Anda di halaman 1dari 10

PENJAS ADAPTIF

IMPLIKASI TERHADAP PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA DI SEKOLAH


Tugas Dibuat Untuk Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Penjas Adaptif

Disusun oleh : Kelompok 20 Prima Hartio W 0900107 Annisa Fauziah 0900031

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010/2011

BAB 1 PENDAHULUAN
Kajian fisiologis pendidikan jasmani dan olahraga yang telah diuraikan berimplikasi terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Setiap gerak dan olahraga yang dilakukan melalui program pendidikan jasmani dan olahraga uang dilakukan melalui program pendidikan jasmani dan olahraga telah menjadi kebutuhan yang harus dilakukan setiap hari. Agar kebugaran siswa tetap optimal dalam melakukan olahraga hendaknya dipenuhi kriteria yang digambarkan berupa rimus FITT (Frekwensi laihan, Intensitas, Time atau waktu, dan Tipe latihan). Dalam melakukan kegiatan olahraga harus memenuhi prinsip-prinsip latihan dari sudut fisiologi olahraga. Berikut ini akan dijelaskan beberapa implikasi dari kajian optimalisasi pendidikan jasmani dan olahraga berdasarkan Ilmu Faal Olahraga. Guru penjas harus mampu memahami perlunya penerapan ilmu aal olahraga pada setiap kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dan luar sekolah. Untuk memenuhi tujuan itu diperlukan alokasi waktu pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga dengan jumlah yang cukup, serta tersedianya prasarana dan sarana yang menunjang pelaksanaan pendidikan jasmani dan olahraga. Beberapa hal yang berhubungan dengan masalah tersebut diperlukan pada peningkatan profesionalitas guru penjas, jumlah siswa dan fasilitas belajar, perlunya komitmen dan sikap masyarakat, meningkatkan peran orang tua, peribahan sikap siswa, pentingnya pembinaan kebugaran siswa dan mengevaluasi kemajuan siswa.

BAB II KAJIAN TEORI


1. Peningkatan Profesionalitas Guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga Setiap guru maupun insan olahraga yang terlibat dalam proses pembelajaran penjas dan olahraga seyogianya memiliki sifat sifat yang dapat menyejukkan suasana belajar seerti kesabaran, keuletan, penuh kasih sayang, dan rela berkorban baik waktu maupun energi. Profesionalitas merupakan kunci terhadap keberhasilan pelaksanaan penidikan jasmani. Salah satu kelemahan guru pendiidikan jasmani yang menyebabkan rendahnya tingkat kebugaran jasmani siswa seperti lemahnya pada tingkat sub sistem penyelenggaraan yang berkaitan dengan lemahnya kompetisi dalam bidang ilmu faal dan olahraga, kurang kreatif, dan jarang mengikuti pertemuan pertemuan ilmiah mengenai olahraga, akibatnya guru pendidikan jasmani harus meningkatkan pengtahuannya berkaitan dengan bidang keolahragaan yang berlandaskan ilmu faal olahraga. Kompetisi yang harus dimiliki oleh guru penjas dan olehraga adalah kemampuan mengelola proses pembelajaran yang berlandaskan ilmu faal olahraga, membangkitkan dan memberikan berbagai pengalaman belajar bagi siswanya. Maka guru harus cerdas dalam mengatur lingkungan belajar siswa, ermasuk dalam menetapkan metode yang tepat sesuai denga kondisi di lapangan, serta mampu membangkitkan moivasi siswa agar melakukan olahraga baik di sekolah maupun di luar jam sekolah. Berkaitan dengan kesiapan anak untuk berlatih, Rusli Lutan (2001) mengemukakan adanya sikap posotif siswa terhadap aktivitas jasmani dan faktor dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan olahraga tersebut. Rusli juga mengemukakan bahwa untuk meningkatkan motivasi berlatih pada anak anak, guru penjas dan olahraga perlu merancang aneka variasi tugas yang menarik perhatian anak anak. Guru pendidikan jasmani harus dipersiapkan harus memiliki pengetahuan akademik yang berkaitan dengan Ilmu faal Olahraga dan teori latihan. Peningkatan kualitas guru penjas dan olahraga tidak hanya untuk guru siswa reguler, akan tetapi termasuk pula untuk guru pendidikan jasmani yang mengajar di sekolah luar biasa yang pada umumnya adalah lulusan Sekolah Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau Sarjana Pendidikan Luar Biasa. Untuk tujuan tersebut perlu adanya kerjasaman antara berbagai lembaga yang berkaitan dengan pendidikan jasmani olahraga.

