,72% masyarakat di Kabupaten
Manggarai yang hidup di bawah garis kemiskinan (NTT 16,66%, nasional 16,66%) dari
total penduduk Manggarai yang mencapai 482.339 jiwa (data terakhir versi Kompas 2007
sudah mencapai 603.000 jiwa).

Penduduk miskin tersebar di 12 kecamatan, 27 kelurahan dan 227 desa yang ada di
Kabupaten Manggarai. Jika dibuat skala 1-6 dengan ketentuan 1-2 kemiskinan rendah, 3-
4 kemiskinan sedang dan 5-6 kemiskinan tinggi atau sangat miskin, maka proporsi
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

penduduk kabupaten Manggarai yang sangat miskin ada di Kecamatan Satarmese (7501-
7503), kemiskinan sedang Mborong, Ruteng, Cibal, Elar, Lambaleda dan Reo (3001-7500)
dan kemiskinan rendah ada di Kecamatan Waerii, Sambi Rampas dan Kota Komba (1575-
4500) jiwa penduduk.

Data yang lain juga menunjukkan bahwa terdapat akses yang terbatas untuk memperoleh
dan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi di Kabupaten
Manggarai, akses dan kesempatan perempuan yang terbatas mulai dari sekolah dasar,
akses dan partisipasi perempuan yang terbatas di DPRD, dan persentase masyarakat yang
menderita berbagai penyakit yang masih tinggi.

Untuk Persentase partisipasi di SMP, Kabupaten Manggarai baru mencapai 51,3% (NTT
38,7%, Nasional 71,8%), Partisipasi Perempuan di SD hanya mencapai 45,1% (NTT
44,4%, nasional 48%), Persentase Partisipasi perempuan di SMP di Kabupaten Manggarai
baru mencapai 39,63% (NTT 45,82%, Nasional 49,6%), Persentase Partisipasi Perempuan
di DPRD hanya mencapai 6,7% di bawah kuota 30% (NTT 10,4%, Nasional 11,0%),
Persentase kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan mencapai 36,66% (NTT 46,11%,
Nasional 70,9%), Angka kematian ibu melahirkan 553 orang per tahun (NTT 330,
Nasional 307), dan persentase masyarakat di Kabupaten Manggarai yang meninggal
karena penyakit Malaria mencapai 63,96% (NTT 26,1%, Nasional 13,4%).

Dari total APBD kabupaten Manggarai yang mencapai 400 milyar rupiah per tahun,
(APBD 2006) menunjukkan bahwa komitmen terhadap pemberdayaan politik masih
sangat lemah. Hal ini ditunjukkan dengan alokasi penggunaan anggaran yang masih
diprioritaskan untuk hal-hal yang kurang berhubungan langsung dengan peningkatan
kualitas hidup dan kapasitas masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Dari format penggunaan anggaran APBD Kabupaten Manggarai tahun 2007 terlihat
sekali bahwa untuk belanja pegawai, oprasional pegawai dan pengadaan fasilitas birokrasi
hampir mencapai 39%, pendidikan 30%, pekerjaan umum 22%, kesehatan 7% dan
pertanian 2%. Untuk jelasnya lihat grafik berikut.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Prioritas penggunaan anggaran yang tidak mengarah pada pemberdayaan politik


masyarakat (peningkatan skil, akses dan partisipasi), sangat mempengaruhi akses dan
partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik.

Berdasarkan data yang diterbitkan oleh LP3Es dan Kompas tahun 2006, angka partisipasi
masyarakat dalam kebijakan publik di Kabupaten Manggarai baru mencapai 30%. Ini
cukup jauh dengan komposisi partisipasi masyarakat dalam kebijakan publik secara
nasional yang sudah mencapai 70%. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam kebijakan
publik, menurut saya lebih banyak disebabkan oleh bekerjanya state corporatism dalam
penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Manggarai yang ditandai oleh; (1) dominasi
birokrasi dalam pengambilan kebijakan; (2) massa sengaja disingkirkan dari arena
kebijakan publik—untuk menghindari kritikan dan perlawanan masyarakat terhadap
bekerjanya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) dalam pemerintahan; (3) kelas menengah
dan pengusaha lokal yang lebih banyak tergantung pada koneksi politik dengan birokrasi
lokal.

Hasil penelitian Praktikno tahun 2006 menunjukkan bahwa korporatisme negara di


Provinsi NTT, khususnya di Kabupaten Manggarai ditunjukkan oleh besarnya
cengkaraman dan dominasi birokrasi dalam proses politik. Kuatnya peran birokrasi ini
ditunjukkan oleh lemahnya pengawasan masyarakat dalam penyelenggaraan
pemerintahan, rendahnya kapasitas DPRD dalam mengontrol jalannya pemerintahan dan
terpasungnya partai politik dalam mengendalikan jalannya pemerintahan. Pemerintahan
di Kabupaten Manggarai pun, minus pengawasan dan kontrol masyarakat sipil. Tidak
heran jika birokrasi di Kabupaten Manggarai menjadi kekuatan politik yang sangat
dominan. Birokrasi memperoleh basis material kekuasaannya dari APBN (APBD) yang
dengan bantuan kapitalis lokal dan bekerjasama dengan negara, menggunakan sumber
material (pajak rakyat) untuk mengakumulasi kapital.

State Corporatism di Kabupaten Manggarai dengan sengaja memberikan ruang bagi


kemiskinan yang merajalela—karena terjadi penyalagunaan uang negara—yang
seharusnya untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat, malah
yang terjadi lebih banyak dipakai untuk kepentingan birokrasi. Karakter umum birokrasi
di Kabupaten Manggarai juga, lebih banyak menghabiskan uang—tetapi tidak berpikir
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

tentang bagaimana caranya mendapat uang untuk pembiayaan pembangunan. Akibatnya,


masyarakat terus hidup di bawah garis kemiskinan dan busung lapar.

Dari aspek kapasitas lembaga-lembaga politik, kamampuan lembaga-lembaga politik di


Kabupaten Manggarai juga masih sangat rendah. Hal ini sangat mempengaruhi, kualitas
pelayanan publik, tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) dan dalam
menyediakan public goods yang dibutuhkan masyarakat. Berdasarkan data yang ada,
kapasitas birokrasi baru mencapai 44,4%, DPRD 35%, Partai Politik 40% dan KPUD
40%. Nampak bahwa kualitas lembaga-lembaga politik tersebut cukup diragukan untuk
mengambil peran sentral dalam mengatasi persoalan masyarakat dan bahkan dalam
berbagai kesempatan justru lebih banyak menghadirkan persoalan ketimbang
menyelsaikan masalah. Walaupun birokrasi menunjukkan persentase yang lebih baik
dibandingkan dengan lembaga politik yang lain, tetapi secara nasional, kualitas lembaga-
lembaga politik ini sangatlah rendah.

Kapasitas ini diukur dari kemampuan membuat regulasi, mendistribusikan berbagai


sumber daya, mengoptimalkan peranserta masyarakat, kecepatan dalam merespons
persoalan-persoalan masyarakat dan kemampuan dalam mengatasi konflik. Birokrasi
nampak lemah dalam memobilisasi sumber daya, merespons persoalan aktual masyarakat,
menyediakan public goods yang diperlukan masyarakat, menyediakan regulasi yang tepat
dan dalam mendistribusikan dan mengorganisir kebutuhan masyarakat. DPRD lemah
dalam membuat Perda dan KPUD lemah dalam mengelola konflik yang ditimbulkan
akibat pilkada. Selengkapnya, lihat grafik berikut.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Lembaga Transparansi Internasional tahun


2006, di tingkat nasional, lembaga yang paling korup adalah partai politik, sementara di
Kabupaten Manggarai, lembaga yang paling korup adalah birokrasi, menyusul DPRD
dan Partai Politik. Data tersebut tentu saja bisa membantu untuk menjelaskan bahwa
persoalan pokok dalam melakukan pemberdayaan politik adalah bagaimana
meminimlakan terjadinya korupsi dan penyalagunaan kekuasaan yang terjadi dalam
tubuh pemerintahan. Minimalisasi KKN, mesti dimulai dari usaha untuk menyediakan
arena bagi masyarakat dalam pemerintahan dan disertai juga dengan peningkatan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

keterampilan politik masyarakat dalam mengontrol dan mengendalikan pemerintah.


Selanjutnya lihat grafik berikut.

Di sinilah pemberdayaan politik memainkan peran sentral. Disamping untuk


meminimalkan terjadinya KKN dan penyelewengan kekuasaan, juga untuk memastikan
seberapa besar komitmen kebijakan dan kinerja lembaga-lembaga politik terhadap
pelayanan publik, tatanan pemerintahan yang baik dan terutama terhadap kualitas dan
kesejahteraan hidup masyarakat.

B. Alur Pemberdayaan Politik


Bagaimana kita melakukan pemberdayaan politik di calon Kabupaten Manggarai Timur?
Bagaimana format (alur) pemberdayaan politik untuk Kabupaten Manggarai Timur? Dan
siapa kelompok atau individu yang menjadi sasaran pemberdayaan politik itu? Untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, kita perlu memulai dari pemahaman terhadap
apa yang dimaksud dengan pemberdayaan politik (political empowerment). Menurut Lucian
Pye (1963) pemberdayaan politik berhubungan dengan peningkatan peranserta dan
peningkatan kualitas dan keterampilan masyarakat dalam sistem politik. Bank Dunia
(2006) mendefinisikan pemberdayaan politik sebagai keikutsertaan dan partisipasi
multipihak, terutama kaum perempuan dan kelompok miskin dalam proses politik dan
pengambilan kebijakan publik. Sementara banyak pakar yang lain—semacam Samuel P.
Huntington, Goran Hyden, Almond, Powell, Larry Diamond, David Held, Archon Fung,
Douglass C. North, B. Guy Peters, Graeme Gill, Kevin Mattson dan sebagainya,
mendefinisikan pemberdayaan politik sama dengan; pembangunan politik, penerapan
prinsip good governance, institusionalisasi politik, penguatan tatanan pemerintahan yang
demokratis, peningkatan kapasitas lembaga-lembaga politik, pendalaman demokrasi
(deepening democracy), penguatan demokrasi (reinforcement democracy), pertumbuhan
demokrasi di negara-negara berkembang (democratic growth), pemenuhan hak-hak dasar
rakyat, perbaikan layanan publik dan penyediaan public goods, peningkatan akses dan
partisipasi masyarakat dalam proses politik dan kebijakan, perubahan sikap dan
tingkahlaku masyarakat berhubungan dengan lembaga-lembaga politik, penambahan skil
dan keterampilan politik masyarakat.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Dengan demikian, pemberdayaan politik sebenarnya mencakup; (1) pembangunan politik;


(2) penerapan prinsip good governance; (3) institusionalisasi politik; (4) penguatan
tatanan pemerintahan yang demokratis; (5) peningkatan kapasitas lembaga-lembaga
politik; (6) pendalaman demokrasi (demokrasi deliberatif); (6) penguatan demokrasi; (7)
pemenuhan hak-hak dasar rakyat (ekonomi, sosial dan politik); (8) perbaikan layanan
publik dan penyediaan public goods; (9) peningkatan akses dan partisipasi masyarakat;
(10) perubahan sikap dan tingkahlaku politik (bergeser dari tradisionalitas ke
rasionalitas); (11) dan peningkatan skil dan keterampilan politik masyarakat.

Menurut Samuel P. Huntington, pembangunan politik mencakup; (1) rasionalisasi


kekuasaan yang mengarah pada pergantian sejumlah besar pejabat-pejabat politik
tradisional, etnis, keagamaan dan kekeluargaan oleh kekuasaan yang bersifat sekuler. Di
sini menunjukkan bahwa kekuasaan merupakan produk kerja manusia, bukan wahyu ilahi
atau produk alam; (2) diferensiasi fungsi politik dan spesialisasi struktur sesuai dengan
kapasitas masing-masing individu; (3) peningkatan peran serta masyarakat dalam proses
politik dan kebijakan publik (Huntington, 1992). Penerapan prinsip good governance
berhubungan dengan; (1) respons pemerintah daerah terhadap persoalan masyarakat; (2)
partisipasi dan akses masyarakat dalam pemerintahan; (3) transparansi anggaran dan
kebijakan publik; (4) akuntabilitas kekuasaan; (5) efektivitas dan efisiensi program dan
anggaran negara; (6) inovasi dan kretaivitas masyarakat dan pemerintah.
Institusionalisasi politik berhubungan dengan; (1) peningkatan kapasitas dan
keterampilan individu dalam berpolitik; (2) peningkatan kualitas dan keterampilan
lembaga politik dalam sistem politik; (3) pergeseran nilai dan prilaku politik. Penguatan
tatanan pemerintahan yang demokratis mencakup; (1) akses dan partisipasi masyarakat
dalam proses politik dan kebijakan publik; (2) kontestasi politik yang egaliter dan sekuler;
(3) keterlibatan perempuan dan kaum miskin dalam pengambilan kebijakan dan
pengelolaan pemerintahan yang berbasis pada prinsip-prinsip demokrasi. Penguatan
demokrasi mencakup; penghargaan terhadap hak-hak dasar masyarakat; perbaikan
layanan publik, pengadaan public goods dan sebagainya.

Dengan demikian arena utama pemberdayaan politik sebenarnya mengarah pada; (1)
aspek pendidikan untuk meningkatkan keterampilan dan daya literasi masyarakat
terhadap sistem politik;(2) ekonomi untuk memberikan jaminan hidup dan kesejahteraan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

bagi masyarakat; (3) arena politik untuk mewujudkan sistem politik yang demokratis.
Huntington percaya bahwa pendidikan merupakan instrumen utama untuk melahirkan
masyarakat yang santun, kritis dan demokratis. Sementara arena ekonomi dipandang
Barington Moore sebagai tonggak dasar pertumbuhan borjuasi—pengusaha lokal yang
menjadi basis dari demokrasi modern. Barington Moore mengatakan ”no bourgeois no
democracy”. Demokrasi hanya bisa tumbuh di atas borjuasi (pengusaha) dan kelas
menengah yang kuat. Tanpa itu, demokrasi akan menjadi berantakan, penuh konflik dan
tidak terarah.

Sejalan dengan kebijakan pemekaran Kabupaten Manggarai Timur, maka dalam waktu
dekat, Kabupaten Manggarai Timur akan mengalami; Pertama, pembangunan politik
yang menyertakan rasionalisasi, diferensiasi dan partisipasi masyarakat dalam sistem
politik. Rasionalisasi dilakukan dengan cara mutasi dan rekrutmen PNS untuk
ditempatkan di Kabupaten Manggarai Timur. Rasionalisasi ini, tentu saja dilakukan
berdasarkan kebutuhan di Kabupaten Manggarai Timur. Akan banyak sekali lowongan
dan ketersediaan kesempatan kerja dalam birokrasi pemerintah. Rasionalisasi tersebut
menuntut diferensiasi dan spesialisasi tugas dan fungsi yang lebih rasional. Di sisi lain,
terbuka lebar arena partisipasi masyarakat yang lebih luas dalam proses politik. Kedua,
akan muncul tuntutan dan kebutuhan untuk menerapkan prinsip good governance dalam
penyelenggaraan pemerintaha—sebagai konsekuensi dari pemekaran yang menuntut
kualitas layanan publik, pemenuhan kesejahteraan rakyat dan penyediaan public goods
yang lebih berkualitas. Ketiga, munculnya institusi-institusi politik baru semisal KPUD,
partai politik, DPRD dan birokrasi yang memainkan peran sentral dalam kontestasi
politik—ini menuntut adanya kapasitas, keterampilan dan sikap politik yang lebih
rasional. Keempat, tuntutan untuk memperkuat tatanan pemerintahan yang demokratis—
dimana keterlibatan perempuan dan kaum miskin dalam pengambilan kebijakan sangat
diperhitungkan.

C. Kondisi Riil Manggarai Timur


Pemekaran Kabupaten Manggarai Timur, diwarisi sejumlah persoalan akut oleh
kabupaten induknya-Manggarai. Persoalan akut tersebut berhubungan dengan
kemiskinan kronis (busung lapar), kesehatan rentan, pendidikan rendah, public goods
yang kurang berkualitas (jalan raya rusak dan berlubang-lubang, rumah sakit rusak,
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

sekolah rusak, air bersih tidak tersedia, listrik yang tidak ada), dan layanan publik yang
kurang prima.

Persoalan-persoalan tersebut, sebenarnya merupakan produk dari state corporatism yang


selama ini sangat dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di
Kabupaten Manggarai. Korporatisme negara ini terjadi dalam bentuk: Pertama, dominasi
birokrasi dalam proses politik dan pembangunan. Arena politik menjadi ruang kontestasi
yang hanya melibatkan peranserta birokrasi. Tidak heran apabila, setiap kepala daerah di
Kabupaten Manggarai, selalu berasal dari birokrasi. Disamping kultur politik yang
memberikan kepercayaan kepada birokrasi, juga terdapat keengganan birokrasi untuk
merelakan arena politik kepada masyarakat—nonbirokrasi.

Kedua, tersingkirnya masyarakat secara sistematis dalam proses politik dan kebijakan
publik—Ini mengakibatkan tidak hadirnya kontrol dan pengawasan masyarakat atas
kinerja pemerintah. Kita menyaksikan bahwa kinerja pemerintah Kabupaten Manggarai
sangat lemah dalam menyediakan public goods dan dalam memberikan layanan publik
yang berkualitas bagi masyarakat. Dimana-mana masyarakat Manggarai kesulitan akses
ke kota—karena kurang tersedianya jalan raya yang beraspal, kurangnya air bersih, tidak
tersedianya listrik, rumah sakit yang tidak terjangkau dan sekolah-sekolah dasar yang
mirip “kandang ayam”. Fenomena tersbut—tidak masuk akal jika disebabkan oleh
keterbatasan APBD—selain disebabkan oleh penyalagunaan APBD akibat lemahnya
kontrol dan pengawasan masyarakat.

