Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
Profil
Maiyah Bangbang Wetan adalah jaringan komunitas Maiyah yang berkedudukan di
Surabaya Raya
Maiyah- Pengertian
(1)
Maiyah adalah di mana saja kita berada - di rumah, ditempat bekerja, di rumah ibadah maupun
dipasar, dijalan dan di manapun saja - selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh. Kapan saja
kita sadar maupun tidur, di pagi hari, siang, sore, atau malam hari - selalu kita bersama.
Maiyah adalah membangun perlawanan Badar yang sabardan berilmu matang terhadap segala
tindakan membangun rumah-rumah yang menjauhkan manusia dari Alloh dan Rosululloh,
terhadap konsep pasar dunia yang menyepelekan Alloh, terhadap manajemen penataan
kehldupan yang mendhalimi Alloh dan Rosululloh.
(2)
Maiyah adalah dengan siapapun saja kita berada - dengan keluarga, dengan teman-teman,
dengan masyarakat, bahkan ketika kita sedang berada di tengah makhluk-makhluk Alloh yang
memusuhi kita - selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh.
Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala kekuasaan
yang tidak menghadirkan Alloh dan Rosululloh didalam bangunan kelarga-keluarga manusia,
didalam peta pergaulan masyarakat.
(3)
Maiyah adalah apapun yang kita alami- kegernbiraan atau kesedihan, kekayaan atau
kemiskinan, kesepian atau tidak kesepian, di kesunyian atau di keramaian, dalam keadaan
sehat atau sakit, dalam kekalahan atau kemenangan - selalu kita bercama Alloh dan
Rosululloh.
Maiyah adalah pedawanan Badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala macam
sistem dan ideology kehidupan yang membangun kesedihan manusia, yang rnemiskinkan
manusia di tengah luasnya rahmat dan rizqi Alloh, yang mengucilkan kemanusiaan, yang
menyakiti dan menyakitkan manusia, yang memenangkan energy setan dan menindas Rahman
Rahim Alloh didalam bangunan negeri dan negara manusia.
(4)
Maiyah adalah apapun sebab-sebab kehidupan yang menimpa kita - ketika dijunjung atau
dicaci, ketika dipuji atau dihina, ketika ditemani atau dikucilkan, ketika diangkat atau dijatuhkan,
ketika disayang atau tak diperdulikan, ketika disapa atau diacuhkan, ketika diberi atau dicuri-
1 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
akibatnya hanya safu: ialah selalu kita bersama Alloh dan Rosululloh.
Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan beilmu matang terhadap segala jenis
kebudayaan, segala jenis benda teknologi, sastra dan lagu, kesenian dan kerajinan, berita dan
hiburan - yang menjunjung kebodohan dan mencaci ilmu, yang memuja kekonnyolan dan
melecehkan derajat manusia, yang membiayai besar-besaran kehinaan nilai, yang
menghancurkan kehormatan makhluk Alloh, yang mencuri Rahmat Alloh untuk kepentingan
sendiri.
(5)
Maiyah adalah apaun yang kita jumpai atau menjumpai kita - batu, air langit, dedaunan,
cahaya, kegelapan, kaca, keburaman, peristiwa, sejanah, revolusi dan amuk, peluru, otoritas
yang memalsukan kekuasaan Tuhan, angin, nafas dan seluruh badan kita sendiri - rnembawa
kita untuk selalu bersama Alloh dan Rosululloh.
Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan berilmu matang terhadap segala bentuk
kekuasaan dan pemerintahan yang memperlakukan alam dan kehidupan manusia untuk makar
kepada kehendak suciAlloh yang diinformasikan melalui Rosululloh.
(6)
Maiyah adalah apapun yang mengepung kita dan menyerbu kita - roh halus, jin setan, energy
liar, santet dan tenung, dzat-dzat makar, rudal, kelicikan penguasa, kesombongan cendikiawan,
getarangetaran kejahatan dalam ilmu dunia dan kendaraan informasi, nafsu kaum munafiqin,
tipuan kaum musyrikin dan Eyuan kaum dholimin – tidak mengakibatkan apa-apa kecuali
istiqamah kebersamaan kita dengan Alloh dan Rosululloh.
Maiyah adalah perlawanan Badar yang sabar dan ilmu matang untuk membangun Daulah
Maiyatullah, kebersamaan dengan Alloh dan Rosululloh, kerajaan syukur kepada Alloh dan
pemerintahan terima kasih kepada Rosululloh, beriringan dengan idzinillah dan qudntillah
membaur seluruh alam dan kehidupan manusia bersama Rosululloh untuk bertasbih dan
bersujud kepada Alloh.
