Anda di halaman 1dari 14

Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

Profil
Maiyah Bangbang Wetan adalah  jaringan komunitas Maiyah yang berkedudukan di
Surabaya Raya

Maiyah- Pengertian
(1)
Maiyah adalah di mana saja kita berada - di rumah, ditempat bekerja, di rumah ibadah maupun
dipasar, dijalan dan  di manapun saja - selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh. Kapan saja
kita sadar maupun tidur, di pagi hari, siang, sore, atau malam hari - selalu kita bersama.
Maiyah adalah membangun perlawanan Badar yang sabardan berilmu matang terhadap segala
tindakan membangun  rumah-rumah yang menjauhkan manusia dari Alloh dan Rosululloh,
terhadap konsep pasar dunia yang menyepelekan  Alloh, terhadap manajemen penataan
kehldupan yang mendhalimi Alloh dan Rosululloh.

(2)
Maiyah adalah dengan siapapun saja kita berada - dengan keluarga, dengan teman-teman,
dengan masyarakat, bahkan ketika kita sedang berada di tengah makhluk-makhluk Alloh yang
memusuhi kita - selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh.

Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala kekuasaan
yang tidak menghadirkan Alloh dan Rosululloh didalam bangunan kelarga-keluarga manusia,
didalam peta pergaulan masyarakat.

(3)
Maiyah adalah apapun yang kita alami- kegernbiraan atau kesedihan, kekayaan atau
kemiskinan, kesepian atau tidak kesepian, di kesunyian atau di keramaian, dalam keadaan
sehat atau sakit, dalam kekalahan atau kemenangan - selalu kita bercama Alloh dan
Rosululloh.

Maiyah adalah pedawanan Badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala macam
sistem dan ideology  kehidupan yang membangun kesedihan manusia, yang rnemiskinkan
manusia di tengah luasnya rahmat dan rizqi  Alloh, yang mengucilkan kemanusiaan, yang
menyakiti dan menyakitkan manusia, yang memenangkan energy setan dan menindas Rahman
Rahim Alloh didalam bangunan negeri dan negara manusia.

(4)
Maiyah adalah apapun sebab-sebab kehidupan yang menimpa kita - ketika dijunjung atau
dicaci, ketika dipuji atau  dihina, ketika ditemani atau dikucilkan, ketika diangkat atau dijatuhkan,
ketika disayang atau tak diperdulikan, ketika  disapa atau diacuhkan, ketika diberi atau dicuri-

1 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

akibatnya hanya safu: ialah selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh.

Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan beilmu matang terhadap segala jenis
kebudayaan, segala jenis  benda teknologi, sastra dan lagu, kesenian dan kerajinan, berita dan
hiburan - yang menjunjung kebodohan dan mencaci ilmu, yang memuja kekonnyolan dan
melecehkan derajat manusia, yang membiayai besar-besaran kehinaan nilai, yang
menghancurkan kehormatan makhluk Alloh, yang mencuri Rahmat Alloh untuk kepentingan
sendiri.

(5)
Maiyah adalah apaun yang kita jumpai atau menjumpai kita - batu, air langit, dedaunan,
cahaya, kegelapan, kaca, keburaman, peristiwa, sejanah, revolusi dan amuk, peluru, otoritas
yang memalsukan kekuasaan Tuhan, angin, nafas dan seluruh badan kita sendiri - rnembawa
kita untuk selalu bersama Alloh dan Rosululloh.

Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala bentuk
kekuasaan dan  pemerintahan yang memperlakukan alam dan kehidupan manusia untuk makar
kepada kehendak suciAlloh yang diinformasikan melalui Rosululloh.

(6)
Maiyah adalah apapun yang mengepung kita dan menyerbu kita - roh halus, jin setan, energy
liar, santet dan tenung, dzat-dzat makar, rudal, kelicikan penguasa, kesombongan cendikiawan,
getarangetaran kejahatan dalam ilmu dunia  dan kendaraan informasi, nafsu kaum munafiqin,
tipuan kaum musyrikin dan Eyuan kaum dholimin – tidak  mengakibatkan apa-apa kecuali
istiqamah kebersamaan kita dengan Alloh dan Rosululloh.

Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan ilmu matang untuk membangun Daulah
Maiyatullah, kebersamaan dengan Alloh dan Rosululloh, kerajaan syukur kepada Alloh dan
pemerintahan terima kasih kepada Rosululloh, beriringan dengan idzinillah dan qudntillah
membaur seluruh alam dan kehidupan manusia bersama Rosululloh untuk bertasbih dan
bersujud kepada Alloh.

Maiyah- Luasan

Maiyah Putih
Warga Kiai Kanjeng Sepuh berkeliling ke mana-mana, ke rumah-rumah masyarakat, ke
alun-alun, lapangan masjid atau kelurahan, gedung olah raga, jalan raya, trotoar atau dimana
pun saja: melakukan ma'iyahan- Bercelana putih, berbaju putih, bertutup kepala putih. Belum
tentu karena mereka orang"alim (istilah ini sungguh menggelikan), religius, rajin shalat,
suntukwiridan. Pakaian  putih-putih itu bukan kostum pentas, dan sama sekali tidak
diperuntukkan bagi siapa pun yang melihatnya. Pakaian putih itu mereka peruntukkan bagi diri
mereka sendiri. Mereka itu orang-orang yang mengerti bahwa hidup mereka  masih kotor,
masih banyak dosa dan maksiat, kepada rnanusia maupun maksiat kepada Alloh. Maka
mereka
memerlukan dorongan dan rangsangan untuk melaukan proses pembersihan diri "reresik'.
Maka putih-putih itu  mereka tujukan kepada suasana hati dan konsentrasi pikiran mereka

2 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

sendiri, agar kalau bisa jangan menerus-neruskan  yang kotor-kotor, yang belum tentu baik dan
benar, yang tidak sejati dan tidak abadi.
Jadi benar-benar pakaian putih itu bukan show costume bagi para penonton atau siapapun,
melainkan untuk dirinya sendiri. Kalau pun kepada Tuhan mereka persembahkan putih-putih
itu, bukan untuk melaporkan kesucian, melainkan  justru untuk mengakui kehitaman.