Ketiga, lembaga-lembaga politik lain di luar birokrasi seperti partai politik dan DPRD,
sengaja diperlemah dan direpotkan oleh pertentangan internal untuk memudahkan
mobilisasi sumber daya yang dibutuhkan birokrasi. Usaha untuk melemahkan DPRD dan
partai politik dilakukan dengan cara membagi-bagi hasil korupsi APBD yang dilakukan
secara bersama dengan pemerintah, memberikan kesempatan kepada anggota DPRD
untuk melakukan studi banding dan bahkan menyediakan arena 3B (bar, bir, bor) bagi
anggota DPRD dan partai politik. Dalam kasus studi banding yang dilakukan oleh
anggota DPRD pada waktu yang lalu ke Yogyakarta—ada kesan yang kuat bahwa studi
banding itu dilakukan untuk menyediakan fasilitas 3B kepada anggota DPRD—sebagai
upah dari kritikan dan penolakan atas hasil pilkada.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Keempat, borjuasi, kelas menengah dan masyarakat sipil di Kabupaten Manggarai


merupakan “silent majority”—karena menikamti sumber materil yang sama dari
birokrasi. Umumnya borjuasi lokal di Kabupaten Manggarai tumbuh dari hubungan
baiknya dengan birokrasi—sehingga lebih muncul sebagai client capitalism atau
kapitalisme kroni yang tidak memiliki modal investasi yang cukup kuat. Modal diperoleh
akibat konsi politik dan kerjasama yang intens dengan pejabat di dalam birokrasi. Hasil
penelitian Praktikno (2006) menunjukkan bahwa birokrasi di Kabupaten Manggarai
muncul sebagai rent seekers atau pemburu rente yang dengan keterampilan politiknya
memanfaatkan sumber daya negara (hasil pajak rakyat/APBD) untuk mengakumulasi
kapital. Akumulasi kapital dilakukan dengan cara melakukan korporatisasi dan kerjasama
yang intensif dengan pengusaha lokal. Dengan kata lain, sebagian besar dana APBD
dicuri dengan cara memberikan proyek kepada kolega mereka yang disebut dengan
pengusaha lokal—yang sebenarnya pengusaha lokal tersebut tidak memiliki modal
sendiri—tetapi mengandalkan proyek yang diberikan secara khusus oleh pejabat dalam
pemerintahan. Pemberian proyek baik dilakukan dengan mekanisme tender, maupun
tanpa tender, dengan memilahkan terlebih dahulu konsi politik atau bukan.

Menghadapi sejumlah persoalan tersebut, maka agenda pembedayaan politik yang perlu
dilakukan di Kabupaten Manggarai Timur adalah; (1) membuka akses dan partisipasi
masyarakat yang lebih luas dalam bidang pendidikan—supaya tidak mudah dimanipulasi
dan dimobilisasi oleh kekuatan birokrasi dalam politik—pada level kultural model ini
akan menghancurkan indoktrinasi yang ditanamkan kaum birokrat di Kabupaten
Manggarai yang menganggap bahwa PNS sebagai posisi yang paling strategis dan
terpandang dalam masyarakat—padahal nyata bahwa di Kabupaten Manggarai—menjadi
PNS berpeluang untuk mengeksploitasi dan membodohi masyarakat untuk kepentingan
terselubung—kekuasaan dalam pemerintahan; (2) mendorong dan meningkatkan
kapasitas masyarakat untuk berwirausaha—ini untuk mendidik masyarakat agar tidak
tergantung pada pemerintah—pada level kutural ini bisa menghancurkan budaya rent
seekers atau kapitalis komprador yang melakukan kegiatan ekonomi karena adanya
koneksi dengan pejabat pemerintah; (3) memperkuat kapasitas masyarakat untuk
berpartisipasi dan mengambil bagian dalam sistem politik—mendorong sebanyak
mungkin masyarakat yang cerdas dan kritis agar mau menjadi anggota DPRD, Partai
Politik dan KPUD—ini untuk meningkatkan peranserta masyarakat lokal dalam proses
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

politik—pada level kultural hal ini bisa berpengaruh terhadap hancurnya budaya politik
parokial dan subjektif yang masih kuat berakar dalam masyarakat Manggarai Timur—
penguatan kapasitas masyarakat dilakukan dengan cara mendidik dan melatih masyarakat
untuk tahu dan mengerti tentang cara kerja pemerintah, partai politik, DPRD, KPUD
dan terutama dalam membuat regulasi dan kebijakan publik yang berhubungan dengan
masyarakat; (4) memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengontrol dan mengawasi
pemerintah daerah—ini untuk memperkecil dan meminimalkan penyalagunaan
kekuasaan—secara kultural untuk menciptakan clean and good government; (5)
meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam membuat regulasi, mendistribusikan
berbagai sumber daya, menyediakan public goods, menata dan mengelola pemerintahan
dengan baik, mampu merespons persoalan-persoalan masyarakat dan bertanggunghawab;
(6) memperkuat kapasitas DPRD dalam membuat regulasi, mengendalikan anggaran
pemerintah, mengawasi kinerja pemerintah daerah dan dalam mengadvokasi persoalan-
persoalan masyarakat; (7) memperkuat kapasitas NGO dan pengusaha-pengusaha lokal
untuk mengambil bagin sentral dalam pengelolaan pemerintahan; (8) mendidik
masyarakat, pemerintah, DPRD, KPUD dan pengusaha lokal agar menjadi patner
multipihak dalam membangun dan menjalankan pemerintahan daerah; (9) memperkuat
akses masyarakat terhadap pelayanan publik dan menjamin hak-hak ekonomi, politik dan
sosial mereka bisa terpenuhi oleh pemerintah secara layak; (10) memperkuat kapasitas
perempuan dan kaum miskin agar memperoleh prioritas dalam kebijakan ekonomi dan
politik; (11) menggalakkan komitmen dan kerjsama multipihak untuk menciptakan
pemerintahan yang bersih, bebas dari KKN dan bertanggungjawab dalam memenuhi hak-
hak dasar masyarakat.

Dengan serangkaian agenda tersebut, apabila dilakukan dengan serius, disertai dengan
komitmen yang tulus—maka harapan pemekaran Manggarai Timur menjadi kabupaten
yang makmur, adil dengan pemerintahan yang bersih—cepat atau lambat akan
terwujud.***
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

SUMBANGSIH GEREJA KEUSKUPAN RUTENG


BAGI PENDIDIKAN DI MANGGARAI TIMUR
(Mengkaji Langkah Pemberdayaan SDM)

Rm. Ferry H. Warman, Pr*


Dalam Seminar Tentang Pembentukan Kabupaten Manggarai Timur

A. Pengantar
Tulisan ini bukanlah sebuah laporan histories kuantitatif. Penulis tidak membuat sebuah
penelusuran sejarah tentang sepak terjang karya Gereja Keuskupan Ruteng di kabupaten
Manggarai Timur. Tidak berbicara tentang waktu, kapan persisnya Gereja Keuskupan
Ruteng mulai menjalankan peran edukatif praktisnya. Penulis juga tidak banyak
mengedepankan tentang angka-angka seberapa besar kuantitas peran Gereja Keuskupan
Ruteng, dan seberapa jauh krisis kualitas sumber daya manusia di Manggarai Timur
sebagai tempat karya keberpihakan Gereja dalam peningkatan mutu pendidikan. Tulisan
ini tidak lebih dari sebuah deskripsi tentang situasi konkrit pendidikan di Manggarai
Timur dan arah gerak keprihatinan dan karya gereja bagi pemberdayaan SDM di
Manggarai Timur, yang secara khusus diaktualisasikan dalam kegiatan penyelenggaraan
pendidikan.

Untuk menghindari adanya unsur subyektivitas dalam deskripsi tentang pendidikan


Manggarai Timur, saya menghubungi pihak-pihak terkait yang dapat dijadikan
narasumber tulisan ini. Pihak pertama yang saya hubungi adalah Rm. Drs. Marten L.P.
Jenarut, SH, Pr, selaku Ketua Yayasan SUKMA Keuskupan Ruteng. Saya juga
menghubungi praktisi pendidikan Mangarai Timur, Bapak Rokus Jumpa, Spd, tenaga
pengajar Rm Edi Jelahu, Pr, Rm. Bone Rampung, Pr (Guru SMP dan SMA Seminari
Kisol), Rm. Emil Jehadus, Pr, Ibu Emilda Maria (Guru SDN Pota) dan para output
pendidikan Manggarai Timur untuk mendapatkan input dan sekedar konfirmasi. Saya
yakin pihak-pihak ini bukan hanya berpikir dan merancang paket kegiatan pemberdayaan
pendidikan, tetapi juga sudah banyak bekerja bagi pemberdayaan pendidikan. Itu sama
sekali tidak berarti saya mengabaikan interpretasi dan pikiran pribadi saya untuk
mengeksplorasi dan menelaah situasi riil pendidikan di Manggarai Timur. Dalam konteks
ini, saya hadir sebagai pengamat yang memandang dari jauh, tanpa terlibat langsung
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

dalam proses pendidikan di sana, tetapi masih masih memiliki hati untuk berprihatin dan
mencoba menyumbangkan pikiran positif bagi pendidikan di sana. Dalam konteks inilah,
saya berbicara, menyampaikan sumbangan pikiran dan mengajak peserta diskusi untuk
menelaah lebih jauh tentang persoalan pendidikan di Manggarai Timur kemudiaan
merekomendasikan pikiran-pikiran kritis, inovatif dan konstruktif bagi pembangunan
pendidikan di Kabupaten Manggarai Timur.

Dalam tulisan ini, saya tidak memaparkan teori-teori tentang pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat. Saya berbicara tentang hal praktis, bagaimana pendidikan itu
berjalan dan bagaimana alur pemberdayaan masyarakat berproses dalam realitas
pendidikan di Manggarai Timur. Sumbangan pemikiran kritis konstruktif kita dalam
diskusi nanti tentunya menjadi basis teoretis penyelenggaraan pendidikan kita ke depan.
Tentu ini bertumpu pada apa yang telah kita baca dari literature-literatur, diskusikan dan
renungkan dalam diskusi ini. Inilah yang nantinya menjadi rekomendasi kita bagi
pembanguan pendidikan di Kabupaten Manggarai Timur ke depan. Saya hanya
mengedepankan sebuah wacana yang terbuka bagi diskusi, terbuka bagi lahirnya pikiran-
pikiran kritis dan memungkinkan munculnya jawaban-jawaban yang pas untuk menata
pendidikan kita ke depan.

B. Pendidikan Manggarai Timur: Selayang Pandang


Situasi pendidikan di Kabupaten Manggarai Timur tidak jauh berbeda dengan situasi
pendidikan di kabupaten-kabupaten lainnya di daratan Flores. Persoalan-persoalan,
seperti kurangnya tenaga pengajar profesional, lemahnya managemen pendidikan, tidak
memadainya sarana prasarana serta infrastuktur penunjang, dan realitas kemiskinan
adalah gambaran kronis tentang realitas pendidikan di daerah-daerah terpencil. Tali
temali kompleksitas persoalan tersebut berujung pada rendahnya mutu pendidikan.
Pendidikan di Indonesia, khususnya di daerah-daerah terpencil mengalami krisis kualitas.
Sebagai sebuah Kabupaten yang baru terbentuk, Kabupaten Manggarai Timur tentu juga
menghadapi tantangan serupa. Inilah kendala-kendala utama yang dihadapi oleh Gereja
Keuskupan Ruteng untuk menunjukkan keberpihakkannya pada kegiatan pendidikan.
Secara kualitatif pendidikan di Manggarai Timur mengalami degradasi mutu. Kenyataan
ini bisa dibaca dari output/hasil pendidikan di Manggarai Timur. Mutu pendidikan di
Manggarai Timur terbilang rendah atau kurang. Memang ini juga dialami oleh daerah-
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

daerah lain di Indonesia. Setuju atau tidak setuju pendidikan di Manggarai Timur
tergolong rendah. Ada beberapa indikator yang menunjukkan rendahnya kualitas
pendidikan itu. Pertama, pada empat tahun terakhir, dengan diselenggarakannya UN,
ditemukan data bahwa hasil rata-rata UN para peserta UN di Manggarai Timur secara
keseluruhan jauh di bawah standar nasional. Itu berarti kualitas pendidikan di Manggarai
Timur sungguh rendah, kurang, dan memprihatinkan. Kedua, Output pendidikan
Manggarai Timur (Manggarai umumnya) tidak kompetitif, tidak banyak yang diterima di
Perguruan Tinggi Negeri. Ketiga, adanya kesenjangan yang tajam antara output
Seminari Kisol sebagai barometer pendidikan Manggarai Timur dengan sekolah-sekolah
lain di Manggarai Timur.

Kenapa persoalan ini terjadi? Apakah latar belakang permasalahannya? Rendahnya mutu
pendidikan di Manggarai Timur merupakan akumulasi dari persoalan-persoalan yang
menyertai pendidikan. Persoalan seperti, profesionalitas guru, system pendidikan, sarana-
prasarana bahkan persoalan “kemiskinan” menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan.
Persoalan inilah yang menjadi titik picu krisis kualitas pendidikan. Dengan demikian,
kualitas pendidikan dapat didongkrak kalau sumber-sumber persoalannya dapat
dipecahkan.

Di tengah derasnya tuntutan profesionalisme guru dan getolnya pembicaraan tentang


perlunya sertifikasi mengajar bagi para guru, Kabupaten Manggarai Timur seakan
digodam oleh tubrukan tuntutan ini. Secara kasatmata, 87 persen tenaga pengajar di
Kabupaten Manggarai Timur adalah guru-guru tamatan SPG. Kepada merekalah kita
percayakan tugas pengajaran dan pembelajaran. Merekalah yang pertama-tama
menjalankan tugas pendidkan formal. Apakah mereka ini tenaga professional? Pertanyaan
ini bisa dijawab dari output pendidkan di Manggarai Timur. Sekarang, anda bisa menilai
dan memprediksi tentang masa depan pendidikan di Manggarai Timur. Lebih spesifik,
persoalan profesionalitas guru langsung berkaitan penguasaan materi pembelajaran dan
penerapan pola pengajaran dan pembelajaran yang effektif. Persoalan lain adalah banyak
guru yang menjalankan tugas guru bukan sebagai profesi tetapi sebagai mata
pencaharian. Jangan boro-boro berbicara tentang profesionalitas, apakah guru hadir di
kelas pada jam pelajaran, ini juga persoalan sendiri. Banyak guru yang masih memakai
materi tahun 1960-an, tidak memakai materi yang kontekstual.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

System management pendidikan kita baik pada lembaga yang paling tinggi Departemen
Pendidikan Nasional, sampai pada lembaga yang paling rendah sekolah yang
menyelenggarakan pendidikan, dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkannya seakan
mempersiapkan orang untuk gagal. Kurikulum yang gonta-ganti, UN yang problematik,
proyek buku pelajaran yang manipulatif dan penuh dengan KKN adalah tanda tidak
memadainya system pendidikan kita. Jelas tirani Negara, kapitalisme pasar dan anarki
masyarakat turut memperparah pendidikan kita. Sekolah yang kuat dengan manajemen
yang professional akan tetap eksist. Lantas bagaimana nasib sekolah dengan system
managemen lemah dan hanya pasrah pada keputusan dari atas. Dalam konteks ini kita
seringkali menemukan persoalan yang disebabkan oleh tubrukan kepentingan pada
tingkat nasional dengan realitas penyelenggaraan pendidikan pada tingkat lokal.
Persoalan ini berbuntut pada krisis pendidikan. Lagi-lagi, system pendidikan
mempersiapkan orang untuk gagal. Itu baru system, bagaimana dengan orang yang
menjalankan system. Ada banyak cerita sumbang yang kita dengar. Ada banyak
pengawas dari ibu kota propinsi, kabupaten atau kecamatan yang mengunjungi sekolah
untuk minta tanda tangan dari kepala sekolah untuk kenaikan pangkat. Ia tidak
menjalankan tugas supervisi. Kepala sekolah yang bermental proyek. Ada juga proses
pemiskinan, “minta” uang dari sekolah. Para pejabat di propinsi paling senang ke
Manggarai karena ada amplop. Orang yang menempati pos-pos penting di Diknas adalah
orang yang bermasalah. Atau dalam term management pendidikan diadministrasikan.
Tidak dapat mengajar atau bermasalah waktu menjalankan tugas pengajaran. Ironis
memang. Itulah cerita-cerita buram tentang pendidikan kita.

Bagaimana dengan sarana dan prasarana pendidikan? Sekolah dengan sarana prasarana
penunjang yang memadai hanya terdapat di kota-kota besar. Ini tidak kita temukan di
daerah-daerah kita. Dalam kondisi ini kita tidak mungkin dapat menyelenggarakan
kegiatan pendidikan yang ideal yang mengarah pada peningkatan mutu dan terciptanya
output yang kompetitif. Ada ketimpangan antara visi pendidikan nasional dengan misi
pendidikan yang mesti diaktualisasikan dalam kegiatan-kegiatan konkret termasuk
penyediaan sarana prasarana penunjang kegiatan belajar mengajar. Bersyukurlah dalam
kondisi seperti ini kita masih sanggup menyelenggarakan pendidikan. Patut disayangkan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

memang kalau ada sekolah yang harus dijual atau ditutup, sebagai mana yang kita dengar
di beberapa tempat lain di Indonesia. Pendidikan yang kita jalankan alakadarnya saja.