Maiyah- Luasan
Maiyah Putih
Warga Kiai Kanjeng Sepuh berkeliling ke mana-mana, ke rumah-rumah masyarakat, ke
alun-alun, lapangan masjid atau kelurahan, gedung olah raga, jalan raya, trotoar atau dimana
pun saja: melakukan ma'iyahan- Bercelana putih, berbaju putih, bertutup kepala putih. Belum
tentu karena mereka orang"alim (istilah ini sungguh menggelikan), religius, rajin shalat,
suntukwiridan. Pakaian putih-putih itu bukan kostum pentas, dan sama sekali tidak
diperuntukkan bagi siapa pun yang melihatnya. Pakaian putih itu mereka peruntukkan bagi diri
mereka sendiri. Mereka itu orang-orang yang mengerti bahwa hidup mereka masih kotor,
masih banyak dosa dan maksiat, kepada rnanusia maupun maksiat kepada Alloh. Maka
mereka
memerlukan dorongan dan rangsangan untuk melaukan proses pembersihan diri "reresik'.
Maka putih-putih itu mereka tujukan kepada suasana hati dan konsentrasi pikiran mereka
2 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
sendiri, agar kalau bisa jangan menerus-neruskan yang kotor-kotor, yang belum tentu baik dan
benar, yang tidak sejati dan tidak abadi.
Jadi benar-benar pakaian putih itu bukan show costume bagi para penonton atau siapapun,
melainkan untuk dirinya sendiri. Kalau pun kepada Tuhan mereka persembahkan putih-putih
itu, bukan untuk melaporkan kesucian, melainkan justru untuk mengakui kehitaman.
Maiyah Bunyi
Mereka membara alat-alat musik dan bernyanyi-nyanyi, terkadang berteriak-teriak, disaat lain
menggeremang atau bahkan memekik. Apa gerangan yang mereka bunyikan?
Nyanyian-nyanyian bersama kepada Allah swt. Tidak kita sebut untuk Allah swt. Sebab kalau
bernyanyi kepada Allah swt, bisa kita lakukan dimana saja tanpa harus menghadap Allah swt,
asal nyanyiannya kita peruntukkan bagi Allah swt. Kata kepada dipilih untuk menggambarkan
dinamika proses, suluk -menempuh perjalanan rohaniah - menuju atau kepada Allah swt. Jadi
tatkala mereka memekik-mekik, sesungguhnya hati mereka berlari sekencang-kencangnya ke
keharibaan Allah swt - tentu dengan rasa malu yang sangat atas banyak dosa- dosa.
Kenapa shalawatan, wiridan, berdzikir, mengaku dosa kok pakai musik? Karena manusia itu
khalifaftullooh, mandataris yang ditunjuk oleh Allah swt untuk mengurus dirinya sendiri dan
alam semesta. Khalifah itu pengelola, manager, direktur kehidupan, eksekutif badan pelaksana.
Para khalifah alias direktur-direktur ini menentukan apakah saron dibunyikan untuk mengiringi
tayuban atau memperindah pemyataan cinta kepada Allah swt. Mereka yang mengambil
keputusan apakah biola digesek, keyboard dipencet, seruling ditiup, perkusi ditabuh, terbang
ditampar - untuk memeriahkan tarian atau lagu-lagu yang tidak terjamin keamanannya di
depan pandangan nilai Allah swt, ataukah dipakai untuk memperasyik lagu pujian-pujian atas
keagungan Allah swt. Tentu saja, asalkan jangan lantas orang adzan diiringi biola, orang sholat
ditabuhi pakai gendang, orang thawaf diiringi genderang massal.
Mai'yah bukan ibadah mahdloh. la hanya kegiatan budaya yang menggali inspirasi dari Agama.
la hanya mereligiuskan pelaku budaya. la hanya aktivitas sosial budaya yang tidak merelakan
dirinya kalau hanya diperuntukkan buat yang bukan Allah. Karena Sabbaha lillahi maa fis
samaawaati wa maa fil ard, seluruh makhluk yang dilangit dan di bumi ini bertasbih kepada
Allah sr*t. Dan para khalifah Kiai Kanjeng Sepuh tahu, bahwa yang bertasbih kepada Allah itu
bukan Jin dan Manusia, tapi juga benda-benda, saron, biola, seruling, terbang, bahkan capung,
rumput, daun-daun kering. Bukankah Allah tidak menggunakan kata man fis samaawaati,
nelainkan maa fis samaawaati.
Maiyah Kata
"lnna ma'ya Robbi", tutur Musa, Nabi alaihissalaam, untuk meyakinkan ummatnya bahwa Allah
ada bersamanya. Muhammad Rasululaah saw, juga menggunakan kata sama - di gua Tsur,
tatkala dikejar-kejar oleh pasukan musuh -untuk menghibur dan memelihara iman Abu Bakar,
sahabat beliau, Sayyid kita Rodlialloohu 'anhu : "La takhof wa la tahzan, innalloha ma'anaa".
Jangan takut jangan sedih, Allah ada menyertai kita.
