Anda di halaman 1dari 78

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

KARYA TULIS TUGAS AKHIR

ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2009 BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN DRAF STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

Diajukan oleh: Rofiqoh Muthia Anggraini NPM 07360014556 Mahasiswa Program Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Pemerintahan

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Dinyatakan Lulus Program Diploma III Keuangan Pada Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

2010

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

PERSETUJUAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA NOMOR POKOK MAHASISWA DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI BIDANG KARYA TULIS TUGAS AKHIR JUDUL KARYA TULIS TUGAS AKHIR

: ROFIQOH MUTHIA ANGGRAINI : 07360014556 : AKUNTANSI PEMERINTAHAN : AKUNTANSI PEMERINTAH : ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2009 BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN DRAF STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

Mengetahui Kepala Bidang Akademis Pendidikan Ajun Akuntan,

Menyetujui

Dosen Pembimbing,

Fadlil Usman, Ak., M. Acc. NIP 19621010 198302 1001 ii

Abdul Wahid Fajar Amin NIP 19840902 200602 1002

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA TANGERANG SELATAN

PERNYATAAN LULUS DARI TIM PENILAI KARYA TULIS TUGAS AKHIR

NAMA NOMOR POKOK MAHASISWA DIPLOMA III KEUANGAN SPESIALISASI BIDANG KARYA TULIS TUGAS AKHIR JUDUL KARYA TULIS TUGAS AKHIR

: ROFIQOH MUTHIA ANGGRAINI : 07360014556 : AKUNTANSI PEMERINTAHAN : AKUNTANSI PEMERINTAH : ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2009 BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN DRAF STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

Tangerang Selatan, 1.

Juli 2010

Abdul Wahid Fajar Amin NIP 19840902 200602 1002 2.

(Penilai I/Pembimbing)

Sampurna Budi Utama, Ak., M.E. NIP 19740219 199502 1001 iii

(Penilai II)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga dengan kebesaran-Nya pula, Karya Tulis Tugas Akhir yang berjudul Analisis Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah dan Draf Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Rasulullah SAW beserta sahabat dan keluarganya. Penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini tentunya tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara khusus, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibunda Mariyatin dan Ayahanda Imam Nasruddin atas doa, kesabaran, dan segala keikhlasannya dalam mengasuh, mendidik, dan memberikan dukungan. Untuk kakak penulis, Chekat Fahmy Rosyadi, terima kasih telah menjadi kakak yang senantiasa menegur saat salah dan selalu menjadi kakak penyayang dan pengasih. Untuk adik penulis, Nur Fadilah dan Muhammad Ibnu yang telah mendahului penulis untuk beristirahat di tempat yang paling tenang. Semoga kebersamaan di dunia ini berlanjut di tempat terindah di akhirat nanti. Selain itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut: 1. Bapak Kusmanadji, Ak., MBA selaku Direktur Sekolah Tinggi Akuntansi Negara dan Bapak Fadlil Usman selaku Kepala Bidang Akademis Pendidikan Ajun Akuntan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara.

iv

2. Bapak Abdul Wahid Fajar Amin selaku Dosen Pembimbing yang tak hentinya memberikan motivasi, bimbingan, dan traktiran. 3. Semua dosen Sekolah Tinggi Akuntansi Negara yang telah memberikan ilmunya dengan sabar dan tulus. 4. Ibu Nur Khasanah, Bapak Hendra, Ibu Endah, Ibu Ita, beserta seluruh pegawai DPPKAD Kabupaten Jombang dan Bapak Supangkat selaku Kepala Badan Pelayanan Perizinan (BPP) Kabupaten Jombang beserta seluruh pegawai BPP atas keramahan dan bantuan yang diberikan. 5. Penghuni Cendarawasih Raya A21/2: Mbak Widi, De Ani, Fitri, dan Windi yang selalu menjadi teman di saat sedih dan senang. 6. Senior-senior penulis: Mas Anton, Mbak Rian, Mbak Tika, Mas Dhias, Mbak Maya, dan Mas Gilang yang telah banyak membagi pengalamannya sehingga penulis merasa sangat terbantu. 7. Teman-teman penulis: Ayu, Mbak Riris, Didan, Novita, Niken, Anja, Nona, Efi, Juned, Citra, Solich, Cepi, serta teman satu dosbing: Ainu, Muti, Dwi, Sappe, Muji, Budi, dan Ossi yang selalu menularkan semangat dan memberikan doa. 8. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan bimbingan, dan kontribusi dalam bentuk apapun. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan pada Karya Tulis Tugas Akhir ini. Semoga Karya Tulis Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Tangerang Selatan, Juni 2010 Penulis v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN KARYA TULIS TUGAS AKHIR ............................. HALAMAN PERNYATAAN LULUS UJIAN DARI TIM PENILAI KARYA TULIS TUGAS AKHIR ............................................................................................