Pendidikan di Manggarai Timur adalah pendidikan di tengah realitas kemiskinan


masyarakat. Menyelenggarakan sekolah dengan biaya tinggi tentu membawa beban
ekonomi. Apalagi masyarakat selalu berpikir pendidikan itu mahal. Ada banyak anak
tamatan sekolah yang tidak melanjutkan pendidikan karena persoalan biaya. Banyak yang
berhenti di SD. Sebagai contoh, SDI Tanggo 1997: Masuk 31 tamat 16, masuk SMP 12
orang, masuk SMA 8. Ini baru satu contoh. Kita juga menemukan fakta lain bahwa
berkurangnya anak untuk mengikuti kegiatan pendidikan lebih karena kurangnya
motivasi untuk belajar. Atau katakanlah tidak mau sekolah. Sementara peluang untuk
melanjutkan pendidikan dan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya yang
sanggup dijangkau masyarakat bawah masih tersedia. Begitu juga dengan semakin
genjarnya GNOTA, beasiswa dari pemerintah dan yayasan serta subsidi silang antara
lembaga pendidikan. Memang ini cukup ironis. Di tengah merebaknya budaya pesta,
masyarakat masih menganggap pendidikan mahal. Pikiran kita tentu tidak berhenti pada
sedikitnya orang yang mengenyam pendidikan formal. Ada juga hal lain yang kita
pikirkan. Paling tidak, rendahnya pendidikan dapat memicu lahirnya persoalan sosial di
tengah masyarakat.

C. Kiprah Gereja dalam Bidang Pendidikan


Karya nyata gereja di bidang pendidikan sebagai salah satu aspek pemberdayaan
masyarakat berjangka panjang merupakan bagian integral dari sejarah Gereja Keuskupan
Ruteng. Sejak masa awal misi di Flores Barat (Manggarai) para misionaris dan awam
sudah menunjukkan keprihatinan dan usaha nyata untuk meningkatkan mutu pendidikan
. Pembukaan sekolah-sekolah dari pendidikan dasar sampai pendidikan menengah bahkan
pendidikan tinggi telah menjadi bagian penting dari keprihatinan gereja. Sekolah-sekolah
tersebut bernaung di bawah Yayasan SUKMA. Pendidikan dengan itu juga sudah disadari
sebagai pilar utama penyangga kehidupan menggereja. Searah perjalanan waktu, misi
pendidikan Gereja Manggarai telah mencetak tokoh-tokoh katolik maupun non katolik
yang berkiprah di tingkat local maupun nasional.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Hingga tahun 2007, di wilayah Kabupaten Manggarai Timur sekurangnya terdapat 4


TKK, 101 SDK, 12 SMP dan 2 SMA, yang langsung berada di bawah penanganan
Yayasan SUKMA. Kehadiran lembaga-lembaga tersebut di tengah masyarakat paling
tidak telah menjawabi dan memenuhi harapan masyarakat untuk mendapat pendidikan
wajib; wajib belajar 9 tahun. Pemenuhan harapan itu tentu tidak serta merta hanya
diembankan oleh Gereja. Pemerintah dan yayasan-yayasan lain juga mempunyai peran
yang sama.

Peran serta Gereja Keuskupan Ruteng dalam pemberdayaan masyarakat bukan hanya
pada kegiatan membuka sekolah dan menyediakan sarana prasarana pendidikan.
Kegiatan-kegiatan praktis yang berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan di sekolah
juga mendapat perhatian Gereja. Pengadaan tenaga-tenaga pengajar, pelaksanaan kursus,
dan pelatihan untuk peningkatan profesionalisme guru juga gencar dilaksanakan. Guru
diajak dan dilatih untuk memiliki kompetensi sebagai tenaga pengajar professional. Guru
menjadi professional dalam arti menguasai ilmu dengan baik dan memiliki keterampilan
untuk membagikan ilmu dan menghidupkan iklim pembelajaran yang efektif. Secara
spesifik para guru diperkenalkan dan dilatih untuk memahami kurikulum baru KTSP,
berikut strategi pembelajaran yang khas dan kontekstual yang meningkatkan peran aktif
siswa dalam pembelajaran serta mampu mengakomodasi kepentingan nasional dan
kebutuhan masyarakat lokal. Dengan demikian, perpaduan yang sinergis antara
kebutuhan nasional dan lokal tidak membuat guru dan siswa tercerabut dari kekayaan
nilai budaya dan kearifan tradisional yang dipelajarinya dari masyarakat dan
lingkungannya.

Untuk menunjang mutu pendidikan, Gereja melalui Yayasan SUKMA juga


mengoptimalisasi dan memfasilitasi kerja sama antara sekolah. Pikiran positif ini
terealisasi dalam kegiatan pertukaran guru dan siswa. Memang pelaksanaannya sungguh
terbatas, namun cara ini sudah memompa dan memacu semangat belajar siswa dan
meningkatkan kinerja kerja para guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Kegiatan
penelitian pada tingkat sekolah juga dijalankan. Dengan adanya keterbatasan fasilitas
yang menunjang pelajaran; Perpustakaan dan laboratorium (buku dan alat-alat peraga);
para guru dan siswa diberi kesempatan untuk belajar dari pengalaman sekolah-sekolah
lain.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Keprihatinan Gereja melalui Yayasan SUKMA pada tingkat pertama lebih berorientasi
pada upaya peningkatan profesionalitas guru. Guru-guru harus professional. Upaya
konkrit peningkatan profesionalitas guru sudah nyata melalui penyelenggaraan
lokakarya. Peluang untuk studi lanjut bagi para guru juga terbuka lebar. Paling tidak ini
nyata dalam tingginya minat masyarakat untuk mengenyam pendidikan guru di PGSD.
Pada tataran lebih jauh, upaya gereja bukan saja sebatas pada upaya perluasan dan
penambahan pengetahuan yang berguna bagi para guru, tetapi juga peningkatan soft skill
(nilai-nilai kemanusiaan dan rohani) yang diselenggarakan melalui kegiatan ret-ret dan
rekoleksi. Ini juga merupakan sebuah kegiatan penyadaran. Menjadi guru bukanlah
sebuah mata pencaharian tetapi sebuah profesi dan pelayanan. Menjadi guru bukanlah
tempat yang pas untuk mencari duit. Tentu ini sama sekali tidak berarti bahwa
kesejahteraan guru tidak diperhatikan. Dengan mengembankan tugas sebagai guru,
seseorang sebetulnya dipanggil untuk mengabdi dan melayani. Lebih jauh, untuk
meningkatkan mutu pendidikan, kita bukan cuma membutuhkan guru-guru yang pintar-
guru-guru yang memiliki kompetensi keilmuan tetapi juga membutuhkan guru-guru
yang kaya akan nilai-nilai kemanusiaan dan spiritual.

D. Merancang Pendidikan Masa Depan: Rekomendasi Pemikiran


1. John Dewey dalam bukunya Education and Experience berbicara banyak tentang
pendidikan. Dikotomi pendidikan tradisional yang mengedepankan peran sentralistik
guru dan pendidikan progressive yang mengedepan kemajuan secara tajam menghasilkan
output pendidikan yang tidak otonom dalam berpikir dan kurang peka terhadap
lingkungan hidupnya. Peserta didik teralienasi dari lingkungan hidupnya karena apa yang
diterimanya dalam proses belajar mengajar adalah sesuatu hal yang asing, tidak
menyentuh pengalaman hidupnya yang konkret. Pendidikan tradisional dengan pola
pendekatan yang berpusat pada guru, telah menempatkan siswa sebagi obyek, yang
kehilangan kreativitas dan kemandirian untuk berpikir. Pendidikan tradisional hanya
menanamkan nilai-nilai tradisional yang dijejalkan sebagai patokan tingkah laku dalam
kehidupan masyarakat. Guru mengajarkan apa yang diterima dari guru sebelumnya.
Materi pendidikan tidak berkembang. Masyarakt menjadi tertutup terhadap nilai-nilai
baru. Pendidikan tidak lebih dari sebuah proses pewarisan nilai. Pengetahuannya tidak
lebih dari pewarisan nilai-nilai tradisional.Di pihak lain, pendidikan progressive yang
berorientasi pada kemajuan lebih banyak mencecoki peserta didik dengan kemajuan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

mutakhir di negeri nun jauh. Anak di bawah ke dunia yang lain. Ia kehilangan pijakan
untuk berpikir tentang masyarakatnya. Dalam kerangka pemikiran Dewey, model
pendidikan yang baik harus mampu mengakomodasi pengalaman hidup peserta didik.
Pengalaman pergumulan hidup individu di tengah masyarakat adalah sumber belajar.
Lingkungan di mana ia tinggal adalah sebuah wacana yang perlu dieksplorasi. Pendidikan
adalah sebuah proses internalisasi. Internalisasi pengalaman individu dan masyarakatnya.
Pendidikan model ini tidak membuat individu asing dari masyaraktnya. Ia menjamin
kontinuitas pengetahuan. Apa yang dipelajari di ruang kelas bukanlah sesuatu hal yang
asing. Siswa dapat melihatnya dalam kehidupannya yang konkrit. Proses belajar tidak
mencerabut individu dari basis pengalamannya. Bagaimanakah praxis pendidikan ala
Dewey dijalankan dalam konteks masyarakat kita. Masyarakat dan lingkungan di mana
individu hidup serta berbagai pengalamannya adalah materi belajar. Masyarakat dan
lingkungan menjadi laboratorium tempat berlangsungnya kegiatan pendidikan.
Pendidikan dengan demikian tidak mesti dijalankan di dalam ruangan kelas. Dalam
konteks ini, kegiatan pendidikan dapat dijalankan di mana saja; di alam terbuka, di sawah,
sungai, di tengah perkampungan, di pasar dll. Dengan melihat kenyataan yang ada, siswa
dengan sendirinya merumuskan pemahamannya atas apa yang dijumpainya dalam
pengalaman hidup, mendiskusikannya dengan teman-teman, kemudian diperkaya oleh
pemahaman sang guru. Proses belajar seperti ini menjadi lebih menarik dan memberi
kesempatan yang lebih luas bagi para siswa untuk berkembang. Dalam konteks ini
Sekolah Alam bisa menjadi alternative untuk mengimbangi kurangnya sarana dan
prasarana.

2. Salah satu tuntutan mendesak dalam kehidupan modern adalah perlunya kerja sama
antara berbagai pihak. Net work (jaringan kerja) menjadi kata kunci sekaligus penjamin
keberlangsungan usaha. Dalam konteks pendidikan masyarakat pinggiran yang dililit
oleh berbagai persoalan, menggalang kerja sama dengan berbagai pihak menjadi semakin
penting. Kerja sama untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah bisa saja dijalankan
dengan menghidupkan net work-membangun kerja sama dengan berbagai pihak. Kerja
sama bisa dijalankan dengan pihak universitas yang siap untuk memberikan pelatihan
bagi guru-guru, kerja sama dengan pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan
pelatihan terpadu yang berbasis kebutuhan lokal, kerja sama dengan sekolah-sekolah
yang sudah maju dan kerja sama dengan tokoh-tokoh professional,kerja sama antara guru
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

bidang studi. Kerja sama ini bukan cuma untuk meringankan beban financial sekolah
dalam menyelenggarakan kegiatan pelatihan tetapi terutama berorientasi pada
peningkatan mutu pendidikan. Terbersit khabar bahwa di Dinas Pendidikan ada dana
yang nombok, tak tahu harus diapakan. Dari pada dikorupsi dana-dana tersebut lebih baik
dimanfaatkan.

3. Salah satu pikiran alternatif yang bias dikedepankan untuk meningkatkan mutu
pendidikan di Manggarai Timur adalah membentuk pusat studi atau kajian pendidikan
yang menyelenggarakan diskusi dan kegiatan penelitian di bidang pendidkan. Pusat studi
ini dapat menjadi bank informasi bagi penataan pendidikan dan pengembangan
kurikulum. Hasil penelitian tersebut dapat menjadi basis pengambilan kebijakan yang
tepat bagi penyelenggaraan pendidikan. Kegiatan ini dijalankan oleh kelompok-kelompok
professional yang mengikutsertakan guru dan murid.

4. Kerja sama antara guru bidang studi dan antar sekolah perlu dioptimalisasikan. Bahkan
pada tataran yang lebih konkrit harus bisa merumuskan kesamaan materi pembelajaran,
tanpa mengabaikan corak dan keistimewaan sekolah masing-masing.

E. Penutup
Di manakah anak-anak kita harus belajar, bagaimanakah mereka harus belajar, dan
kepada siapakah mereka harus belajar adalah pertanyaan kunci dari seminar kita pada
kesempatan ini? Kita bisa menjawabnya di sini dan kini.

Kita semua tentu sepakat, pendidikan telah menjadi tungku utama pemberdayaan
masyarakat sekaligus penentu kualitas bangsa. Melalui media pedidikan kegiatan
pemberdayaan itu berproses. Supaya pendidikan itu menghasilkan output yang
berkualitas baik, maka faktor-faktor penentu pendidikan harus diberdayakan. Kegiatan
pemberdayaan ini terutama berorientasi pada manusia yang menyelenggarakan
pendidikan baik guru dan peserta didik, tenaga non edukatif yang bergerak di bidang
pendidikan, serta masyarakat. Untuk mengoptimalisasikan kegiatan pemberdayaan
tersebut aspek lain juga perlu mendapat perhatian. Sarana-prasarana pendidikan dan
lingkungan fisik yang menunjang kegiatan pendidikan paling tidak juga perlu mendapat
perhatian.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

* Imam diosesan Ruteng yang sedang menempuh kuliah di Universitas


Sanata Dharma
Bahan Acuan
Atmadi A., Setiyaningsih Y., ed., Transformasi Pendidkan, Yogyakarta, Kanisius dan
Universitas Sanata Dharma, 2004.

Aoer Cyprianus, Masa Depan Pendidikan Nasional (Catatan Seorang Wartawan), Jakarta,
Center for Poverty Studies, 2005.

Buchori, Mochtar, Pendidikan Antisipatoris, Yogyakarta, Kanisius, 2006.


Darmaningtyas, Pendidikan Rusak-Rusakan, Yogyakarta, LKiS, 2005.
Lie, Anita, Profesional Pendikan, Materi Lokakarya Menyiasati Pendidikan di Indonesia,
Klaten, September 2007.

Sindhunata, ed., Membuka Masa Depan Anak-Anak Kita, Yogyakarta, Kanisius, 2004.
Sindhunata, ed., Menggagas Paradigma Baru Pendidikan, Yogyakarta, Kanisius, 2004.
Sindhunata, ed. Pendidikan: Kegelisahan Sepanjang Zaman, Yogyakarta, Kanisius , 2005.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

PEMBEDAYAAN SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI


MANGGARAI TIMUR
(Neka Hemong Kuni Agu Kalo)

Oleh Dr. Niklaus Got*

A. Latar Berlakang
Pemekaran manggarai menjadi tiga kabupaten (Manggarai, Manggarai Barat dan
Manggarai Timur) merupakan wujud tanggung jawab dan konsekuensi pemerintah pusat
sesuai dengan amanat undang-undang dasar 1945 yang diamandemen, pasal 18 dan
undang-undang otonomi daerah nomor 32 tahun 2004 pasal 4. Pemekaran tersebut bukan
dipandang dari sudut luas wilayah idealnya enam kabupaten, namun dari penyebaran
penduduk dan jumah kecamatan yang ada sudah cukup. Ironisnya pemekaran masih
membuat pro dan kontra dalam masyarakat. Terlepas dari itu, Manggarai Barat sudah
disahkan DPR RI (dewan perwakilan rakyat republik Indonesia) pada tahun 2003 dan
telah memiliki bupati dan waki bupati defenitif. Jika Manggarai Barat sebelum adanya
bupati dan wakil bupati defenitif, pejabat bupatinya ditunjuk oleh gubernur dan
direkomendai Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, sebaliknya Manggarai Timur
sebelum adanya bupati dan wakil defenitif pejabat bupatinya ditunjuk oleh bupati
kabupaten Manggarai. Namun, persoalannya sekarang adalah pejabat bupati Manggarai
Timur yang ditunjkan bupati dan wakil bupati defenitif Manggarai yang direkomendasi
Menteri DalamNegeri Republik Indonesia, belum dilantik. Alasannya sangat klasik,
belum diterima oleh seluruh stakeholder Manggarai Timur. Konsekuensinya roda
pemerintahan di sana belum berjalan efektif.

Dalam rangka mencari solusi masalah tersebut di atas, maka perlu adanya partisipasi dari
semua pihak, termasuk dari kalangan mahasiswa dan para cendekiawan, budayawan
sebagai betuk kepedulian terhadap persoalan yang dihadapi Pemerintah Daerah
Manggarai dan seluruh stakeholder masyarakat baik organisasi maupun simpatisan. Bupati
dan wakil bupati defenitif yang diinginkan masyarkat Manggarai Timur adalah mampu
meningkatkan SDM (sumber daya manusia) khas Manggarai Timur maupun
mempertahankan bahkan mengembangkan budaya khas Manggarai Timur dan mampu
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

meningkatkan ekonomi serta mendongkrak pendapatan perkapita masyarakat Manggarai


Timur.
Karena diskusi publik ini yang diprakarsai Mahasiswa asal Manggarai Timur yang kuliah
di Yogyakarta dan sekitarnya merupakan blue print agenda komunikasi yang efektif dan
efisien, serta relevan dan urgen untuk menyamakan persepsi dan pandangan masing-
masing bagi penyeleksian masalah tersebut di atas.