Maiyah Bunyi
Mereka membara alat-alat musik dan bernyanyi-nyanyi, terkadang berteriak-teriak, disaat lain
menggeremang atau  bahkan memekik.  Apa gerangan yang mereka bunyikan?
Nyanyian-nyanyian bersama kepada Allah swt. Tidak kita sebut untuk Allah  swt. Sebab kalau
bernyanyi kepada Allah swt, bisa kita lakukan dimana saja tanpa harus menghadap Allah swt,
asal  nyanyiannya kita peruntukkan bagi Allah swt. Kata kepada dipilih untuk menggambarkan
dinamika proses, suluk -menempuh perjalanan rohaniah - menuju atau kepada Allah swt. Jadi
tatkala mereka memekik-mekik, sesungguhnya hati mereka berlari sekencang-kencangnya ke
keharibaan Allah swt - tentu dengan rasa malu yang sangat atas banyak dosa- dosa.
Kenapa shalawatan, wiridan, berdzikir, mengaku dosa kok pakai musik? Karena manusia itu
khalifaftullooh, mandataris  yang ditunjuk oleh Allah swt untuk mengurus dirinya sendiri dan
alam semesta. Khalifah itu pengelola, manager, direktur kehidupan, eksekutif badan pelaksana.
Para khalifah alias direktur-direktur ini menentukan apakah saron dibunyikan untuk mengiringi
tayuban atau  memperindah pemyataan cinta kepada Allah swt. Mereka yang mengambil
keputusan apakah biola digesek, keyboard  dipencet, seruling ditiup, perkusi ditabuh, terbang
ditampar - untuk memeriahkan tarian atau lagu-lagu yang tidak  terjamin keamanannya di
depan pandangan nilai Allah swt, ataukah dipakai untuk memperasyik lagu pujian-pujian atas
keagungan Allah swt. Tentu saja, asalkan jangan lantas orang adzan diiringi biola, orang sholat
ditabuhi pakai gendang, orang thawaf diiringi genderang massal.

Mai'yah bukan ibadah mahdloh. la hanya kegiatan budaya yang menggali inspirasi dari Agama.
la hanya  mereligiuskan pelaku budaya. la hanya aktivitas sosial budaya yang tidak merelakan
dirinya kalau hanya  diperuntukkan buat yang bukan Allah. Karena Sabbaha lillahi maa fis
samaawaati wa maa fil ard, seluruh makhluk yang dilangit dan di bumi ini bertasbih kepada
Allah sr*t. Dan para khalifah Kiai Kanjeng Sepuh tahu, bahwa yang bertasbih kepada Allah itu
bukan Jin dan Manusia, tapi juga benda-benda, saron, biola, seruling, terbang, bahkan capung,
rumput, daun-daun kering. Bukankah Allah tidak menggunakan kata man fis samaawaati,
nelainkan maa fis samaawaati.

Maiyah Kata
"lnna ma'ya Robbi", tutur Musa, Nabi alaihissalaam, untuk meyakinkan ummatnya bahwa Allah
ada bersamanya. Muhammad Rasululaah saw, juga menggunakan kata sama - di gua Tsur,
tatkala dikejar-kejar oleh pasukan musuh -untuk menghibur dan memelihara iman Abu Bakar,
sahabat beliau, Sayyid kita Rodlialloohu 'anhu : "La takhof wa la tahzan, innalloha ma'anaa".
Jangan takut jangan sedih, Allah ada menyertai kita.
Jadi, asal usulnya dan ma'a. artinya, dengan, bersama, beserta. Ma'iyyatullaah, kebersamaan
dengan Allah. Ma'iyyyah itu kebersamaan, Ma'anaa bersama klh. Ma'iya, bersamaku. Lantas
kata-kata dan bunyi Arab itu 'kesandung' oleh lidah etnik kita menjadi Maiya, atau Maiyah, atau
Maiyahan. Mengenai lbu Bapakmu, hal anak cucu para keponakan dan sanak famili, tentu kau
ucapkan lnnahum ma'tya, sesungguhnya (mereka) bersamaku. Bersamaku artinya bukan ke

3 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

mana-mana ubyang-ubyung bareng, makan bareng, mandi bareng. Maknanya substansial,


haqiqiyyah. Kalau engkau bersamaku berarti engkau adalah bagian dari hatiku.
Engkau adalah salah satu semt-serat dari struktur perasaanku. Kalau engkau riang, aku
gembira. Kalau engkau berduka, aku menderita. Kalau engkau disakiti, aku mengaduh. Kalau
engkau disengsarakan, aku menangis. Kalau engkau ditimpa masalah, itu juga masalahku.
Kalau engkau memerlukan, aku mengupayakan pemenuhan. Kalau  engkau membutuhkan, aku
mengusahakan keberesan. Engkau dan aku sayang menyangi, kasih mengasihi, tolong 
menolong, bela membela satu sama lain.

Maiyah Sosial
Kepada teman-teman, kepada para tetangga, kepada sesama ummat, masyarakat, warga
negara, sesama manusia, apapun saja sukunya, bangsanya, golongannya, kelompoknya,
organisasinya, kepercayaan dan pendapatnya – tidak  layakkah, atau bahkan tidak
seyogyanyakah, atau siapa tahu tldak haruskah - engkau dan aku ucapkan dan ikrarkan juga: :
Innahum ma'iya, sesungguhnya mereka semua ada bersamaku, dan sesungguhnya aku ada
bersama mereka?

Kiai Kanjeng Sepuh berkeliling ke mana-mana, menembus berbagai sisi, segmen, lapisan,
golongan, wilayah, daerah, dan jenis sosiologis masyarakat untuk menumbuhkan pertanyaan
dan kesadaran inna ma'iya semacam itu.

Adakah dengan tetanggamu, masyarakat dan bangsamu, engkau tidak bersedia tolong
menolong, melainkan  mengancam? Tidak bersedia saling setia, melainkan saling khianat?
Tidak mau saling membela, melainkan saling  menghancurkan? Tidak siap saling ikhlas
melainkan saling tidak rela? Tidak saling mengharapkan kebahagiaan bagi  yang lain,
melainkan diam-diam mensyukuri penderitaan mereka?

Maiyah Bahasa
Bahasa kenegaraan Maiyah itu nasionalisme. Bahasa mondialnya universalisme. Bahasa
peradabannya  pluralisme. Bahasa kebudayaannya heterogenisme, atau kemajemukan yang
direlakan, dipahami dan dikelola. Metode  atau manegemen pengelolaan itu namanya
demokrasi.

