Semut hitam di atas batu hitam, kegelapan malam dalam hutan
belantara. Semut hitam dalam kegelapan malam, di atas batu hitam di tengah hutan belantara, Sunyi,……..sepi tak terdengar gerak gesekan…………………….. Tak terlihat kemana langkah melangkah dalam tujuan, samar, pekam, bahkan hitam batu malam. Tak terlihat tampak jelas wajah hitam di atas muka hitam di kegelapan malam dalam kesunyian, kesepian………………. Menyeramkan……menakutkan……jiwa dalam gelap………….. Hutan belantara sunyi. Semut hitam di atas batu hitam, kegelapan malam dalam hutan belantara. Menyusup….menelusuri dalam kebutaan mata malam. Menyelinap dalam kebutaan hati dalam kehitaman jiwa dalam kekuasaan nafsu. Menutup…menghalang langkah menuju kalimah suci “wama khalatal jinna wal insa illaliya’budun” Ketakmampuan menatap,…..menerawang kehitaman semut hitam di atas batu hitam dalam kegelapan malam tengah hutan belantara. Terseret dalam kegelapan jiwa,…kehitaman hati,…kebutaan kalbu. Menerjunkan ke lembah kesesatan,….kemunafikan, ….bahkan….kesyirikan. Hitam semut,…hitam batu,…hitam gelap tak mampu membedakan dalam kegelapan malam. Hitam hati,…buta kalbu,..gelap jiwa,….menghantar hidup tergelincir,… terlempar jauh dari cahaya keyakinan suci “Allahunurussama wati wal ardi”. Batu hitam,..semut hitam,…kegelapan malam, dalam hutan belantara. Menyelimuti jiwa,…menutup hati,….menggelapkan kalbu, lumpuhkan kemampuan menerawang kalimah suci “iya kana’budu wa iya kanasta’in” sebagai abdi Ilahi. Melainkan telah jatuh terperosok kelembah Abdi nafsu keserakahan………………., abdi nafsu kekuasaan,……. abdi nafsu jabatan,…… abdi nafsu kedudukan, ……hingga jauh…… hilang…….nafsunmutmainnah. Tujuan suci abdi Ilahi……………………………………………