Pemberdayaan, jika merujuk pada konteks pemekaran kabupaten Manggarai Timur yang
baru disahkan DPR RI (Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia) pada pertengahan
juli 2007, dan belum ada pejabat bupati untuk menjalankan roda pemerintahan sementara,
maka hal tersebut perlu ditelaah secara kritir pada tataran praktisi namun tetap dalam
perspektif akademin dan bebas nilai. Pemberdayaan sosial titik sentralnya adalah
mengoptimalkan kemampuan SDM (sumber daya manusia) Manggarai Timur;
pemberdayaan budaya titik sentralnya adalah meningkatan mutu hasil karya manusia
yang mewarnai jati diri masyaraksat dan individu Manggarai Timur, dan pemberdayaan
ekonomi sentralnya adalah tercukupinya kebutuhan ekonomi yang berarti tercukupinya
kebutuhan sandang pandang bagi seluruh rakyat dan selanjutnya mampu mendongkrak
pendapatan perkapita masyarakat Manggarai Timur, agar dapat hidup lebih layak seperti
rakyat Indonesia lainnya. Jadi, esensi dari pemekaran kabupaten Manggarai Timur selain
mempermudah dan meratanya pelayanan adaministrasi bagi masyarakat, juga
meningkatkan pendapatan perkapita, optimalnya pengelolaan potensi daerah,
representatifnya permberdayaan sosial, budaya dan politik, terkendalinya angka kelahiran
yang berdampak pada terkendalinya pertumbuhan penduduk sesuai dengan angka
pertumbuhan ekonomi serta meningkatnya pertahanan dan keamanan masyarakat.

B. Permasalahan
Bertolak dari latar belakang maslah tersebut di atas, maka permasalahan yang perlu
dikritisi secara praktis dan dalam perspektif akademis serta bebas nilai adalah bagaimana
membuat pemetaan secara deskriptif yang kontekstual dan proposional, integral dan
komprehensif bagi upaya pemmberdyaan sosial, budaya dan ekonomi Manggatai Timur.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

C. Pemberdayaan Sosial
Pemberdayaan sosial titik sentralnya adalah pemberdayaan manusia secara individu.
Pemberdayaan manusia secara individu titik sentralnya adalah manusia muda.
Pemberdayaan manusia muda yang disebut pemuda, substansi kaum cendekiawan atau
intelektual, titik sentralnya adalah optimalnya kemampuan sember daya manusia yang
bersumber pada kesadaran tinggi, kesadaran pada tataran empat dimensi yaitu
pandangannya sangat luas, akan sangat penjang, isi pikirannya sangat dalm dan ide atau
intuisinya sangat tinggi. Kesadaran pada tataran empat dimensi sepertiini disebut
kesadaran kosmis (Ouspensky, 1970: 303). Berkat kesadaran kosmis rasul Paulus
bertobat, berubah dari pribadi yang sangat brutal, brandal, kejam, sadis menjadi pribadi
yang sangat santun, saleh, patuh dan penuh kasih. Kasih menurut rasul Paulus adalah
sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri dan tidak sombong, tidak
mencari keuntungan diri sediri, tidak dendam, dan bersukacita karena kebenaran bukan
karena ketidakadilan (Korintus 13:4-6).

Kesadaran kosmis menurut telaah psikologis, ditentukan oleh dua faktor yaitu internal
(hereditas) dan eksternal (lingkungan). Faktor internal (hereditas) sangat tergantung
pada gen yang diturunkan orangtua dalam berbagai hal, antaraa lain IQ (intelligence
Quotient), EQ (emotional Quoetient), dan SQ (social Quotient). Keseimbangan ketiga hal ini
akan melahirkan sumber daya manusia individu yang memilki kesadaran pada empat
dimensi yaitu kesadaran kosmis. IQ tinggi ditandai dengan mampu memecakan masalah
tanpa masalah, EQ ditandai dengan sabar tanpa batasa tidak mudah marah dan tidak
cepat tersinggung dan SQ tinggi ditandai sangat sensitif dan selalu inisiatif dalam
memecah masalah. Faktor eksternal adalah lingkungan sosial dan alam. Lingkungan alam
adalah potret topografi yang susbur dan jenis vegetasi yang menambah kesubran tanah,
memperbaharui temperamen manusia secara individu. Lingkundan sosial dibedakan atas
tiga yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat yang memperbaharui etika pergaulan
individu dan norma moral dalam hidup bemasyarakat.

Jadi permberdayaan sosial berkat kesadaran kosmis, esensinya semakin mengoptimalkan


kemampuan manusia secara individu. Karena itu pemberdayaan sosial perlu ditelaah
dalam empat hal menurut SWOT (strenght, weakness, opportunity dan threat).
1. Strenght (kekuatan)
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

a. Menurut Kuntjaraningrat (1970:190) etnis masyarakat Manggarai relatif


bersifat homogen yaitu berasal dari mongoloid-melayu, dengan variasi atas
beberapa etnis seperti Minagkabau, Bugis, Makasar, Selayar, Bima dan
Gorontalo.
b. Masih kuatnya agama nenek moyang warisan Mongoloid-melayu,
menghormati ceki atau seki (roh-roh nenek moyang), naga golo ( mahluk
halus) yang menjaga perkampungan dan naga uma (mahluk halus) yang
menjaga ladang pertanian. Keyakinan ini mirip dengan barongsai dalam
agama konghucu (konfusius).
c. Masih kuatnya kharisma tu’a gendang sekaligus tu’a lingko (penjaga
genderang sekaligus penguasa atas areal lanadang untuk kebun yang
berbentuk bulat) dalam satu kampung.
d. Masih kuatnya hak ulayat yaitu hukum yang tidak tertulis dan diwariskan
secara turun temurun kepada anak cucu yang dipegang oleh tu’a gendang
(penguasa atas genderang). Selai tu’a gendang ata juga tu’a teno weri landuk
(penguasa yang bertugas menanam kayu induk) pada suatu lingko untuk
dibagikan secara adil kepada anggota kebun ladang dalam satu kampung.
2. Weakness (kelemahan)
a. Masih maraknya perkawinan dalam sesama etnis dan perkawinan tunggu
dungka (cross-cousin asimetris). Menurut hukum Mendel perkawinan
semacam ini tidak memberikan manfaat bagi kelangsungan keturunan
karena pada umumnya anak yang dilahirkan, secara biologis menghasilkan
keturunan yang tidak energik, daya juang rendah, secara sosiologis agak
sulit beradaptasi dengan lingkungan masyarakat dan IQ berada di bawah
rata-rata.
b. Pengaruh reformasi dan globalisasi, masih ada anggota masyarakat yang
tidak patuh pada tokoh adat yang memiliki kharisma. Akibatnya, mereka
ini selalu bertingkah laku yang tidak sesuai dengan etika dan norma yang
dianut masyarakat sehingga mengakibatkan terjadinya benturan sosial.
Mereka membuka ladang pertanian semaunya, mengabaikan etika dan
norma yang dianut masyarakat.
c. Tetap ada anggota masyarakat yang ingin menghilangkan hak ulayat dan
diganti dengan hukum formal. Namun kehadiran hukum formal
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

menimbulkan benturan dengan tradisi sosial yang dibangun melalui


hukum ulayat.
d. Terlalu merendahkan diri pada tempat yang tidak perlu diungkapkan.
Ungkapan basa basi neka rabo (jangan marah) setiap kali berjumpa atau
berbicara pada hal perjumpaan atau pembicaraan itu tidak menimbulkan
akibat yang membuat orang lain marah, tetapi justru bermakna membuat
orang jadi munafik.
3. Opportunity (peluang)
a. Temperamen serius, tidak identik dengan watak keras, kasar, menang-
menangan tetapi dibalik itu tersirat watak lemah lembut, jujur, setia,
sportif. Hal ini menurut Whithead (1979) selain disebabkan faktor internal
juga faktor eksternal.
b. Perilaku linggop (rendah hati cara Manggarai, bukan rendah diri) adalah
khas Manggarai yang termanifestasi melalui courtesy dalam pergaulan.
c. Berkat berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah, Nomor 32 tahun
2004, menggantikan Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, tentang
pemilihan Bupati dan wakil Bupati secara langsung oleh rakyat, merupakan
modal dasar bagi rakyat yang memiliki hal untuk memilih dan dipilih
sesuai dengan aspirasi masyarakat dalam rangkak mewujudkan sistem
pemerintahan yang bersih, berwibawa, adil dan transparan. Dengan
demikian, pembangunan Manggarai Timur berguna bagi terwujudnya
kesejahteraan secara adil dan merata bukan suatu utopia.
d. Pemekaran kabupaten Manggarai Timur secara politis mempersempit
rentang kendali dari pemeritah pusat ke daerah-daerah yang ada di
bawahnya pada tingkat kabupaten, secara geografis mempersemput jarak
tempuh perjalanan dinas dari desa dan kecamatan ke ibu kota kabuipaten
dan sebaliknya, serta secara administratif tentu memerlukan pengangkatan
tenaga pergwai negeri sipil yang baru. Hal ini merupakan peluang bagi
para sarjana fresh graduate mengikuti test seleksi menjadi PNS (pegawai
Negeri sipil). Diharapkan sarjana fresh graduate mempu berkerja cerdas
bukan kerja keras, mendharma-baktikan tenaga dan pikiran bagi
percepatan kemajuan Manggarai Timur.
4. Mengubah threat menjadi opportunity
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

a. Dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang berarti


meningkatkan kesadaran kosmis hidup bermasyarakat, bagi manusia yang
putus sekolah, pemerintah daerah pada tingkat kabupaten perlu
menyediakan alokasi dana yang berasal dari APBD untuk membiayai
pendidikan mereka yang putus sekolah melali paket A setara dengan
ijazah SD, paket B setara dengan ijazah SMP dan paket C stara dengan
SMA.
b. Dalam rangka meningkatkan kesadaran kosmis hidup bermasyarkat,
pemerintah daerah pada tingkat kabupaten perlu adanya alokasi dana yang
berasal dari APBD untuk menyelenggarakan kursus-kursusu keterampilan
sesuai dengan potensi masayarkat. Masyarakat Manggarai Timur memiliki
potensi bertenun agar hasil tenunannya semakin bermutu dan memiliki
nilai jual yang tinggi maka diperlukan kursus-kursus keterampilan. Selain
itu tokoh masyarakat yang mimiliki keterampilan tertentu perlu studi
banding ke luar daerah baik antar kabupaten maupun antar propinsi untuk
mengetahui cara-cara masyarkat lain dalam meningkatkan
keterampilannya.
5. Tradisi yang tetap dipertahankan
a. Kegiatan sosial dodo dan wekol (mengerajakan kebun ladang bersama-sama
dan bergilir) rambet (kerja kebun ladang dengan imbalan makanan penuh
tanpa pemarih), campe atau sampe (kerja kebun landang dengan imbalan
secukupnya).
b. Kegiatan sosial lodok uma yaitu membagi ladang untuk kebun berdasarkan
ukuran dengan menanam landuk (kayu pusat) kemudian dengan lance atau
lanse (kayu pembatasa dengan anggota lain) lurus dari pusat hingga ke
pembatas akhir, makin keluar makin besar dan dibuat lebe (sayap) yang
mirip dengan sarang laba-laba.
c. Kegiatan sosial kumpul kope yaitu kumpul uang dari semua anggota
masyatakat dalam satu kampung untuk membayar mas kawin (paca atau
wagal) bagi salah satu anggota keluarga yang menikah dengan gadis lain di
tempat lain.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

d. Kegiatan sosial caer cumpeng atau saer sumpeng yaitu memindahkan bayi
bersama ibunya dari tempat tidur sementara dekat tungku api selama 8
hari utuk memperlancar keluar darah kotor ibu.
e. Kegiatan sosial boak ata mata (menguburkan orang yang meninggal) dan
kelas (pesta kenduri) bagi orang yang sudah meninggal.

E. Pemberdayaan Budaya
Pemberdayaan budaya berkat kesadaran kosmis titik sentralnya adalah semakin
optimalnya mutu hasil-hasil karya manusia. Optimalnya mutu hasil-hasil karya manusia
titik sentralnya adalah optimalnya keterampilan induvidu bagi keberadaannya dalam
masyarakta yang termanisfestasi melalui mutu potret bangunan rumah adat yang disebut
niang. Rumah adat niang berbentuk bulat lonjong, makin ke atas makin kecil, model
atapnya seperti payung setegah terbuka. Rumah ada dihuni oleh tokoh dari beberapa
etnis yang dipercaya masyarakat seagai tu’a gendang (tokoh kharisma pemangku dan
penjaga genderang). Tugas dari tu’a gendang adalah menjaga keharmonisan secara
horizotal yaitu antara individu dengan individu, antara individu dengan masyarakat,
antara masyarakat dengan masyarkat dan keharmonisal hidup secara vertikal antara
manusia dengan mori agu ngaran ata jari agu dedek tana wa awang eta (Tuhan Pencipta
Langit Dan Bumi), ceki atau seki dan naga golo yang menjaga perkampungan serta naga
uma yang menjaga kebu ladang atau sawah.

Jika ada anggota masyarakat yang menurut kepercayaan agama nenek moyang
menyimpang dari etika dan norma hidup masyarakat maka tugas dari tu’a gendang harus
segera mengambil tindakan yang sesuai dengan etika dan norma hidup bermasyarakat
menurut tradiis agama nenek moyang. Dalam perselingkuhan pada masyarakat ada istilah
jurak. Jurak yaitu hubungan sebagai suami istri yang tidak sesuai dengan tradisi garis
keturunan yang tidak dikehendaki terjadi menurut tradisi agama nenek moyang,
misalnya ema ngoeng anak, anak ngoeng ende, nara ngoeng weta. Jika dalam satu kampung
terjadi hubungan selingkuh maka tugas tu’a gendang harus segera mencari
pemecahannya. Solusi yang lazim dilakukan masyarakat akibat jurak biasanya terdapat
lonto lobo ngensung atau ngencung pana mata loho (duduk di atas lesung, menengadah ke
atas dan menantang matahari) sambil bersumpah dilakukan melalui tudak dengan
memotong seekor kerbau dan kepalanya dibenamkan ke dalam tanah di dekat
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

compang/sompang (tempat memberi sesajian) kepada mori agu ngaran ata jari agu dedek ta
wa awang eta, ceki/seki, naga golo yang menjaga perakampungan dna berjanji utuk tidak
terulang kembali pada perbuatan serupa. Jika jurak sering terjadi dan tidak mencarikan
solusi secara baik dn benar oleh tu’a gendang maka peringatan dari Tuhan, ceki/seki, naga
golo datang berupa bencana alam. Peristiwa yang baru terjadi di Manggarai berupa tanah
longsor, banjir, tenggelamnya perkampungan penduduk, dan menelan banyak korban
jiwa, jika dianalisis pada tataran kesadaran empat dimensi yaitu kesadaran kosmis adalah
peringatan dari Tuhan, ceki/seki, naga golo yang menjaga perkampungan bahkan naga uma
yang menjaga pertanian jik erjadinya bencana itu di ladang pertanian atau sawah.

Jadi pemberdayaan budya berkat kesadaran kosmis, esensinya semakin optimalnya mutu
hasil-hasil karya manusia. Karena pemberdayaan budaya perlu ditelah dalam empat hal
menurut analisis SWOT.
1. Strenght
a. Tetap mempertahankan budaya dalam bentuk rumah adat yang disebut
niang. Rumah adat yang disebut niang yang berbentuk bulat, lonjong, makin
ke atas makin kecil, model atapnya seperti payung setengah terbuka. Rumah
ini tempat bekumpulnya semua warga dan memecahkan berbagi jenis
persoalan masayarkat dalam perspektif agama nenek moyang, memiliki
kekuatan spiritual yang bersifat transenden. Selain itu memiliki kekuatan
profan yang bersifat imanen, hubungan horisontal antara manusia dengan
manusia dan antara manusia dengan alam sekitar.
b. Gendang berbentuk bulat memiliki rongga dan dilapisi atau ditutupi dengan
kulit kambing dan diikat dengan larik, selain sebagai kekuatan masyarakat
dalam satu kampung juga simbol ikatan pemersatu hubungan horisontal
antara masyarakat yang sangat rapat dan mapan dan sebagai simbol ikatan
pemersatu hubungan vertikal.
c. Membunyikan gendang dan gong dan diiiringan dengan lagu-lagu daerah
sambil menari-nari kegembiraan pada saat pesta merupakan simbol
hubungan horisontal dan vertikal yang harmonis.
d. Tembong (genderang kecil) sebagai induk dari gendang berbentuk bulat
lonjong pada suatu sisi yang agak besar ditutup dengan kulit kambing dan
diikat dengan larik atau rotan dan pada sisi lain yang agak kecil dibiarkan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

terbuka. Maknanya tembong bagian tertutup itu sebagai simbol


berkumpulnya seluruh warga sambil bergandengan tangan dalam satu etnis
atau satu kampung untuk menyelesaikan berbagai persoalan dan kemudian
mereka bersama-sama keluar yang disimbolkan pada tembong sebagai
terbuka untuk mencari nafkah, mencari kerja sesuai dengan profesinya
masing-masing. Setelah selesai mencari nafkah atau mencari kerja mereka
berkumpul kembali di rumah tembong sebagai induk gendang untuk
menyatakan syukur atas hasil yang dicapai dalam musim kerja selama satu
tahun kepada yang Maha Kuasa dalam sebuah pesta penti/berwalih.
e. Memberi sesajian selain pada cabang/sabang yang ditancapkan di compang di
tengah kampung juga pada lempar yang digantung pada lutur menurut panga
yaitu etnis atau klan dan memberikan sesajuan kepada warisan leluhur
seperti keris, mangkuk buatan Cina atau pusaka lain pada pesta penti atau di
Jawa disebut bersih desa, jika dilakukan secara baik dan benar sesuai dengan
kebiasan yang sering dilakukan akan mendatangkan kenyamanan hidup bagi
yang menjaganya.
f. Tu’a teno (penguasa kayu senu berbentuk gasing yang ditanam di pusat
kebun/lingko) prosesnya berawal dari acara tudak di rumah gendang
kemudian menuju lingko yang hendak dibagi kepada anggota untuk
melaksanakan kegiatan weri landuk sebagai pusat ladang kemudian pada
radius satu jengkal dengan membentuk lingkaran, tu’a teno membagi kepda
setiap anggota sebesar satu, dua atau tiga jari tangan dan dengan lance/lanse
ditarik lurus dari landuk hingga ke sini/sising. Dari landuk ladang kelihatan
kecil makin keluar makin besar dan berbentuk lingkaran dan pada setiap
bagian dibuat lebe yang nampaknya seperti sarang laba-laba.
g. Jika tu’a teno menjalankan tugasnya dengan baik dan benar dan semua
anggota toe mangga tiluing wahe deko artinya tidak selingkuh, maka semua
anggota ladang pertanian, tanamannya akan tumbuh subur tanpa gangguan
dan akhirnya akan memanenkan hasil. Tanda-tanda anggota ladang yang
terlibat kasus tiling wahe deko tanamannya selalu dimakan tikus. Jika tilung
wahe deko yaitu selingkuh diatasi menurut tradisi agama nenek moyang,
rocang/rosang dihadapan tu’a teno maka tanamannya tidak akan dimakan
tikus lagi. Karena itu tu’a teno sama seperti tu’a gendang atau tu’a tembong
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