Bahasa ekonomi Maiyah adalah tidak adanya kesenjangan penghidupan antara satu orang
atau suatu kelompok  dengan lainnya. Tapi ini terlalu ideal dan utopis: jadi mungkin lebih
realistis kita pakai ungkapan Maiyah adalah proses dinamis menyempitnya atau mengecilnya
jarak atau kesenjangan penghidupan di antara manusia. Diproses secara  sistemik-kolektif
jangan sampai ada yang terlalu kaya sementara lainnya terlalu fakir. Kadar maiyah semakin
tinggi dan  kualitatif berbanding lurus dengan semakin mengecilnya kesenjangan itu.  Di dalam
teori Maiyah nasionalisme, selalu ditemukan adanya banyak pihak, ada banyak wajah, ada
banyak  wama, ada banyak kecenderungan dan pilihan. Masing-masing pilihan itu
menggunakan wamanya sendiri-sendiri,  wajahnya sendiri-sendi dan kecenderungan
sendiri-sendiri. Setiap mereka menghidupi dan menampilkan dirinya  masing-masing. Sehingga
pada semuanya tampak sebagai bhinneka. Berbagai perbedaan itu tidak membuat mereka 
berperang satu sama lain, karena diikat dan prinsip ke-ika-an, yakni komitmen kolektif untuk
saling menyelamatkan  dan menyejahterakan. Demikianlah berita gembira berdirinya Republik

4 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

lndonesia dulu. Sikap Maiyah di antara  berbagai pilihan itu adalah kesepakatan untuk saling
menyetorkan kebaikan dan kemashlahatan untuk semua.

Di era sejarah orde baru, berlangsung policy politik nasional atau strategi kebudayaan di mana
para 'masing-masing'  itu dilarang rnenunjukkan kemasing-masingannya. Maksudnya baik,
orang jangan menonjolkan siapa dirinya,  bagaimana wajahnya dan apa wamanya. Semua
dipersatukan, diseragamkan, identitas masing-masing disembunyikan semaksimal mungkin.
Ode baru berprinsip Tunggal Ika.

Maiyah adalah Bhinneka Tungga lka. Yang Batak ngomonglah dengan logat Batak. Yang Bugis
ya dialek Bugis.  Yang Madura ya cengkok Madura. Tak ada perlunya ditutup tutupi, sepanjang
ada kesepakatan untuk saling  melindungi, saling menyayangi dan memproses tujuan
kebahagian bersama.

Yang Budha, berpakaianlah Budha. Yang Katholik, Katholiklah. Yang lslam lslamlah.
Omswastiatu tak usah  diganti Padamu Negeri. Haleluya tak usah diganti Tanah Tumpah
Darahku. Shalaatullaah salaamullaah tak usah  diganti lbu Kita Kartini- Heterogenitas itu cukup
dijaga oleh satu prinsip: saling memperuntukkan dirinya bagi  kebersamaan. ltulah Maiyah.

Maiyah Lingkaran
Dulu Kiai Kanjeng pentas dan diletakkan di panggung. Mereka ditonton oleh penonton. Kiai
Kanjeng Sepuh yang bermaiyah tidak berada di panggung dan tidak ditonton oleh siapa-siapa.
Mereka melingkar, sehingga terserah orang lain akan bergabung menciptakan lapisan-lapisan
lingkaran berikutnya  atau tidak. Kiai Kanjeng Sepuh tidak mempertunjukkan musik dan
suaranya kepada penonton. Mereka hanya  bemyanyi, bersholawat, benrwirid, membaca puisi,
atau apapun, tetapi yang ada di hadapan mata kesadaran mereka  adalah Alloh Swt. Maka
pada kebanyakan momentum selama ber-maiyah, tak seorangpun di antara mereka yang  tidak
memejamkan mata. Karena mata wadag hanya sanggup melaporkan penglihatan tentang
hal-hal yang sepele:  materi, benda-benda, gedunng-gedung, lembaran-lembaran uang,
kecantikan wanita dan kegantengan lelaki, menara  pencakar langit. Dan itu semua bersifat
sementara dan sangat gambar hancur.

Kiai Kanjeng Sepuh serak-serak suaranya untuk Alloh . habis bunyinya untuk mencintai-Nya.
Bemyanyi, membunyikan  alat musik, berkeringat, untuk memelihara hubungan dengan Alloh.
Karena Alloh sebagai pengasuh, penyantun,  tempat bergantung - tidak bisa diperbandingkan
dengan polisi, tentara, menteri ekuin, presiden, pemerintahan,  konglomerat, distribusi modal
atau apapun saja yang dituhankan oleh sangat banyak orang.

Alloh swt berjanji kepada kekasih-Nya untuk menjalankan empat fungsi, asalkan oleh para
kekasih-Nya dibeli dengan  taqwa dan tawakkal. Peran pertama, Alloh swt sebagai pemberi
jalan keluar, solusi atas masalah apa saja: coba  sebutkan satu masalah yang Alloh tidak
sanggup menyelesaikan!

Peran kedua Alloh sebagai penabur rizqi melalui jalan, cara, metoda dan modus yang

5 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

semau-mau Dia. Sehingga para  kekasih-Nya tidak bisa menduga atiau memperhitungkannya.
Para kekasih Alloh swt tinggal terima jadi, terima matang - anugerah rejeki yang mereka beli
dengan *mata uang" taqwa dan tawakkal. Ah, apa sih taqwa? Angen-angen Alloh  kapan saja.
Menjadkan Alloh sebagai tuan rumah batin kita. Tawakkal adalah taqwa yang diperdalam,
ditancapkan, dihujamkan terus menerus.

Peran ketiga Alloh swt sebagai manager dan akuntan. Kalau berasmu menipis, jangan
memfitnah dengan  mengganggap Alloh swt bersikap acuh tak acuh atas keadaan dapurmu itu.
la managermu, ia atur nafkahmu, ia jamin  penghidupan keluargamu. Engkau cukup menyetor
taqwa dan tawakkal.

