Oleh :
INTISARI
Informasi yang dipaparkan pada studi ini mengenai kondisi habitat terkait dengan upaya
restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis). Kelayakan kondisi habitat di petak 13 tersebut perlu
diketahui dari aspek dinamika populasi Rusa, kondisi lingkungan baik fisik maupun biotik, serta
Estimasi populasi Rusa dilakukan dengan menggunakan metode pellet count yang di
tempatkan pada lokasi yang sekiranya sering dikunjungi Rusa serta lokasi yang ditemui kotoran
Rusa. Beberapa data yang perlu diketahiu di dalam studi ini antara informasi mengenai kondisi fisik
diambil data kelerengan, suhu, kelembaban, serta jarak dari sumber air, sedangkan informasi
lingkungan biotik diambil data mengenai kondisi penutupan, jenis, kerapatan, kepadatan,
keragaman vegetasi serta produktifitas pakan di petak 13. Persepsi masyarakat sekitar diketahui
Berdasarkan hasil penelitian, tidak ditemui tanda kehadiran Rusa di petak 13, akan tetapi dari
segi produktifitas pakan, lokasi ini mampu menghasilkan rumput Kalanjana sebagai pakan Rusa
sebanyak 470,2 kg/hari. Kondisi belukar yang cukup padat, kelerengan lahan yang landai,
keberadaan sungai Oyo yang melintasi lokasi, serta persepsi masyarakat yang mayoritas setuju
terhadap kegiatan restorasi Rusa Jawa di lokasi tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
Petak 13, Wanagama I layak menjadi lokasi restorasi Rusa Jawa (Cervus timorensis).
PENDAHULUAN
Rusa Jawa (Cervus timorensis), menurut Dradjat (2002), memiliki bulu coklat dengan warna
bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Hewan ini mampu aktif di siang hari (diurnal)
maupun malam hari (nocturnal) tergantung pada kondisi lingkungannya. Rusa Jawa menyukai
hidup berkelompok dengan jumlah individu tiap kelompoknya antara 10 hingga 20 ekor. Populasi
Rusa Jawa semakin berkurang seiring perubahan dan perusakan lingkungan yang berlangsung cepat
akibat pertambahan penduduk dan meningkatnya perburuan liar. Usaha pelestarian satwa liar telah
dilakukan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan terjadi kegagalan, hai ini disebabkan karena
Habitat merupakan suatu kawasan yang terdiri dari berbagai komponen baik fisik maupun
biotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangnya
satwa liar (Alikodra, 1990). Habitat alami Rusa terdiri atas beberapa tipe vegetasi seperti savana
atau padang rumput yang dimanfaatkan sebagai lokasi sumber pakan. Suatu habitat dengan
produktifitas pakan yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan Rusa diperlukan pada suatu kawasan
pelestarian. Satu ekor Rusa memerlukan sekitar enam kilogram pakan setiap hari, sedangkan untuk
kebutuhan minum per ekor membutuhkan 0,1 galon perhari. Jenis tumbuhan yang menjadi pakan
kesukaan Rusa dapat diketahui melalui analisis kotoran yang merupakan metode pengujian
pecahan-pecahan tumbuhan yang tertinggal dalam kotoran secara mikroskopik untuk mengetahui
pakan satwa.
Luas areal yang menjadi habitat Rusa Jawa harus disesuaikan dengan kebutuhan ruang
sesuai jumlah individu yang di kelola. Satu ekor Rusa membutuhkan homerange sekitar satu hektar
(Alikodra, 1990). Petak 13, Wanagama I merupakan hutan rehabilitasi yang berupa batuan karst,
sehingga menimbulkan suatu habitat berupa hutan sekunder yang memiliki kondisi lingkungan
berbeda dengan habitat alami Rusa Jawa. Di Wanagama I telah diintroduksi Rusa Jawa sebanyak 20
ekor pada tahun 2000 meskipun sebenarnya direncanakan pada tahun 1999 (Subeno, 2008).
Habitat Rusa di petak 13 yang dijadikan pula sebagai lokasi agroforestry bagi masyarakat
sekitar tentu memiliki dampak secara langsung terhadap keberadaan Rusa di lokasi tersebut.