sangat dihormati di dalam masyarakat. Jadi masyarakat yang gagal panen


karena tanamannya diserang hama tikus adalah mereka tidak patuh pada tu’a
teno.
2. Weakness
a. Tradisi nenek moyang zaman dahulu membangun perkampungan di atas
bukit atau lereng-lereng gunung untuk terhindar dari serangan musuh
namun rawan terhadap bahaya banjir dan tanah longsor hingga sekarang
masih tetap dipertahankan. Hal ini disebabkan karena meraka merasa sudah
sangat menyatu dengan sang maha kuasa yang menjaga mereka. Istilah
mereka yang sangat mapan adalah tana serong dise empo mbate dise ame, pateng
wae worok golo. Jika dipaksakan harus pindah dilakukan melalui upacara adat
yang besar misalnya menyembelih seekor kerbau sebagi tumbal.
b. Memberikan sesajian kepada warisan nenek moyang tidak secara baik dan
lancar bahkan tidak dilakukan sama sekali akan kelihatan dalam pola hidup
tidak memberikan kenyamanan atau hidupnya tidak harmonis baik secara
keluarganya sendiri maupun dengan keluarga tetangga. Tanaman kebun
ladang atau sawah yang dikerjakannya tidak memberikan hasil maksimal
karena tanamannya kelihatanya dimakan hama tikus, namun tidak ditelaah
pada tataran kesadaran empat dimensi yaitu kesadaran kosmis,
sesungguhnya tanamannya itu dimakan oleh roh-roh dari warisan nenek
moyangnya sendiri.
c. Masyarakat yang sudah tidak menghormati lagi tu’a gendang/tu’e tembong
dan tu’a teno sangat kelihatan. Hubungan antara individu dengan individu,
antara individu dengan masyarakat sangat longgar karena tidak ada etika
dan norma hidup bermasyarakat yang dianut. Akibatnya kasus jurak
dianggap sebagai hal yang biasa terjadi dan wajar dalam hidup
bermasyarakat.
d. Masih ada budaya kembeleis (lalai, tidak peduli), budaya sendel atau hendel
(cemooh, sinis), dalam teknik pengelolaan lahan pertanian, dan bahkan tidak
memberikan apresiasi terhadap teknik pengelolaan lahan pertanian yang
dilakukan orang lain.
e. Masih kuatnya budaya kumpul-kumpul sambil main kartu dengan taruhan
uang dalam jumlah besar, juga budaya kumpul-kumpul hanya ngobrol yang
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

tidak ada manfaatnya sambil minum minuman tuak raja atau sopi “bm”
(bakar menyala) hingga mabuk, sehingga tugas utama tertunda, bahkan
terlupakan, sehingga musim tanam pun terlewatkan.
3. Opportunity(Peluang)
a. Pemerintah daerah kabupaten Manggarai Timur perlu memprakarsai
perubahan kurikulum sekolah sejak SD (Sekolah Dasar) hingga
SMA(Sekolah Menengah Atas), dengan memasukkan budaya daerah
sebagai asset daerah yang harus dilestarikanguna meningkatkan Sumber
Daya Manusia yang berbudaya, beradab, etis, dan bermoral.
b. .Dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah terbaru nomor 32
tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
sebesar 20 % dan Pemerintah Daerah sebesar 80% (propinsi 20%,
kabupaten 60%), merupakan modal besar bagi pemerintah daerah
Kabupaten Manggarai Timur untuk mengalokasikan dana perbaikan
kurikulum sekolah secara memadai guna meningkatkan mutu dan kekhasan
lulusan sekolah, yang dibebankan kepada APBD (Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah).

4. Mengubah Threat(Tantangan) menjadi Opportunity (Peluang)


a. Mengantisipasi dengan termarjinalnya tarian-tarian dan lagu-lagu daerah oleh
lagu-lagu pop, dengan mendesain secara professional tarian-tarian dan lagu-
lagu daerah sesuai tuntutan zaman, bahkan harus masuk ke dalam kurikulum
sekolah sejak dari SD hingga SMA.
b. Mengembalikan tradisi Tudak (doa persembahan) yang tereliminasi sejak
masuknya Agama Katolik hingga tahun 1970an dianggap menyembah
berhala, sebagaimana diajarkan guru-guru sekolah dasar pada masa orde
lama.Tudak merupakan bagian puncak dari upacara ritual agama nenek
moyang untuk menghormati Mori Agu Ngaran Ata Jari Agu Dedek Tana wa
Awang eta (Tuhan Pencipta Langit dan Bumi), ceki atau seki (roh-roh
leluhur), naga golo (makhluk halus) yang menjaga perkampungan, naga uma
(makhlus halus) yang menjaga kebun ladang.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

c. Menyederhanakan tradisi pesta-pesta dalam skala besar seperti paca atau


wagal (mas kawin) yang secara sosiologis hanya demi mengangkat prestise
atau harga diri pada pihak anak rona (orang tua istri), namun secara ekonomis
justru mengorbankan prestise anak wina (orang tua suami) karena harus
menyerahkan uang pasa atau wagal (mas kawin) dan nggolong (belis) dalam
jumlah banyak. Istilah manggarai yang tidak diperlukan dibudayakan adalah
toe tombo cokol (sokol) toe tura tud, dan harus ada terobosan baru dengan
membayar uang pasa atau wagal (mas kawin) dan ngglong (belis) sesuai
dengan kemampuan pihak anak wina orang tua suami.
d. Melakukan promosi tari-tarian dan lagu-lagu daerah secara professional pada
tingkat nasional bahkan internasional, guna menarik minat wisatawan untuk
berkunjung ke Manggarai khususnya Manggarai Timur.Makin banyak
kunjungan wisatawan, makin meningkat pendapatan asli masyarakat, yang
berarti meningkat pula pendapatan asli daerah karena banyak uang yang
dibelanjakan wisatawan di sana.Dalam rangka mengantisipasi kunjungan
wisatawan khususnya mencanegara, perlu mempertahankan keaslian tari-
tarian daerah , lagu-lagu daerah, masakan dan minuman khas Manggarai yang
bias dinikmati para wisatawan ketika berkunjung ke daerah tersebut dengan
tarif yang memadai. Selain itu mempertahankan keaslian kerajinan
masyarakat seperti tenunan, pembuatan tikar, topi, tas khas Manggarai
sebagai cindera mata bagi wisatawan untuk dibawa pulang ke daerah asalnya.
e. Perlu sosialisasi sarana dan prasarana seperti pembangunan jalan raya, air
bersih, dan penerangan, yang dibangun pemerintah agar masyarakat merasa
memiliki dan menjaga sebagai aset untuk kesejahteraan dan kemakmuran
bersama.
f. Segera melakukan reboisasi (penghutanan kembali) pada daerah-daerah yang
sudah gundul akibat penebangan liar, terutama pada daerah-daerah yang
kemiringannya 30o -70o, guna mencegah terjadinya erosi dan tanah longsor.
g. Mengantisipasi perubahan musim yang sulit dipantau dengan pengetahuan
tradisional masyarakat, dan mencari alternatif lain dengan menerapkan
teknologi baru dan menemukan jenis tanaman yang tahan terhadap perubahan
musim yang tidak menentu.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

5. Tradisi yang tetap dipertahankan


a. Tradisi budaya, seperti membangun rumah genderang dan/atau tembong
dengan bentuk khas Manggarai yang disebut niang.
b. Tradisi budaya, seperti membuka ladang baru dari proses weri landuk
(menancapkan kayu pusat) hingga panen hasil tanaman dilakukan melalui
upacara tudak (doa persembahan) dengan bentuk khas Manggarai yang
disebut lingko yang berbentuk sarang laba-laba.
c. Untuk sebuah lingko ada istilah weok(membuka ladang baru sama sekali), dan
ada istilah haung sue (daun cabang, artinya membuka ladang baru, yang
mepet dengan ladang yang sudah ada, baik yang bersamaan maupun yang
sudah ada sebelumnya).

E.Pemberdayaan Ekonomi
Pemberdayaan ekonomi berkat kesadaran kosmis titik sentralnya adalah semakin
optimalnya pemenuhan kebutuhan ekonomi rakyat, yang berarti semakin optimalnya
pemenuhan kebutuhan sandang pangan.Semakin optimalnya pemenuhan sandang pangan
titik sentralnya adalah semakin optiomalnya pendapatan per kapita yang ditandai rakyatnya
dapat hidup di atas garis kemiskinan.Pertanyaan yang muncul adalah berapa besar
pendapatan per kapita masyarakat Manggarai Timur? Untuk menjawab pertanyaan ini,
dapat dicermati secara kasat mata bahwa pendapatan perkapita masyarakat Manggarai
Timur tidak jauh berbeda dengan masyarakat Manggarai yang lainnya. Jika merujuk pada
pendapatan per kapita nasional sudah barang tentu pendapatan per kapita masyarakat
Manggarai Timur, juga Manggarai dan Manggarai Barat, masih jauh di bawah standar
hidup layak. Indikasinya, pada musim panen berpesta pora, menjual hasil dengan harga
yang murah, dan pada musim paceklik yang bersamaan dengan datangnya musim tanam,
pergi ngende (minta bantuan bahan makanan kepada sanak keluarga) dan membeli hasil
yang sama pada tengkulak dengan harga yang sangat mahal. Secara alamiah, masyarakat
hanya mampu memanfaatkan satu kali musim tanam selama satu tahun. Jika musim tanam
opada tahun itu mengalami perubahan, karena curah hujan tidak menentu, maka
masyarakat akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sandang pangan selama
satu tahun.alternatif yang dapat dilakukan adalah memanfaatkan cekeng kelang atau sekeng
kelang (kebun musim panas) yang berlangsung antara bulan Maret hingga Juni, dan hanya
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

khusus untuk tanaman jagung dan jenis kacang-kacangan, seperti kacang hijau, kacang
kedelai.

Demikian juga dengan masyarakat yang memiliki sawah kebanyakan memanfaatkan curah
hujan, sehingga sawahpun hanya dapat dimanfaatkan satu kali musim tanam dalam satu
tahun. Jika curah hujan tidak menentu dalam tahun tersebut, maka masyarakat juga akan
mengalamikesulitan untuk memanfatkan sawahnya secara optimal. Sawah yang hanya
memanfaatkan curah hujan, kalaupun bisa ditanam pada musimnya artinya curah hujan
cukup memadai, hasil pannennya juga belum tantu mencukupi untuk memenuhi kebutuhan
bahan makanan selama setahun. Karena itu masyarakat harus bekerja ekstra tambahan,
misalnya memelihara ternak seperti ayam, kambing, babi, kerbau, sapi, kuda dalam jumlah
yang terbatas sesuai dengan potrettopografi dan jenis vegetasi pada lingkungannya. Selain
itu, masyarakat juga harus bekerja ekstra trambahan, misalnya menanam tanaman
komoditi, seperti kopi, kelapa, kemiri, coklat, vanili, cengkeh. Tanaman tesebut juga
kebanyakan memanfaatkan luas area yang sangat terbatas sesuai dengan potret topografi
dan jenis vegetasi.

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah yang jenis vegetasinya ditumbuhi pohon arena tau
enau, bisa memanfaatkannya dengan menyadap bunga jantan untuk mendapatkan mince
atau minse (nira) yang rasanya manis. Proses awalnya, tangkai bunga jantan pohon aren
atau enau (nama latinnya, zizyphus celtidifolia) yang sudah cukup tua, kumbuh
(seludangnya) dibersihkan, kemudian menyediakan kayu yang disebut paci atau pasi (kayu
pemukul tangkai bunga jantan pohon enau).Untuk memastikan jenis paci atau pasi, harus
memperhatikan jenis kumbuh (seludang, kulit pemalut tangkai bunga jantan pohon aren)
dan jenis buah bunga jantan pohon aren tersebut. Menurut pengalaman masyarakat
Manggarai yang profesinya tewa raping (memukul tangkai bung a jantan pohon aren), jika
jenis paci-nya salah akan ditandai ketika disadap tidak mengeluarkan airnya yang disebut
mince atau minse. Karena itu, jika ada lagi tangkai bunga jantan yang lain, masih pada
pohon yang sama, paci-nya harus diganti, hingga kemudian dapat menyadap mince (air
tangkai bunga jantan pohon aren) yang rasanya manis. Ketika tewa (proses memukul),
harus dengan teknik tinggi, dipukul dengan perasaan, tidak keras-keras, bahkan sambil
dielus-dielus dan diiringi dengan lagu-lagu daerah yang mengharapkan akan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

mendatangkan berkah, yaitu ketika disadap nantinya akan mengeluarkan banyak mince.
Mince atau minse yang rasanya manis, proses selanjutnya, pertama, jika direbus dan
penguapannya dilepas begitu saja ke udara, akan menghasilkan gula;kedua, jika direbus
dan penguapannya ditampung dengan bambu yang cukup panjang untuk disuling, akan
menghasilkan sopi “bm” (bakar menyala); dan ketiga, ketika disadap langsung menaruh
rekang dame r( ragi, endapan tuak yang terlekat pada suban laru yang berasal dari kulit
pohon wadang, Pterospermum diversifolium) akan menghasilkan tuak raja atau tuak
aren.Dengan demikian, orang yang profesinya di samping bertani memanfaatkan musim
tanam, juga berprofesi sebagai kokor gola (merebus nira untuk menjadi gula), atau kokor
sopi(merebus nira untuk menghasilkan sopi bm), sudah mampu menopang ekonomi
keluarga, atau langsung menyaadap tuak raja atau tuak aren.

Jadi, pemberdayaan ekonomi berkat kesadaran kosmis, esensinya semakin optimalnya


pendapatan per kapita masyarakat.Karena itu, pemberdayaan ekonomi perlu ditelaah dalam
empat hal menurut analisis SWOT, yakni strength (kekuatan), weakness (kelemahan),
opportunity (peluang) dan mengubah threat (tantangan) menjadi opportunity (peluang).
1. Strength(Kekuatan)
a. Hak ulayat yang dipangku Tu’a Gendang (tokoh penguasa genderang)
tugasnya melakukan pesta penti atau berwalih. Pesta ini substansinya
mengucap syukur atas rahmat dari Mori Agu Ngaran Ata Jari Agu Dedek
Tana wa Awang Eta karena hasil panennya melimpah, sekaligus na’a ntaung
manga, pake ntaung weru (meletakkan tahun yang sudah lewat karena sudah
panen, dan memasuki tahun baru, memanfaatkan musim tanam yang akan
dihadapi), mengucap syukur kepada ceki atau seki (roh-roh leluhur) dan naga
golo yang menjaga perkampungan.
b. Hak ulayat yang dipangku Tu’a Teno (tokoh penguasa kayu senu berbentuk
gasing yang ditanamkan di pusat kebun) lingko, ketika membuka ladang baru
untuk dibagikan secara adil dan merata kepada semua anggota dalam satu beo
(kampung).
c. Potret topografi (keadaan permukaan tanah pada suatu kawasan) yang
berbukit-bukit dengan kemiringan 30-70 derajat, dan memiliki struktur tanah
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

yang subur, menyebabkan masyarakat sangat akrab dengan alam dan


menguasai alam kendati dengan penguasaan teknologi yang seadanya.
d. Beraneka ragamnya jenis vegetasi, dan banyaknya daun-daun yang kering dan
hancur, menyebabkan tanah pertanian masyarakat subur secara alami. Hal ini
mendorong masyarakat melakukan sistem berladang dengan berpindah-
pindah (ekstensif).Namun, lama-kelamaan system ini tidak dapat
dipertahankan lagi, dan harus melakukan ssstem berladang yang menetap,
mengolah tanah terus-menerus setiap kali menghadapi musim tanam(intensif).
e. Perpaduan potret topografi yang subur dan berbagai jenis vegetasi yang akan
menambah tingkat kesuburan tanah, menyebabkan banyak jenis hewan ternak
seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, dan ayam, dapat hidup dan
berkembang biak dengan baik. Hal ini mendorong masyarakat untuk
mengembangkan system peternakan modern, kendatipun dalam skala kecil
sesuai dengan potret topografi dan jenis vegetasinya.
f. Margasatwa seperti kijang atau rusa, babi hutan, babi landak, merupakan
sumber nabati hewani yang banyak mengandung protein untuk kenutuhan
manusia.
g. Margasatwa jenis burung, seperti kaka kiong (burung jalak), burung panjat
atau kakatua, burung beo, burung maleo, ayam hutan, memiliki nilai jual, dan
juga berfungsi sebagai penyeimbang dalam pelestarian lingkungan.
h. Semakin meningkatnya teknologi pertanian, yang ditandai masyarakat beralih
dari sistem berladang membuka hutan (ekstensif) ke pembuatan pematang
untuk dijadikan ladang permanen atau sawah (intensif), dan terasering di
kawasan yang berbukit-bukit.
2. Weakness (kelemahan)
a. Perkawinan dengan sistem kala rana wene wua (sirih baru pinang bua)
artinya tidak ada hubungan darah sebelumnya, dengan uang paca atau pasa
atau wagal (mas kawin) yang mahal dan nggolong (belis) yang banyak,
menyebabkan dua hal yang sangat dikotomis. Pada satu sisi menutup untuk
tidak terjadi perkawinan poligami;namun di sisi yang lain, membuat
perkembangan ekonomi keluarga yang baru tidak begitu cerah, karena masih
harus melunasi utang yang dipinjamkan dari orang untuk dibayarkan kepada
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