Peran keempat Alloh swt adalah menjadi humasmu, public relation-mu. Keperluanmu atas
seseorang atau suatu  pihak, kebutuhanmu terhadap akses ini atau itu, disampaikan oleh Alloh
kepada yang bersangkutan. Engkau cukup  memberi "honor”  taqwa dan tawakkal.

Azas Maiyah
1.     Segitiga cinta Allah-Muhammad-Manusia
2.     Perniagaan Dunia-Akherat ( Untung Rugi dimata Allah )
3.     Tidak keliru menentukan cara/jalan dan Tujuan ( Hancur karena enuhankan dunia )
4.     Peradaban Lingkaran ( Dari Innalillahi sampai revolusi roda )
5.     Kebenaran-Kebaikan-Keindahan ( Komposisi 3 dimensi nilai kehidupan )
6.     Langit-Bumi ( Bangunan meninggi dan meluas )
7.     Azas maslahat-Mudharot  ( identifikasi diri dan perbuatan )
8.     Fardhu a’in - fardhu kifayah ( Tahu mana yang utama dan mana yang tidak utama )
9.     Mempersatukan muhajirin dan Anshor ( Mentauhidkan kebudayaan )

Ikrar Maiyah
1.     Agar supaya kita saling menjamin, bahwa di dalam lingkaran kita tidak ada kotoran
-kotoran batin, kepalsuan niat, kecurangan fikiran, atau apapun yang membuat uhammad
menitikkan ai"rmata dan membuat Alloh mengurangi atau  bahkan membatalkan kasih
sayangnya kepada kita.
2.     Agar supaya perjalanan hijrah demi hijrah kita tidak disesatkan oleh arus  masyarakat,
oleh Alloh atau oleh diri kita sendiri.
3.     Agar supaya perjalanan jihad kita tidak disertai oleh dendam dan ketakaburan. 
4.     Agar suapaya perjalanan ijtftad kita tidak dilalimi oleh rnakfiluk apapun, serta  tidak
melalimi diri sendiri.
5.     Agar perjalanan mujahadah kita dianugerahi bekal iman dan istiqomah, bekal  kekuatan
dan muthmainnah, bekal penghidupan yang barokah, pintu rejeki yang  membuka lebar-lebar
aas perjuangan kita, pintu kegembiraan, keasyikan  uluhiyah, serta perlindungan dari Quwatihi
wa haulih

Maka:

-          Kami berkumpul melingkar menghadap-Mu dan memunggungi dunia 


-          Kami berkumpul melingkar menunrpahkan cinta kepada-Mu, karena telah dilukai hati
kami oleh cinta dunia, negara serta golongan-golongan manusia.

6 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

-          Kami berkumpul melingkar menyanyikan lagu-lagu untuk kekasih-Mu karena  ummat
manusia lebih menyukai kepalsuan
-          Kami berkumpul menciptakan lingkaran kebersamaan antara harnba-hamba yang
dilemahkan oleh pelaku-pelaku kekuasaan dan keuangan.
-          Kami berkumpul merapatkan lingkaran kebersamaan antma hamba-hamba yang dilalimi
oleh kebohongan dan kemunafikan kaum mutakabbirun.
-          Kami berkumpul memadatkan kesatuan antara hamba-hamba yang diremehkan  dan
kini mengerti bahwa diremehkan. Antara hamba-hamba yang ditindas dan  kini mengerti bahwa
ditindas, antan hamba-hamba yffig direndahkan dan kini  mengerti bahwa direndahkan, antara
hamba-hamba yang dibuang dan kini  mengerti bahwa dibuang.
-          Kami berkumpul menghidupi lingkaran kesadaran, kepahaman dan kemengertian  akan
dusta dan kebohongan dunia.
-          Kami berkumpul membangkitkan pengetahuan dan ilmu bahwa kami dibodohkan,
difitnah, dimusnahkan, dan dibunuh sebelum kematian.
-          Kami berkumpul menebar jaring lingkman para pecinta-Mu, para pecinta kekasih-Mu,
para pecinta kesejatian, para pecinta kebenaran yang sungguh-sungguh kebenaran, para
pecinta cinta yang benar-benar cinta
-          Kami berkwnpul melingkar bersholawat bersama-Mu serta bersama para malaikat-Mu
untuk manusia agung pilihan-Mu, Muhammad Saw.
-          Kami berkumpul merangkai lingkaran ma'iyyatul hubbi, ma'iyyatul haqqi, fii ma'
iyyatillahi'jalla jalalah

Negeri Maiyah

Kebersamaan dengan Alloh dan Rosululloh berarti (berdasarkan pembidangan):

Bermaiyah:
Kepada Alloh
kepada Rosululloh
kepada Aulia & Ulama
Kepada diri sendiri
Kepada sesama Jamaah Maiyah
Kepada sesama Kaum Muslimin
Kepada sesama saudara sebangsa
Kepada sesama ummat manusia
Kepada negara dan pejabat
Kepafa alam/bumi/tanah air

Bermaiyah:
Mental (nafsiayah)
Moral (khuluqiyah)
Intelektual ('aqliyah)
Spiritual (ruhaniayah/
BERMAIYAH
Btldang kemanusiaan
Bidang sosial budaya

7 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

Bidang ekonomi
Bidang politik dan negara

SHOLAWAT: CINTA SEGITIGA


Alloh - Rosululloh - Manusia
By: Emha Ainun Nadjib

Belajar Mengilmui Sholawat


Kita membaca shalawat mungkin sendiri di kamar, di perjalanan atau ketika sedang larut dalam
pekerjaan. Mungkin pula kita membacanya secara berjamaah di surau-surau atau pada
acara-acara tertentu di  kampung kita. Umumnya orang tidak hanya membaca sholawat tetapi
juga qoshidah, wirid atau dzikir yang kesemuanya  merupakan karya para auliya atau pujangga
lslam yang telah diwariska secara turun-temurun sejak berabad-abad yang lalu melalui tradisi
Maulid Nabi, pepujian di musholla-musholla atau ditempat dan acara  lainnya. Qoshidah bisa
bermuatan sholawat , dzikir atau wirid atau juga kalimat-kalimat ungkapan cinta kepada Alloh
Swt, Nabi Muhammad Saw atau kepada lslam itu sendiri. Adapun wirid atau dzikir adalah
kata-kata yang diungkapankan untuk mengingat Alloh, menghayati keagungan-Nya, meminta
atiau
memohon sesuatu kepada-nya. lsinya bisa diambil dari ajaran langsung Alloh Swt atau
merupakan kreasi  atau ciptaan hamba-hamba-Nya.