i ii

iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv DAFTAR ISI............................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... A. Latar Belakang ..................................................................................... B. Tujuan Penulisan ................................................................................... C. Ruang Lingkup Pembahasan ................................................................. D. Metode Pengumpulan Data.................................................................... E. Sistematika Pembahasan ........................................................................ BAB II DATA DAN FAKTA.................................................................................. A. Kondisi Umum Kabupaten Jombang...................................................... 1. Kondisi Geografis............................................................................ 2. Kondisi Demografis......................................................................... 3. Kondisi Perekonomian..................................................................... vi 1 1 4 4 5 5 7 7 7 8 9

4. Pemerintahan Kabupaten Jombang .................................................. 11 B. Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Jombang .............................. 12 C. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Kabupaten Jombang ........ 15 D. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 .......... 18 1. Laporan Realisasi Anggaran ........................................................... 18 2. Laporan Arus Kas ........................................................................... 19 3. Neraca ............................................................................................ 20 4. Catatan atas Laporan Keuangan ...................................................... 21 BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN ............................................. 23 A. Landasan Teori...................................................................................... 23 1. Basis-Basis Akuntansi ..................................................................... 23 2. Perbandingan antara Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual ............................................................................................. 27 3. Laporan Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan... 28 4. Laporan Keuangan Berdasarkan Draf SAP Berbasis Akrual............. 33 B. Pembahasan........................................................................................... 37 1. Perbedaan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual dan Draf SAP Berbasis Akrual ............................................................................................. 37 2. Analisis Kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang dengan Standar Akuntansi Pemerintahan .......................... 41 3. Analisis Penerapan Akuntansi Keuangan Daerah yang Berbasis Akrual ............................................................................................ 48

vii

4. Hambatan Penerapan Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pengelolaan Keuangan Daerah......................................................... 58 BAB IV PENUTUP .................................................................................................. 60 A. Simpulan ................................................................................................ 60 B. Saran ..................................................................................................... 63 DAFTAR PUSTAKA................................................................................................ 65 LAMPIRAN ............................................................................................................. 67

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel III.1 : Kelebihan dan Kekurangan Basis Kas................................................. 27 Tabel III.2 : Kelebihan dan Kekurangan Basis Akrual ............................................ 28 Tabel III.3 : Penyajian Kas pada Neraca ................................................................. 42 Tabel III.4 : Penyajian Piutang pada Neraca ........................................................... 43 Tabel III.5 : Analisis Perubahan Saldo Aset Tetap .................................................. 44 Tabel III.6 : Rincian Mutasi Tambah dan Mutasi Kurang ....................................... 44 Tabel III.7 : Analisis Perubahan Saldo Utang PFK ................................................. 45 Tabel III.8 : Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah Kabupaten Jombang Per 31 Desember 2009 dan 2008 .......................................... 48 Tabel III.9 : Penyesuaian Pendapatan Pajak Operasional ........................................ 49 Tabel III.10: Penyesuaian PAD Lainnya-LO ........................................................... 50 Tabel III.11: Penyesuaian DBH Operasional ........................................................... 50 Tabel III.12: Penyesuaian Beban Barang ................................................................. 51 Tabel III.13: Belanja Persediaan.............................................................................. 51 Tabel III.14: Penyusutan Aset Tetap........................................................................ 52 Tabel III.15: Perhitungan Beban Persediaan ............................................................ 52 Tabel III.16: Perhitungan Laba Percepatan Pelunasan Utang Jangka Panjang .......... 53 Tabel III.17: Perbandingan Surplus/Defisit LRA dan Laporan Operasional ............. 54 Tabel III.18: Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Kabupaten Jombang Per 31 Desember 2009 dan 2008.................................................................... 54 ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar III.1 : Pemisahan Pos Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil SDA ...................... 46 Gambar III.2 : Penyesuaian Penyajian Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan.................................................................................... 47 Gambar III.3 : Perubahan Klasifikasi Aktivitas Laporan Arus Kas Draf SAP Akrual 57