Jadi, asal usulnya dan ma'a. artinya, dengan, bersama, beserta. Ma'iyyatullaah, kebersamaan
dengan Allah. Ma'iyyyah itu kebersamaan, Ma'anaa bersama klh. Ma'iya, bersamaku. Lantas
kata-kata dan bunyi Arab itu 'kesandung' oleh lidah etnik kita menjadi Maiya, atau Maiyah, atau
Maiyahan. Mengenai lbu Bapakmu, hal anak cucu para keponakan dan sanak famili, tentu kau
ucapkan lnnahum ma'tya, sesungguhnya (mereka) bersamaku. Bersamaku artinya bukan ke
3 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
Maiyah Sosial
Kepada teman-teman, kepada para tetangga, kepada sesama ummat, masyarakat, warga
negara, sesama manusia, apapun saja sukunya, bangsanya, golongannya, kelompoknya,
organisasinya, kepercayaan dan pendapatnya – tidak layakkah, atau bahkan tidak
seyogyanyakah, atau siapa tahu tldak haruskah - engkau dan aku ucapkan dan ikrarkan juga: :
Innahum ma'iya, sesungguhnya mereka semua ada bersamaku, dan sesungguhnya aku ada
bersama mereka?
Kiai Kanjeng Sepuh berkeliling ke mana-mana, menembus berbagai sisi, segmen, lapisan,
golongan, wilayah, daerah, dan jenis sosiologis masyarakat untuk menumbuhkan pertanyaan
dan kesadaran inna ma'iya semacam itu.
Adakah dengan tetanggamu, masyarakat dan bangsamu, engkau tidak bersedia tolong
menolong, melainkan mengancam? Tidak bersedia saling setia, melainkan saling khianat?
Tidak mau saling membela, melainkan saling menghancurkan? Tidak siap saling ikhlas
melainkan saling tidak rela? Tidak saling mengharapkan kebahagiaan bagi yang lain,
melainkan diam-diam mensyukuri penderitaan mereka?
Maiyah Bahasa
Bahasa kenegaraan Maiyah itu nasionalisme. Bahasa mondialnya universalisme. Bahasa
peradabannya pluralisme. Bahasa kebudayaannya heterogenisme, atau kemajemukan yang
direlakan, dipahami dan dikelola. Metode atau manegemen pengelolaan itu namanya
demokrasi.
Bahasa ekonomi Maiyah adalah tidak adanya kesenjangan penghidupan antara satu orang
atau suatu kelompok dengan lainnya. Tapi ini terlalu ideal dan utopis: jadi mungkin lebih
realistis kita pakai ungkapan Maiyah adalah proses dinamis menyempitnya atau mengecilnya
jarak atau kesenjangan penghidupan di antara manusia. Diproses secara sistemik-kolektif
jangan sampai ada yang terlalu kaya sementara lainnya terlalu fakir. Kadar maiyah semakin
tinggi dan kualitatif berbanding lurus dengan semakin mengecilnya kesenjangan itu. Di dalam
teori Maiyah nasionalisme, selalu ditemukan adanya banyak pihak, ada banyak wajah, ada
banyak wama, ada banyak kecenderungan dan pilihan. Masing-masing pilihan itu
menggunakan wamanya sendiri-sendiri, wajahnya sendiri-sendi dan kecenderungan
sendiri-sendiri. Setiap mereka menghidupi dan menampilkan dirinya masing-masing. Sehingga
pada semuanya tampak sebagai bhinneka. Berbagai perbedaan itu tidak membuat mereka
berperang satu sama lain, karena diikat dan prinsip ke-ika-an, yakni komitmen kolektif untuk
saling menyelamatkan dan menyejahterakan. Demikianlah berita gembira berdirinya Republik
4 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
lndonesia dulu. Sikap Maiyah di antara berbagai pilihan itu adalah kesepakatan untuk saling
menyetorkan kebaikan dan kemashlahatan untuk semua.
Di era sejarah orde baru, berlangsung policy politik nasional atau strategi kebudayaan di mana
para 'masing-masing' itu dilarang rnenunjukkan kemasing-masingannya. Maksudnya baik,
orang jangan menonjolkan siapa dirinya, bagaimana wajahnya dan apa wamanya. Semua
dipersatukan, diseragamkan, identitas masing-masing disembunyikan semaksimal mungkin.
Ode baru berprinsip Tunggal Ika.
Maiyah adalah Bhinneka Tungga lka. Yang Batak ngomonglah dengan logat Batak. Yang Bugis
ya dialek Bugis. Yang Madura ya cengkok Madura. Tak ada perlunya ditutup tutupi, sepanjang
ada kesepakatan untuk saling melindungi, saling menyayangi dan memproses tujuan
kebahagian bersama.
Yang Budha, berpakaianlah Budha. Yang Katholik, Katholiklah. Yang lslam lslamlah.
Omswastiatu tak usah diganti Padamu Negeri. Haleluya tak usah diganti Tanah Tumpah
Darahku. Shalaatullaah salaamullaah tak usah diganti lbu Kita Kartini- Heterogenitas itu cukup
dijaga oleh satu prinsip: saling memperuntukkan dirinya bagi kebersamaan. ltulah Maiyah.
Maiyah Lingkaran
Dulu Kiai Kanjeng pentas dan diletakkan di panggung. Mereka ditonton oleh penonton. Kiai
Kanjeng Sepuh yang bermaiyah tidak berada di panggung dan tidak ditonton oleh siapa-siapa.
