PARIGEUING
GAYA KEPEMIMPINAN PRABU SILIWANGI
pemimpinya. Bila setiap kaum ada pemimpinnya, tak pelak lagi orang Sunda pun
Lalu untuk urang sebagai suatu bangsa, siapakah gerangan tokoh pemimpinya?
Syah dan ada satu nama teramat kharismatik, dikenal, dikenang dan selalu
Nama yang menjadi buah bibir dan panutan batiniah urang sunda itu
lainya adalah Jayadewa, Prabu Guru Dewataprana, Sri Sang Ratu Dewata,
keukeukbingan raja sunu, manah rasa dikenal pual dengan jujukan SRI BADUGA
PURWA CARITA
pemikiran kita, agar tidak mandeg. Menyadarkan kita pada kelengahan, bahwa
ada alur perjalanan yang harus kita tempuh dalam pengembaraan seorang hamba
Allah ditanah rantau ini, sebab kampung halaman kita adalah ‘disana’. Pada
bumi ini.
setiap kaum mempunyai pemimpinnya. Kita paham pula bahwa setiap pemimpin
Bila setiap kaum ada pempimpinnya, tak pelak lagi orang Sunda pun tentu
kepemimpinannya.
Intisari kepemimpinan adalah kualitas tingkah laku dan kemampuan
individu dalam berinteraksi social untuk mencapai suatu tujuan yang disepakati
bersama.
yang harus dibina dengan kelompoknya (concern for people) dan berorientasi
bersifat utopis, tidak mengada-ada, tetapi harus argumentative. Akan jauh lebih
ada satu nama sangat kharismatik, dikenang selalu dirindukan orang Sunda.
Nama yang menjadi buah bibir dan panutan batiniah Urang Sunda itu
Keukeumbingan Raja Sunu, Manah Rasa dikenal pula dengan julukan SRI
BADUGA MAHARAJA memerintah kerajaan Pajajaran 1482-1521 M. setelah
Rasa hormat dan bangga kepada sang tokoh ini terpancar pula dari
Siliwangi, Kodam III Siliwangi. Silsilah para menak Sunda akan selalu
dihubungkan dengan nama sang tokoh ini. Beragam kegiatan masyarakat pun tak
Maka ketika terjadi “sesuatu hal” pada situs prasasti batutulis yang
sunda.
Mengapa Urang Sunda begitu tersinggung dalam kejadian itu? Tidak lain
prasati ini sangat penting dalam perjalanan sejarah Sunda, karena isinya
menunjukan jasa dan pengabdian Raja Sunda, Sri Baduga Maharaja alias Prabu
Siliwangi.
Siliwangi sampai saat ini pun masih sangat dihormati dan dimuliakan orang
sunda.
NASKAH SUNDA KUNA “SANGHIYANG SIKSA KANDA’NG
KARESIAN”
Pada tahun 1987 telah terbit satu buku alihtulis/alih bahasa dari naskah
Sunda Kuna Sanghiyang Siksa Kanda’ng Karesian (SSKK), karya Drs. Saleh
Danasamita dkk. Pakar filologi dan sejarahwan Sunda. Buku tersebut diterbitkan
lembar daun lontar. Bertitimangsa tahun 1518M tanpa diketahui nama penulisnya.
Naskah aslinya disimpan di muium Nasional Jakarta dengan nomor kropak 630.
mengenai kehidupan orang Sunda pada masa lampau. Begitu lengkap informasi
Bila kita simak, SSKK ditulis tahun 1518 dan itu berarti pada kurun waktu
1521 M). Jadi keberadaan naskah SSKK tentulah diketahui beliau. Bukankah
pada masa itu masih sangat terbatas orang yang mampu menulis? Malah tidak
mustahil penulisan naskah SSKK-pun atas perintah beliau. Kalau pun tidak
demikian, tidak syak lagi penulis begitu jeli melihat keadaan masyarakat dan
pemerintahan pada masa itu, sehingga semuanya terekam dalam SSKK dengan
cermat.
Kita paham bahwa dari sebuah judul buku dapat tergambarkan apa
substansi yang dikandung dalam keseluruhan isi buku tersebut. Begitu pula
dengan SSKK bila kita uraikan menurut arti dan makna leksikal, penamaan
terhormat.