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Bagan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Jombang ..... 67 Lampiran 2 : Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 ................................................................................................... 68 Lampiran 3 : Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009......... 70 Lampiran 4 : Neraca Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 .......................... 73 Lampiran 5 : Sistematika Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009.......................................................................... 75 Lampiran 6 : Penjelasan Pos-Pos Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009.......................................................................... 76 Lampiran 7 : Contoh Format Neraca menurut SAP .................................................. 119 Lampiran 8 : Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran menurut SAP ................. 121 Lampiran 9 : Contoh Format Laporan Arus Kas menurut SAP................................. 123 Lampiran 10 : Skema Penyesuaian Arus Kas Keluar dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan...................................................................................... 126 Lampiran 11 : Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 Berdasarkan SAP ................................................................................ 127 Lampiran 12 : Simulasi Laporan Operasional Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 ................................................................................................... 129 Lampiran 13 : Simulasi Neraca Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 Sesuai dengan Draf SAP Akrual .................................................................... 131 xi

Lampiran 14 : Simulasi Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 Sesuai dengan Draf SAP Akrual................................................. 133 Lampiran 15 : Skema Penyesuaian Laporan Arus Kas Berdasarkan Draf SAP Akrual 135

xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Dengan adanya otonomi daerah di Indonesia, dimana daerah bertindak secara mandiri dalam pengurusan rumah tangga dan pembangunan daerahnya, Pemerintah Daerah dituntut untuk mampu melaksanakan urusan Pemerintah Pusat yang telah diserahkan dengan sebaik-baiknya. Hal tersebut telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang menggantikan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 merupakan pedoman dalam pelaksanaan otonomi di Indonesia yang memberikan hak, kewajiban, serta kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah secara proporsional. Hal tersebut diwujudkan dalam pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan serta diwujudkan dalam perimbangan keuangan pusat

2 dan daerah. Berdasarkan kedua undang-undang tersebut, Pemerintah Daerah harus mampu menyelenggarakan kegiatan pemerintahan dengan sebaik-baiknya sehingga tercipta kondisi good governance yang berkeadilan, partisipatif, transparan, dan akuntabel. Otonomi daerah memiliki konsekuensi fiskal, dimana tanggung jawab keuangan bergeser dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah diharuskan untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan dengan lebih menyeluruh dan tepat waktu. Demi mewujudkan hal tersebut, Departemen Keuangan, Departemen Dalam Negeri, dan Ikatan Akuntansi Indonesia bekerja sama membentuk Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) Pusat dan Daerah. Pada tahun 2005, KSAP yang telah dibentuk berhasil melahirkan peraturan perundang-undangan sebagai pedoman dan acuan bagi Pemerintah Pusat dan Daerah dalam menyusun laporan keuangan, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP ini terdiri dari Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan dan sebelas Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP), masing-masing terdiri dari Penyajian Laporan Keuangan, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan, Akuntansi Persediaan, Akuntansi Investasi, Akuntansi Aset Tetap, Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan, Akuntansi Kewajiban, Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi, dan Peristiwa Luar Biasa, serta Laporan Keuangan Konsolidasian.

