Anda di halaman 1dari 5

PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH DAERAH SOLOK DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SOLOK, SUMATERA BARAT Oleh : Suranta,

Jojon Sutarjono dan Sugalang

Pendahuluan Daerah penyelidikan terletak kurang lebih 15 km utara Kota Solok, Kabupaten Solok, Propinsi Sumatera Barat. Danau Singkarak adalah merupakan Danau alam yang keberadaannya sangat bermanfaat bagi kehidupan masyarakat di sekitar danau pada khususnya dan masyarakat Sumatera Barat pada umumnya. Adapun manfaat yang bisa diperoleh dari Danau Singkarak tersebut diantaranya untuk perikanan, pertanian, pembangkit tenaga listrik dan pariwisata. Pengaruh naik turunnya elevasi air danau sangat meresahkan bagi masyarakat disekitarnya karena tidak terpenuhinya kebutuhan air untuk pertanian. Hal ini disebabkan daerah ini masih banyak yang menggunakan kincir air untuk irigasi sawah, sehingga saat air danau surut maka banyak kincir air yang tidak dapat berfungsi. Sehubungan dengan hal itu maka studi mengenai susutnya air danau ini diperlukan untuk mengetahui faktor-faktor penyebabnya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (STA Solok), kondisi iklim dan curah hujan di daerah ini adalah sebagai berikut: Gerakan Tanah Daerah Solok dan Sekitarnya Kejadian gerakan tanah di daerah studi disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah kondisi geologi, morfologi, curah hujan, kegiatan gunungapi dan kegempaan. Daerah yang cukup banyak dijumpai gerakan tanah adalah pada daerah yang dibentuk oleh batuan Anggota Filit dan serpih Formasi Kuantan (Pcks) dan batuan volkanik tak terpisahkan (Qtau). Umumnya gerakan tanah berupa longsoran bahan rombakan dan nendatan, berdimensi panjang antara 10 - 15 m, lebar antara 5 - 7 m, terdapat pada kemiringan lereng antara 30 - 50 %. Gerakan tanah berupa galodo (debris flow) pernah terjadi di desa Anau Kadok, G. Talang pada tahun 1926 (informasi penduduk) dan 1987, sehingga mengakibatkan rusaknya lahan pertanian di daerah tersebut. Galodo (debris flow) termasuk salah satu tipe gerakan tanah yang dicirikan oleh adanya pergerakan suatu masa tanah/batuan dan air yang terjadi secara tiba-tiba dan serentak dengan kecepatan tinggi. Dalam penyusunan zona kerentanan gerakan tanah ditentukan berdasarkan pada indeks kejadian gerakan tanah pada tiap jenis batuan dalam kisaran kemiringan lereng medan tertentu dan hasil analisis tingkat kerentanan untuk terkena gerakan tanah. Parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerentanan gerakan tanah terdiri atas : kondisi geologi, morfologi, tataguna lahan, curah hujan dan kegempaan. Analisis Kemantapan Lereng Analisis atau perhitungan kemantapan lereng, terutama dilakukan pada lereng tanah yaitu guna mendapatkan besarnya nilai Faktor Keamanan (Fs) untuk masingmasing satuan tanah pelapukan dan untuk jenis gerakan tanah tertentu.

Paling banyak jenis gerakan tanah yang dijumpai di lapangan adalah longsoran bahan rombakan, maka dalam melakukan analisis digunakan metoda Fellenius (1936) vide Wesley L.D. (1977) untuk gerakan tanah translasi. Data laboratorium mekanika tanah yang digunakan untuk analisis adalah dengan menggunakan data sekunder dan parameter yang digunakan untuk analisis adalah : berat isi tanah (), kohesi (c) dan sudut friksi dalam (). Dalam melakukan analisis kemantapan lereng diasumsikan lereng dalam kondisi jenuh air Rh = 0,9. Dari hasil analisis dapat diketahui sudut kemiringan lereng kritis untuk masing masing jenis tanah dengan asumsi angka dari faktor keamanan diambil Fs = 1,2 (lihat tabel 1). Tabel 1. Sudut lereng kritis pada tiap-tiap jenis tanah pelapukan batuan untuk jenis gerakan tanah translasi. Batuan Kipas aluvium (Qt) Bahan vulkanik tak terpisahkan (Qtau) Breksi Gunung Talang (Qatg) Batu gamping pasiran Formasi Tuhur (Trtl) Batu gamping Formasi Kuantan (Pckl) Sudut lereng kritis dengan asumsi Fs = 1.2 dan Rh = 0.9 24.31 28.04 37.14 36.33 29.34

