1 Klasifikasi
Klasifikasi kapang Trichoderma viride menurut Alexopoulus dan Mims (1979) adalah
sebagai berikut ini :
Kingdom : Fungi
Divisio : Amastigomycota
Subdiviso : Deuteromycotina
Classis : Deuteromycetes
Ordo : Moniliales
Family : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Species : Trichoderma viride
2.3 Fisiologi
Trichoderma adalah salah satu jamur tanah yang tersebar luas (kosmopolitan), yang
hampir dapat ditemui di lahan-lahan pertanian dan perkebunan. Trichoderma bersifat saprofit
pada tanah, kayu, dan beberapa jenis bersifat parasit pada jamur lain (Barnett,
1987).Trichoderma viride merupakan jenis yang paling banyak dijumpai diantara genusnya
dan mempunyai kelimpahan yang tinggi pada tanah dan bahan yang mengalami dekomposisi.
Pada spesies saprofit, kapang tumbuh pada kisaran suhu optimal 22-30°C (Pelczar
dan Chan, 1986). Sedangkan menurut Enari (1983), suhu optimal untuk pertumbuhan kapang
ini adalah 32-35°C dan pH optimal sekitar 4.0.
Trichoderma viride adalah salah satu jenis jamur yang bersifat selulolitik karena
dapat menghasilkan selulase. Menurut Judoamidjojo, dkk. (1989), menyatakan bahwa banyak
kapang yang bersifat selulolitik tetapi tidak banyak yang menghasilkan enzim selulase yang
cukup banyak untuk dapat dipakai secara langsung tanpa sel bagi usaha dalam skala besar.
Kapang selulolitik yang cukup baik memproduksi enzim selulolitik adalah Trichoderma
viride(Pelczar dan Chan, 1986). Menurut Wood (1985), Trichoderma viride yaitu
mikroorganisme yang mampu menghancurkan selulosa tingkat tinggi dan memiliki
kemampuan mensintesis beberapa faktor esensial untuk melarutkan bagian selulosa yang
terikat kuat dengan ikatan hidrogen. Menurut Mandels (1982), Trichoderma
viride merupakan jamur yang potensial memproduksi selulase dalam jumlah yang relatif
banyak untuk mendegradasi selulosa.Trichoderma viride merupakan kelompok jamur
selulolitik yang dapat menguraikan glukosa dengan menghasilkan enzim kompleks selulase.
Enzim ini berfungsi sebagai agen pengurai yang spesifik untuk menghidrolisis ikatan kimia
dari selulosa dan turunannya. Trichoderma viride dan Trichoderma reesei merupakan
kelompok jamur tanah sebagai penghasil selulase yang paling efisien (Davidek et al., 1990).
Enzim selulase yang dihasilkanTrichoderma viride mempunyai kemampuan dapat memecah
selulosa menjadi glukosa sehingga mudah dicerna oleh ternak (Mandels et al., 1976). Selain
itu Trichoderma viridemempunyai kemampuan meningkatkan protein bahan pakan dan pada
bahan berselulosa dapat merangsang dikeluarkannya enzim selulase (Poesponegoro, 1976).
Keuntungan jamur tersebut sebagai sumber selulase adalah menghasilkan selulase lengkap
dengan semua komponen-komponen yang dibutuhkan untuk hidrolisis total selulosa kristal
dan protein selulosa yang dihasilkan cukup tinggi. Jenis Trichoderma virideyang diketahui
dapat menghasilkan enzim selulase yang sangat baik adalah jenis QM 9414 dan QM 9124
yang telah dikembangkan di Laboratorium Natick Masaschucetts USA.
Miselium Trichoderma dapat menghasilkan suatu enzim yang bermacam-macam,
termasuk enzim selulase (pendegradasi selulosa) dan kitinase (pendegradsi kitin). Oleh
karena adanya enzim selulase, Trichoderma dapat tumbuh secara langsung di atas kayu yang
terdiri atas selulosa sebagai polimer dari glukosa. Oleh karena adanya
kitinase,Trichoderma dapat bersifat sebagai parasit bagi jamur yang lainnya. Secara alami
seseorang dapat sering menemukan Trichoderma yang menjadi parasit pada badan buah dan
miselia dari jamur yang lain, seperti badan buah dari Hydnochaete (Volk, 2004).