3 Berdasarkan Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan, Indonesia menggunakan akuntansi berbasis kas menuju akrual. Basis ini merupakan modifikasi dari basis kas dan basis akrual yang mengakui dan mencatat pendapatan dan belanja pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas, sedangkan mencatat aset dan kewajiban pada saat terjadinya transaksi. Di lain pihak, akuntansi berbasis akrual mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya transaksi, baik untuk pendapatan, beban, aset, kewajiban, serta ekuitas dana. Akuntansi berbasis kas menuju akrual yang digunakan dalam Standar Akuntansi Pemerintah sekarang ini merupakan transisi dari basis akuntansi sebelumnya, yaitu akuntansi berbasis kas, menuju kepada basis akrual penuh. Pemerintah mengharapkan penerapan akuntansi berbasis akrual secara penuh pada tahun 2009 sebagaimana telah diamanahkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyebutkan mengenai penerapan basis akrual penuh setelah lima tahun diundangkan. Draf SAP berbasis akrual telah disusun oleh KSAP, tetapi belum ditetapkan menjadi Peraturan Pemerintah. Hal tersebut masih belum bisa terwujud dengan adanya kenyataan bahwa penerapan SAP berbasis kas menuju akrual pada pengelolaan keuangan daerah belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Dalam penyusunan suatu draf SAP, KSAP memiliki beberapa pilihan, yaitu dengan adaptasi atau adopsi. Adaptasi dilakukan dengan mengacu pada SAP sebelumnya yang kemudian disesuaikan dengan berbagai hal, sedangkan adopsi bisa dilakukan dengan mengacu pada IPSAS (International Public Sector Accounting Standard) yang diterbitkan oleh IFAC (International Federations of Accountant).

4 Berdasarkan kondisi yang telah dijelaskan, penulis berkeinginan untuk menganalisis penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 berdasarkan basis kas menuju akrual sesuai dengan SAP yang digunakan sekarang. Selain itu, penulis juga ingin mencoba menerapkan basis akrual dalam draf SAP berbasis akrual terhadap penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. B. Tujuan Penulisan Sesuai dengan bidang dan tema yang dipilih, tujuan yang ingin dicapai penulis melalui Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah, 1. Untuk membandingkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis kas menuju akrual dengan draf SAP berbasis akrual. 2. Untuk menganalisis kesesuaian penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun anggaran 2009 dengan SAP. 3. Untuk menganalisis penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun anggaran 2009 berdasarkan draf SAP berbasis akrual. 4. Untuk menganalisis hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan basis akrual dalam akuntansi pemerintahan di Indonesia. C. Ruang Lingkup Pembahasan Dalam melakukan pembahasan Karya Tulis Tugas Akhir ini, penulis membatasi pokok permasalahan pada perbandingan antara SAP berbasis kas menuju akrual dengan draf SAP berbasis akrual. Penulis juga menganalisis penerapan SAP dalam penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dan

5 mencoba membuat simulasi penerapan draf SAP berbasis akrual pada penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. D. Metode Pengumpulan Data Dalam Penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini penulis mengumpulkan berbagai data dan sumber pendukung dengan menggunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Penelitian kepustakaan Penelitian kepustakaan (library research) dilakukan dengan mengumpulkan dan mempelajari berbagai sumber kepustakaan yang relevan dengan pokok bahasan berupa buku-buku literatur, media cetak, situs-situs internet, literatur ilmiah, dan peraturan perundang-undangan. Penelitian ini berguna untuk memperoleh pengertian dasar, landasan teori, dan konsep yang digunakan untuk memberikan analisis atas permasalahan yang dibahas. 2. Penelitian lapangan Penelitian lapangan (field research) ini dilakukan dengan mendatangi objek secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan. Selain itu, penelitian ini juga dilakukan dengan mewawancarai pihak-pihak yang terkait dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang tepat, akurat, dan terpercaya guna mendukung kemantapan dan ketetapan pembahasan. E. Sistematika Pembahasan Karya Tulis Tugas Akhir yang penulis susun terdiri dari empat bab yang terbagi lagi dalam subbab-subbab. Ringkasan dari masing-masing bab yang ada dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah,

6 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penulisan, tujuan dari penulisan, ruang lingkup pembahasan masalah, metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data dan informasi, serta sistematika penulisan Karya Tulis Tugas Akhir. BAB II DATA DAN FAKTA Bab ini berisi gambaran umum Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang, keadaan keuangan daerah, kebijakan dan sistem akuntansi yang digunakan, serta laporan keuangan tahun anggaran 2009 yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi landasan dan kerangka teori yang digunakan penulis dalam penyusunan Karya Tulis Tugas Akhir ini, dimulai dari basis-basis akuntansi dan penjabaran Standar Akuntansi Pemerintahan yang ada di Indonesia, dilanjutkan dengan pembahasan mengenai analisis kesesuaian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun anggaran 2009 dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan simulasi penerapan draf SAP berbasis akrual pada penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. BAB IV PENUTUP Bab ini merupakan penutup dari Karya Tulis Tugas Akhir yang memberikan suatu simpulan yang didapat dari pembahasan masalah dan saran-saran bagi pihak-pihak yang terkait dengan program penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Indonesia dan draf Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual.