(yang dimuliakan).
yang berpengetahuan.
bahwa SSKK ditulis pada jaman Prabu Siliwangi bertahta di Pakuan Pajajaran.
Karena itulah dengan tetap hati PARIGEUING saya sebut sebagai Kepemimpinan
dipimpinnya.
ingin dicapainya.
kehidupan kesehariannya.
(Parigeuing adalah cara memerintah dan menyuruh dengan bahasa yang santun
para komunikan secara baik, santu dan benar sesuai dengan yang sekarang
disebut Hak Asasi Manusia (HAM) dan Kewajiban Azasi Manusia (KAM) yang
terampil dan mampu memanfaatkan aspek bahasa sebagai alat komunikasi, baik
artinya sesuatu menjadi baik atau jelek karena perkataannya. “Hade Gogog Hade
Tagog”. Artinya santu bicaranya, anggun tampilannya “Ratu kudu saciduh metu
saucap nyata” pemimpin itu antara ucapan dan perilakunya harus berkesuaian.
Karakter pemimpin
hidup dan kehidupan yang sejahtera, bermartabat dan penuh dengan rahkmat
Sang Pencipta. Dalam bahasa yang kita kenal sehari-hari menurut idiomatic
lebh hina dibandingkan dengan kulit musang yang berbabu busuk yang
Sumber Daya Manusia agar bermanfaat. Tugas Sang Resi untuk menuntun
(garis batu), yaitu taat dan patuh dalam menjalankan hukum. Seibarat
membuat guratan diatas permukaan batu, begitulah adanya tidak bisa dan
tidak boleh direkayasa. Bila dilaksanakan secara konsisten, maka
Bila setiap orang terlebih bagi seorang pemimpin ada empat tatanan hukum
yang harus dipegang teguh dalam membuat kebijakan atau pun dalam berperilaku.
memenej orang yang dipimpinnya. Pada awalnya pemimpin akan memulai dengan
kemampuan utama, yaitu sebagai LEADER (yang menentukan arah dan tujuan
DASA PASANTA
yang baik agar orang yang diperintah bisa melaksanakan tugasnya dengan
optimal.
kepercayaan dirinya.
bisa berbagai macam, yang penting ada respon atas pekerjaan mereka.
Kaidah Dasa Pasanta di atas, bila kita simak dengan teliti, ternyata
Tidak dalam kondisi hubungan majikan-buruh yang kaku dan tegang. Malah bila
ditelusuri lebih jauh, konsep Dasa Pasanta ini menggunakan proses komunikasi
yang SILIH ASIH – SILIH ASAH dan SILIH ASUH (SILAS, 3 SA) yang
kesehariannya, dan itu semuanya akan sangat bergantung kepada karakter, tabiat
atau kepribadian yang melekat pada diri seseorang. Sementara orang beranggapan
bahwa karakter, tabiat dan kepribadian merupakan talenta yang azali; tetapi
talenta positif itu bisa lebih dioptimalkan dengan latihan yang terencana. Maka
PANGIMBUHNING TWAH
berkarakter panutan.
Ada dua belas unsur Pangambuh ning Twah yang harus menjadi penanda
mahi, loba nyesa; bisa ngeureut neundeun”. Seseorang yang terbiasa untuk
2. Imeut, = teliti, cermat, disebut sebagai “kudu nastiti taliti tur ati-ati; ulah
percuma.
menenun kain, sehari sehelai kain yang tersulam indah permai. Ketekunan
selalu berkelindan dengan kesabaran. Hidup adalah proses, tidak pernah ada
Setinggi apapun kualitas jati diri seseorang, tetapi bila tidak berani tampil
jam terbang seorang pilot, maka sangat membantu dalam mengatasi cuaca
buruuk yang menghadangnya. Begitu pula s eorang tanpa berbekal etika dan
empati dalam pergaulan, perasaan simpati dan empati pun akan menghilang
dengan perlahan-lahan.
6. Morogol-rogol = bersemangat, beretos kerja. Semangat hidup, keinginan
ruhaniah yang memompa talenta positif kita untuk bisa diaktualisasikan dalam
yang benar.
tanpa ada perjuangan; tidak ada tanpa keyakinan tanpa pengorbanan, tidak
Kita kan selalu bertemu dengan beragam corak insane, multi rteligiosistas,
multi etnis dan multi sosio-kultural. Kesalehan social sangat diperlukan Urang
Sunda bilang “smoeah hade ka semah, tapi ulah rek balangah. Rejeki pabagi-
adalah momentum yang datang silih berganti, tetapi sulit dapat diprediksi
kapan terulang kembali. Maka hanya orang-orang yang
12. Langsitan = (rapekan), segala bisa, pro aktif. Kehidupan ini nyatanya
penuh dengan serba tantangan dan kesempatan yang datang silih berganti.