2. Penyesuaian Beban Pembelajaran Beban dan beratnya pembelajaran pendidikan jasmani perlu mendapat perhatian dari guru pendidikan jasmani, sebab hal itu akan berpengaruh terhadap prestasi dan masa depan siswa. Tulang anak-anak usia muda belum matang, dan sedang mengalami pertumbuhan yang pesat dan umumnya sangat riskan terhadap cedera. Apabila beban yang diberikan tidak tepat dan berlebihan akan menyebabkan cedera atau kerusakan pada pusat pertumbuhan yaitu pada discus epifisialis. Apabila discus epifisialis robek akan menyebabkan kerusakan permanen pada tulang, sehingga pertumbuhan anak menjadi berhenti. Oleh karena itu beban latihan kekuatan yang berlebihan sebaiknya dihindari karena akan mengakibatkan cedera.

Berkaitan dengan beban pembelajaran yang diberikan pada setiap siswa seyogianya disesuaikan dengan kemampuan setiap siswa, tingkat pertumbuhan dan perkembangannya sehingga tidak menimbulkan cedera. Untuk menghindari cedera pada anak, seyogianya diberikan latihan kekuatan dengan beban ringan, namun frekwensi pengulangannya lebih banyak, antara 13 15 kali. Mengenai intensitas, prinsip ini jarang diperhatikan oleh guru pendidikan jasmani, sehingga pencapaian daerah latihan yang bersifat individual jarang tercapai. Maka dari itu, supaya pendidikan jasmani dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa perlu dipenuhi penerapan prinsif yang sesuai dengan rumus FITT yang telah dikemukakan yaitu, frekuensi harus minimal tiga kali dalam seminggu sebab kenyataan selama ini pendidikan jasmani di sekolah hanya diberikan satu kali dalam seminggu. Untuk itu harus ada terobosan dan keberanian untuk melakukan perubahan dalam kurikulum mengenai jumlah jam pelajaran pendidikan jasmani, atau adanya kebijakan nasional yang mewajibkan para siswa melakukan olahraga massal atau senam setiap pagi selama 15-30 menit sebelum masuk kelas dan atau dapat juga dipertimbangkan untuk mengaktifkan ekstrakurikuler bagi seluruh siswa pada sore hari setelah jam pelajaran selesai. Selanjutnya intensitas pembelajaran pendidikan, pengaruh meningkat dan menurunnya tingkat kebugaran jasmani siswa sangat dipengaruhi oleh intensitas pembelajaran. Maka dari itu intensitas penbelajaran harus di pantau oleh guru, untuk meyakinkan bahwa setiap siswa telah berlatih pada daerah latihannya (zona training) masing-masing, sehingga memberikan ransangan latihan yang positif dan juga merupakan alat untuk memantau apakah latihan yang dilakukan telah melebihi daerah latihannya yang dapat membahayakan keselamatan siswa. Bagi siswa yang sehat, intensitas dapat bervariasi mulai 50% sampai 85% dari VO2max reserve (VO2max reserve = VO2max VO2rest). Namun karena kurangnya peralatan yang dimiliki sekolah, maka pengukuran VO2max secara umum dapat ditentukan berdasarkan denyut jantung yaitu zona denyut jantung (Target Heart Range) biasanya 220- Usia dengan range 50% 85%. Sedangkan time atau waktu lamanya melakukan aktivitas olahraga adalah 30- 60 menit. Mengenai tipe atau jenis olahraga yang dilakukan tergantung pada kurikulum dan tentunya disesuaikan dengan kebutuhan. Oleh karena itu guru merancang program olahraga bagi siswanya baik yang bersifat aerobik maupun anaerobik berdasarkan prinsip-prinsip latihan yang benar. Kemudian dianjurkan agar para siswa melakukan kegiatan olahraga di luar jam pelajaran sekolah (gaya hidup aktif), minimal tiga kali dalam seminggu. Dari aspek fisiologis dapat dijelaskan bahwa apabila pendidikan jasmani yang tidak dilakukan sesuai dengan rumus FITT maka tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani mustahil akan tercapai. Sedangkan pada sisi lain, kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan diperlukan oleh setiap siswa dalam mempertahankan kesehatannya, mengatasi stress lingkungan, dan melakukan aktivitas sehari-hari serta sebagai komponen dasar dalam mengembangkan dan mencapai prestasi dalam bidang olahraga. 3. Penyesuaian kurikulum pendidikan Jasmani dan Olahraga Agar pembelajaran penjas dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa seyoginya melaksanakan rumus FITT yang suah dijelaskan sebelumnya. Frekwensinya harus minimal 3 sampai 5 kali dalam seminggu, tetapi faktanya pendidikan jasmani di sekolah hanya diberikan 1 kali dalam seminggu. Perlu dipahami bahwa dengan alokasi waktu tersebut di pandang dari