BAB II DATA DAN FAKTA

A. Kondisi Umum Kabupaten Jombang 1. Keadaan geografi. Kabupaten Jombang mempunyai letak yang sangat strategis karena berada pada bagian tengah Jawa Timur dan dilintasi jalan arteri primer Surabaya Madiun dan jalan kolektor primer Malang Babat. Batas-batas wilayah Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara: Kabupaten Lamongan b. Sebelah Timur: Kabupaten Mojokerto c. Sebelah Selatan: Kabupaten Kediri dan Kabupaten Malang d. Sebelah Barat: Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Kertosono Secara goegrafis Kabupaten Jombang terletak di sebelah selatan garis katulistiwa, yakni antara 50 20 01 sampai 50 30 01 Bujur Timur dan 07 24 01 dan 07 45 01 Lintang Selatan dengan luas wilayah 1.159,50 km2. Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian 44 m diatas permukaan laut.

8 Secara topografis, Kabupaten Jombang dibagi menjadi tiga subarea, yaitu: a. Kawasan Utara, bagian pegunungan kapur muda Kendeng yang sebagian besar mempunyai fisiologi mendatar dan sebagian berbukit, meliputi Kecamatan Plandaan, Kabuh, Ploso, Kudu, dan Ngusikan. b. Kawasan Tengah, sebelah selatan sungai Brantas, sebagian besar merupakan tanah pertanian yang cocok bagi tanaman padi dan palawija karena irigasinya cukup bagus, meliputi Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Perak, Gudo, Diwek, Mojoagung, Sumobito, Jogoroto, Peterongan, Jombang, Megaluh, Tembelang, dan Kesamben. c. Kawasan Selatan, merupakan tanah pegunungan, cocok untuk tanaman perkebunan, meliputi Kecamatan Ngoro, Bareng, Mojowarno, dan Wonosalam. Tingkat kesuburan tanah di Jombang sangat bagus karena dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti adanya aliran sungai yang cukup besar dan material hasil letusan gunung berapi yang ikut terbawa arus sungai tersebut. Material hasil letusan Gunung Kelud ikut terbawa arus Sungai Brantas, Kali Konto, dan sungai-sungai lainnya yang mengalir dari wilayah selatan menuju wilayah utara melintasi kawasan Kabupaten Jombang. Oleh karena itu, penggunaan tanah di Kabupaten Jombang didominasi oleh daerah persawahan yang mencapai 42,19% dari luas wilayah Kabupaten Jombang itu sendiri. 2. Keadaan demografis. Dalam paradigma baru, tujuan pembangunan Nasional adalah mencapai masyarakat madani, yaitu masyarakat yang maju, modern dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dari paradigma baru tersebut tergambar jelas bahwa penduduk

9 merupakan obyek sekaligus subyek dari pembangunan sehingga data kependudukan merupakan piranti yang sangat diperlukan guna mengetahui profil penduduk di suatu wilayah dengan berbagai masalah sosial yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil registrasi, jumlah penduduk Kabupaten Jombang pada akhir tahun 2008 adalah sebanyak 1.338.563 jiwa. Dari 21 Kecamatan yang ada di Kabupaten Jombang, Kecamatan Jombang mempunyai jumlah penduduk terbesar, yaitu sebanyak 147.667 jiwa atau 10,22 persen dari total penduduk Kabupaten Jombang. Kepadatan penduduk Kabupaten Jombang meningkat dari 1.007 jiwa/km2 pada tahun 2007 menjadi 1.154 jiwa/km2 pada tahun 2008. Kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jombang sebagai Ibukota Kabupaten dan kepadatan rendah berada di Kecamatan Wonosalam, Kabuh, Plandaan, dan Ngusikan. Sex ratio yang merupakan perbandingan jumlah penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan dikalikan seratus menunjukkan bahwa sex ratio penduduk Kabupaten Jombang tahun 2008 adalah 100.84. Artinya, setiap 100 penduduk perempuan terdapat 101 penduduk laki-laki. Berdasarkan hasil registrasi pada pertengahan tahun 2008, penduduk Kabupaten Jombang yang dibedakan menurut kewarganegaraan WNI dan WNA, dari 1.338.563 penduduk yang ada terdapat 21 penduduk WNA. 3. Keadaan perekonomian. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator ekonomi makro untuk mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. PDRB disajikan dalam PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dimana semua agregat PDRB dinilai atas dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya,