pihak anak rona (orang tua istri) pada waktu paca atau pasa atau wagal (mas
kawin). Kompas pernah mengulas bahwa tingginya angka kemiskinan di NTT
termasuk Manggarai, sebagian besar disebabkan mahalnya mas kawin dan
tingginya belis.
b. Banyaknya sida atau cida (minta bantuan saudari) rata-rata dua hingga empat
kali dalam satu tahun, untuk meringankan beban saudara dalam melunasi
uang paca, bahkan untuk kepentingan yang lain, menyebabkan perkembangan
ekonomi keluarga juga tidak menentu.Misalnya rencana untuk membangun
rumah tertunda hanya karena uang tabungan harus dialihkan untuk sida atau
cida.
c. Potret topografi pada suatu kawasan yang berbukit-bukit dengan struktur
tanah yang subur dan berbagai jenis vegetasi yang menambah kesuburan,
mendorong masyarakat untuk membuka lahan pertanian secara ekstensif,
yaitu membuka hutan secara besar-besaran dan berpindah-pindah.Akibatnya
terjadi penggundulan hutan dan hal iniberdampak terjadinya banjir, erosi, dan
tanah longsor.
d. Kendatipun teknik pagar tanaman ala tradisional yang mengandalkan kayu di
masa lalu sudah diganti dengan teknologi memasang jerat dari kawat, hal ini
hanya terhadap jenis hewan tertentu seperti babi hutan, namun masih ada
serangan hewan lain seperi babi landak. Hal ini menyebabkan kemampuan
masyarakat untuk mengerjakan ladang pertanian menjadi sangat terbatas.
Sering juga terjadi lahan yang cukup luas yang seharusnya panen lebih
banyak, namun karena diserang hewan terus-menerus hasilnya berkurang. Hal
ini membuat masyarakat menjadi ndeghel (lemas, malas) untuk bekerja lebih
giat lagi.
e. Masih ada masyarakat yang menolak teknik pemupukan modern untuk
kesuburantanaman secara kimiawi, karena masih mengandalkan pemupukan
alami, sehingga hasil panen tidak maksimal.
f. Kegagalan panen di samping kecerobohan manusia yaitutidak mampu
menemukan bibit tanaman yang cocok dengan unsur hara pada struktur tanah,
juga karena keserakahan manusia yaitu tidak mampu menjaga keseimbangan
alam atau merusak alam, serangan hewan liar terhadap tanaman yang tidak
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

bisa diatasi karena hanya mengandalkan cara tradisional, juga karena


perubahan musim yang berada di luar kemampuan pengetahuan manusia
terutama tentang mulainya musim tanam.
g. Masih ada etos kerja masyarakat yang monoton, santai dan kurang inovasi.
h. Ketika musim panen berpesta pora, menjual hasil panen kepada tengkulak
dengan harga yang sangat murah, dan ketika musim paceklik ramai-ramai
pergi ngende (minta bantuan kepada sanak saudara), cokol atau sokol (pinjam
uang tinggi), tuda (mengambil benda atau barang pada pihak lain
dandikembalikan pada musim panen berikutnya dua kali lipat), yang
bersamaan dengan datangnya musim tanam, dan bahkan membeli lagi hasil
dari panennya sendiri kepada tengkulak dengan harga yang sangat mahal.
3. Opportunity (peluang)
a. Sumber daya alam sebagai hasil hutan dan hasil-hasil laut yang belum
dikelola secara optimal dan profesional, menjadi tugas dan tanggung jawab
kaum intelektual terutama Sarjana Fresh Graduate untuk mengelolanya.
b. Sumber daya alam seperti hasil-hasil tambang harus dikelola secara baik dan
benar terutama dalam rangka pemerataan lapangan pekerjaan dan pembagian
hasil secara berimbang antara masyarakat setempat dengan Pemerintah
Daerah pada tingkat Kabupaten.
4. Mengubah Threat (tantangan) menjadi Opportunity (peluang)
a. Mengantisipasi perubahan musim yang sulit dipantau dengan pengetahuan
tradisional masyarakat, dan mencari alternatif lain dengan pengetahuan
teknologi baru dan menemukan jenis tanaman yang tahan trhadap perubahan
musim yang tidak menentu.
b. Menyederhanakan tradisi pesta-pesta dalam skala besar seperti paca atau
wagal (mas kawin) yang berpengaruh semakin menurunnya pendapatan
perkapita masyarakat
c. Perlu melakukan promosi objek wisata agro pertanian, peternakan, perikanan,
perindustrian, guna menarik kunjungan wisatawan sebanyak mungkin. Makin
banyak kunjunagan wisatawan, makin meningkat pendapatan asli asli
masyarakat, yang ditandaidengan banyaknya uang yang dibelanjakan
wisatawan di daerah tujuan wisata. Dalam rangka mengantisipasi kunjungan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

wisatawan terutama mancanegara, perlu mempertahankan keaslian agro


pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian yang mampu menarik minat
wisatawan ketika berkunjung ke daerah tersebut dengan tarif yang memadai.
d. Perlu sosialisai sarana dan prasarana seperti pembamgunan jalan raya, air
bersih dan penerangan, yang dibangun pemerintah agar masyarakat merasa
memiliki dan menjaga sebagai aset untuk kesejahteraan dan kemakmuran
bersama.
e. Segera melakukan reboisasi (menghutankan kembali) pada daerah-daerah
yang sudah gundul akibat penebangan hutan secara liar, terutama pada daerah
yang kemiringannya 30-70 derajat guna mencegah terjadinya erosi dan tanah
longsor.
f. Mengantisipasi dan mencegah sistem ijon yang dilakukan para tengkulak
pada musim panen. Pemerintah seyogyanya pada musim panen membeli hasil
petani dengan harga yang wajar, dan dijal kembali kepada petani pada musim
paceklik yang bersamaan dengan datangnya musim tanam dengan harga yang
wajar pula.
5. Tradisi yang Tetap Dipertahankan
a. Tradisi yang menopang ekonomi jenis ternak, disamping mengerjakan sawah
dan ladang, juga memelihara ternak. Misalnya ayam.kambing,babi, kuda,
kerbau, sapi. Hewan-hewan tersebut disamping untuk menopang kebutuhan
ekonomi, juga dijual untuk mendapatkan uang dan membayar nggolong
(belis).
b. Tradisi yang menopang ekonomi jenis tanaman seperti kopi, kelapa, fanili,
coklat (kakao), kemiri, tembakau, cengkeh dan aren atau lontar.
c. Tradisi menyadap tangkai bunga jantan pohon aren atau lontar mengahasilkan
mince atau minse (nira). Selanjutnya mince atau minse (nira) diproses dengan
cara penguapan yang dilepas begitu saja ke udara, untuk mendapatkan gula
aren. Dapat juga diproses dengan cara langsung memasukan rekang damer
yaitu ragi, endapan tuak yang terletak pada suban laru yang berasal dari kulit
pohon wadang, ke dalam bambu penyadap nira untuk menjadi tuak raja.
Dapat juga diproses dengan cara penguapan yang ditampung ke dalam pipa
bambu besar untuk disuling menghasilkan sopi bm (bakar menyala). Sebuah
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

anekdot bagi mereka yang berprofesi menyadap nira untuk menjadi sopi bm
(bakar menyala): dontor lopo manga woja longko, weda pangka leka manga
woja wega artinya dengan membuat tuak raja atau sopi bm bisa menopang
ekonomi keluarga.

F. Kesimpulan
Pemberdayaan sosial, budaya dan ekonomi Manggarai timur bisa terwujud, jika
masyarakat mampu membuat pemetaan yang bermakna bagi pemberdayaan sosial, budaya
dan ekonomi. Selain itu mampu mempertahankan Strength (kekuatan), mampu mengatasi
weakness (kelemahan), mampu memnfaatkan Opportunity (peluang), bahkan menjadi
Strength (kekuatan), mampu mempertahankan tradisi-tradisi sosial, budaya dan ekonomi
yang dilakukan ketika menekuni bidang profesi.

Mutu SDM (Sumber Daya Manusia) akan ditandai dengan mutu jati diri, yang berarti mutu
kesadaran pada tataran empat dimensi yaitu kesadaran kosmis, dan mutu kesadaran kosmis
akan ditandai dengan tekun dan konsisten, mudah mencegah masalah tanpa menimbulkan
masalah baru dalan menjalankan profesinya.

Peran SDM (Sumber Daya Manusia) dalam menekuni bebagai bidang profesi akan
semakin dirasakan manfaatnya, jika Kabupaten Manggarai Timur cepat maju dalam
berbagai bidang, terutama bidang sosial, budaya dan ekonomi, dengan catatan seluruh
komponen masyarakat Manggarai Timur melihat tersebut sebagai karunia yang harus
disyukuri, dimaknai, dipertahankan dan diberdayakan dengan mendharma-bhaktikan
tenaganya dalam rangka mewujudkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat Manggarai
Timur.

*) Direktur AKPARDA. Pemerhati sosial budaya dan Ekonomi. Asal Pongkal,


Pateng, Regho, Manggarai Barat. Disampaikan dalam diskusi bersama
mahasiswa Manggarai Timur di Kampus Janabadra Yogyakata, 20 Oktober
2007.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Sumber Acuan
Hardono Hadi,1996, Jatidiri Manusia (Berdasarkan Filsafat Organisme
Whitehead), Kanisius, Yogyakarta

Koentjaraningrat, 1997, Manusia dan kebudayaan Di Indonesia, Djambatan,


Jakarata

Nicolaus Got, 2007, Makna Adat Istiadat, Leluhur Putri Nggerang, Budaya dan
Pariwisata Manggarai Bagi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat, Perpustakaan
Akparda, Yogyakarta

Ouspensky, P.D., 1970, Tertium Organum, The Third Canon of Thought A Key to
the Enigmas of the World, Vintace Books, New York

Redaksi Sinar Grafika, 2002, UUD 1945 Hasil Amandemen & Proses Amandemen
UUD 1945 Secara lengkap (Pertama 1999-Keempat 2002), Sinar Grafika,
Jakarta

Tim Penyusun Pustaka Pelajar, 2005, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor


32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

PENDIDIKAN TINGGI DI YOGYAKARTA :


TANTANGAN DAN HARAPAN7

Oleh Ben Senang Galus8


“poli oke awon tanah manggarai, ngo nggirung kawe ilmu, kudut todo ranga one sa’i gala
kudut penong bokong. Lalong pondong du ngom, lalong rombeng dut kolem. Eme toe di
penong bokong toe gorik te kole. Le rahit po paci kudut paci dengkir tain. Lau tanah mese
do kakar. Konem mola toe toto hau kakar tanah toe gorik te pelet, ae toe di haeng bate
kawen, agu toe dicumang bate betuan. Eme kole neka ba kope kanang, porong ba wua
nangka one lime wanangm, ba wua kempo one lime leom. Kudut naka lise amang, regek
taungs ise ende, imus sangget ase ka’e.

Eme jiri ata mese mbegel, tegi dami dami emam agu endem, nggereta koe lemasm, nggerwa
koe atim, ae manggarai tanah dading agu poro putes, gereng meu cengka gerak. Weang
salang. Ai do kit cengkang salang toe di weang taungs le ata mese, ae ise ho’o ga reme
nggirung kawe dani agu rejeki. Sangget uma manga lencet, sangat tae agu pande mangga
waheng. Neka hemong morin agu ngaran, jari agu dedek, nggitu kole kone (koni) agu nao,
ne nggitu pede dise ende agu ema one mai tanah manggarai”.

A. Catatan Pengantar
Tidak kita sadari, saat ini kita sudah berada pada abad 21. Suatu abad yang penuh dengan
tantangan, mengingat sumber daya alam yang semakin menipis dengan jumlah penduduk
yang semakin meningkat yang jauh lebih berat dan kompleks sebagai akibat dari arus
besar globalisasi yang terus menguat. Apabila dalam hukum alam dinyatakan bahwa
energi yang lebih besar akan mengalir ke energi yang lebih kecil, ternyata dalam sistem
global, yang kuat akan menghisap yang lemah, sehingga ketimpangan anatr negara maju
dan negara berkembang akan semakin besar. Globalisasi juga telah menimbulkan
ketidakadilan, karena negara berkembang masih sulit untuk mengimbangi kemampuan
berkompetisi dan kemampuan mengikuti sistem pasar.

7
Makalah disampaikan dalam seminar menyongsong terbentuknya kabupaten manggarai timur, tanggal 27
Oktober 2007
8
Bekerja di Dinas Pendidikan Provinsi DIY, staf pengajar Akademi Kebidanan Ummi Kasanah Bantul, staf
pengajar tetap di lembaga “Jogja Writing School”, konsultan pada Institut Kebijakan Publik Indonesia
Yogyakarta.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Globalisasi selain berpengaruh pada tatanan ekonomi, perkembangan Iptek telah pula
mengubah nilai sosial, budaya dan lingkungan. Masyarakat yang tidak beradaptasi
terhadap perubahan ini, dipastika akan menjadi masyarakat yang tertinggal.

Globalisasi ekonomi dengan perdagangan bebas sebagai jargon utamanya semakin dipacu
oleh perkembangan kemajuan iptek yang semakin pesat. Sebagai konsekuensinya,
persaingan antar umat manusia, antar kalompok dalam masyarakat, antar perguruan
tinggi, antar bangsa menjadi semakin ketat. Dalam tatana kehidupan masyarakat global,
masyarakat akan semakinterdorong untuk memasuki kehidupan masyarakat mega
kompentitif9 . Tidak ada tempat pada masyarakat diberbagai belahan dunia tanpa
kompentisi. Kompetisi antar bangsa, antar perguruan tinggi telah semakin mengemuka
dan menjadi prinsip hidup yang baru karena dunia semakin terbuka dan bersaing dalam
intensitas yang semakin tinggi. Faktor terpenting agar bisa berkompentisi dalam
persaingan itu adalah pendidikan.

Jean Jacques Servan Screiber, dalam buku, The Japan Callenge10, menulis begini : ketika
negara adikuasa AS berlomba membuat senjata dan membangun militernya, maka jepang
sedikitpun tidak pernah menghiraukannya. Sebab jepang menyadari kejatuhannya pada
perang dunia ke- II, disebabkan oleh superioritas militer dan dengan demikian menurut
Jean Jacques servan screibersuperioritas dibidang militer dan persenjataan tak akan
memberikan arti bagi dunia dan kesejahteraan penduduknya. Maka negeri itupun
membiarkan negara adikuasa untuk berlomba, sementara Jepang sendiri berusaha
mengarahkan segala sumber dayanya untuk pengembangan kegiatan intelektual,
penelitian ilmiah dan kreativitas di bidang ekonomi demi kesejahteraan penduduknya
melaluii pendidikan.

Hal ini memang sudah menjadi fakta sekarang ini, dimana Jepang merupakan negara
yang mempunyai pendapatan perkapitatertinggi di dunia dan sekaligus menjadi negara
“adikuasa” dalam bidang perekonomian, dan negara itupun menjadi kreditorterbesar bagi
negara- negara miskin, termasuk Indonesia. Jean Jacques Servan Screiber
menggambarkan, Jepang sebagai negara yang akan memimpin dunia pada abad ini dan

9
Ben Senang Galus, Pendidikan Tinggi Pasca Gempa, Kompas, 4 Juni 2006
10
Jean Jacques Servan Schreiber, The Japan Challenge, Harvard University Press, NY., 1993, hal 235
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

mendatang bersama- sama dengan Jerman. Dua negara yang pernah kaalah dalam perang
dunia ke- II.

Dalam buku yang dikutip tadi, jean jacques servan screiber, menegaskan bahwa ilmu
pengetahuan dan teknologi akan menjadi “adikuasa” pertama dan menjadi faktor
determinan pada masa depan ketimbang militer. Seperti halnya sekarang ini, tantangan
yang paling besar yang dihadapi dunia adalah perang ekonomi, tapi pohonya tetap pada
satu hal, Everything Depends On Education11.

Bagi sebuah negara berkembang, termasuk Indonesia, pendidikan harus ditempatkan pada
skala prioritas dalam program pembangunannnya maka secara otomatis uang akan
mengalir dengan sendirinya.

Apa yang ditulis oleh Jean Jacques Servan Schreiber diatas, sesungguhnya mau
memperlihatkan kepada kita bahwa negara- negara yang berpengaruh maupun yang
sudah mapan pada semua segi kehidupan pun, pendidikan tetap menjadi pilihan prioritas
dalam program pembangunan. Pendidikan menjadi pilar utama dari sekian pilar lainnya.
Sudah menjadi adagium umum bahwa, sebuah negara disebut beradab dan maju pasti
pendidikan di negara tersebut sangat maju pula. Hal itu menjadi jelas betapa dinamika
pendidikan menjadi pangkal bagi proses kemajuan suatu bangsa, kendatipun negara-
negara besar itu sudah menjadi makmur dan maju dan jauh meninggalkan negara- negara
berkembang, baik dalam kemakmuran ekonomi maupun penguasaan bidang- bidang
strategis lainnya.