sudut fisiologis, tidak mungkin untuk dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa, karena disamping waktu aktif (kegiatan) yang rendah, alokasi terbatas, dan frekwensinya hanya 1 kali dalam seminggu. Teori latihan yang baik dan kita percayai selama ini menganjurkan untuk meningkatkan kebugaran jasmani siswa, maka aktivitas jasmani atau olahraga harus dilakukan minimal 3 kali dalam seminggu. Di Cina pembelajaran pendidikan jasmani dilakukan 3 kali dalam seminggu dengan alokasi waktu 1 kali 45 menit. Kegiatan pendidikan jasmani berjalan dengan dinamis dan disiplin waktu serta ditunjang oleh fasilitas yang memadai. Pakaian sekolah sehari-hari siswa adalah pakaian olahraga lengkap dengan sepatu olahraga. Dengan kondisi seperti ini, para siswa dapat bergerak dengan leluasa setiap saat dan tidak membutuhkan waktu untuk mengganti pakaian pada saat terjadi pretukaran jam pelajaran. Di Indonesia untuk mengganti pakaian dan berjalan menuju lapangan olahraga diperlukan waktu sekitar 20-30 menit. Selain jam pelajaran pendidikan jasmani dilakukan tiga kali dalam seminggu, mereka juga diwajibkan mengikuti ektrakurikuler olahraga dan bagi mereka yang berprestasi dalam cabang olahraga tertentu, mereka masuk ke klub olahraga sekolah yang memiliki pula jadwal tersendiri. Berdasarkan model pembelajaran pendidikan jasmani di Cina tersebut, dapat digambarkan bahwa jumlah waktu aktif dan frekuensi melakukan pendidikan jasmani dan olahraga sangat memadai ditinjau dari sudut fisiologi olahraga.