Kali ini kita memfokuskan diri untuk membicarakan sholawat secara umum. Tetapi terlebih
dahulu kita catat dan tegaskan satu hal mendasar mengenai sholawat sebelum mengembarai
sisi-sisi lainnya. Sebagaimana  sholat, puasa, zakat, haji dan jenis ibadah lainnya, sholawat itu
bukan agama dan bukan tujuan dari apa  yang kita lakukan itu sendiri. Sholawat hanya
berposisi - seperti sholat, puasa, zakat, dan haji – sebagai  alat dan cara untuk mengantarkan
kita pada tujuan sejati yakni dekat dengan Alloh serta berdampingan dengan Rosululloh Saw.
Meskipun tentu saja sholawat tidak berkedudukan seperti ibadah sholat dan puasa yang
mahdhoh dan merupakan rukun lslam. Sholawat merupakan thoriqah atau jalan untuk
mengintensifkan dan memperdalam hubungan batin kita dengan, Wtama Alloh Swt dan kedua
Rosululloh Saw. Oleh karena itu yang terpenting dan yang menjadi tolok ukur adalah apakah
dengan metode-metode sholawat ini kita menjadi makin dekat dengan Alloh dan Rosululloh
atau tidak.
Karena tidak ada seseorang yang sungguh-sungguh sanggup dan bisa menilai orang lain maka
kita sendirilah  yang dalam hati dan batin kita masing-masing harus memacu menggembalakan
diri sendiri  (ngengon awake dhewe) dan rajin meniti perkembangan mutu hubungan kita
dengan Alloh dan Rosululloh. Maka makin banyak kita mengingat Alloh dan Rosululloh dengan
dan dalam sholawat makin bermanfaatlah apa yang kita lakukan dengan sholawat-sholawat
yang kita baca.

Alloh Pelopor Gerakan Sholawat


Sholawat merupakan ungkapan cinta kepada Rosululloh Saw, yang dipelopori langsung oleh
Alloh Swt sendiri kemudian dikembangkan oleh para pecinta Muhammad Saw. Lewat ayat:
lnnalloha wa malaikatahu  yusholuna alan nabiyyi ya ayyuhal ladzina amanu sholu alihi wa
sallimu taslima: Alloh menyuruh kita untuk bersholawat kepada Nabi Mumammad sambil la

8 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

tegaskan bahwa perintah ini pun la sendiri (bersama malaikat-Nya) yang memelopori
perwujudannya. la berbeda dengan perintah-perintah Alloh lainnya. Kalau kepada hambanya la
menyuruh bersembahyang. Alloh sendiri tidak perlu bersembahyang. Kalau Alloh
memerintahkan hambanya untuk berzakat, Beliau sendiri tentu tidak perlu berzakat. Kalau Alloh
meminta kita untuk berpuasa Alloh sendiri tentu tidak terkenai kewajiban berpuasa. Alloh tidak
melakukan apa yang diperintahkan Dirinya kepada hamba-hambanya.

Tetapi khusus dalam soal sholawat Alloh berpenampilan agak berbeda. la yang menyerukan, Ia
yang  mengasih contohnya. Alloh beserta para malaikat-Nya bersholawat kepada Rosululloh
Saw. Demikian besar dan agungnya cinta Alloh kepada kekasih-Nya yang bernama
Muhammad itu sehingga  la sendiri mau bersholawat kepadanya dengan memposisikan diri
bukan hanya sebagai yang punya perintah tapi juga sekaligus pelopomya.

Tak hanya itu, kita juga perlu melihat cintanya Alloh kepada Muhammad dari kenyataan bahwa:
kalau kita  bersembahyang kita mempunyai dua kemungkinan, diterima oleh Alloh atau tidak.
Begitu juga kalau kita berpuasa, berzakat atau mengerjakan ibadah yang lainnya. Tetapi kalau
kita bersholawat itu pasti diterima oleh Alloh sekaligus pasti sampai kepada Rosululloh. Dari sisi
kita - hamba Alloh dan ummat Muhammad - sholawat merupakan ungkapan terima kasih tiada
tara kepada Rosululloh Saw yang telah memandu dan memimpin perjalanan kaum Muslimin
kepada Alloh Swt. Ungkapan cinta kita kepada Rosululloh itu sekaligus juga merupakan
perwujudan cinta kita kepada  Alloh. Mustahil kita mencintai Alloh Swt, tanpa mencintai
Rosululloh Saw. Sebab RosulullohJah hamba  yang paling dicintaioleh Alloh.

Rosululloh Hadir itu Bukan Khayalan


Ketika kita bersholawat kepada Rosululloh Saw maka pada majelis itu Rosululloh hadir. Dan
barang siapa yang berada di suatu tempat di mana Rosululloh hadir maka keseluruhan ruang
tersebut bebas dari adzab.  Orang barangkali tidak mempercayai kalau Rosululloh itu hadir
dengan beranggapan beliau sudah wafat. Jasad atau badan-nya sudah pulang menyatu
kembali dengan hakikatnya yakni tanah. Akan tetapi ruh atau  ruhani Rosululloh tetap hidup dan
hadir. Kita tidak bisa memandang Rosululloh dengan kaca mata materialisme bahwa segala
sesuatu harus bisa dilihat dengan mata wadag, bahwa semuanya harus bisa dipanca-indrai dan
bahwa kalau segalanya tak  bisa dipanca-indrai maka sesuatu itu tak ada alias tak maujud,
melainkan harus dengan kaca mata  ruhaniah. Dengan demikian ketika kita mendengar kalimat
bahwa Rosululloh hadir kita tidak lagi menggagapnya sebagai sesuatu yang khayal atau
mustahil.

Rosululloh Jauh atau Dekat


Sama cara berfikimya dengan keterangan tentang Rosululloh hadir itu khayal atau tidak, kalau
kita membicarakan apakah Rosululloh itu jauh atau dekat maka mata pandang dan ukuran kita
bukanlah  pandangan geografis dan fisik, melainkan ruhani. Untuk itu kita harus mengacu pada
ayat: Laqod  jaakum rosulun min anfusikum azizun alaihima anittum kharishun alaikum bil
mukminina roufur rokhiim. Sungguh benar-benar telah datang di tengah-tengah kalian seorang
Rosul dari kalanganmu sendiri, yang sangat tak tega menyaksikan penderitaan kalian, amat
perhatian terhadap kalian, belas-kasih terhadap orang-orang  yang percaya.

