Anda di halaman 1dari 7

Menu

Cari

Jalan Akhirat

suci dalam debu

ZIKIR LATAIF YANG TUJUH

Slide99

1. Latifatul Qalbi Di sini letaknya sifat-sifat syetan, iblis, kekufuran, kemusyrikan, ketahayulan dan lain-
lain, letaknya dua jari dibawah susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sekurangnya 5 000, Insya Allah pada
tingkat ini diganti dengan Iman, Islam, Ihsan, Tauhid dan Ma’rifat.

2. Latifatul Roh Di sini letaknya sifat bahimiyah (binatang jinak) menuruti hawa nafsu, , letaknya dua jari
dibawah susu sebelah kanan, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah di isi dengan khusyu’ dan
tawadhu’.

3. Latifatus Sir Di sini letaknya sifat-sifat syabiyah (binatang buas) yaitu sifat zalim atau aniaya, pemarah
danpendendam, , letaknya dua jari diatas susu sebelah kiri, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya
Allah diganti dengan sifat kasih sayang dan ramah tamah.

4. Latifatul Akhfa Di sini letaknya sifat-sifat pendengki, khianat dan sifat-sifat syaitoniyah, , letaknya dua
jari diatas sususebelah kanan, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat-sifat
syukur dan sabar.

5. Latifatul Akhfi Di sini letaknya sifat-sifat robbaniyah yaitu riya’, takabbur, ujub, suma’ dan lain-lain, ,
letaknya ditengah-tengah dada, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan sifat-sifat
ikhlas, khusyu’, tadarru dan tafakur.
6. Latifatun Nafsun Di sini letaknya sifat-sifat nafsu amarrah banyak khayalan dan panjang angan-
angan, , letaknya tepatdiantara dua kening, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti
dengan sifat-sifat tenteram dan pikiran tenang.

7. Latifah Arbaah atau kullu jasad Di sini letaknya sifat-sifat jahil “ghaflah” kebendaan dan kelalaian, ,
letaknya diseluruh tubuh mengendaraisemua aliran darah kita yang letak titik pusatnya di tepat
ditengah-tengah ubun-ubun kepala kita, Kita buat dzikir sekurangnya 1 000 Insya Allah diganti dengan
sifat-sifat ilmu dan amal.

Mengenal lathifah lathifah batin dan tarekat sufi Acuan dalam pengamalan tarekat bertumpu kepada
tradisi dan akhlak nubuwah (kenabian), dan mencakup secara esensial tentang jalan sufi dalam melewati
maqomat dan ahwal tertentu. Setelah ia tersucikan jasmaniahnya, kemudian melangkah kepada
aktivitas aktivitas, yang meliputi:

Pertama, tazkiyah an nafs atau pensucian jiwa, artinya mensucikan diri dari berbagai kecenderungan
buruk, tercela, dan hewani serta menghiasinya dengan sifat sifat terpuji dan malakuti.

Kedua, tashfiyah al qalb, pensucian kalbu. Ini berarti menghapus dari hati kecintaan akan kenikmatan
duniawi yang sifatnya sementara dan kekhawatirannya atas kesedihan, serta memantapkan dalam
tempatnya kecintaan kepada Allah semata.

Ketiga, takhalliyah as Sirr atau pengosongan jiwa dari segenap pikiran yang bakal mengalihkan perhatian
dari dzikir atau ingat kepada Allah.

Keempat, tajalliyah ar Ruh atau pencerahan ruh, berarti mengisi ruh dengan cahaya Allah dan gelora
cintanya.

Qasrun = Merupakan unsur jasmaniah, berarti istana yang menunjukan betapa keunikan struktur tubuh
manusia.