4. Tujuan Pembelajaran Pada setiap pembelajaran para siswa harus mengerti agar jelas apa tujuan pembelajaran yang ingin dicapai melalui kegiatan belajar tersebut. Apabila tujuannya jelas, misalnya meningkatkan kebugaran jasmani, maka siswa akan mempersiapkan diri dan mengikuti setiap kegiatan dengan sunguh-sungguh. Pencapaian tujuan kognitif yang meliputi kegiatan menggunakan dan melatih kemampuan intelektual siswa yaitu melatih agar mampu mengingat informasi, baik yang sederhana maupun kompleks sampai pada tahap penafsiran, dan penarikan kesimpulan tentang informasi yang diterima. Kemampuan seperti ini perlu dilatih karena sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan afektif sangat penting dalam kehidupan sosial anak. Keberhasilan dalam pelaksanaan pendidikan jasmani akan melahirkan pertumbuhan emosional anak yang baik seperti menambah rasa percaya diri, bertambahnya konsep diri dan meningkatnya rasa harga diri. Penekanan yang penting dalam pembelajaran afektif adalah keikutsertaan anak secara aktif dalam setiap kegiatan sebab setiap kegiatan yang diikuti siswa akan mencari dan menemukan tantangan-tantangan baru serta merasa yakin bahwa dirinya mampu melakukannya (Richardson dkk, 2005; Pelletier, Vallerand dan Sarazzin, 2007). Dalam aktivitas pendidikan jasmani mereka harus bersosialisasi, bekerja sama, saling membantu satu dengan yang lainnya, dan semua ini akan meningkatkan pertumbuhan ranah afektif. Tetapi sayang bahwa tujuan afektif ini tidak pernah dimasukkan dalam komponen tujuan yang perlu dicapai dan dievaluasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Kita lupa bahwa ketiga ranah tujuan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Pencapaian tujuan afektif ini harus dimasukkan dalam setiap tujuan

pembelajaran seperti tujuan psikomotor yang menjadi fokus tujuan utama dalam setiap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah.

5. Jumlah Siswa dan fasilitas Belajar Keadaan jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas harus dicarikan jalan keluarnya. Dari sudut fisiologi misalnya diadakan pembagian antara siswa putra dan putri, karena dilihat dari kemampuan fisik, maka antara siswa putra dan putri terdapat perbedaan yang signifikan. Namun dampak pembagian ini harus tersedianya dua orang tenaga pendidik guru penjas dalam satu kelas dan resikonya terjadi penambahan guru dan biaya yang harus dikeluarkan. Selama ini, masalah jumlah siswa yang terlalu banyak dalam satu kelas dan minimnya fasilitas belajar serta pemdekatan konvensional (pendekatan teknis) yang mengharuskan siswa menunggu giliran dalam waktu lama untuk melakukan suatu aktivitas teknik, sehingga jumlah waktu aktif belajar siswa hanya sedikit dari seluruh alokasi waktu yang tersedia, dan hal ini menjadi kendala dalam keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.

6. Perlunya Komitmen dan Sikap Masyarakat Pentingnya komitmen pada program pendidikan jasmani dalam membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai pola hidup sehat perlu mendapat perhatian dari masyarakat luas. Apabila tidak ada komitmen dan perubahan sikap masyarakat, maka krisis global yang menimpa pendidikan jasmani, dan keinginan untuk melakukan pembaharuan tidak akan pernah terselesaikan, sebab apabila kita ingin melakukan pembaharuan dalam pendidikan jasmani, maka harus ada perubahan sikap dan komitmen dari masyarakat, dan tanpa perubahan sikap dan komitmen yang tinggi tersebut maka pembaharuan dalam pendidikan jasmani tidak akan pernah terlaksana. Oleh karena itu peran pemerintah dan ahli olahraga sangat penting dalam merubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat (Pelettier, Slovinec dan Reid, 2007).

7. Meningkatkan Peran Orang Tua Peran orang tua sangat penting dalam menjaga kebugaran anak-anaknya dan seyogiannya menjadi teladan bagi anak-anaknya. Para orang tua harus memberi motivasi kepada anaknya agar rajin melakukan olahraga dan berprilaku sebagai orang yang aktif berolahraga sehingga anak-anaknya pun akan tertarik untuk lebih aktif lagi seperti yang dilakukan orangtuannya. Rusli Lutan (2001) mengemukakan bahwa disamping kesempatan untuk berlatih, faktor dorongan semangat kepada siswa sangat diperlukan baik dari guru kelas, guru penjas, teman sebaya dan orang tua memegang peranan penting dalam hal memberikan dorongan kepada anak untk rajin berlatih. Orang tua juga harus mengontrol dan mengurangi waktu bermain anaknya yang biasanya diisi dengan bermain video game, menonton TV dalam jangka waktu lama, dsb.