Aktivitas dan persepsi masyarakat di petak 13 tentang upaya restorasi Rusa Jawa perlu diketahui
agar pihak pengelola mampu mengambil tindakan yang tepat agar masyarakat sekitar bersedia
bekerjasama agar tujuan dari pengelolaan Rusa di suatu kawasan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Berdasarkan latar belakang di atas, perlu dilakukan studi untuk memperoleh data
mengenai kondisi faktor-faktor habitat yang dibutuhkan, kondisi populasi Rusa Jawa di petak 13
serta persepsi masyarakat sekitar mengenai upaya restorasi tersebut., sehingga produktifitas pakan
Rusa di petak 13, persepsi masyarakat sekitar terhadap upaya restorasi dapat diketahui untuk
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 21 dan 28 November 2010 di Petak 13, Wanagama I,
Gunungkidul, Yogyakarta. Petak ini memiliki luas 88,1 hektar dengan topografi landai yaitu antara
0-12,5 %. Metode yang digunakan untuk mengambil data faktor biotik dan abiotik adalah sampling
protocol plot yang dibuat sebanyak 15 buah dengan sistem penempatan systematic sampling with
random start. Di seluruh plot yang dibuat, diambil data mengenai faktor vegetasi dan fisik seperti
kelerengan, suhu, kelembaban serta jarak dari sumber air. Informasi vegetasi seperti penutupan
tajuk dan tumbuhan bawah diambil menggunakan tabung okuler, kerapatan vegetasi menggunakan
Estimasi populasi menggunakan metode pellet count sebanyak tiga buah dengan ukuran
20x100 meter yang ditempatkan pada lokasi yang terdapat onggokan kotoran Rusa dan lokasi yang
diperkirakan akan dikunjungi Rusa. Perbedaan kondisi lingkungan antara plot yang dikunjungi Rusa
(used)dan tidak dikunjungi Rusa (unused) dianalisis pengaruhnya secara satatistik terhadap
kehadiran Rusa dengan menggunakan software R. Jenis tumbuhan yang menjadi pakan Rusa
diketahui melalui analisis kotoran Rusa, sedangkan produktifitas pakan diketahui dengan
pembuatan plot ukur permanen 1x1 untuk rumput dan 2x2 untuk tumbuhan bawah. Sampel
tumbuhan diambil kemudian dianalisis berat dan penentuan produktifitas masing-masing jenis
yang beraktifitas di petak 13 digunakan untuk mengetahui informasi mengenai persepsi masyarakat.
Berdasarkan hasil pengamatan, tidak ditemukan tanda-tanda kehadiran Rusa di petak 13. Hal
ini dikarenakan tingginya aktifitas masyarakat di petak ini yang dimanfaatkan untuk lokasi
agroforestry sehingga Rusa akan menghindari kawasan ini untuk beraktifitas. Gambaran mengenai
kondisi petak 13 dapat dilihat pada gambar diatas. Hasil analisis kotoran menunjukan bahwa Rusa
Jawa memiliki pakan kesukaan yaitu rumput Kalanjana. Ditinjau dari segi produktifitas pakan,
petak ini mampu menghasilkan 470,2 kilogram rumput Kalanjana perhari artinya mencukupi untuk
Dibeberapa lokasi terdapat belukar yang cukup padat dan dimungkinkan dapat menjadi
tempat Rusa beraktifitas. Sungai Oyo yang melintasi petak ini mampu menyediakan air minum bagi
Rusa sepanjang tahun. Petak 13 yang memiliki luas 88,1 hektar mampu menjadi areal yang cukup
luas untuk habitat Rusa Jawa yang pernah dilepaskan sebanyak 20 ekor pada tahun 2000.
Persentase responden yang setuju terhadap upaya restorasi adalah 79% sedangkan 21% tidak
setuju. Seluruh responden manyatakan belum pernah dilakukan penyuluhan dari pihak pengelola
mengenai kegiatan restorasi Rusa tersebut sehingga 92% reasponden menyatakan bahwa keberadan
Rusa masyarakat tidak memiliki manfaat bagi mereka karena belum memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai kehidupan Rusa. 67% responden menyatakan tidak bersedia bekerjasama dalam
pengelolaan restorasi, 20% bersedia dan 13% ragu-ragu. Hal tersebut dimungkinkan karena masih
kurangnya pengetahuan tentang Rusa akibat minimnya penyuluhan oleh pengelola. Masyarakat
yang bersedia diajak untuk bekerjasama 93% responden menyatakan bahwa wilayah aktifitas Rusa
harus diberi pagar dan 7% menyatakan agar tetap dilepasliarkan. Hal tersebut berkaitan dengan
aktifitas Rusa yang menurut 89% responden berada di kawasan agroforestry yang sering kali
Ditinjau dari segi sosial masih perlu upaya yang lebih dari pengelola untuk memberdayakan
KESIMPULAN
Berdasarkan paparan pada pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Petak 13,
Wanagama I memiliki produktifitas pakan yaitu rumput Kalanjana sebesar 470,20 kg/hari, sehingga
layak menjadi lokasi restorasi Rusa Jawa ditinjau dari produktifitas pakan. Sebanyak 79%
responden setuju akan kegiatan tersebut sehingga Petak 13, Wanagama I layak menjadi lokasi
SARAN
Diperlukan upaya lebih intensif dari pengelola untuk memberdayakan masyarakat didalam
kegiatan restorasi. Penyuluhan secara persuasif diperlukan agar masyarakat memiliki pengetahuan
tentang kegiatan ini. Keinginan masyarakat terhadap pengelolaan Rusa kedepannya juga perlu
Alikodra, H.S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Departemen Pendidikan & Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
Dradjat, A.S. 2002. Satwa Harapan Budidaya Rusa. Mataram University Press. Mataram.
Subeno. 2008. Seleksi Habitat Rusa Timor (Cervus timorensis) dan Faktor-faktor yang
Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.