Anda di halaman 1dari 3

tubuh manusia adalah sumber kekuatan NUR dan Haq. dalam diri manusia terdapat LATIFATUS MANUSA 1.

al-nafs al-amarah, 2. al-nafs al-lawwamah, 3. al-nafs al-mulhimah, 4. al-nafs al-muthmainah, 5. al-nafs al-radiyah, 6. al-nafs al-mardiyah, dan 7. al-nafs al-kamilah. Sedangkan latifah pada tahapan selanjutnya digunakan sebagai istilah praktis yang ber...konotasi tempat. Latifah al-nafsi sebagai tempat al-nafs al-amarah, latifatul qalbi sebagai tempat al-nafs al-lawwamah, latifatu al-ruhi sebagai tempat nafs al-nafs mulhimah, dan seterusnya sehingga terjadi perubahan sebutan setelah bersatu dengan badan menjadi : 1. Latifat al-nafs berubah menjadi nafs al-amarah, 2. Latifat al-qalbi berubah menjadi nafs al-lawwamah, 3. Latifat al-ruhi berubah menjadi nafs mulhimah, 4. Latifat al-sirri berubah menjadi nafs mutmainnah, 5. Latifat khafi berubah menjadi nafs al-rodiyah, 6. Latifat al-akhfa berubah menjadi nafs mardiyah, 7. Latifat al-qolab berubah menjadi nafs al-kamilah. Oleh karena itu al-anfus (jiwa-jiwa) tersebut memiliki ciri-ciri mistis yang sama dengan latifah-latifah tersebut. 1. Jiwa Lawwamah Jiwa ini adalah suatu kesadaran akan kebaikan dan kejahatan, sehingga ia suka mencela (al-laum) baik pada diri sendiri maupun pada orang lain. Jiwa ini terkadang menimbulkan semangat untuk berbuat baik tetapi juga terkadang muncul keinginan untuk maksiat kepada Alloh, akibatnya muncul penyesalan. Pusat pengendaliannya pada latifatul qolbi yang berada di bawah susu kiri sekitar jarak dua jari yang condong ke kiri, dibawah susu kiri. Jiwa ini di bawah dominasi sembilan sifat-sifat jelek manusia yaitu: al-laum (suka mencela), al-hawa (senang menuruti hawa nafsu, al-makr (makar atau juga menipu), al-ujub (membanggakan diri), al-gibah (menggunjing), al-riya (pamer atas amal dan prestasinya), al-dulmu (menganiaya, tidak adil), al-kidzbu (berbohong, al-goflah (lupa dari mengingat Alloh). Walaupun jiwa ini mendominasi manusia dengan sifat-sifat jelek tersebut, tetapi latifah al-qolbi ini merupakan tempatnya sifat-sifat baik yaitu iman atau keyakinan akan kebenaran syariah, penyerahan diri kepada ketentuan-ketentuan syariah Alloh. 2. Jiwa Mulhimah Jiwa ini merupakan kesadaran yang mudah menerima intuisi (ilham) dari Alloh SWT berupa pengetahuan. Jiwa ini juga melahirkan adanya kesadaran bersifat tawadu atau merendahkan diri, qonaah atau menerima apa adanya. Pusat pengendaliannya pada latifatur ruhi yang berada di bawah susu kanan berjarak kirakira dua jari. Ia memiliki hubungan dengan paru-paru manusia. Menurut TQN jiwa mulhimah memiliki tujuh sifat yang dominan yaitu: al-shakhowah (dermawan), al-qonaah