8. Perubaan Sikap Siswa Perubahan siswa terhada pentingnya pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran jasmani, agar para siswa memiliki kesadaran yang tinggi untuk mengikuti pendidikan jasmani dalam rangka meningkatkan kesehatan dan kebugaran, sehingga nanti terhindar dari penyakit kurang gerak (hipokinesa). Melalui aktivitas gerak / olahraga siswa dapat erjauh dari penyakit kurang gerak. Apabila manusia kekurangan gerak maka akan berakibat terhadap peurunan tingkat kebugaran siswa, sehingga tidak mampu untuk melakukan tugas sehari hari, tidak memiliki daya tahan yang baik, urang bergairah, tidak gesit, tidak energik, kekuatan otot otot menjadi lemah, dan obesitas. Berkenaan dengan hal ini RusliLutan (2001) mengemukakan bahwa tugas penting dalam penyelenggaraan pendidikan jasmani adalah membentuk sikap positif anak anak agar menyukai aktivitas jasmani. Implikasinya adalah dibutuhkannya keterpaduan rogram pendidikan jasmani dan olahraga dengan pendidikan kesehatan di semua tingkatan sekolah untuk membentuk gaya hidup sehat siswa di sepanjang hayat.

9. Pentingnya Pembinaan Kebugaran Siswa Pembinaan kebugaran jasmani pada siswa bertujuan untuk agar para siswa dapat berhasil dan eksis dalam kehidupannya yang meliputi tingkat kesehatan yang baik dan kebugaran yang prima. Eksis dalam kegiatan sekolah, seperti mampu bersaing dalam kegiatan pertandingan antar kelas, antar sekolah, juga antar daerah. Kebugaran jasmani siswa apat dibentuk dengan, dipertahankan, dan ditingkatkan dengan pendidikan jasmani yang teratur dan takatan (porsinya) cukup. Melakukan aktivitas pendidikan jasmani dan olahraga secara teratur dengan dosis dan intensitas yang cukup dan melaksanakan prinsip FITT membuat faal jantung, pembuluh darah dan sistem pernafasan akan bekerja dengan baik sebab jantung selalu beradaptasi terhadap olahraga yang dilakukan dengan cara meningkatkan kekuatan dan efisiensinya, sehingga jantung dapat memompa lebih banyak darah dalam setiap denyutnya. Dengan demikian kebutuhan oksigen dan nutrisi bagi otot yang bekerja pada saat berolahraga, terpenuhi dengan baik. Jenis olahraga yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan menjaga serta meningkatkan fungsi kardiovaskuler adalah olahraga yang dominan aerobik seperti jogging, lari, cross-country, berenang, SKJ, dan berbagai macam aktivitas aerobik. Optimalisasi pembelajaran pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kebugaran siswa, dapat dilakukan berlandaskan fisiologis olahraga. Penerapkan prinsip FITT (Frekwensi, Intensitas, Time, dan Tipe) dapat meningkatkan kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan yang meliputi daya tahan jantung paru, kekuatan, daya tahan otot dan fleksibilitas serta komposisi tubuh yang baik dan tidak kegemukan serta dapat mengurangi resiko terkena penyakit degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, stroke, diabetes melitus, hipertensi, paru, dan lain sebagainya. Melalui kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga, daya tahan jantung paru, kekuatan, dan fleksibilitas otot tubuh, tingkat kesehatan dan kebugaran siswa dapat ditingkatkan serta komposisi tubuh dapat menjadi normal.