B. WTO dan Liberalisasi Pendidikan


Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Sebab pendidikan telah
terbukti sebagai sebuah industri yang sangat menguntungkan, dan siap dingosiasikan
(ripe to negotiate) sebagai sebuah komoditas dalam arus perdagangan internasional. “trade
in higher education is a million dollar busness...” (UNESCO, 2001); Rapidly growing however,
is the private “education industry” ... this currently generates $ 1000 billion in the US alone...”
(Education International, 2001).

11
Ben Senang Galus, Guru Dan Wajah Pendidikan Kita, Educare, Wahana Komunikasi Pendidikan, Komisi
Pendidikan KWI, nomor I/IV/April 2007, hal 30.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Liberalisasi sektor pendidikan di dunia internasional difasilitasi oleh WTO (World Trade
Organization) dalam GATS (General Agreement On Trade In Service) yang bertujuan untuk
membuka akses pasarr terhadap sektor jasa. Pendidikan dimasukkan dalam sektor jasa ini
bersama dengan 11 bidang jasa lainnya (bisnis, komunikasi, konstruksi, distribusi,
pendidikan, lingkungan, keuangan, kesehatan, turisme, rekreasi, transportase dan jasa
lainnya). Komitmen ini sudah dibahas dalam WTO Round di Meksiko pada bulan
september 2003.

Munculnya istilah globalisasi pendidikan tinggi yang menganggap PT sebagai jasa yang
bisa diperdagangkan atau diperjualbelikan. Sebagai catatan pemerintah RI telah
meratifikasi WTO melalui UU Nomor 7/1994 dengan demikian sejak saat itu kita
menjadi salah satu anggota WTO yang memiliki kewajiban untuk menaati segala aturan
main yang ada di dalamnya.

Secara umum kebijakan seperti ini memang akan memberikan landasan bagi bangsa
Indonesia untuk hidup di era globalisasi, tetapi tidak untuk bersaing. Karena paradigma
dalam sistem pendidikannya tidak mempersiapkan suatu mekanisme yang memberi dan
menjamin kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas.

Sebagai tindak lanjut dari kebijakan ini maka ke depan semua PTN akan berubah layanan
menjadi BHMN. Sebagai dampak dari perubahan ini, biaya kuliah di PTN meningkat
sebesar 300 % menjadi 400 %, ini menunjukan bahwa liberalisasi pendidikan dapat
dimmaknai sebagai upaya kapitalisasi pendidikan.

Sejalan dengan hal tersebut, komitmen liberalisasisektor pendidikan dalam GATS


memang berfokus pada pendidikan tinggi (high education) dan pendidikan untuk orang
dewasa (adult education). Pendidikan tinggi di Indonesia sendiri kini tidak lagi
dikategorikan sebagai layanan publik, tetap lebih pada sektor profit. Akibatnya
pendidikan tinggi di Indonesia menjadi lebih kompantibel dengan sistem pasar bebas dan
akan dapat terus dituntut pembukaan akses pasarnya dalam GATS.

WTO sendiri menyadari betul substansi GATS bersifat strategis untuk beberapa negara,
sehingga masih dimungkinkan adanya kelonggaran, baik dalam bentuk revisi, special
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

statuses maupun exemptions, selama komitmen untuk membuka pasar tidak diganggu
gugat.

Meskipun ECOSOC (2006) telah menyatakan kepriatinannya melihat kondisi pendidikan


saat ini, namun usaha melindungi pendidikan publik dalam konteks pasar bebas akan
menghadapi hambatan serius dalam mekanisme WTO. Beberapa negara cukup berhasil
melindungi pendidikan publik mereka karena mereka telah memiliki aturan- aturan
proteksionis yang berlaku sebelum komitmen liberalisasi pendidikan dicanangkan.

Sampai sejauh ini sekitar lebih dari 50 negara anggota WTO telah mengindikasikan
komitmen “pembukaan pasar secara penuh” (full access to market) di sektor pendidkan
tinggidan adult education. Masih sulit buat publik untuk mempercayai dokument itu, yang
salah satu negara diantaranya adalah Indonesia. Diharapkan hingga hari ini tim
negosiator dan draft komitmennya dapat lebih diekspos secara publik, agar masyarakat
selaku konsumen utamanya memperoleh pesanyang tepat tentang komitmen progressive-
liberalization.

Oleh karena pendidikan termasuk dalam sektor jasa yang diperdagangkan, maka
persaingan produk perekonomian di pasar dunia tidak lagi bertumpu pada kekayaan
sumber daya alam atau biaya buruh yang murah, namun ditentukan oleh inovasi
(teknologi) dan atau kreativitas dalam memanfaatkan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu
peranan perguruan tinggi semakin penting dalam persaingan global. The Economist,
menyatakan bahwa “portrays the universitty not just as a creator of knowledge, a trainer of
young minds an a transmitter of culture, but also as a major agent of economics growth :the
knowledge factory, as it were, at the center of knowledge economy”.

OECD (Organization for Economics Co- operation and Development, 1996) mengatakan
bahwa, the knowledge- based ecnomy as creation, utilization and dessemination of knowledge and
information are vital to ecnomics growth strategy12.

12
Linchia Saner Yiu, The Question Of Quality In Higher Education, High Level Policy Consultation Meeting
On “Policy Dialogue On Financing Higher Education And Sustaining Quality Af Mass Education Fot Life
Learning, Geneva, April 3, 2006, Hal.125.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Salah satu upaya penting utuk beradaptasi terhadap perubahan dunia adalah reformasi
pendidikan.

Indonesia juga telah melaksanakan reformasi pendidikan melalui program yang disebut
HELTS (higher education long term strategies) 2003-2010 yang ditetapkan oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi pada tanggal 1 April 2003. HELTS diharapkan dapat
menjawab tantangan peningkatan daya saing bangsa, melalui quality assurance, access and
equity, autonomy. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut PT di Indonesia telah menetapkan
3 kebijakan dasar yaitu nation’s comprehensive, autonomy and organizational healt.

Tantangan penyelenggara pendidikan tinggi di masa mendatang yang akan semakin


kompleks, terutama dalam menghadapai arus globalisasi ekonomi, kompetisi
internasional, kemajuan teknologi informasi dan kemajuan ipteks.

Menurut Kim Carter13 (2004) dalam publikasinya learning for the 21 century:”today’s
edication system faces irrelevance unless we bridge to gap between how students live and how they
lern”. Menurutnya, ada enam elemen kunci belajar di abad 21 adalah:
1. emphasize core learning subjects misalnya mathematics, science, foreign language, civic,
government,economics, etc.
2. emphasize leaning skills yang terdiri atas information and communication skill, thinking
and problem solving skills, interpersonal and self-directional skills.
3. use 21 cnetury tools do develop learning skills yang terdiri atas ICT literacy-“the
interest, attitude, and ability to appropriatelty used digital technology an communication
tools to acces, manage, integrate and evaluate information, construct new knowledge, and
communicate with others inorder to participate effectively in society.
4. teach and learn in 21 century context yang terdiri atas real world examples, application
and experience both inside and outside of school, relevant, angaging and meaningful to
students lives. Outside the four classroom walls. Reaches out to communities, emplyers,
community members and parents to reduce the boundaries that devide school from the real
world.

13
Kim Carter, Effective Learning For The 21 Century: Dreating A Framework For Action. Tech Forum,
Insigh And Innovation For Technology Leaders,October 19, 2004, Palisades, NY.USA, hal. 211
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

5. teach and learn 21 century yang terdiri atas global awareness, financial, economics and
bussiness literacy, civic literacy
6. teach 21 century assessments that measure 21 century skills yang terdiri atas a balance of
assessment, high quality standized test for accountability purpose, classroom assessments for
improving teaching and learning.use new information technologies to increase efficiency
and timeliness.

Organisasi WTO dalam mengatur sistem perdagangan internasional membedakan dalam


dua kategori yaitu kategori perdangangan barang dan perdagangan jasa. Selanutnya
mekanisme perdagangan barang diatur dalam GATT (General Agreement On Tariff And
Trade) sedangkan perdagangan jasa di atur dalam GATS (General Agreement On Trade In
Services). Sampai saat ini WTO telah membagi batasan sektor jasa yang dapat
diperdagangkan di tingkat dunia, adapun satu dari belasan sektor tersebut adalah
pendidikan. Oleh karena itu pendidikan dimasukan dlam sektor jasa maka pendidikan
menjadi satu yang dijualbelikan. Jadi, praktek perdagangan atau jual beli jasa pendidikan
hukumnya sah dan dapat dipertanggungjawabkan menurut kaca mata WTO14.

Beberapa model atau bentuk perdagangan atau jual beli jasa pendidikan (tinggi) versi
WTO dapat dijelas sebagai berikut:

Pertama, disebut model cross border supply; dalam hal ini suatu lembaga pendidikan di
suatu negara menjual jasa pendidikan kepada konsumen yang berada di negara lain tanpa
kehadiran secara fisik lembaga penjual jasa pendidikan tersebut ke negara komsumen.
Contoh riilnya banyak orang Indonesia mengikuti program pendidikan jarak jauh
(distance learning) serta pendidikan maya (virtual education) yang diselenggarakan negara
manca, misalnya united kingdom open university (inggris) dan michigan university (AS).
Kedua universitas tersebut tidak perlu hadir secara fisik di Inonesia kan tetapi jsa
pendidikanya dibeli orang-orang Indonesia yang tinggal di Indonesia.

Kedua, disebut model consumtion abroad, dalam hal ini lembaga pendidikan suatu negara
menjual jasa pendidikan dengan menghadirkan konsumen dari negara lain. Contoh saat

14
Ben Senang Galus, Liberalisasi Pedidikan Di Indonesia, Tantangan Dan Ancaman Bagi Indonesia,
Seminar Nasional Pendidikan Di Indonesia, diselenggarakan oleh PBPGRI Pusat di Hotel Danau Toba
Medan Tanggal 11 Juli 2006, hal. 10
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

ini terdapat ribuan pemuda Indonesia belajat di perguruan tinggi ternama di Australia
seperti Monash University dan lain sebagainya. Demikian sebaliknya banyak pemuda
asing berlajar di beberapa PT kita di tanah air.

Ketiga, disebut model movement of natural persons, dalam hal ini lembaga pendidikan di
suatu negara menjual jasa pendidikan ke konsumen di negara lain dengan cara mengirim
personelnya ke negara konsumen. Contohnya, banyak PT kita yang memperkerjakan
tenaga dosen dari luar negeri demikian sebaliknya, banyak tenaga pengajar kita mengajar
di luar negeri.

Keempat, disebut model commercial presence yaitu penjualan jasa pendidikan oleh lembaga
sutau negara bagi konsumen yang berada di negara lain dengan mewajibkan kehadiran
secara fisik lembaga penjual jasa dari negara tersebut. Hadirnya PTA dari manca untuk
menjual jasa pendidikan tinggi kepada konsumen Indonesia adalah contoh yang sangat
tepat untuk model perdagangan jasa pendidikan ini.

Dengan liberalisasi pendidikan mau tidak mau dampak langsungnya adalah bagi PT
gurem cepat atau lambat akan mengalami kolaps, dengan sumber daya manusia yang
terbatas, sarana prasarana terbatas juga. Juga dampak buruk lainya adalah mahasiswa kita
akan tidak mampu berkompetisi pada era kesejagatan global itu.

C. Mahasiswa Manggarai Dan Kehidupan Kampus: Sebuah Catatan Kritis


Bagaimana mahasiswa Manggarai menghadapi persaingan antara negara saat ini? Cukup
sulit meramalnya. Namun dengan melihat kondisi objektif dialami mahasiswa Manggarai
saat in. berikut ini saya mencoba mengambarkan kehidupan mahasiswa Manggarai saat
ini.

Beberapa abad yang lalu, adalah seorang filsuf Yunani, Diagne le Cynique, menyalakan
obor di siang hari, seraya berjalan di tengah kerumunan manusia. Ketika salah seorang
dari kerumunan itu bertanya perihal aksinya itu, sang filsuf menjawab “uffatisu an insanin”
artinya “aku sendang mencari manusia”. Apa yang dilakukan sang filsuf tadi sebenarnya
beranjak dari hasil refleksi yang intens atas kondisi kehidupan manusia pada zaman dan
tempatnya, kondisi kehidupan mana sudah terlalu jauh dari alam manusiawi karena
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

tergilas oleh semangat rationalisme yang cukup tinggi. Oleh semangat rationalisme yang
berlebihan, manusia kala itu lebih tampit sebagai animale rationale ketimbang ens sociale.

Mengamati kehidupan mahasiswa (one mai tana Manggarai) saat ini, barangkali sudah
saatnya para rektor di PT tempat ia belajar mengadakan aksi serupa seperti filsuf tadi
sambil beralan di tengah kerumunan mahasisiwa, seraya menyampaikan uffatisu an
mahasiswamanggarainin, (aku sedang mencari mahasiswa Manggarai). Hal ini beranjak
dari hasil refleksi intens saya selama bebrapa tahun terakhir in dimana banyak mahasiswa
Manggarai di PT saat ini sedang menajauhi kehidupan kampus yang dicita-citakannya
dan dicita-citakan oleh sebuah pendidikan tinggi umumnya. Mahasiswa yang semestinya
menampilkan etos dan seamangat ilmiah, justru bagitu tumpul di PT. budaya akademis
yang semestinya bertumbuh subur, namun justru tertimpa kemarau panjang15. Kehidupan
mahasiswa saat ini semakin sepi dan jauh dari kegiatan intelektual yang menjadi tanda
khas kehidupan kampus. Itulah salah satu fakta empiris mahasiswa Manggarai kita saat
ini. Mereka cenderung malas berpikir , malas membaca serba gampang.

Sejarah kehidupan kampus awal mulanya mahasiswa mempunyai otoritas penuh untuk
menyelenggarakan kegiatan perkuliahan. Para profesor hanya semata-mata atau tak lebih
dari “pengajar-pengajar priadi yang bertualang”, yang bebas dari segala macam
ketertarikan sebuah kampus. Mahasiswa kala itu dengan penuh semangat mendatangkan
para profesor ke kampus demi mendatangka ilmu sebanyak-banyaknya dam sedalam-
dalamnya. Pokoknya suasana kampus ketika itu penuh dengan kegiatan ilmiah atau
stadium generale.

Persoalan ini memang tidak berdiri sendiri. Seiring dengan munculnya kebijakan
pemerintah menetapkan kebijakan satuan kredit semester (SKS) pada PT maka tradisi
kegiatan ilmiah tadi lenyap pula, dimana hubungan mahasiswa dengan kampusnya besifat
“loco parentis16”. Dengan pengertian bahwa para mahasiswa ibarat “anak asuhan” dari
sebuah PT yang bertanggung jawab atas bimbingan dan perkembangan pribadi
mahasiswa. Bersamaan dengan itu, munculah peran-peran mahasiswa sebagai “santri-
santri” sebagai pelanggan biasa yang mengambil berbagai pelajaran untuk mencari gelar
dan selebihnya sebagai “bohemians” (petualang-petualang_ atau pemisah diri yang
15
Ben senang galus, krisis kemampuan berpikir mahasiswa, suara pembaruan, 4 juli 2005, hal. 4
16
Ben senang galus, ibid.
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

berada di kampus, yang memisahkan dirinya dari kegiatan akademis yang sungguh-
sungguh. Peran seperti itu tentu saja memancarkan kadar kehidupan akademis mahasiswa
yang berbeda-beda.

Krisis kemampuan berpikir di kalangan mahasiswa dengan mudah di pantau dari


kreativitas penelitian dan menulis, karena kemampuan penelitian dan menulis tidak bisa
dipisahkan dengan kebiasaan membaca. Maka, jika mahasiswa diserahi tugas penelitian
dan menulis, meraaka bisa menggunakan jasa orang lain atau bahkan membeli hasil
penelitian dan tulisan orang lain yang dengan mudah kita temukan di pojok-pojok kota
ini. Di sana terdapat ratusan hasil penelitian dan tulisan orang dengan mudah para
mahasiswa membeli atau dengan cara foto kopi. Apalagi sekarang ini mudah diakses lewat
internet melalui fasilitas google dengan melakukan cara-cara “copy and paste” atau “cut
and glue”.

Jelaslah paradoksal karena bahkah sering bertolak belakang, konon katanaya Yogyakarta
sebagai kota kaum intelektual, namun di sisi lain praktek-praktek seperti ini sering
terjadi, karena itu sebuah bentuk pengikisan integritas intelektual serta sebuah bentuk
pengingkaran kebenaran. Sesungguhnya, hal demikian erat hubungannya dengan kondisi
objektif sebuah PT yang tidak pernah memperdulikan segi-segi penalaran atau kualitas
mahasiswa.

Dalam terminologi Julien Benda (la Trahison des Clercs, 1927) mangatakan bahwa para
cendikiawan atau ilmu yang mengingkari kebenaran dan keadilan demi kepentingan
primordial dan politik bisa disebut pengkhianat moral17. Pada hakekatnya cendekiawan
atau ilmuwan tidaklah memiliki tujuan praktis. Motif kegairahan mereka adalah bakti
kepada kebenaran atau bahkan untuk memperoleh keuntungan sosial, politik dan
kebenaran. “kerajaanku bukan dari dunia ini”, itulah seharusnya kata hati setiap
cendekiawan atau ilmuwan.

La Trahison des Clercs memang sebuah kritik terhadapa kecenderungan dan kegairahan
para intelektual atau cendekiawan Perancis awal abad XX untuk masuk dalam kancah
politk. Kritis itu masih relevan untuk kita hubungkan kepada mahasiswa kita di saat ini.
17
Hubber Thomas Hasulie, Svd, Antara Ilmu Pengetahuan Dan Nilai-Nilai Manusia, Mempertimbangkan
Cedekiawan, vox, nomor 32/34, 1987, hal. 7
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Kenbanyakan mahasiswa kita saat ini sudah keluar dari dasar profesi keilmuan dan
menyerahkan diri pada golongan yang berkuasa demi pemenuhan kepentingan sosial dan
kebendaan semata. Maka mahasiswa seperti ini bisa diklasifikasikan, meminjam Grigoro
sebagao ‘cendekiawan pengecut’. Mereka hanya mau menciptakan sesuatu yang serba
gampang, tanpa melalui kerja keras18.