Menurut Kotaric, et al. (1980), menyatakan bahwa Trichoderma viride adalah
penghasil enzim selulolitik yang sangat efisien, terutama enzim yang mampu menghidrolisis
kristal selulosa. Trichoderma viride banyak digunakan dalam penelitian kartena memiliki
beberapa keuntungan, dinataranya adalah :
1. Selulase yang diperoleh mengandung semua komponen-komponen yang diperlukan
untuk proses hidrolisis seluruh kristal selulosa.
2. Protein selulase dihasilkan dalam kualitas sangat tinggi.
Selain mempunyai keuntungan, Trichoderma viride juga memiliki kerugian, yaitu :
1. Tidak dapat mendegradasi lignin.
2. Selulase yang dihasilkan mnempunyai aktivitas spesifik yang rendah.
3. β–glukosidase yang dihasilkan mempunyai level yang rendah.
Dijelakan oleh Gilbert dan Tsao (1983), selulase yang dihasilkan oleh Trichoderma
viride mengandung komponen terbesar berupa selobiase dan β-1,4-glukan-selobiohidrolase
(C1), sementara β-1,4-glukan-selobiohidrolase (Cx) terdapat dalam jumlah kecil. Selulase
yang diproduksi mengandung asam-asam amino tertentu, yaitu :
1. Golongan asam amino yang bersifat asam : aspartat dan glutamat.
2. Golongan asam amino polar : serin, treonin, dan glisin.
3. Sebagian kecil asam amino dasar.
4. Sebagian kecil golongan asam amino sulfur.
Semua enzim ini bersifat hidrolitik dan bekerja baik secara berturut-turut atau
bersamaan. Selobiohidrolase adalah enzim yang mempunyai afinitas terhadap selulosa tingkat
tinggi yang mampu memecah selulosa kristal. Sedangkan endoglukanase bekerja pada
selulosa amorf (Coughalan, 1989). Selanjutnya dijelaskan selobiohidrolase memecah selulosa
melalui pemotongan ikatan hidrogen yang menyebabkan rantai-rantai glokosa mudah untuk
dihidrolisis lebih lanjut. Hidrolisa selanjutnya berlangsung sehingga diperoleh selobiosa dan
akhirnya glukosa dilakukan oleh enzim β–glukonase dan β–glukosidase.
2.4 Kegunaan
Trichoderma adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran
tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa
spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati adalah T. Harzianum, T.Viridae,
dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan
jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman
dan berlaku sebagai biodekomposer, yaitu dapat mendekomposisi limbah organik (rontokan
dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Selain itu, Trichoderma dapat juga
digunakan sebagai biofungisida, dimana Trichoderma mempunyai kemampuan untuk dapat
menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara
lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll
(Ramada, 2008).
Saat ini, Trichoderma merupakan salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal
luas sebagai pupuk biologis tanah. Menurut Ramada (2008) menyatakan bahwa pupuk
biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif,
misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran
tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato
Dextrose Agar).
Trichoderma sering kali menjadi masalah tertentu di dalam industri penanaman
jamur, di mana Trichoderma dapat menjadi parasit pada miselium dan badan buah dari jamur
lain. Ketika jamur lain menjadi inang parasit Trichoderma, kemudian berkembang sangat
cepat di permukaan membentuk koloni yang berwarna hijau, sehingga membuat jamur
menjadi buruk dan mengubah bentuk jamur lain (Volk, 2004).
Kapang Trichoderma viride juga digunakan untuk meningkatkan nilai manfaat jerami
padi melalui fermentasi, karena jamur ini mempunyai sifat selulolitik dan mengeluarkan
enzim selulase yang dapat merombak selulosa menjadi selubiosa hingga akhirnya menjadi
glukosa (Mandels dan Reese, 1957).
Proses yang terjadi ketika jerami padi difermentasi menggunakan Trichoderma
viride adalah terjadinya degradasi terhadap dinding sel yang diselaputi oleh lignin, selulosa
dan hemiselulosa. Akibat degradasi ini maka sebagian lignin akan terdegradasi. Selulosa dan
hemiselulosa juga akan terurai menjadi glukosa.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Volk, T.J., 2004. Trichoderma viride, the dark green parasitic mold and maker of fungal-
digested jeans. http ://botit. botany.wisc. edu/toms_fungi/ nov2004 .html
Pelczar, M. J., and R. D. Reid. 1974. Microbiology. McGrow Hill Book Company. New
York.
Gilbert, I. G., and G. T. Tsao. 1983. Interaction Between Solia Substrat and Cellulase
Enzyme in Cellulose Hydrolysis. In : G. T. Tsao sd Annual Reports on Fermentation
Processes. 6: 323-358.