Sadrun = (Latifah al-nafs) sebagai unsur jiwa

Qalbun = (Latifah al-qalb) sebagai unsur rohaniah


Fuadun = (Latifah al-ruh) Unsur rohaniah

Syagafun = (Latifah al-sirr) unsur rohaniah

Lubbun = (Latifah al-khafi) unsur rohaniah

Sirrun = (Latifah al-akhfa) unsur rohaniah.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam hadist qudsi:

“Aku jadikan pada tubuh anak Adam (manusia) itu qasrun (istana), di situ ada sadrun (dada), di dalam
dada itu ada qalbu (tempat bolak balik ingatan), di dalamnya ada lagi fu’ad (jujur ingatannya), di
dalamnya pula ada syagaf (kerinduan), didalamnya lagi ada lubbun (merasa terlalu rindu) dan di dalam
lubbun ada sirrun (mesra), sedangkan di dalam sirrun ada “Aku”.

Ahmad al-Shirhindi dalam Kharisudin memaknai hadist qudsi di atas melalui sistem interiorisasi dalam
diri manusia yang strukturnya yang dapat diperhatikan dalam gambar di atas.Pada dasarnya lathifah-
lathifah tersebut berasal dari alam amri (perintah) Allah : “Kun fayakun”, yang artinya, “jadi maka
jadilah” (QS : 36: 82) merupakan al-ruh yang bersifat immaterial. Semua yang berasal dari alam al-khalqi
(alam ciptaan)bersifat material.

Karena qudrat dan iradat Allah ketika Allah telah menjadikan badan jasmaniah manusia, selanjutnya
Allahmenitipkan kelima lathifah tersebut ke dalam badan jasmani manusia dengan keterikatan yang
sangat kuat. Lathifah-lathifah itulah yang mengendalikan kehidupan batiniah seseorang, maka
tempatnya ada di dalam badan manusia. Lathifah ini pada tahapan selanjutnya merupakan istilah praktis
yang berkonotasi tempat. Umpamanya lathifah al-nafsi sebagai tempatnya al-nafsu al-amarah. Lathifah
al-qalbi sebagai tempatnya nafsu al-lawamah. Lathifah al-Ruhi sebagai tempatnya al-nafsu al-
mulhimmah, dan seterusnya. Dengan kata lain bertempatnya lathifahyang bersifat immaterial ke dalam
badan jasmani manusia adalah sepenuhnya karena kuasa Allah.Lathifah sebagai kendaraan media bagi
ruh bereksistensi dalam diri manusia yang bersifat barzakhiyah (keadaanantara kehidupan jasmaniah
dan rohaniah).

Pada hakekatnya penciptaan ruh manusia (lima lathifah), tidak melalui sistem evolusi. Ruh ditiupkan
oleh Allah kedalam jasad manusia melalui proses. Ketika jasad Nabi Adam a.s telah tercipta dengan
sempurna, maka Allah memerintahkanruh Nya untuk memasuki jasad Nabi Adam a.s. Maka dengan
enggan ia menerima perintah tersebut. Ruh memasuki jasad dengan berat hati karena harus masuk ke
tempat yang gelap. Akhirnya ruh mendapat sabda Allah: “Jika seandainya kamu mau masuk dengan
senang, maka kamu nanti juga akan keluar dengan mudah dan senang, tetapi bila kamu masuk dengan
paksa,maka kamupun akan keluar dengan terpaksa”. Ruh memasuki melalui ubun-ubun, kemudian
turun sampai ke batas mata,selanjutnya sampai ke hidung, mulut, dan seterusnya sampai ke ujung jari
kaki.

Setiap anggota tubuh Adam yang dilalui ruhmenjadi hidup, bergerak, berucap, bersin dan memuji Allah.
Dari proses inilah muncul sejarah mistis tentang karakter manusia,sejarah salat (takbir, ruku dan sujud),
dan tentang struktur ruhaniah manusia (ruh, jiwa dan raga).Bahkan dalam al Qur’an tergambarkan
ketika ruh sampai ke lutut, maka Adam sudah tergesa gesa ingin berdiri.Sebagaimana firman Allah :
“Manusia tercipta dalam ketergesa-gesaan” (Q.S.21:37).Pada proses penciptaan anak Adam pun juga
demikian, proses bersatunya ruh ke dalam badan melalui tahapan.Ketika sperma berhasil bersatu
dengan ovum dalam rahim seorang ibu, maka terjadilah zygot (sel calon janin yang diploid ).Ketika itulah
Allah meniupkan sebagian ruhnya (QS : 23 : 9), yaitu ruh al-hayat. Pada tahapan selanjutnya Allah
menambahkanruhnya, yaitu ruh al-hayawan, maka jadilah ia potensi untuk bergerak dan berkembang,
serta tumbuh yang memang sudah adabersama dengan masuknya ruh al-hayat.

Sedangkan tahapan selanjutnya adalah peniupan ruh yang terakhir, yaitu ketika proses penciptaan fisik
manusia telahsempurna (bahkan mungkin setelah lahir). Allah meniupkan ruh al-insan (haqiqat
Muhammadiyah). Maka dengan ini, manusiadapat merasa dan berpikir. Sehingga layak menerima taklif
syari’ (kewajiban syari’at) dari Allah dan menjadi khalifah Nya.Itulah tiga jenis ruh dan nafs yang ada
dalam diri manusia, sebagai potensi yang menjadi sudut pandang dari fokuspembahasan lathifah
(kesadaran).

Lima lathifah yang ada di dalam diri manusia itu adalah tingkatan kelembutan kesadaranmanusia.
Sehingga yang dibahas bukan hakikatnya, karena hakikat adalah urusan Tuhan (QS : 17 : 85), tetapi
aktivitas dankarakteristiknya.Lathifah al-qalb, bukan qalb (jantung) jasmaniah itu sendiri, tetapi suatu
lathifah (kelembutan), atau kesadaran yangbersifat rubbaniyah (ketuhanan) dan ruhaniah. Walaupun
demikian, ia berada dalam qalb (jantung) manusia sebagai mediabereksistensi. Menurut Al Ghazall, di
dalam jantung itulah memancarnya ruh manusia itu. Lathifah inilah hakikatnya manusia.Ialah yang
mengetahui, dia yang bertanggung jawab, dia yang akan disiksa dan diberi pahala.

Lathifah ini pula yangdimaksudkan sabda Nabi “Sesungguhnya Allah tidak akan memandang rupa dan
hartamu, tetapi ia memandang hatimu”.Latifiah al-qalb bereksistensi di dalam jantung jasmani manusia,
maka jantung fisik manusia ibaratnya sebagai pusatgelombang, sedangkan letak di bawah susu kiri jarak
dua jari (yang dinyatakan sebagai letaknya lathifah al-qalb) adalah ibarat”channelnya”. Jika seseorang
ingin berhubungan dengan lathifah ini, maka ia harus berkonsentrasi pada tempat ini. Lathifah
inimemiliki nur berwarna kuning yang tak terhinggakan (di luar kemampuan indera fisik).

Demikian juga dengan lathifah al-ruh, dia bukan ruh atau hakikat ruh itu sendiri. Tetapi lathifah al-ruh
adalah suatuidentitas yang lebih dalam dari lathifah al-qalb. Dia tidak dapat diketahui hakikatnya, tetapi
dapat dirasakan adanya, dandiketahui gejala dan karakteristiknya. Lathifah ini terletak di bawah susu
kanan jarak dua jari dan condong ke arah kanan.Warna cahayanya merah yang tak terhinggakan. Selain
tempatnya sifat-sifat yang baik, dalam lathifah ini bersemayam sifatbahimiyah atau sifat binatang jinak.
Dengan lathifah ini pula seorang salik akan merasakan fana al-sifat (hanya sifat Allah sajayang kekal),
dan tampak pada pandangan batiniah.

Lathifah al-sirri merupakan lathifah yang paling dalam, terutama bagi para sufi besar terdahulu yang
kebanyakan hanya menginformasikan tentang tiga lathifah manusia, yaitu qalb, ruh dan sirr. Sufi yang
pertama kali mengungkap sistem interiorisasilathifah manusia adalah Amir Ibn Usman Al Makki (w. 904
M), yang menurutnya manusia terdiri dari empat lapisan kesadaran,yaitu raga, qalbu, ruh dan sirr.
Dalam temuan Imam al Robbani al Mujaddid, lathifah ini belum merupakan latifiah yang terdalam.Ia
masih berada di tengah tengah lathifah al ruhaniyat manusia. Tampaknya inilah sebabnya sehingga al
Mujaddid dapat merasakan pengalaman spiritual yang lebih tinggi dari para sufi sebelumnya, seperti
Abu Yazid al Bustami, al-Hallaj (309 H),dan Ibnu Arabi (637 H).