Penentuan Tingkat Kerentanan Gerakan tanah Tingkat kerentanan gerakan tanh, yaitu menggambarkan tingkat kecenderungan suatu lereng alam untuk terjadi gerakan tanah. Untuk menentukan tingkat kerentanan yang disajikan dalam bentuk peta kerentanan gerakan tanah digunakan dua metoda pendekatan yaitu : = Metoda kualitatif, yaitu mengklasifikasikan bentuk muka tanah (landform), kondisi geologi dan parameter-parameter alam lainnya seperti tataguna lahan, curah hujan dan kegempaan. = Metoda kuantitatif, yaitu menentukan sudut kemiringan kritis untuk terkena gerakan tanah berdasarkan data pengamatan longsoran di lapangan, dan melakukan analisis kemantapan lereng dengan menghitung faktor keamanan pada masing-masing satuan batuan/tanah pembentuk lereng. Tingkat kerentanan suatu lereng untuk terjadi gerakan tanah dapat ditunjukkan dalam suatu nilai faktor keamanan seperti terlihat pada tabel 2. Tabel 2. Kisaran Faktor Keamanan (Ward, 1976)
Faktor Keamanan (Fs) < 1.2 1.2 <Fs <1.7 1.7 <Fs <2.0 >2.0 Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi : Gerakan tanah sering terjadi Menengah : Gerakan tanah dapat terjadi Rendah : Gerakan tanah jarang terjadi Sangat rendah : Gerakan tanah sangat jarang terjadi Zona Kerentanan I II III IV

Kisaran harga faktor keamanan (Fs) pada tabel 2 akan mempunyai kisaran sudut lereng tertentu, sehingga zona kerentanan gerakan tanah dapat dibuat (tabel 3).

Tabel 3. Derajat kerentanan gerakan tanah untuk masing-masing batuan/tanah pada tiap-tiap kemiringan lereng di dasarkan atas analisa kemantapan lereng dengan asumsi tanah jenuh (Rh = 0.9).
Batuan = = = = = Kipas aluvium (Qt) Bahan vulkanik tak terpisahkan (Qtau) Breksi G. Talang (Qatg) Batu gamping pasiran Formasi Tuhur (Trtl) Batu gamping Formasi Kuantan (Pckl) 0 3 3 - 9 II Sudut Lereng Kritis 9 - 17 17 - 27 27 - 36 III II II/III III/IV II II/III II III III III/IV III III/IV

> 36 IV IV III IV

Daerah Solok dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) zona kerentanan gerakan tanah yaitu : Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah, Zona kerentanan gerakan tanah rendah, Zona kerentanan gerakan tanah menengah dan Zona kerentanan gerakan tanah tinggi. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Uraian dan diskripsi untuk masing-masing zona kerentanan gerakan tanah adalah sebagai berikut : Zona kerentanan gerakan tanah sangat rendah Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah baik gerakan tanah lama maupun gerakan tanah baru terkecuali pada daerah kecil sekitar tebing sungai. Morfologinya merupakan daerah datar dengan kemiringan lereng lebih kecil dari 5% dan lereng tidak dibentuk oleh material gerakan tanah, bahan timbunan atau lempung yang bersifat mengembang. Lereng pada umumnya di bentuk oleh tanah pelapukan pasir dan kerikil (Qal), rombakan andesit (Qf ) dan lahar (Qtau). Penyebaran satuan ini antara lain meliputi daerah Sumani, Muarapingai, Tanjungbingkung, Solok, Kotabaru, Muarapanas, Kinari dan sebelah uatara Bukit. Subang. Zona kerentanan gerakan tanah rendah Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terkena gerakan tanah. Umumnya pada zona ini jarang terjadi gerakan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng . Gerakan tanah dalam dimensi kecil mungkin dapat terjadi terutama pada tebing lembah sungai/alur. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai sampai sangat terjal, tergantung pada kondisi keteknikan tanah/batuan pembentuk lereng. Pada lereng terjal sampai curam, umumnya lereng dibentuk oleh batuan dengan tanah pelapukan tipis dan vegetasi penutup yang baik yaitu berupa perkebunan dan hutan. Lereng pada umunya dibentuk oleh batuan/tanah pelapukan batuan rombakan andesit (Qf), batu sabak (Trts), lava dan breksi (Qatg), faglomerat (Qtau) dan konglomerat (Tob). Penyebaran satuan ini antara lain meliputi daerah Sumage, Binasi, Bukitrandang,