10 baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai tambah, dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) dimana semua agregat PDRB dinilai atas dasar harga tetap yang terjadi pada tahun dasar. PDRB ADHB Kabupaten Jombang pada tahun 2008 diperkirakan mencapai Rp10,062 trilyun atau naik sebesar Rp312,176 milyar dari tahun sebelumnya. Sementara itu, nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jombang tahun 2008 diperkirakan sebesar Rp5,468 trilyun (tahun dasar 2000) atau naik sebesar Rp122,879 milyar dari tahun sebelumnya. Struktur ekonomi Kabupaten Jombang bertumpu pada empat sektor utama yang secara tradisional menyangga kehidupan ekonomi sebagai penyerap tenaga kerja terbesar. Keempat sektor tersebut adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, dan sektor jasa-jasa. Peranan keempat sektor dominan tersebut pada tahun 2008 adalah, Sektor Pertanian 29,55%, Sektor Industri Pengolahan 12,66%, Sektor Perdagangan 31,53%, dan Sektor Jasa-Jasa 9,65%. Menurunnya andil sektor pertanian dibanding tahun sebelumnya bukan berarti sektor ini tidak tumbuh, melainkan kecepatan tumbuhnya kalah dengan sektor lain, misalnya sektor Perdagangan dan Industri. Sektor Perdagangan, serta Hotel dan Restoran merupakan sektor yang paling luwes sekaligus cepat berubah, terutama untuk perdagangan informal. Sektor ini mempunyai andil penting dalam perekonomian Kabupaten Jombang karena berhasil menyerap pengangguran dan tenaga kerja tak terdidik ketika terjadi krisis ekonomi yang lalu. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Jombang bertambah dengan cepat selama tahun 2000 2008, yaitu berturut-turut 3,33% (2001), kemudian 3,97% (2002),

11 4,91% (2003), 5,10% (2004), 5,34% (2005), 5,73% (2006), 6,07% (2007), dan terakhir 6,36% (2008). Secara umum, perekonomian Kabupaten Jombang telah berada pada track record yang benar dan terus terjaga momentum stabilitasnya. Setahun terakhir ini, salah satu sektor raksasa Jombang, yaitu sektor pertanian, mampu berjalan lebih cepat dibanding tahun-tahun sebelumnya, meskipun keluhan klasik petani tentang mahalnya pupuk dan obat-obatan serta anjloknya harga hasil produksi masih terdengar. Demikian halnya dengan sektor perdagangan, sebuah langkah lebar, yaitu dari 8,73% menjadi 8,95%, telah dijejakkan. Hal ini dapat dipahami dengan baik jika mengingat sektor ini paling peka terhadap pergerakan inflasi umum. 4. Pemerintahan Kabupaten Jombang. Secara administrasi, Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa dan empat kelurahan serta meliputi 1.258 dusun. Ditinjau dari komposisi jumlah desa/kelurahan, Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa

terbanyak, yaitu 21 desa. Namun bila ditinjau dari luas wilayah, terdapat tiga kecamatan yang memiliki luas wilayah lebih daripada kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Wonosalam dengan luas 121,63 km2, Kecamatan Plandaan dengan luas 120,40 km2, dan Kecamatan Kabuh dengan luas 97,35 km2. Pada tahun 2008, jumlah aparatur pemerintah, baik yang sudah Pegawai Negeri Sipil maupun yang masih Calon Pegawai Negeri Sipil, di Kabupaten Jombang sebanyak 12.286 orang. Paling sedikit mengenyam pendidikan sampai tingkat S-2/S3, yaitu sebanyak 162 orang. Sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan S-1, yaitu sebanyak 5.617 orang. Terdapat 1.435 orang berpendidikan Sarjana Muda. Tingkat