Setelah ia mengalami “ittihad” dengan Tuhan, ia masih mengalami berbagai pengalaman


ruhaniah,sehingga pada tataran tertinggi manusia ia merasakan sepenuhnya, bahwa abid dan ma’bud
adalah berbeda, manusia adalahhamba, sedangkan Allah adalah Tuhan.Hal yang diketahui dari lathifah
ini adalah, ia memiliki nur yang berwarna putih berkilauan. Terletak di atas susu kiri jarak sekitar dua
jari, berhubungan dengan hati jasmaniah (hepar).

Selain lathifah ini merupakan manifestasi sifat-sifat yangbaik, ia juga merupakan sarangnya sifat
sabbu’iyyah atau sifat binatang buas. Dengan lathifah ini seseorang salik akan dapatmerasakan fana’ fi
al-dzat, dzat Allah saja yang tampak dalam pandangan batinnya.Lathifah al-khafi adalah lathifah al-
robbaniah al-ruhaniah yang terletak lebih dalam dari lathifah al-sirri. Penggunaanistilah ini mengacu
kepada hadis Nabi : “Sebaik-baik dzikir adalah khafi dan sebaik baik rizki adalah yang
mencukupi”.Hakikatnya merupakan rahasia Ilahiyah.

Tetapi bagi para sufi, keberadaanya merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri.Cahayanya
berwarna hitam, letaknya berada di atas susu sebelah kanan jarak dua jari condong ke kanan,
berhubungan denganlimpa jasmani. Selain sebagai realitas dari nafsu yang baik, dalam lathifah ini
bersemayam sifat syaithoniyyah seperti hasad,kibir (takabbur, sombong), khianat dan serakah.Lathifah
yang paling lembut dan paling dalam adalah lathifah al-akhfa. Tempatnya berada di tengah-tengah dada
danberhubungan dengan empedu jasmaniah manusia. Lathifah ini memiliki nur cahaya berwarna hijau
yang tak terhinggakan.Dalam lathifah ini seseorang salik akan dapat merasakan’isyq (kerinduan) yang
mendalam kepada Nabi Muhammad s.a.w.sehingga sering sering ruhaniah Nabi datang mengunjungi.

Sesuai dengan pendapat al-Qusyairi yang menegaskan tentang tiga alat dalam tubuh manusia dalam
upayakontemplasi, yaitu:Pertama qalb yang berfungsi untuk mengetahui sifat-sifat Allah.Kedua, ruh
berfungsi untuk mencintai Allah, danKetiga, sirr berfungsi untuk melihat Allah.Dengan demikian proses
ma’rifat kepada Allah menurut al Qusyairi dapat digambarkan sebagai berikut dibawah ini.Aktivitas
spiritual itu mengalir di dalam kerangka makna dan fungsi rahmatan lil ‘alamin; Tradisi kenabian pada
hakekatnya tidaklepas dari mission sacred, misi yang suci tentang kemanusiaan dan kealam semestaan
untuk merefleksikan asma Allah.

Share this:

TwitterFacebook

Memuat...

Berkaitan

Tarekat Syattariyah

Mac 13, 2010

Liked by 2 people

Hakikat Diri

April 18, 2010

With 4 comments

Kitab Ilmu makrifat Tok Guru Peramu

Mei 29, 2014

Liked by 1 person
Februari 20, 2019Tinggalkan Jawapan

« Sebelumnya

Berikutnya »

Tinggalkan Jawapan

Alamat e-mel anda tidak akan disiarkan. Medan diperlukan ditanda dengan *

Komen *

Nama *

E-mel *

Laman Web

Maklumkan komen balas melalui emel.

Maklumkan kiriman baru melalui email.

View Full Site

Anda mungkin juga menyukai