Mereka melingkar, sehingga terserah orang lain akan bergabung menciptakan lapisan-lapisan
lingkaran berikutnya atau tidak. Kiai Kanjeng Sepuh tidak mempertunjukkan musik dan
suaranya kepada penonton. Mereka hanya bemyanyi, bersholawat, benrwirid, membaca puisi,
atau apapun, tetapi yang ada di hadapan mata kesadaran mereka adalah Alloh Swt. Maka
pada kebanyakan momentum selama ber-maiyah, tak seorangpun di antara mereka yang tidak
memejamkan mata. Karena mata wadag hanya sanggup melaporkan penglihatan tentang
hal-hal yang sepele: materi, benda-benda, gedunng-gedung, lembaran-lembaran uang,
kecantikan wanita dan kegantengan lelaki, menara pencakar langit. Dan itu semua bersifat
sementara dan sangat gambar hancur.
Kiai Kanjeng Sepuh serak-serak suaranya untuk Alloh . habis bunyinya untuk mencintai-Nya.
Bemyanyi, membunyikan alat musik, berkeringat, untuk memelihara hubungan dengan Alloh.
Karena Alloh sebagai pengasuh, penyantun, tempat bergantung - tidak bisa diperbandingkan
dengan polisi, tentara, menteri ekuin, presiden, pemerintahan, konglomerat, distribusi modal
atau apapun saja yang dituhankan oleh sangat banyak orang.
Alloh swt berjanji kepada kekasih-Nya untuk menjalankan empat fungsi, asalkan oleh para
kekasih-Nya dibeli dengan taqwa dan tawakkal. Peran pertama, Alloh swt sebagai pemberi
jalan keluar, solusi atas masalah apa saja: coba sebutkan satu masalah yang Alloh tidak
sanggup menyelesaikan!
Peran kedua Alloh sebagai penabur rizqi melalui jalan, cara, metoda dan modus yang
5 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
semau-mau Dia. Sehingga para kekasih-Nya tidak bisa menduga atiau memperhitungkannya.
Para kekasih Alloh swt tinggal terima jadi, terima matang - anugerah rejeki yang mereka beli
dengan *mata uang" taqwa dan tawakkal. Ah, apa sih taqwa? Angen-angen Alloh kapan saja.
Menjadkan Alloh sebagai tuan rumah batin kita. Tawakkal adalah taqwa yang diperdalam,
ditancapkan, dihujamkan terus menerus.
Peran ketiga Alloh swt sebagai manager dan akuntan. Kalau berasmu menipis, jangan
memfitnah dengan mengganggap Alloh swt bersikap acuh tak acuh atas keadaan dapurmu itu.
la managermu, ia atur nafkahmu, ia jamin penghidupan keluargamu. Engkau cukup menyetor
taqwa dan tawakkal.
Peran keempat Alloh swt adalah menjadi humasmu, public relation-mu. Keperluanmu atas
seseorang atau suatu pihak, kebutuhanmu terhadap akses ini atau itu, disampaikan oleh Alloh
kepada yang bersangkutan. Engkau cukup memberi "honor” taqwa dan tawakkal.
Azas Maiyah
1. Segitiga cinta Allah-Muhammad-Manusia
2. Perniagaan Dunia-Akherat ( Untung Rugi dimata Allah )
3. Tidak keliru menentukan cara/jalan dan Tujuan ( Hancur karena enuhankan dunia )
4. Peradaban Lingkaran ( Dari Innalillahi sampai revolusi roda )
5. Kebenaran-Kebaikan-Keindahan ( Komposisi 3 dimensi nilai kehidupan )
6. Langit-Bumi ( Bangunan meninggi dan meluas )
7. Azas maslahat-Mudharot ( identifikasi diri dan perbuatan )
8. Fardhu a’in - fardhu kifayah ( Tahu mana yang utama dan mana yang tidak utama )
9. Mempersatukan muhajirin dan Anshor ( Mentauhidkan kebudayaan )
Ikrar Maiyah
1. Agar supaya kita saling menjamin, bahwa di dalam lingkaran kita tidak ada kotoran
-kotoran batin, kepalsuan niat, kecurangan fikiran, atau apapun yang membuat uhammad
menitikkan ai"rmata dan membuat Alloh mengurangi atau bahkan membatalkan kasih
sayangnya kepada kita.
2. Agar supaya perjalanan hijrah demi hijrah kita tidak disesatkan oleh arus masyarakat,
oleh Alloh atau oleh diri kita sendiri.
3. Agar supaya perjalanan jihad kita tidak disertai oleh dendam dan ketakaburan.
4. Agar suapaya perjalanan ijtftad kita tidak dilalimi oleh rnakfiluk apapun, serta tidak
melalimi diri sendiri.