10. Mengevaluasi kemajuan Siswa Untuk mengetahui keberhasilan pendidikan jasmani dapat dievaluasi dari peningkatan kebugaran jasmani siswa. National association for Sport and Physical Education (NASPE 1992) menetapkan indikator antara lain bahwa para siswa bugar secara fisik adalah memiliki keterampilan yang mendukung terhadap berbagai macam kegiatan jasmani dikaitkan dengan gaya hidup sehat. Hal yang terpenting pada guru untuk mengevaluasi adalah melakukan eveluasi terhadap kemajuan kemajuan dan perkembangan kebugaran yang dicapai oleh setiap siswa. Hasil ini adalah untuk merencanakan dan menyesuaikan program serta menentukan intensitas atau beban latihan yang cocok bagi siswa sehingga dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan tidak mengalami cedera. Secara Ilmu faal apabila telah terjadi adaptasi terhadap beban yang diberikan maka beban berikutnya harus ditambah atau ditingkatkan, lalu tubuh akan beradaptasi kembali dan ini semua merupakan respons tubuh terhadap beban yang lebih berat tersebut.

BAB III KESIMPULAN


Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah seyogianya dilakukan berdasarkan Ilmu Faal dan Prinsip FITT (Frekwensi, Intensitas, Time, dan type) agar dapat meningkatkan kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan sepert daya tahan jantung paru, kekuatan, daya tahan otot dan fleksibilitas serta komposisi tubuh yang baik dan tidak kegemukan serta dapat mengurangi resiko terkena penyakit degeneratif seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, paru-paru, dll. Pada implikasi pembelajaran PENJASOR di sekolah menggunakan prinsip FITT maka harus ada terobosan dan keberanian untuk melakukan perubahan (revolusi) dalam kurikulum mengenai jumlah waktu jam pelajaran pendidikan jasmani atau adanya kebijakan secara nasional yang mewajibkan para siswa melakukan olahraga masal atau senam setiap pagi sebelum masuk sekolah selama 15 30 menit.

DAFTAR PUSTAKA http://berita.upi.edu/2011/06/23/optimalisasi-pendidikan-jasmani-dan-olahraga-berdasarkan-ilmu-faal/

Anda mungkin juga menyukai

  • Kelompok 10
    Kelompok 10
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 10
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 18
    Kelompok 18
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 18
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 13
    Kelompok 13
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 13
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 16
    Kelompok 16
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 16
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 19
    Kelompok 19
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 19
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 20
    Kelompok 20
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 20
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 17
    Kelompok 17
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 17
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 14
    Kelompok 14
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 14
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 12
    Kelompok 12
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 12
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 7
    Kelompok 7
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 7
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • KELOMPOK15
    KELOMPOK15
    Dokumen1 halaman
    KELOMPOK15
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 11
    Kelompok 11
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 11
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 11
    Kelompok 11
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 11
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 6
    Kelompok 6
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 6
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 5
    Kelompok 5
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 5
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 8
    Kelompok 8
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 8
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 9
    Kelompok 9
    Dokumen2 halaman
    Kelompok 9
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4
    Kelompok 4
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 4
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Pendahuluan
    Bab 1 Pendahuluan
    Dokumen1 halaman
    Bab 1 Pendahuluan
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 20
    Kelompok 20
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 20
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 8
    Kelompok 8
    Dokumen1 halaman
    Kelompok 8
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 13
    Kelompok 13
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 13
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 2
    Kelompok 2
    Dokumen3 halaman
    Kelompok 2
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Makalah Kelompok Penjas Adaptif
    Makalah Kelompok Penjas Adaptif
    Dokumen10 halaman
    Makalah Kelompok Penjas Adaptif
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Makalah Adaptif
    Makalah Adaptif
    Dokumen10 halaman
    Makalah Adaptif
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    100% (2)
  • Makalah Ipong 19
    Makalah Ipong 19
    Dokumen10 halaman
    Makalah Ipong 19
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 1
    Kelompok 1
    Dokumen4 halaman
    Kelompok 1
    Ummahatul Illiyyin Alfath Ermadinoto
    Belum ada peringkat