Segera kita catat dari ayat tersebut bahwa, pertama Rosululloh itu orangnya tidak tegaan.

9 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

Kalau kita  menderita, Rosululloh sangat ikut menderita dan bersedih. Bila kita susah, maka
Rosululloh-lah yang pertama-tama turut merasakan kesusahan itu.

Kedua, Rosululloh itu langsung diberi oleh Alloh dua sifat yang diambil dari sifat-Nya yaitu
roufur-rokhiim. Kalau umumnya kita memakai sifat Alloh misalnya untuk kepentingan
memberikan nama maka kita hanya diizinkan menggunakannya dengan syarat harus diimbuhi
dengan misalnya kata Abdul. Misalnya: Abdul Mafik, Abdurrahman, Abdul Aziz dan seterusnya.
Tetapi khusus untuk Rosululloh, Alloh memberinya sifat  kepada Beliau dengan dua sifat-Nya
yakni roufur-rokhiim. Tentu saja Alloh memahkotainya dengan dengan dua sifat tersebut karena
memang Rosululloh layak menyandang dua sifat itu. Karena kepribadian  Rosululloh sangat
mencerminkan mutu sifat itu, lebih lebih dalam hubungannya dengan umatnya. Jadi kedekatan
Rosululloh itu sedemikian dalamnya dan sedemikian ruhaniahnya. Begitulah kualitas pribadi
dan cinta Rosululloh kepada kita.

Segitiga Cinta
Seraya menegaskan kepada sudara-saudara kita yang barangkali cemas kepada sholawat
bahwa pertama, sholawat itu tidak menuhankan Muhammad. Kedua, sholawat itu tidak
menganggap Muhammad sebagai  anak Tuhan. Kita mempelajari bahwa sesungguhnya yang
terjadi adalah adanya segitiga cinta. Di titik atas ada Alloh, di titik kanan ada Muhammad Saw
dan di titik kiri ada kaum Muslimin. Masing-masing titik itu  disambungkan oleh garis sedemikian
rupa sehingga terbentuk segi tiga. Dan segi tiga itu akan bermuatan  cinta, sehingga bisa
disebut segitlga cinta.  Nah, sekarang kita lihat. Pada garis pertrama, antara Alloh dengan
Rosululloh. Alloh sangat mencintai  Muhammad Saw dan sebaliknya Muhammad pun sangat
mencintai Alloh sehingga beres aliran cintanya.  Kemudian pada garis kedua antara Alloh
dengan kaum Muslimin, Alloh sangat mencintai kita, tetapi kita  kadang ogah-ogahan kepada
Alloh. Sehingga Alloh sering mengeluh, "Lho, Engkau ini bagaimana wahai  jin dan manusia,
Aku yang menciptakan Engkau, tapi Engkau menyembah yang selain aku. Aku yang
memberimu rizki tapi kamu berterima kasih kepada yang selain aku."

Lantas garis yang ketiga, antara Muhammad dengan kita. Muhammad sangat mencintai kita.
Muhammad  melakukan tirakat untuk kita dan agar do'anya tentang kita dikabulkan oleh Alloh,
Muhammad menempuh puasa sedemikian rupa supaya Alloh pakewuh kepada Muhammad
tertama yang menyangkut nasib kita. Mengapa demikian? Selain Alloh pada pihak pertama,
Muhammad juga punya kekasih berikutnya yaitu  para sahabat. Yakni mereka yang hidup
sejaman dan pernah bertemu dengan Rosululloh semasa  hidupnya. Sedangkan yang tidak
bemasib seperti sahabat alias yang hidup sesudah Rosululloh wafat itu  bemama ummat lslam.
Para sahabat sudah jelas nasibnya. Mereka hidup bersama-sama dengan Rosululloh berjuang
dan lara lapa. Rosululloh sangat mencintai mereka dan selalu mendoakan mereka. Lantas
bagaimana dengan  ummat lslam ini yang hidup setelah ditinggal wafat Rosululloh. Siapa yang
mendoakan mereka?

Nah,  Rosululloh itu tidak tega untuk meninggal dunia tanpa meninggalkan atau mewariskan
mekanisme kabulnya doa atas nasib kita semua.  Jadi bagaimana Alloh akan mengabulkan doa
kita kalau kita tidak melangsungkan lalu lintas segi tiga cinta  itu. Dengan begitu mencintai
Muhammad yang misalnya kita ungkapkan lewat sholawat adalah penyikapan  yang logis, adil
dan sewajamya saja terhadap kasunyatan perhubungan cinta antara Alloh, Muhammad dan

10 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

kita. Demikianlah doa kita akan sampai arusnya kepada Alloh kalau melewati Muhammad.
Sebab bagaimana mungkin Alloh mengabulkan do'Alloh kita kalau kepada kekasih-Nya kita
bersikap acuh tak  acuh. Alloh ini sangat pencemburu dan romantis. Alloh menghendaki
keindahan pergaulan antara diri-Nya,  Kekasih-Nya dan kita.

Sholawat membikin Akal Basah oleh Hati dan Hati Tegak oleh Akal
Untuk menjelas kalimat di atas kita memakai acruan salah satu ayat suci Al-Qufan yang sudah
sangat  terkenaf yakni La Yamassuhu lllal Muthohharun. Ayat ini lazimnya ditafsir secara fisik
bahwa kalau kita  sedang batal alias dalam kondisi tak berwudhu maka tidak diperbolehkan
untuk menyentuhnya. ltu benar  sekali, terutama dari segi fiqih.  Tetapi mari kita luaskan makna
dan tafsir ayat tersebut misalnya dengan memahaminya begini: Kita tidak akan bisa
bersentuhan dengan makna, hikmah, rizqi, barokah dan segala macam kandungan Al-Qur’an
jika  kita tidak mengusahakan diri kita untuk terlebih dahulu muthohhar atau tersucikan.
Tersucikan ilu bahasa lainnya adalah tercerahkan. Dan soal cerah mencerahkan ini Alloh sudah
sejak dulu  menawari manusia untuk bisa mencerahkan diri. Tercerahkan di bidang apa? Kita
lihat dulu secara  sederhana struktur jiwa manusia.