5. Agar perjalanan mujahadah kita dianugerahi bekal iman dan istiqomah, bekal kekuatan
dan muthmainnah, bekal penghidupan yang barokah, pintu rejeki yang membuka lebar-lebar
aas perjuangan kita, pintu kegembiraan, keasyikan uluhiyah, serta perlindungan dari Quwatihi
wa haulih
Maka:
6 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
- Kami berkumpul melingkar menyanyikan lagu-lagu untuk kekasih-Mu karena ummat
manusia lebih menyukai kepalsuan
- Kami berkumpul menciptakan lingkaran kebersamaan antara harnba-hamba yang
dilemahkan oleh pelaku-pelaku kekuasaan dan keuangan.
- Kami berkumpul merapatkan lingkaran kebersamaan antma hamba-hamba yang dilalimi
oleh kebohongan dan kemunafikan kaum mutakabbirun.
- Kami berkumpul memadatkan kesatuan antara hamba-hamba yang diremehkan dan
kini mengerti bahwa diremehkan. Antara hamba-hamba yang ditindas dan kini mengerti bahwa
ditindas, antan hamba-hamba yffig direndahkan dan kini mengerti bahwa direndahkan, antara
hamba-hamba yang dibuang dan kini mengerti bahwa dibuang.
- Kami berkumpul menghidupi lingkaran kesadaran, kepahaman dan kemengertian akan
dusta dan kebohongan dunia.
- Kami berkumpul membangkitkan pengetahuan dan ilmu bahwa kami dibodohkan,
difitnah, dimusnahkan, dan dibunuh sebelum kematian.
- Kami berkumpul menebar jaring lingkman para pecinta-Mu, para pecinta kekasih-Mu,
para pecinta kesejatian, para pecinta kebenaran yang sungguh-sungguh kebenaran, para
pecinta cinta yang benar-benar cinta
- Kami berkwnpul melingkar bersholawat bersama-Mu serta bersama para malaikat-Mu
untuk manusia agung pilihan-Mu, Muhammad Saw.
- Kami berkumpul merangkai lingkaran ma'iyyatul hubbi, ma'iyyatul haqqi, fii ma'
iyyatillahi'jalla jalalah
Negeri Maiyah
Bermaiyah:
Kepada Alloh
kepada Rosululloh
kepada Aulia & Ulama
Kepada diri sendiri
Kepada sesama Jamaah Maiyah
Kepada sesama Kaum Muslimin
Kepada sesama saudara sebangsa
Kepada sesama ummat manusia
Kepada negara dan pejabat
Kepafa alam/bumi/tanah air
Bermaiyah:
Mental (nafsiayah)
Moral (khuluqiyah)
Intelektual ('aqliyah)
Spiritual (ruhaniayah/
BERMAIYAH
Btldang kemanusiaan
Bidang sosial budaya
7 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
Bidang ekonomi
Bidang politik dan negara
Kali ini kita memfokuskan diri untuk membicarakan sholawat secara umum. Tetapi terlebih
dahulu kita catat dan tegaskan satu hal mendasar mengenai sholawat sebelum mengembarai
sisi-sisi lainnya. Sebagaimana sholat, puasa, zakat, haji dan jenis ibadah lainnya, sholawat itu
bukan agama dan bukan tujuan dari apa yang kita lakukan itu sendiri. Sholawat hanya
berposisi - seperti sholat, puasa, zakat, dan haji – sebagai alat dan cara untuk mengantarkan
kita pada tujuan sejati yakni dekat dengan Alloh serta berdampingan dengan Rosululloh Saw.
Meskipun tentu saja sholawat tidak berkedudukan seperti ibadah sholat dan puasa yang
mahdhoh dan merupakan rukun lslam. Sholawat merupakan thoriqah atau jalan untuk
mengintensifkan dan memperdalam hubungan batin kita dengan, Wtama Alloh Swt dan kedua
Rosululloh Saw. Oleh karena itu yang terpenting dan yang menjadi tolok ukur adalah apakah
dengan metode-metode sholawat ini kita menjadi makin dekat dengan Alloh dan Rosululloh
atau tidak.
Karena tidak ada seseorang yang sungguh-sungguh sanggup dan bisa menilai orang lain maka
kita sendirilah yang dalam hati dan batin kita masing-masing harus memacu menggembalakan
diri sendiri (ngengon awake dhewe) dan rajin meniti perkembangan mutu hubungan kita
dengan Alloh dan Rosululloh. Maka makin banyak kita mengingat Alloh dan Rosululloh dengan
dan dalam sholawat makin bermanfaatlah apa yang kita lakukan dengan sholawat-sholawat
yang kita baca.
8 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
tegaskan bahwa perintah ini pun la sendiri (bersama malaikat-Nya) yang memelopori
perwujudannya. la berbeda dengan perintah-perintah Alloh lainnya. Kalau kepada hambanya la
menyuruh bersembahyang. Alloh sendiri tidak perlu bersembahyang. Kalau Alloh
memerintahkan hambanya untuk berzakat, Beliau sendiri tentu tidak perlu berzakat. Kalau Alloh
meminta kita untuk berpuasa Alloh sendiri tentu tidak terkenai kewajiban berpuasa. Alloh tidak
melakukan apa yang diperintahkan Dirinya kepada hamba-hambanya.