Entah besar atau kecil, bahwa kultur akademis mahasiswa telah kehilangan semangat
yang dipengaruhi oleh satu kondisi obyektif sebuah PT, yang terwujud dalam beberapa
gejala dominan atau berupa komitmen yang diemban atau karakteristik maslah yang
dihadapi oleh sebuah PT yang digerogoti banyak penyakit, seperti miskin dana,
kompetensi dan kapabilitas dosen yang masih rendah serta fasilitas kampus yang serba
minim. Demikian pula PT sekarang, lebih mirip dengan sebuah pabrik konsumsi masal
ketimbang lembaga pendidikan profesional sehingga kualitas lulusannya sangat
diragukan. Oleh karena itu, sagala apa yang tak perlu untuk penelitian atau demi
keterampilan profesional yang dicari semakin tersingkir.

Selain itu, pada diri mahasiswa, hidup bersenang-senang dan memboroskan waktu adalah
hal yang biasa. Dan bahwa di Indonesia masih ada mahasiswa yang sekali-kali
menyanyikan lagu kuno “gaudeamus igitur iuvenes dum sumus” (bersenang-senang selama
kita masih muda), merupa suatu ironi yang tak disengaja mengingat mereka berada di
bawah tekanan sistem SKS dan sekian banyak peraturan lain19.

Edward Shils20 menggolong PT ke dalam beberapa kelompok yakni universitas masa,


universitas pengabdian masyarakat, universitas politik, universitas yang didominasi
pemerintah, universitas yang mengalami birokratisasi, universitas yang miskin dana,
universitas di bawah sorotan publisitas, universitas penelitian, universitas yang terpecah
belah dan universitas yang kehilangan semangat.

Betapapun PT mempunyai masalah tersendiri, semua PT di mana pun juga mempuyai


misi yang tetap sama yakni mempertahankan kampusnys sebagai pusat riset, pusat studi,

18
ibid
19
Frans Magnis Suseno, Humaniora Dalam Pendidikan Tinggi, Interaksi, Majalah Terbitan Depdikbud,
1984, hal.51
20
Edward Shills, Kaum Cendekiawan, dalam Dick Hartoko (Ed), Golongan Cendekiawan, Gramedia, 1981
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

pusat pengembangan intelektual, wawasan, kepribadian dan peradaban. Dengan


demikian, kampus tidak hanya menghasilkan kaum cerdik cendikia, tetapi pribadi-pribadi
yang utuh yang seimbang intelektual dan mental. Salah satunya adalah mahasiswa harus
mampu membangun kehidupan akandemis yang baik dan bermutu dalam suasana diskusi
atau seminar-seminar, memecahkan persoalan bangsa, ketimbang bersantai ria di mall
atau berjoget ria di kafe atau utak-ati8k HP atau sering lonto leok, kumpul-kumpul yang
tidak produktif.

D. Budaya Akademis
Mahasiswa tidak cukup sekadar menghadiri kuliah. Lebih datiitu mahasiswa harus
memiliki naluri intelektual memadai yang harus tampak dalam semangat scientific ewarness
dan semangat scinetific inquiry. Kedua semangat itu merupakan faktor kunci bagi
tumbuhnya budaya akademis dalam kehidupan akan kampus seorang mahasiswa.

Perkuliahan hanyalah satu elemen penting, namun bukan satu-satunya jantung utama
yang menggerakan kemajuan akademi mahasiswa. Sang humanis Soedjatmoko
menegaskan bahwa jantung kehidupan kampus umumnya dan kehidupan akademis
mahasiswa khususnya bukanlah terletak pada proses belajar mengajar. Menurutnya ada
tiga elemen penting yang menjadi modal pertumbuhan kehidupan akademis mahasiswa.

Pertama, perpustakaan atau sering disebut intelectual machine” sebagai mesin yang
menggerakan sendi-sendi kehidupan intelektual mahasiswa karena mahasiswa lebih
sering memanfaatkan jasa orang lain untuk menyelesaikan tugasnya. Kedua,
laboratorium, sebagai tempat untuk melatih mahasiswa dalam berbagai keterampilan dan
untuk kepentingan pengamatan dan penelitian demi menunjang kegiatan akademis secara
keseluruhan.ketiga, hubungan koperatif dosen-mahasiswa. Antara mahasiswa-dosen perlu
dikembangkan relasi partnership demi terwujudnya suatu hubunga koperatif yang harus
dilandasi oleh samangat keterbukaan, dialog, jujur dan saling pengertian yang tinggi.

Edward Shils mengatakan bahwa kebesaran sebuah kampus tidaklah ditentukan oleh
lancarnya dan tertibnya seluruh peraturan akademis dan proses perkuliahan tetapi sejauh
mana seluruh awraga kampus menegakan dan menjunjung tinggi etika akademis yang
ditandai oleh semagat dan kejujuran ilmiah. Budaya bermalas-malasan, berlajar moral
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

minimalis, budaya plagiat tau budaya foto kopi merupakan bentuk pengkhianatan
intelektual menurut terminologi Julian Benda. Ketakberdayaan mahasiswa dalam
mengembangkan tradisi diskusi-diskusi, sama artinya mahasiswa sedang melakukan satu
proses pauperisasi21 atau proses pemiskinan intelektual. Maka pada gilirannya proses
pauperisasi ini akan melahirkan sarjana-sarjana serba tanggung yaitu sarjana yang serba
terbatas kapasitas keterampilannya, serba terbatas wawasannya dan seraba terbatas
lingkup ilmiahnya, sarjana yang tidak mampu berkompetisi.

Kehidupan mahasiswa saat ini lebih tampak dalam kegiatan masal yang cenderung
rekreatif ketimbang kreatif seperti study tour, menaklukan gunung, kemping,
pertandingan olah raga, main kartu, minum-minum, dan pesta-pesta.

Berbagai masalah sebagi sebab “loyo-nya” kehidupan akademis mahasiswa Manggarai


saat ini saya dapat menduga dari beberapa kemungkinan berikut ini, (1) budaya
ketergantungan intelektual yang tinggi, (2) inner-dynamic yang lemah, (3) belajar dengan
moral minimalis, (4) kebiasaan melecehkan waktu, (5) minat baca masih rendah, (6)
sosialisasi diri masih rendah, (7) minat menulis rendah, (8) minat diskusi rendah, (9) minat
berinovasi masih rendah.

Oleh karena itu tradisi-tradisi seperti berikut sudah saatnya dikembangkan oleh
mahasiswa Manggarai di PT. Pertama, kembalikan jati diri Anda ke”habitusnya”,yakni
sebagai musafir pencerahan intelektual, mengembangkan kejujuran intelektual,
menumbuhkan kehidupan akademis yang pada gilirannya akan memberi sumbangan bagi
public habit. Mahasiswa sudah dibiasakan berlajar dalam paradigma perspekstif.
Maksudnya adalah mahasiswa tidak cukup belajar sebatas ilmunya atau bidangnya
sendiri. Mahasiswa dituntut oleh perubahan yang tak menentukan untuk belajar berbagai
hal lain sebagai tindakan antisipatif untuk menyonsong perubahan tadi. Hal ini pun
dilandasi oleh satu kenyataan bahwa selepas belajar di PT mahasiswa akan menghadapi
satu masa transisi, bahka masa krisis yang tak kalah sulitnya dengan belajar.
Keterampilan di luar bidang ilmu sendiri dapat menciptakan pekerjaan sementara,
sebelum mencapau pekerjaan permanen.

21
Ben Senang Galus, Sesat Pikir Mahasiswa, Talk Show Di Rri Yogyakarta, Pada Acara Universitaria,
Tanggal 19 Sepetember 2006
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

E. Mahasiswa Sebagai Cendekiawan Lalat Liar


Seiring dengan perubahan zaman, mahasiswa tidak berhenti atau puas dengan menyebut
diri sebagai kaum intelektual atau cendekiawan saja, namun ia juga harus memiliki sifat-
sifat sebagai seorang resi22. Seorang resi adalah seorang bijaksna dan sarat akan nilai-
nilai moral dan agama. Oleh karena itu, mahasiswa sebagai kaum intelektual atau
cendekiawan berperan mengabdikan dirinya kepada kebenaran, kejujuran, kebaikan,
keadilan, kedamaian, dan keindahan serta memiliki moral dan agama yang kuat.

Socrates, cendekiawan Yunani kuno, akhir hidupnya sangat tragis. Ia mati oleh hukuman
masyarakatnya. Menjelang kematiannya ia menyebut dirinya “lalat liar’. Ia mengatakan,
“mungkin kedengarannya lucu, saya seperti seekor lalat liar di tengkuk seekot kuda”.
Kuda adalah pemerintah atau masyarakat yang lelap terlena dalam berbagai kebusukan
karena pengabaian nilai-nilai luhur manusiawi. Ia berjuang untuk menegakan nilai-nilai
itu. Penguasa /masyarakat merasa terganggu dalam tidurnya dan tanpa pikir panjang
memukul lalat liar (baca: Socrates) agar pules lagi dalam gelimang dosa. Socrates mati
namun tidak dapat begitu saja membuat peguasa/masyarakat berpikir tentang pikiran
dan sikap hidup socrates.

Pesan apa yang disampaikan Socrates kepada mahasiswa Manggarai?


jelas Socrates ingin menwariskan suatu pesan pada mahasiswa Manggarai. Mahasiswa
Manggarai tidak boleh aman dan tentram palsu dan stabilitas semu. Mahasiswa harus
berperan sebagau “lalat liar” . kehadirannya di tengah publik tidak membuat lagi yang
terlena dalam kebusukan tetapi mengganggunya agar terbangun dari tidurnya. Ini peran
mahasiswa (cendekiawan) Manggarai; harus memberi kesaksian agr kehidupan ini terjaga.
Seorang cendekiawan harus merasa tidak dapat hidup lebih lanjut kalau tidak
menjalankan perannya itu.

Tugas mahasiswa Manggarai saat in meman makin tidak gampang. Dewasa ini kehadiran
mahasiswa harus bersuara kuat seperti Socrates dan memegang teguh etika dan kejujuran
intelektual. Sebab propinsi kita (NTT) dalam urutan ke lima besar di Indonesia kasus
korupsinya dan kabupaten Manggarai termasuk sepuluh besar dari 340 kabupaten kasus

22
Franz magnis suseno, op.cit. hal 53
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

korupsi (laporan ICW, semester pertama tahun 2007). Kita terlalu riuh oleh aneka
kehahatan melembaga dan didukung oleh birokrasi dan oleh banyak orang.

Bila mahasiswa tidak kuat dan juur, ia akan beralih profesi, tidur bersama birokrat dan
banyak orang dalam pengabaian nilai-nilai luhur manusiawi. Kita berharap kehadiran
mahasiswa Manggarai tampak semakin jelas dalam latar belakang negara yag semakin
gelap, dalam maraknya KKN, merosotnya moralitas pemimpin kita. Untuk itu perlu
ketangguhan moral dan pribadi sang mahasiswa, kerana jika tidak demikian, peristiwa
Socrates terjadi lagi “lalat liar” dipukul mati di NTT. Dan seperti Socrates, pada saatnya
cendekiawan mengambil sikap bahwa kehadiran fisiknya tidak penting lagi, yang penting
kehadiran “gangguan” itu. Gangguan itu membuat penguasa tidak tenang dalam
melanjutkan tidurnya. Saya yakin hal itu bukan sesuatu yang sia-sia. Karena sang
cendekiawan bukan mamasukan sesuatu yang asing, yang berasal dari luar, ke dalam diri
sesama melainkan menyadarkan sesama apa yang terlekat dalam martabatnya sebagai
manusia. Manusia pada hakekatnya baik. Ia mencintai apa yang baik, adil dan
indah…harap oleh hidup dan karya sang cendekiawan masyarakat menyadari bahwa ia
tidak adapat hidup lebih lanjut kalau tidak mengubah cara hidupnya sekarang. Neka temo
belajar, botong pa’u wa ngampang.

Sekian dan terima kasih.

Yogyakarta, 20 Oktober 2007


Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

SAMBUTAN WALIKOTA YOGYAKARTA PADA FESTIVAL


TARIAN CACI

Assalamu’alaikum Wr.Wb dan salam sejahtera bagi kita semua.


Yth. Bapak Bupati Kabupaten Manggarai Timur
Serta seluruh anggota Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur yang berbahagia.

Kota Yogyakarta yang penduduknya memiliki tingkat heterogen tinggi mengemban


begitu banyak khasanah tradisi, yang bersumber dari keanekaragaman budaya yang
terangkai dalam jalinan Bhineka Tunggal Ika. Bertemunya berbagai budaya tersebut
menjadi kekayaan yang sangat berharga bagi kota Yogyakarta. Menciptakan mozaik
budaya yang sangat indah dan menjadi kekuatan budaya yang luar biasa.

Namun demikian, tantangan kita sekarang adalah bagaimana menjaga “keberlangsungan


pemeliharaan” warisan budaya tersebut. Banyak di antara kita yang kurang memiliki
kesadaran memiliki benda dan nilai-nilai sebagai cagar budaya. Selain itu, beberapa tahun
belakangan ini kita mulai merasakan termarginalnya budaya-budaya lokal. Degradasi
budaya ini secara faktual dipicu adanya perkembangan politik, sosial, ekonomi dan sosio-
kultural yang secara tidak langsung menyebabkan perubahan kultural yang mendasar di
kalagan masayarakat.

Pemerintah kota Yogyakarta memiliki komitmen yang tinggi guna menjaga citra ‘kota
Yogyakarta sebagai kota berbudaya” seperti yang tercantum dalam misi kota Yogyakarta
yaitu mempertahankan predikat kota Yogyakarta sebagai kota budaya dan kota
perjuangan yang menjadi salah satu tujuan wisata utama di Indonesia. Pelestarian budaya
menjadi sangat penting dipertahankan karena budaya merupakan tata nilai, simbol-simbol
dan produk dari perikehidupan manusia yang akan mengahantarkan kita kepada tata
kehidupan yang dinamis dan indah. Membangun sebuah peradapan yang lebih maju.

Berbagai strategi kebijakan pembangunan di bidang budaya telah ditetapkan oleh


pemerintahan kota Yogyakarta antara lain:
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

1. Meningkatkan budaya kebersamaan dan kemandirian masyarakat melalui


penguatan dan fasilitasi kegiatan komunitas dalam rangka mendukung percepatan
pemulihan kondisi pasca gempa bumi
2. Memanfaatkan tingkat heterogenitas budaya yang ada dalam suatu interaksi
positif antar budaya, sehingga menjadikan Yogyakarta sebagai kota berbudaya
dengan wawasan global
3. Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai positif budaya lokal guna
mempertahanakan jati diri dan kepribadian bangsa
4. Melibatkan partisipasi aktif masyarakat dalam menangkal pengaruh negatif
globalisasi
5. Mendorong dan menumbuhkembangkan daya kreasi masyarakat dengan tetap
mengaju pada etika, moral dan estetika, sehingga budaya lokal akan tetap
terpelihara dan berkembang secara dinamis.
6. Memberikan apresiasi kepada pelaku-pelaku seni dan budaya sehingga selalu ada
motivasi untuk berkembang dalam mempertahankan budaya lokal.

Hadirin yang berbahagia,


Kami menyambut dengan gembira terbentuknya kabupaten Manggarai Timur, kebijakan
ini sangatlah efektif dan strategis menghantarkan masyarakat Manggarai Timur menuju
penghidupan yang lebih baik dan berkualitas menuju kabupaten yang otonom. Dan agar
kebudayaan Manggarai Timur dapat segera mencapai popularitas, perlu memiliki hal
yang menonjol sebagai kekhasan daerah yang tidak dimiliki oleh daerah lain.

Kami menyambut baik di selenggarakannya Pentas Budaya Tarian Caci oleh Ikatan
Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta dalam menyongsong realisasi
pembentukan kebupaten Manggarai Timur. Hikmah lain dari pentas budaya ini adalah
untuk memperkenalkan budaya lama kepada generasi muda agar mampu melestarikan
dan mempertahankan warisan budaya leluhur.

Tarian adat caci yang heroik, semoga maknanya dapat ditangkap secara luas tidak sekadar
sebagai bentuk seni. Semangat kepahlawanan, keperkasaan, keralaan berkorban dalam
suasana penuh kekeluargaaan dan kerbersamaan yang terangkai lewat gerakan-gerakan
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

tarian yang bernuansa seni semoga dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat kabupaten
Manggarai Timur dalam mengembangkan dan memajukan kedaerahan.

Aksi seni yang indah akan menjadi dasar pembentukan budaya masyarakat yang baik, dan
ini akan mengarah kepada terciptanya perilaku-perilaku yang terpuji. Akhirnya, dengan
mengucap “ bissmillahirrohmannirrohiim”, Pentas Budaya Tarian Caci secara resmi saya
nyatakan dimulai. Semoga forum ini dapat meningkatkan solidaritas dan ras saling
percaya di antara seluruh insan kota Yogyakarta.
Sekian.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Walikota Yogyakarta

H.Herry Zudianto
Ikatan Keluarga Besar Manggarai Timur Seluruh Yogyakarta
(IKAMARSTA)
Jl. Gejayan Gg Arimbi 10 Mrican, Sleman, Yogyakarta
Telp: (0274) 553175 Email: ikamarsta2009@gmail.com Website: www.ikamarsta.co.cc

Salah satu adegan dalam Pentas Budaya Tarian Caci Manggarai


di lapangan Realino, Universitas Sanata Dharma
21 Oktober 2007

Anda mungkin juga menyukai