Dalam jiwa manusia ada tiga sisi atau unsur terpenting yakni akal,  spiritual, dan mental.  Oleh
karena itu bisa dikatakan bahwa ketercerahan itu meliputi tiga sisi tersebut. Jadi tercerahkan
secara akal atau muthahhar aqliyah, tercerahkan secam spiritual atau muthahhar rukhiyyafi dan
tercerahkan secara mental atau muthahhar nafsiyyah. Ketiganya akan memproduk
ketercerahan akhlak atau muthahhar akhlaqiyyah. Umumnya orang hanya memiliki sebagaian
saja dari ketercerahan tersebut. Ada yang tercerahkan secara  aqliyyah tetapi tumpul secara
spiritual dan mental. Ada yang tercerahkan secara spiritual (mletik hatinya), tetapi gagap secara
intelektual alias sempit wawasannya serta tidak kokoh mentalnya. Juga tak ketinggalan ada
yang tercerahkan secara mental tapi buta secara intelektual dan spiritual.

Demikianlah kalau kita tidak mengupayakan diri agar utuh ketercerahannya maka kita akan
tidak bisa  bersentuhan dengan Al-Qur'an. Nah, bersholawat adalah salah satu jalan untuk
mengutuhkan ketercerahan  itu, agar kaffah. Agar tak cuma sesisi saja. Sholawat membikin
akal basah oleh hati dan hati tegak oleh  akal. Sholawat Metode mengambil jarak dari
Kesibukan Kerja Keras Sehari-hari

Ketika kita suntuk bekerja atau melakukan sejumlah pekerjaan entah yang rutin atau yang tidak,
umumnya  kita mempunyai kecenderungan untuk capek, jenuh dan yang terpenting barangkali
juga potensial mengidapkan pada diri kita keterasingan tertentu terhadap apa yang kita
kerjakan. Pada saat seperti ilu yang kita perlukan tak sekedar istiharat dan rekreasi tetapi yang
terpokok adalah  pengambilan jarak terhadap situasi dan keadaan semacam itu agar kita bisa
lebih mengendapkan batin dan  pikiran, supaya segar jiwa kita dan siap melanjutkan
pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Demikian siklus wajar  kemanusiaan yang dialami oleh orang.
Dalam memenuhi kebutuhan untuk rekreasi dan pengambilan jarak itu orang menempuh
banyak hal mulai  yang positif sampai yang negatif. Yang positif misalnya orang pergi rekreasi
menikmati suasana alam di pantai atau di gunung, plesir ke luar kota dan sebagainya. Yang
negatif umpananya orang menenggak minum-minuman keras, atau berjudi.  Nah, sholawat
hadir sebagai salah satu pilihan yang posffi praktis, berdimensi dunia akherat langsung, dalam
memenuhi kebutuhan untuk pengambilan jarak tersebut. Meskipun tentu saja ini hanya satu sisi

11 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

belaka dari sekian dimensi sholawat yang sudah ada dan akan diuraikan singkat dalam tulisan
ini.

Sholawat? jauh lebih positif seerra medis, moral-sosial, keilmuan dan ukhrawi daripada
menenggak narkoba atau  bahkan dibanding nonton film sekalipun. Dengan menikmati
sholawat-sholawat kita akan memperoleh  kenikmatan dan kepuasan batin yang lnsya AIIoh
lebih ruhaniah dan sejati. Sholawat merupakan jalan yang lebih selamat dan menyelamatkan
ditinjau dari berbagai sisidan sudut.

Sholawat Membuka llmu


Sekarang kita memasuki sisi lain dari sholawat. Selain sebagai jalan untuk mengintensifkan
cinta kita kepada Rosululloh, sholawat juga memberi peluang bagi terbukanya pintu-pintu ilmu.
Lihatlah misalnya  shofawat Nurul Musthofa.  Musthofa itu artinya terpilih. Nurul Musthofa itu
berarti cahaya yang terpilih. Dan inilah makhluk Alloh yang  pertama. Makhluk Alloh Swt yang
pertama ini adalah seberkas cahaya yang dinamai Nur Muhammad. Alloh sangat mencintai
makhluk pertama ini sedemikian rupa sehingga Alloh mempunyai alasan untuk  menciptakan
alam semesta beserta isinya termasuk kita semua. Alloh mengatakan dalam hadist qudsinya,
lau laka ya Muhammad ma kholaqtu al aflaka fiika tidak karena engkau Muhammad -
maksudnya cahaya tadi- maka aku tidak akan ciptakan apapun yang lain. Kelak cahaya ini akan
diwujudkan oleh Alloh secara biologis, sosiologis dan historis menjadi Muhammad Saw. Artinya
diwujudkan sosoknya, sepak terjangnya  dan sejarah hidupnya. Jadi ada beda antara
Muhammad jasmaniah dan Muhammad ruhaniah.

Dari sholawat Nurul Musthofa, selain kita peroleh keindahan dan kenikmatan bercinta dengan
Muhammad,  kita juga peroleh ilmu pengetahuan. llmu tentang apa? lalah ilmu tentang sejarah
penciptaan alam semesta.  Yang barang kali ilmu pengetahuan modem sekarang ini belum
mencapai dan mengatakannya. Bahwa  makhluk pertama yang diciptakan oleh Alloh bukan
siapa-siapa melainkan Nur-Muhammad tadi.

Sholawat Membuka Cara Pandang


Sesudah membuka pintu rahasia ilmu, sholawat juga memungkinkan kita untuk memperoleh
cara pandang  atau yang lazim disebut perspektif. Maksudnya dengan menghikmai sholawat
kita bisa menjadikan sholawat  sebagai pintu pengantar untuk merenungi segala sesualu yang
terjadi dalam hidup kita. Lihatlah misalnya  sholawat lnna Fil Jannah.
lnna filjannati nahran min laban, lialiyyin wa khusainin wa khasan : Sesungguhnya di surga
terdapat sungai yang terbuat dari air susu. Yang diperuntukkan bagi Ali, Hasan, dan Husain. 
Hasan dan Husain itu putra Ali bin Abi Tholib yang terbunuh di peperangan antar ummat lslam.
Bahkan Sayyidina Hasan diracun oleh istrinya sendiri atas provokasi Muawwiyah. Sehingga
sejelek-jelek nasib kita  masih menderita Sayyidina Hasan dan Husain.