Tetapi khusus dalam soal sholawat Alloh berpenampilan agak berbeda. la yang menyerukan, Ia
yang mengasih contohnya. Alloh beserta para malaikat-Nya bersholawat kepada Rosululloh
Saw. Demikian besar dan agungnya cinta Alloh kepada kekasih-Nya yang bernama
Muhammad itu sehingga la sendiri mau bersholawat kepadanya dengan memposisikan diri
bukan hanya sebagai yang punya perintah tapi juga sekaligus pelopomya.
Tak hanya itu, kita juga perlu melihat cintanya Alloh kepada Muhammad dari kenyataan bahwa:
kalau kita bersembahyang kita mempunyai dua kemungkinan, diterima oleh Alloh atau tidak.
Begitu juga kalau kita berpuasa, berzakat atau mengerjakan ibadah yang lainnya. Tetapi kalau
kita bersholawat itu pasti diterima oleh Alloh sekaligus pasti sampai kepada Rosululloh. Dari sisi
kita - hamba Alloh dan ummat Muhammad - sholawat merupakan ungkapan terima kasih tiada
tara kepada Rosululloh Saw yang telah memandu dan memimpin perjalanan kaum Muslimin
kepada Alloh Swt. Ungkapan cinta kita kepada Rosululloh itu sekaligus juga merupakan
perwujudan cinta kita kepada Alloh. Mustahil kita mencintai Alloh Swt, tanpa mencintai
Rosululloh Saw. Sebab RosulullohJah hamba yang paling dicintaioleh Alloh.
Segera kita catat dari ayat tersebut bahwa, pertama Rosululloh itu orangnya tidak tegaan.
9 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
Kalau kita menderita, Rosululloh sangat ikut menderita dan bersedih. Bila kita susah, maka
Rosululloh-lah yang pertama-tama turut merasakan kesusahan itu.
Kedua, Rosululloh itu langsung diberi oleh Alloh dua sifat yang diambil dari sifat-Nya yaitu
roufur-rokhiim. Kalau umumnya kita memakai sifat Alloh misalnya untuk kepentingan
memberikan nama maka kita hanya diizinkan menggunakannya dengan syarat harus diimbuhi
dengan misalnya kata Abdul. Misalnya: Abdul Mafik, Abdurrahman, Abdul Aziz dan seterusnya.
Tetapi khusus untuk Rosululloh, Alloh memberinya sifat kepada Beliau dengan dua sifat-Nya
yakni roufur-rokhiim. Tentu saja Alloh memahkotainya dengan dengan dua sifat tersebut karena
memang Rosululloh layak menyandang dua sifat itu. Karena kepribadian Rosululloh sangat
mencerminkan mutu sifat itu, lebih lebih dalam hubungannya dengan umatnya. Jadi kedekatan
Rosululloh itu sedemikian dalamnya dan sedemikian ruhaniahnya. Begitulah kualitas pribadi
dan cinta Rosululloh kepada kita.
Segitiga Cinta
Seraya menegaskan kepada sudara-saudara kita yang barangkali cemas kepada sholawat
bahwa pertama, sholawat itu tidak menuhankan Muhammad. Kedua, sholawat itu tidak
menganggap Muhammad sebagai anak Tuhan. Kita mempelajari bahwa sesungguhnya yang
terjadi adalah adanya segitiga cinta. Di titik atas ada Alloh, di titik kanan ada Muhammad Saw
dan di titik kiri ada kaum Muslimin. Masing-masing titik itu disambungkan oleh garis sedemikian
rupa sehingga terbentuk segi tiga. Dan segi tiga itu akan bermuatan cinta, sehingga bisa
disebut segitlga cinta. Nah, sekarang kita lihat. Pada garis pertrama, antara Alloh dengan
Rosululloh. Alloh sangat mencintai Muhammad Saw dan sebaliknya Muhammad pun sangat
mencintai Alloh sehingga beres aliran cintanya. Kemudian pada garis kedua antara Alloh
dengan kaum Muslimin, Alloh sangat mencintai kita, tetapi kita kadang ogah-ogahan kepada
Alloh. Sehingga Alloh sering mengeluh, "Lho, Engkau ini bagaimana wahai jin dan manusia,
Aku yang menciptakan Engkau, tapi Engkau menyembah yang selain aku. Aku yang
memberimu rizki tapi kamu berterima kasih kepada yang selain aku."
Lantas garis yang ketiga, antara Muhammad dengan kita. Muhammad sangat mencintai kita.
Muhammad melakukan tirakat untuk kita dan agar do'anya tentang kita dikabulkan oleh Alloh,
Muhammad menempuh puasa sedemikian rupa supaya Alloh pakewuh kepada Muhammad
tertama yang menyangkut nasib kita. Mengapa demikian? Selain Alloh pada pihak pertama,
Muhammad juga punya kekasih berikutnya yaitu para sahabat. Yakni mereka yang hidup
sejaman dan pernah bertemu dengan Rosululloh semasa hidupnya. Sedangkan yang tidak
bemasib seperti sahabat alias yang hidup sesudah Rosululloh wafat itu bemama ummat lslam.