Ruangabu, Balai-gadang, Gunung Bungsu, Talang, Kotatengah dan G. Sugirik. Zona kerentanan gerakan tanah menengah Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai atau tebing jalan. Gerakan tanah lama masih dapat aktif kembali terutama disebabkan curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng pada umunya mulai dari agak terjal sampai curam tergantung pada ketebalan tanah dan kondisi keteknikan tanah/batuan pembentuk lereng. Pada zona ini umumnya longsoran terjadi pada batuan dasar tufa dan serpih (Ps), serpih (Pcks), batu gamping pasiran (Trtl), granit (g), tufa dan lahar (Qatg), tufa (Qtwt) dan breksi tufaan (Qtau). Penyebaran satuan ini antara lain meliputi daerah Kapala bandar, Talau, Genting, G. Talang, sebelah Timur dan Selatan Lubuk Selasih, G. Gadat, Batang Beras. Zona kerentanan gerakan tanah tinggi Daerah ini mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terkena gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah, sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih dapat aktif bergerak, terutama akibat curah hujan yang tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng (30 - 50 %) sampai curam > 70%, tergantung pada kondisi keteknikan tanah/batuan pembentuk lereng. Hasil pengamatan lapangan menunjukkan bahwa longsoran pada zona ini terjadi pada batuan dasar, batu gamping sisipan serpih (Pckl), serpih (Pcks), granit (g), lapili dan tufa (Qatg) dan koluvial (Qtau). Penyebaran satuan ini antara lain meliputi daerah Ganting pahuk, Dalam, Paninjauan, Guguk gudang, sebagian G. Talang, Sungai Lubukpakan dan Air Tirusan. Kesimpulan Berdasarkan bentuk morfologi dan kemiringan lerengnya, bentang alam daerah studi dapat dibedakan menjadi 6 satuan morfologi, yaitu : daerah dataran, daerah medan landai, pebukitan/pegunungan agak terjal, pebukitan/pegunungan terjal, pebukitan/ pegunungan sangat terjal dan pebukitan/pegunungan curam. Batuan yang terdapat di daerah ini terdiri atas batuan sedimen berumur tersier hingga kuarter, batuan gunung api berumur tersier hingga holosen, serta endapan aluvium berumur Resen. Bahaya geologi yang terdapat di daerah ini diantarnya berupa gerakan tanah. Dari analisis kemantapan lereng diperoleh harga sudut kritis dari satuan batuan (tanah pelapukan) sebagai berikut : yaitu : kipas aluvium (Qf) = 24,31, bahan vulkanik tak terpisahkan (Qtau) = 28,04, breksi G. Talang (Qatg) = 37,14, batu gamping pasiran (36,33) dan batu gamping sisipan serpih (Pckl) = 29,34. Rekomendasi Berdasarkan hasil studi gerakan tanah dan kebencanaan beraspek geologi dapat direkomendasikan sebagai berikut : Sebagian besar daerah ini morfologinya termasuk pebukitan yang berkemiringan terjal - sangat terjal bahkan dibeberapa tempat curam, untuk itu pemukiman yang

berada di bawah tebing yang terjal perlu waspada karena gerakan tanah sewaktuwaktu dapat terjadi. Hindari pembangunan rumah atau sarana lainnya pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng lebih besar dari 50% (27), terutama pada lereng yang mengarah ke jurang atau lembah sungai. Hindari perencanaan pembangunan pada daerah yang mempunyai kerentanan gerakan tanah tinggi, sedangkan pembangunan pada zona berkerentanan menengah, perlu dilakukan penyelidikan lebih lanjut, secara lebih rinci. Dalam melakukan pemotongan lereng untuk pelebaran jalan, hendaknya memperhatikan teknis pemotongan lereng dan menganalisis kemantapan lerengnya. Hal ini untuk menghindari melorotnya tebing lereng yang terletak diatasnya. Hindari lokasi - lokasi pemukiman yang terletak di daerah rendah disekitar mulut alur/sungai atau bagian luar suatu kelokan sungai/alur, agar terhindar dari bahaya aliran bahan rombakan/galodo. Perlu diupayakan untuk melakukan proteksi pada daerah sekitar alur sungai atau pada daerah erosi kehulu karena daerah tersebut berpotensi terjadi gerakan tanah, misalnya dengan tanaman yang berakar kuat seperti akasia dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai