Anda di halaman 1dari 7

2.

1 Klasifikasi
Klasifikasi kapang Trichoderma viride menurut Alexopoulus dan Mims (1979) adalah
sebagai berikut ini :
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastigomycota
Subdiviso : Deuteromycotina
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Moniliaceae
Genus  : Trichoderma
Species  : Trichoderma viride

2.2 Morfologi Trichoderma viride


Koloni dari kapang Trichoderma berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua
(Alexopoulus and Mims, 1979). Dijelaskan lebih lanjut bahwa kultur kapang Tichoderma
viride pada skala laboratorium berwarna hijau, hal ini disebabkan oleh adanya kumpulan
konidia pada ujung hifa kapang tersebut (Pelczar dan Reid, 1974). Susunan sel
kapangTrichoderma bersel banyak berderet membentuk benang halus yang disebut dengan
hifa. Hifa pada jamur ini berbentuk pipih, bersekat, dan bercabang-cabang membentuk
anyaman yang disebut miselium. Miseliumnya dapat tumbuh dengan cepat dan dapat
memproduksi berjuta-juta spora, karena sifatnya inilah Trichoderma dikatakan memiliki daya
kompetitif yang tinggi (Alexopoulus and Mims, 1979). Dalam pertumbuhannya, bagian
permukaan akan terlihat putih bersih, dan bermiselium kusam. Setelah dewasa, miselium
memiliki warna hijau kekuningan (Larry, 1977).
Kapang ini memiliki bagian yang khas antara lain miselium berseptat, bercabang
banyak, konidia spora berseptat dan cabang yang paling ujung berfungsi sebagai sterigma.
Konidiofornya bercabang berbentuk verticillate. Pada bagian ujung konidiofornya tumbuh sel
yang bentuknya menyerupai botol (fialida), sel ini dapat berbentuk tunggal maupun
berkelompok. Konidianya berwarna hijau cerah bergerombol membentuk menjadi seperti
bola dan berkas-berkas hifa terlihat menonjol jelas diantara konidia spora (Frazier dan
Westhoff, 1981). Trichoderma berkembangbiak secara aseksual dengan membentuk spora di
ujung fialida atau cabang dari hifa.

2.3 Fisiologi
Trichoderma adalah salah satu jamur tanah yang tersebar luas (kosmopolitan), yang
hampir dapat ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Trichoderma bersifat saprofit
pada tanah, kayu, dan beberapa jenis bersifat parasit pada jamur lain (Barnett,
1987).Trichoderma viride merupakan jenis yang paling banyak dijumpai diantara genusnya
dan mempunyai kelimpahan yang tinggi pada tanah dan bahan yang mengalami dekomposisi.
Pada spesies saprofit, kapang tumbuh pada kisaran suhu optimal 22-30°C (Pelczar
dan Chan, 1986). Sedangkan menurut Enari (1983), suhu optimal untuk pertumbuhan kapang
ini adalah 32-35°C dan pH optimal sekitar 4.0.
 Trichoderma viride adalah salah satu jenis jamur yang bersifat selulolitik karena
dapat menghasilkan selulase. Menurut Judoamidjojo, dkk. (1989), menyatakan bahwa banyak
kapang yang bersifat selulolitik tetapi tidak banyak yang menghasilkan enzim selulase yang
cukup banyak untuk dapat dipakai secara langsung tanpa sel bagi usaha dalam skala besar.
Kapang selulolitik yang cukup baik memproduksi enzim selulolitik adalah Trichoderma
viride(Pelczar dan Chan, 1986). Menurut Wood (1985), Trichoderma viride yaitu
mikroorganisme yang mampu menghancurkan selulosa tingkat tinggi dan memiliki
kemampuan mensintesis beberapa faktor esensial untuk melarutkan bagian selulosa yang
terikat kuat dengan ikatan hidrogen. Menurut Mandels (1982), Trichoderma
viride merupakan jamur yang potensial memproduksi selulase dalam jumlah yang relatif
banyak untuk mendegradasi selulosa.Trichoderma viride merupakan kelompok jamur
selulolitik yang dapat menguraikan glukosa dengan menghasilkan enzim kompleks selulase.
Enzim ini berfungsi sebagai agen pengurai yang spesifik untuk menghidrolisis ikatan kimia
dari selulosa dan turunannya. Trichoderma viride dan Trichoderma reesei merupakan
kelompok jamur tanah sebagai penghasil selulase yang paling efisien (Davidek et al., 1990).
Enzim selulase yang dihasilkanTrichoderma viride mempunyai kemampuan dapat memecah
selulosa menjadi glukosa sehingga mudah dicerna oleh ternak (Mandels et al., 1976). Selain
itu Trichoderma viridemempunyai kemampuan meningkatkan protein bahan pakan dan pada
bahan berselulosa dapat merangsang dikeluarkannya enzim selulase (Poesponegoro, 1976).
Keuntungan jamur tersebut sebagai sumber selulase adalah menghasilkan selulase lengkap
dengan semua komponen-komponen yang dibutuhkan untuk hidrolisis total selulosa kristal
dan protein selulosa yang dihasilkan cukup tinggi. Jenis Trichoderma virideyang diketahui
dapat menghasilkan enzim selulase yang sangat baik adalah jenis QM 9414 dan QM 9124
yang telah dikembangkan di Laboratorium Natick Masaschucetts USA.
Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim yang bermacam-macam,
termasuk enzim selulase (pendegradasi selulosa) dan kitinase (pendegradsi kitin). Oleh
karena adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas kayu yang
terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa. Oleh karena adanya
kitinase,Trichoderma dapat bersifat sebagai parasit bagi jamur yang lainnya. Secara alami
seseorang dapat sering menemukan Trichoderma yang menjadi parasit pada badan buah dan
miselia dari jamur yang lain, seperti badan buah dari Hydnochaete (Volk, 2004).
Menurut Kotaric, et al. (1980), menyatakan bahwa Trichoderma viride adalah
penghasil enzim selulolitik yang sangat efisien, terutama enzim yang mampu menghidrolisis
kristal selulosa. Trichoderma viride banyak digunakan dalam penelitian kartena memiliki
beberapa keuntungan, dinataranya adalah :
1. Selulase yang diperoleh mengandung semua komponen-komponen yang diperlukan
untuk proses hidrolisis seluruh kristal selulosa.
2. Protein selulase dihasilkan dalam kualitas sangat tinggi.
Selain mempunyai keuntungan, Trichoderma viride juga memiliki kerugian, yaitu :
1. Tidak dapat mendegradasi lignin.
2. Selulase yang dihasilkan mnempunyai aktivitas spesifik yang rendah.
3. β–glukosidase yang dihasilkan mempunyai level yang rendah.
Dijelakan oleh Gilbert dan Tsao (1983), selulase yang dihasilkan oleh Trichoderma
viride mengandung komponen terbesar berupa selobiase dan β-1,4-glukan-selobiohidrolase
(C1), sementara β-1,4-glukan-selobiohidrolase (Cx) terdapat dalam jumlah kecil. Selulase
yang diproduksi mengandung asam-asam amino tertentu, yaitu :
1. Golongan asam amino yang bersifat asam : aspartat dan glutamat.
2. Golongan asam amino polar : serin, treonin, dan glisin.
3. Sebagian kecil asam amino dasar.
4. Sebagian kecil golongan asam amino sulfur.
Semua enzim ini bersifat hidrolitik dan bekerja baik secara berturut-turut atau
bersamaan. Selobiohidrolase adalah enzim yang mempunyai afinitas terhadap selulosa tingkat
tinggi yang mampu memecah selulosa kristal. Sedangkan endoglukanase bekerja pada
selulosa amorf (Coughalan, 1989). Selanjutnya dijelaskan selobiohidrolase memecah selulosa
melalui pemotongan ikatan hidrogen yang menyebabkan rantai-rantai glokosa mudah untuk
dihidrolisis lebih lanjut. Hidrolisa selanjutnya berlangsung sehingga diperoleh selobiosa dan
akhirnya glukosa dilakukan oleh enzim β–glukonase dan β–glukosidase.

2.4 Kegunaan
Trichoderma adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran
tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa
spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati adalah T. Harzianum, T.Viridae,
dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan
jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman
dan berlaku sebagai biodekomposer, yaitu dapat mendekomposisi limbah organik (rontokan
dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Selain itu, Trichoderma dapat juga
digunakan sebagai biofungisida, dimana Trichoderma mempunyai kemampuan untuk dapat
menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara
lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll
(Ramada, 2008).
Saat ini, Trichoderma merupakan salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal
luas sebagai pupuk biologis tanah. Menurut Ramada (2008) menyatakan bahwa pupuk
biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif,
misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran
tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato
Dextrose Agar).
Trichoderma sering kali menjadi masalah tertentu di dalam industri penanaman
jamur, di mana Trichoderma dapat menjadi parasit pada miselium dan badan buah dari jamur
lain. Ketika jamur lain menjadi inang parasit Trichoderma, kemudian berkembang sangat
cepat di permukaan membentuk koloni yang berwarna hijau, sehingga membuat jamur
menjadi buruk dan mengubah bentuk jamur lain (Volk, 2004).
Kapang Trichoderma viride juga digunakan untuk meningkatkan nilai manfaat jerami
padi melalui fermentasi, karena jamur ini mempunyai sifat selulolitik dan mengeluarkan
enzim selulase yang dapat merombak selulosa menjadi selubiosa hingga akhirnya menjadi
glukosa (Mandels dan Reese, 1957).
Proses yang terjadi ketika jerami padi difermentasi menggunakan Trichoderma
viride  adalah terjadinya degradasi terhadap dinding sel yang diselaputi oleh lignin, selulosa
dan hemiselulosa. Akibat degradasi ini maka sebagian lignin akan terdegradasi. Selulosa dan
hemiselulosa juga akan terurai menjadi glukosa.

2.5 Pembuatan Pupuk Trichoderma sp.


Pembuatan pupuk biologis Trichoderma sangat sederhana, seperti berikut ini:
A. Bahan
Biakan murni Trichoderma sp. (kami menggunakan T. harzianum dan atau T. lactae).
Media aplikatif, dapat berupa dedak karena murah dan mudah didapat. Selain dedak dapat
juga tepung agar, beras, ataupun jagung giling, namun beberapa pilihan ini kurang ekonomis
untuk dipergunakan. Air. 
B. Alat
Alat pensteril media, dapat berupa pengkukus atau dandang. Plastik hampar dan
tempat rata untuk inokulasi dan inkubasi.
C. Cara Pembuatan
Dedak dibasahi dengan air sampai kelembaban yang cukup, tidak terlalu basah (jika
dipegang lembab tetapi air tidak sampai menetes). Media dedak distrerilkan dengan cara
mengkukusnya selama 1 jam. Setelah didinginkan, diinokulasi dengan biakan murni
Trichoderma pada hamparan plastik, untuk 1 tabung reaksi biakan nurni dapat digunakan
untuk inokulasi 10 Kg media dedak. Setelah inokulasi, hamparan media ditutup kembali
dengan plastik, dan diingkubasikan selama 1 minggu sampai spora berkembang maksimal.
Tempat inokulasi dan inkubasi diusahakan rata dan teduh, tidak lembab apalagi basah,
usahakan didalam ruangan. Selesai inkubasi, pupuk dapat segera diplikasikan ke areal
pertanaman ataupun disimpan. Dosis yang dapat digunakan 1 – 2 sendok makan per batang
tanaman (untuk vanili). Selain pada petanaman dewasa, pupuk Trichoderma dapat pula
digunakan dalam pembibitan, maupun penanaman awal dan pindah tanam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Alexopoulos, C.J. and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology. Third edition John Wiley


and Sons. New York.

Enari, T. M. 1983. Microbial Enzimatic and Biotechnology. W. M. Fogarty (ed). Applied


Science Published London.

Coughlan, M. P. 1989. Enzyme System for Lignocellulose Degradation. Elsevier Applied


Science. London and New York.

Volk, T.J., 2004. Trichoderma viride, the dark green parasitic mold and maker of fungal-
digested jeans. http ://botit. botany.wisc. edu/toms_fungi/ nov2004 .html

Pelczar, M. J., and R. D. Reid. 1974. Microbiology. McGrow Hill Book Company. New
York.

Larry, R. 1977. Food and Beverage Mycology. Department of Food Science Agricultural


Experiment Station. University of Georgia.

Frazier, W. C. And D. C. Westhoff. 1981. Food Microbiology. Tata McGraw Hill. Published


Co. Ltd. New Delhi.

Judoamidjojo, M., A. Darwis, E. Gumbira. 1990. Teknologi Fermentasi. Pusat Antar


Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mandels, M. 1970. Cellulases. In. G. T. Tsao (ed) Annual Report on Fermentation Processes.


Vol 5. Academic Press. New York.

Wood, T. M. 1985. Aspects of the Biochemistry of Cellulose Degradation. p. 173-187. In. J.


F. Kennedy, G. O. Phillips, D. J. Wedlock, and P. A. Williams (eds). Celllose and its
Derivte; Chemistry, Biochemistry and Applications. Eleis Horwood Limeted, Jhon
Wiley and Sons. New York.

Gilbert, I. G., and G. T. Tsao. 1983. Interaction Between Solia Substrat and Cellulase
Enzyme in Cellulose Hydrolysis. In : G. T. Tsao sd Annual Reports on Fermentation
Processes. 6: 323-358.

Poesponegoro, M. 1976. Fermentasi Substrat Padat. Laporan Ceramah Ilmiah. Lembaga


Kimia Nasional LIPI

Ramada, A., 2008. Pupuk Biologis Trichoderma. http:// organicindonesianvanilla.


blogspot.com/2008/01/pupuk-biologis-trichoderma.html

Anda mungkin juga menyukai