Para sahabat sudah jelas nasibnya. Mereka hidup bersama-sama dengan Rosululloh berjuang
dan lara lapa. Rosululloh sangat mencintai mereka dan selalu mendoakan mereka. Lantas
bagaimana dengan ummat lslam ini yang hidup setelah ditinggal wafat Rosululloh. Siapa yang
mendoakan mereka?
Nah, Rosululloh itu tidak tega untuk meninggal dunia tanpa meninggalkan atau mewariskan
mekanisme kabulnya doa atas nasib kita semua. Jadi bagaimana Alloh akan mengabulkan doa
kita kalau kita tidak melangsungkan lalu lintas segi tiga cinta itu. Dengan begitu mencintai
Muhammad yang misalnya kita ungkapkan lewat sholawat adalah penyikapan yang logis, adil
dan sewajamya saja terhadap kasunyatan perhubungan cinta antara Alloh, Muhammad dan
10 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
kita. Demikianlah doa kita akan sampai arusnya kepada Alloh kalau melewati Muhammad.
Sebab bagaimana mungkin Alloh mengabulkan do'Alloh kita kalau kepada kekasih-Nya kita
bersikap acuh tak acuh. Alloh ini sangat pencemburu dan romantis. Alloh menghendaki
keindahan pergaulan antara diri-Nya, Kekasih-Nya dan kita.
Sholawat membikin Akal Basah oleh Hati dan Hati Tegak oleh Akal
Untuk menjelas kalimat di atas kita memakai acruan salah satu ayat suci Al-Qufan yang sudah
sangat terkenaf yakni La Yamassuhu lllal Muthohharun. Ayat ini lazimnya ditafsir secara fisik
bahwa kalau kita sedang batal alias dalam kondisi tak berwudhu maka tidak diperbolehkan
untuk menyentuhnya. ltu benar sekali, terutama dari segi fiqih. Tetapi mari kita luaskan makna
dan tafsir ayat tersebut misalnya dengan memahaminya begini: Kita tidak akan bisa
bersentuhan dengan makna, hikmah, rizqi, barokah dan segala macam kandungan Al-Qur’an
jika kita tidak mengusahakan diri kita untuk terlebih dahulu muthohhar atau tersucikan.
Tersucikan ilu bahasa lainnya adalah tercerahkan. Dan soal cerah mencerahkan ini Alloh sudah
sejak dulu menawari manusia untuk bisa mencerahkan diri. Tercerahkan di bidang apa? Kita
lihat dulu secara sederhana struktur jiwa manusia.
Dalam jiwa manusia ada tiga sisi atau unsur terpenting yakni akal, spiritual, dan mental. Oleh
karena itu bisa dikatakan bahwa ketercerahan itu meliputi tiga sisi tersebut. Jadi tercerahkan
secara akal atau muthahhar aqliyah, tercerahkan secam spiritual atau muthahhar rukhiyyafi dan
tercerahkan secara mental atau muthahhar nafsiyyah. Ketiganya akan memproduk
ketercerahan akhlak atau muthahhar akhlaqiyyah. Umumnya orang hanya memiliki sebagaian
saja dari ketercerahan tersebut. Ada yang tercerahkan secara aqliyyah tetapi tumpul secara
spiritual dan mental. Ada yang tercerahkan secara spiritual (mletik hatinya), tetapi gagap secara
intelektual alias sempit wawasannya serta tidak kokoh mentalnya. Juga tak ketinggalan ada
yang tercerahkan secara mental tapi buta secara intelektual dan spiritual.
Demikianlah kalau kita tidak mengupayakan diri agar utuh ketercerahannya maka kita akan
tidak bisa bersentuhan dengan Al-Qur'an. Nah, bersholawat adalah salah satu jalan untuk
mengutuhkan ketercerahan itu, agar kaffah. Agar tak cuma sesisi saja. Sholawat membikin
akal basah oleh hati dan hati tegak oleh akal. Sholawat Metode mengambil jarak dari
Kesibukan Kerja Keras Sehari-hari
Ketika kita suntuk bekerja atau melakukan sejumlah pekerjaan entah yang rutin atau yang tidak,
umumnya kita mempunyai kecenderungan untuk capek, jenuh dan yang terpenting barangkali
juga potensial mengidapkan pada diri kita keterasingan tertentu terhadap apa yang kita
kerjakan. Pada saat seperti ilu yang kita perlukan tak sekedar istiharat dan rekreasi tetapi yang
terpokok adalah pengambilan jarak terhadap situasi dan keadaan semacam itu agar kita bisa
lebih mengendapkan batin dan pikiran, supaya segar jiwa kita dan siap melanjutkan
pekerjaan-pekerjaan berikutnya. Demikian siklus wajar kemanusiaan yang dialami oleh orang.