(tidak rakus), al-hilmi (lapang dada), al-tawadu (merendahkan diri), al-taubah (bertaubat), ash-shobru (tahan uji), al-tahamul (tahan menjalani penderitaan). Di samping adanya dominasi sifat-sifat baik tersebut, dalam jiwa mulhimah ini bersarang jiwa rendah/ kebinatangan, yaitu jiwa binatang jinak (bahamiyah) cenderung menuruti hawa nafsu untuk bersenang-senang semata, terutama kepentingan seksual. 3. Jiwa Mutmainnah Jiwa ini adalah jiwa yang diterangi oleh cahaya hati nurani, sehingga bersih dari sifat sifat yang tercela dan stabil dalam kesempurnaan. Jiwa ini merupakan starting point untuk kesempurnaan, maka apabila seorang salik telah menginjakkan kakinya pada tingkatan ini berarti ia mulai meninggalkan tingkatan thariqat menuju tingkatan hakikat. Dia mampu berkomunikasi dengan orang lain sementara hatinya berkomunikasi dengan Tuhan karena begitu terikatnya dengan Alloh. Pusat pengendaliannya pada latifatus sirri yang letaknya berada di atas susu kiri jarak dua jari dan condong ke kiri. Jiwa ini didominasi sifat sifat baik yaitu: al-jud (tidak kikir terhadap harta demi untuk ketaatan kepada Alloh), al-tawakkal (bertawakkal kepada Alloh sebagaimana anak kecil berpasrah diri kepada ibunya), al-ibadah (beribadah ikhlas kepada Alloh, al-syukru (mensyukuri nimat dari Alloh), al-rido (rela terhadap hukum dan ketentuan Allah), al-khoswah (takut mengerjakan maksiyat kepada Alloh SWT). Walaupun demikian jiwa ini tetap harus dihidupkan, sebab kalau tidak maka akan muncul sifat-sifat binatang buas (sabuiyah), seperti raku, ambisius, menghalalkan segala cara, suka bertengkar dan bermusuhan. 4. Jiwa Mardiyah Jiwa ini merupakan realitas dari latifah khofi yang sangat lembut dan lebih condong kepada sifat dan kecenderungan latifah ini. Yang bersih suci dekat kepada Alloh, karena jauh dari unsur-unsur jasmaniyah. Pusat pengedaliannya pada latifatul khofi di atas susu kanan sekitar dua jari dan condong ke kanan. Menurut TQN jiwa ini didominasi oleh enam sifat baik manusia yaitu: husnul khuluq (baik budi pekertinya lahir bathin), tarku ma siwa Alloh (meninggalkan sesuatu yang selain Alloh), al-lutfu (belas kasihan kepa da semua makhluk), hamlul ahlak alas shilah (selalu mengajak kepada kebaikan), shofhu anid dzunubil khalqi (memaaf terhadap kesalahan), hubu al ahlaqi wal mail li ihrojihim min dulumati tabaihim wa anfusihim ila anwar arwahihim (menyayangi mahluk dengan maksud untuk mengeluarkan mereka dari pengaruh tabiat dan nafsu mereka kepada cahaya ruhani yang suci). Pada jiwa ini bersarang juga sifat sifat jelek yang berbahaya yaitu sifat-sifat syaitan, seperti hasud dengki hiyanat takabur dan munafiq. 5. Jiwa kamilah Jiwa ini merupakan penjelmaan dari latifah ahfa. Ia merupakan kelembutan yang paling dalam pada kesadaran manusia. Kesadaran jiwa yang paling bersih dari pengaruh unsurunsur materi yang lebih rendah. Pusat pengendalian jiwa ini pada latipatul ahfa yaitu yaitu di tengah-tengah dada manusia. Jiwa ini didominasi oleh sifat-sifat mulia yang sangat utama, yaitu: ilmu yaqin, ainal yakin, dan haqqul yaqin. Selain tiga sifat utama dalam pusat kesadaran (jiwa) ini,

maka terdapat sifat ketuhanan (rububiyah), yakni sifat ketuhanan yang tidak semestinya dipergunakan oleh manusia, seperti takabur, ujub, riya, sumah dan sebagainya. 6. Jiwa Amarah Jiwa ini cenderung pada tabiat badaniyah, karena dasarnya ia berasal dari unsur jasmaniyah (walaupun bersubstansi latifah karena terlalu lembutnya). Dan nafsu atau jiwa ini pula yang membawa qalb (latifah) ke arah yang lebih rendah, serta menuruti keinginan-keinginan duniawi yang dilarang oleh syariat. Pusat pengendaliannya pada latifatun nafsi, yaitu di dahi antara dua alis. Jiwa ini merupakan sumber segala kejahatan dan akhlak yang tercela. Menurut TQN, jiwa ini memiliki tujuh gejala, yaitu: al-buhl (kikir), al-hirs (ambisi dunia/ materialistik), al-hasad (dengki dan iri hati), al-jahl (bodoh/ susah menerima kebenaran), syahwat (keinginan untuk melanggar syariah), al-kibr (merasa diri besar), al-godob (marah-marah). Di antara ketujuh gejala nafs al-amarah tersebut, ada tiga hal yang dikatakan oleh Nabi Saw sebagai hal yang merusak, yaitu: kikir yang diperturutkan, hawa nafsu yang selalu diikuti dan merasa bangga atas diri sendiri. 7. Jiwa Radiyah Jiwa ini merupakan kesadaran ruhaniyah dari latifatul qolab. Oleh karena itu ia bersifat meliputi baik dari aspek ruhaniyah maupun jasmaniyah. Ia merupakan jiwa tertinggi bagi manusia serta realitas manusia sebagai makhluk jasmani dan ruhani hamba Tuhan sekaligus penguasa alam semesta. Manusia sebagai mahluk tertinggi di antara dua alam, yaitu alam malaikat dan alam syaitani. Pusat pengendaliannya pada latifatul qolab yaitu di seluruh tubuh (badan jasmaniyah) manusia, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Adapun sifat-sifat yang dominan yang dimiliki jiwa ini ialah: al-karom (mulia/ dermawan, senang shodaqoh, dan senang beramal jariyah), al-zuhdu (bertapa dari materi, menerima materi yang halal walaupun sedikit dan meninggalkan yang syubhat walaupun banyak, apalagi yang haram), al-ikhlash (memurnikan niatnya kepada Alloh), al waro (berhati-hati dalam beramal/ memilih yang baik menurut syariah), al-riyadloh (latihan terus menerus untuk menyiksa hawa nafsu dengan selalu menghiasi diri dengan ahlakul karimah dan meninggalkan ahlak hayawaniyah, al-wafa (senantiasa memegang janji terutama janjinya kapada Alloh). Ketujuh macam dan tingkatan jiwa ini merupakan obyek pembinaan dan pendidikan dalam Thariqat Qodiriyah Naqsyabandiyah, dan sekaligus merupakan gradual dalam sistem tarbiyatud dzikri yang dilakukan secara mutaroqqiyan. Wallohu alam.

Anda mungkin juga menyukai