Di samping penanda diatas yang harus dipunyai seitap insane, terutama bagi
yang berkehendak untuk menjadi pemimpin; didalam SSKK pun disebutkan pula
secara tegas bahwa 4 karakter yang tidak boleh dipunyai seseorang yang ingin
mempunyai charisma. Saya sebut keempat karakter negative tsd. Dengan istilah
OPAT PAHARAMAN
Dalam Paparan Dasa Pasanta dan Panimbu nin Twah diatas, dapat disimak
seorang pemimpin.
dalam SSKK disertakan pula empat karakter yang sama sekali tidak boleh melekat
pada diri setiap pemimpin, termasuk pula pada setiap orang Sunda.
Empat jenis karakter yang sangat tercela itu saya sebut dengan Opat
hilang kesempatan untuk meraih keberhasilan.. ornag lain akan sangat merasa
Cara berpikirnya se ring sangat sempit, arogan, cepat marah dan selalu ingin
kehilangan kesempatan dalam segala hal. Tidak bisa bekerjasama. Sering puas
diri.
kehilangan etos kerja. Tidak disenangi orang dan tidak bisa bekerjasama.
Orang yang biasa berkeluh kesar seibarat yang tengah menghipnotis dirinya
Sunda menyatakan orang yang seperti itu sebagai “Beungeut nyanghareup ati
mungkir” (munafik).
CATUR BUTA
Dalam Naskah Sunda Kuna “Sanghiyang Siksa Kanda’ng Karesian”, sarga
XXII, ditulis watak manusia yang membuat kerusakan di dunia disebut CATUR
BUTA, inilah 4 watak manusia yang berkarakter raksasa perusak kehidupan yaitu:
1. BURANGKAK
kelakukan manusia yang ketus, tidak mau menyapa orang lain lebih dulu,
nada suara menghina, berkelakuan kasar, berhati panas, tidak tahu tatakrama
dan sering melanggar aturan. Merasa derajat dirinya lebih tinggi dari orang
lain. Orang seperti itu dikatakan tak ubahnya seperti raksasa, durgi, durga,
2. MARIRIS
Disebut sebagai orang yang lebih menjijikan dari bangkai binatang yang
membusuk; yaitu manusia yang suka mengambil hak orang lain, korup,
mariris jauh lebih busuk dari bangkai binatang yang sangat hina dan
menjijikan, lebih kotor dari kotoran binatang. Bila mati arwahnya sengsara
seribu seratus tahun dikutuk Batara dan menjadi penghuni buana peteng
Seharkat dengan binatang yang menjijikan seeprti hileud nahun (ulat), piteuk
(lalat penghisap darah binatang) , titinggi (kaki seribu), limus sakeureut (siput
3. MARENDE
Sunda bilang “mawa sangar ka nagara” ialah orang yang hanya menimbulkan
4. WIRANG
tidak mau jujur, tidak mau benar, tidak mau mengakui kesalahan dirinya, tidak
mau layak seperti manusia yang berahklak baik, tidak mau berterus terang,
ketagihan, tidak mau kapok. Wak manusia WIRANG bersifat seperti : hewan
buaya, ular besar, harimau, badak dan binatang yang menakutkan lainya.
AKHIR WACANA
Sunda untuk menemukan jati dirinya. Padahal kita pun paham bahwa mahkluk
apapun baru akan hidup sejahtera bila bertumbuh-kembang pada habitat sesuai
dengan sunnatullah.
yang ditakdirkan berada di Tatar Sunda. Dan ini bukan suatu kebetulan – maha-
Kini terpulang kepada kita yang tengah menapaki lorong panjang kehidupan
kesadaran diri kita sendiri, ibda bin nafsi, wiwit ti diri pribadi dan Gnoutti se
isnya Allah kita akan terus berusaha untuk merobah nasib orang Sunda ke tatanan
yang lebih sejahtera dan bermartabat, sehingga dapat berperan aktif untuk
PARIGEUING :