Dalam memenuhi kebutuhan untuk rekreasi dan pengambilan jarak itu orang menempuh
banyak hal mulai yang positif sampai yang negatif. Yang positif misalnya orang pergi rekreasi
menikmati suasana alam di pantai atau di gunung, plesir ke luar kota dan sebagainya. Yang
negatif umpananya orang menenggak minum-minuman keras, atau berjudi. Nah, sholawat
hadir sebagai salah satu pilihan yang posffi praktis, berdimensi dunia akherat langsung, dalam
memenuhi kebutuhan untuk pengambilan jarak tersebut. Meskipun tentu saja ini hanya satu sisi
11 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
belaka dari sekian dimensi sholawat yang sudah ada dan akan diuraikan singkat dalam tulisan
ini.
Sholawat? jauh lebih positif seerra medis, moral-sosial, keilmuan dan ukhrawi daripada
menenggak narkoba atau bahkan dibanding nonton film sekalipun. Dengan menikmati
sholawat-sholawat kita akan memperoleh kenikmatan dan kepuasan batin yang lnsya AIIoh
lebih ruhaniah dan sejati. Sholawat merupakan jalan yang lebih selamat dan menyelamatkan
ditinjau dari berbagai sisidan sudut.
Dari sholawat Nurul Musthofa, selain kita peroleh keindahan dan kenikmatan bercinta dengan
Muhammad, kita juga peroleh ilmu pengetahuan. llmu tentang apa? lalah ilmu tentang sejarah
penciptaan alam semesta. Yang barang kali ilmu pengetahuan modem sekarang ini belum
mencapai dan mengatakannya. Bahwa makhluk pertama yang diciptakan oleh Alloh bukan
siapa-siapa melainkan Nur-Muhammad tadi.
Dari sholawat ini tinggal kita cari proyeksinya dalam hidup sehari-hari kita. Artinya
sesungguhnya kita mempunyai potensi ke-Hasan-an dan ke-Husain-an sendiri-sendiri di
berbagai bidang kehidupan kita masing-masing. Dan kalau kita mengalami kedhoifan,
kemustadhafinan, keghoriban (keterasingan) dan kemadhluman sebagaimana yang menimpa
diri Sayyidina Ali, Hasan dan Husain maka itu berarti Alloh menjanjikan sungai susu di surga.
Sebagaimana dalam kasus Abu Bakar menebus Bilal dari perbudakan Muawwiyah maka dalam
12 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
kehidupan sehari-hari, kita bisa mbatin dan mendiskusikan sekarang ini siapa Hasan dan
Husain-nya? Muawwiyah-nya siapa? Orang ini akan menjadi Hasan dan Husain atau
Muawwiyah dan seterusnya. Demikianlah sholawat-sholawat mempunyai relevansi dengan
kehidupan kita.
Kata seni baru muncul ketika orang-orang (modem) mencoba menarik dan mengambil jarak
dari dirinya sendiri kemudian menatapnya dari kejauhan., lantas mereka mengatakan dan
merumuskan dirinya sendiri seraya memunculkan nama-nama untuk memberi tanda bagi
bagian-bagian hidupnya. Maka muncullah istllah: ini seni, ini sosial, ini hukum dan lain
seterusnya. Dalam keberagaman yang total sudah tak terasa lagi apakah ini agama atau seni.
Yang menjadi masalah dan tentunya adalah apakah sesuatu ifu benar atau tidak? Apakah
sesuatu itu semakin mendekatkan kita kepada Alloh dan Rosul-Nya atau tidak?
Dalam acara-acara sholawat kita mencoba untuk tidak memakai cara berpikir seperti
pertunjukkan dengan menghancurkan batas antara keduanya. Tak ada penonton, tak ada
pementasa. Yang ada adalah kebersamaan, saling mensubyeki acara sholawat. Artinya, kita
semua adalah satu himpunan, satu keluarga. Tidak sebagaimana dahm pertunjukkan modem
itu. ftulah beda antara acara sholawatan (yang bersama-bersama) dengan dunia seni modem.
13 / 14
Maiyah - Bangbangwetan
Written by Administrator
Tuesday, 13 October 2009 20:58
dalam otak kita. Sehingga semakin rajin kita bersujud akan semakin jemih pikiran dan otak kita.
Kecuali jika kita merusaknya lagi. Di sini letak pentingnya ilmu. Banyak orang bersembayang
tetapi tetap saja rusak dan tidak menghasilkan munculan-munculan yang bermanfaat di
masyarakat. Apa pasalnya? Soalnya mereka bersembahyang tanpa dilandasi dan dilengkapi
dengan ilmu - dalam pengertian yang lebih luas dari fiqih. Mereka hanya menjafani dan
mengalami rahmat sholat tapi tidak mengilmui-nya sehingga yang lahir bukannya barokah
melainkan ketidakmanfaatan dan ketidakkaffahan dalam menempuh hidup. Itulah sebabnya di
samping melakukan dan menikmati (rahmat) sholawat, kita juga mengembarai cakrawala ilmu
sholawat yang amat luas, mulai dari yang sederhana sampai yang menyangkut hal-hal medis
dari sholawat yang orang lain belum tentu menyetujuinya, agar bukannya hanya rahmat yang
kita punya tapi juga barokah - sebagaimana tulisan inidiniatkan dan tujukan.
14 / 14