Dari sholawat ini tinggal kita cari proyeksinya dalam hidup sehari-hari kita. Artinya
sesungguhnya kita  mempunyai potensi ke-Hasan-an dan ke-Husain-an sendiri-sendiri di
berbagai bidang kehidupan kita masing-masing. Dan kalau kita mengalami kedhoifan,
kemustadhafinan, keghoriban (keterasingan) dan  kemadhluman sebagaimana yang menimpa
diri Sayyidina Ali, Hasan dan Husain maka itu berarti Alloh  menjanjikan sungai susu di surga.
Sebagaimana dalam kasus Abu Bakar menebus Bilal dari perbudakan Muawwiyah maka dalam

12 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

kehidupan  sehari-hari, kita bisa mbatin dan mendiskusikan sekarang ini siapa Hasan dan
Husain-nya? Muawwiyah-nya  siapa? Orang ini akan menjadi Hasan dan Husain atau
Muawwiyah dan seterusnya. Demikianlah sholawat-sholawat  mempunyai relevansi dengan
kehidupan kita.

Sholawat: Kenapa harus dengan Musik?


Pembacaan sholawat pada acara-acara tertentu biasanya diiringi dengan (alat) musik. Kenapa
memakai  musik? Karena musik berhak masuk surga. Seluruh peralatan-peralatan musik itu
kita ajak mencintai  Rosululloh. kita tidak egois dalam bersholawat. Jadi, prinsipnya sangat
sederhana. Bukan soal  mencampuradukkan antar seni dan agama. Sebab perlu diketahui
begitu agama lahir belum terbedakan, apakah ini seni atau agama. Pada awalnya tak ada beda
antara keduanya.

Kata seni baru muncul ketika orang-orang (modem) mencoba menarik dan mengambil jarak
dari dirinya  sendiri kemudian menatapnya dari kejauhan., lantas mereka mengatakan dan
merumuskan dirinya sendiri  seraya memunculkan nama-nama untuk memberi tanda bagi
bagian-bagian hidupnya. Maka muncullah  istllah: ini seni, ini sosial, ini hukum dan lain
seterusnya. Dalam keberagaman yang total sudah tak terasa lagi apakah ini agama atau seni.
Yang menjadi masalah dan tentunya adalah apakah sesuatu ifu benar atau tidak? Apakah
sesuatu itu semakin mendekatkan kita  kepada Alloh dan Rosul-Nya atau tidak?

Sholawat: Merintis Perlawanan Terhadap Dajjalisme


Kita tentu pemah mendengar nama Dajjal. Dajjal itu salah satu pekerjaannya adalah membelah
dunia dan  kehidupan manusia menjadi dua kutub. Dua kutub inilah yang menjadi poros dan
titik tolak dari cara  pandang dan cara tindak banyak orang. Ada Timur ada Barat. Ada Utara
ada Selatan. Ada atas ada bawah. Ada pusat ada pinggiran. Dan seterusnya. Kutub-kutub ini
sangat rentan untuk membenihkan bibit-bibit perlawanan antar penghuni kutub, membenihkan
bibit-bibit kerusakan di antara mereka. Dajial adalah pelaku utama yang memberikan dan
menentukan apa muatan yang mustidikandung bibit-bibit itu. Pengkutuban ini berlaku di
berbagai bidang kehidupan manusia, mulai dari ekonomi, sosial, budaya, politik, dan seni.
Dalam kesenian misalnya pengkutuban tersebut bisa terlihat dari adanya mekanisme produsen
konsumen, pedagang-pembeli, penonton-yang ditonton.

Dalam acara-acara sholawat kita mencoba untuk tidak memakai cara berpikir seperti
pertunjukkan dengan  menghancurkan batas antara keduanya. Tak ada penonton, tak ada
pementasa. Yang ada adalah  kebersamaan, saling mensubyeki acara sholawat. Artinya, kita
semua adalah satu himpunan, satu keluarga. Tidak sebagaimana dahm pertunjukkan modem
itu.  ftulah beda antara acara sholawatan (yang bersama-bersama) dengan dunia seni modem.

Sholawat: Fungsi Secara Biologis dan Medis


Orang lain boleh percaya atau tidak tentang satu hal ini. Bahwa sholawat itu mempunyai fungsi
biologis dan medis. Dengan membaca dan menikmati sholawat, kita apalagi dengan
berjamaah, kita akan memperoleh  regangan-regangan otot dan pencerahan-pencerahan urat
syaraf serta pembersihan sel-sel otak. Kita  mencoba merasakan dan membuktikan hal itu.
Sama dengan kalau kita bersujud. Kita meletakkan kening kita di tanah. Debu-debu tanah yang
menyentuh dan mengenai bathuk kita itu akan membersihkan kotoran-kotoran elektronik di

13 / 14
Maiyah - Bangbangwetan

Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58

dalam otak kita. Sehingga  semakin rajin kita bersujud akan semakin jemih pikiran dan otak kita.
Kecuali jika kita merusaknya lagi. Di sini letak pentingnya ilmu. Banyak orang bersembayang
tetapi tetap saja rusak dan tidak menghasilkan munculan-munculan yang bermanfaat di
masyarakat. Apa pasalnya? Soalnya mereka bersembahyang  tanpa dilandasi dan dilengkapi
dengan ilmu - dalam pengertian yang lebih luas dari fiqih. Mereka hanya  menjafani dan
mengalami rahmat sholat tapi tidak mengilmui-nya sehingga yang lahir bukannya barokah 
melainkan ketidakmanfaatan dan ketidakkaffahan dalam menempuh hidup. Itulah sebabnya di
samping melakukan dan menikmati (rahmat) sholawat, kita juga mengembarai cakrawala  ilmu
sholawat yang amat luas, mulai dari yang sederhana sampai yang menyangkut hal-hal medis
dari sholawat yang orang lain belum tentu menyetujuinya, agar bukannya hanya rahmat yang
kita punya tapi  juga barokah - sebagaimana tulisan inidiniatkan dan tujukan.

14 / 14

Anda mungkin juga menyukai