12 pendidikan D1/D2/D3/Akademi sebanyak 1.412 orang. Tingkat pendidikan SMA atau yang sederajat sebanyak 3.070 orang, berpendidikan SMP atau yang sederajat sebanyak 299 orang, dan berpendidikan SD sebanyak 291 orang. Dari 45 keanggotaan legislatif yang ada dimana seluruhnya berpendidikan minimal SMA, 42 orang berjenis kelamin laki-laki, sisanya sebanyak tiga orang berjenis kelamin perempuan. Dalam rangka mengoptimalkan fungsi kelembagaan perangkat daerah, Pemerintah Kabupaten Jombang menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Perangkat Daerah Kabupaten Jombang. Perubahan ini pada dasarnya merupakan dampak adanya lembaga yang baru, yaitu Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD). DPPKAD merupakan penggabungan tugas pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Kabupaten Jombang, Bagian Keuangan Setda Kabupaten Jombang, dan Bagian Kas Daerah Setda Kabupaten Jombang. Dengan demikian, pada sistem yang baru ini terdapat perubahan alur dan mekanisme penatausahaan yang semula dilakukan oleh Bagian Keuangan dan Bagian Kas Daerah beralih kepada DPPKAD. Bagan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Lampiran 1. B. Keuangan Daerah Pemerintah Kabupaten Jombang Pendapatan Daerah Kabupaten Jombang untuk tahun 2009 terdiri dari tiga kelompok pendapatan. Adapun kelompok pendapatan tersebut adalah,

13 1. Pendapatan asli daerah terdiri dari empat sumber pendapatan yaitu: a. Pendapatan pajak daerah yang diperoleh dari pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan C, pajak parkir, pajak air bawah tanah, pajak burung walet, dan pajak lingkungan hidup. b. Hasil retribusi daerah yang terdiri dari retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu. c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain berasal dari bagian laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Daerah, bagian laba atas penyertaan modal pada Perusahaan Milik Pemerintah, dan bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan swasta. d. Lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah, terdiri dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga deposito, tuntutan ganti kerugian daerah, komisi, potongan, dan selisih nilai tukar rupiah, pendapatan denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, pendapatan denda pajak, pendapatan denda retribusi, pendapatan hasil eksekusi atas jaminan, pendapatan dari pengembalian fasilitas sosial dan fasilitas umum, pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan, serta penerimaan lain-lain. 2. Dana Perimbangan terdiri dari tiga jenis pendapatan yaitu: a. Bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak, bagi hasil pajak berasal dari bagi hasil pajak bumi dan bangunan (PBB), bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB), pajak penghasilan (PPh), insentif PBB, dan biaya pemungutan

14 PBB. Bagi hasil bukan pajak antara lain berasal dari bagi hasil dari provisi sumber daya hutan, iuran tetap, iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi, pungutan hasil perikanan, pertambangan minyak bumi, serta dari

pertambangan gas bumi. b. Dana alokasi umum (DAU). c. Dana alokasi khusus (DAK). 3. Lain-lain pendapatan yang sah bersumber dari pendapatan hibah, dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya, dana penyesuaian dan otonomi khusus, serta bantuan keuangan dari provinsi atau pemerintah daerah lainnya. Belanja daerah Pemerintah Kabupaten Jombang dikelompokkan ke dalam belanja tidak langsung dan belanja langsung yang kemudian diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program, dan kegiatan. Hal tersebut diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007. Adapun pembagian belanja menurut Penatausahaan Keuangan Daerah Kabupaten Jombang adalah, 1. Belanja tidak langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga. 2. Belanja langsung terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

15 Selain itu, Pemerintah Kabupaten Jombang juga mengklasifikasikan belanjanya menjadi tiga, sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, yaitu: 1. Belanja operasi yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, dan belanja bantuan keuangan. 2. Belanja modal yang meliputi belanja tanah, belanja peralatan dan mesin, belanja bangunan dan gedung, belanja jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja aset tetap lainnya. 3. Belanja tak terduga. Pembiayaan dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. pembiayaan mencakup transaksi penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Adapun pembiayaan Pemerintah Kabupaten Jombang terdiri dari: 1. Penerimaan pembiayaan terdiri dari sisa lebih perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tahun lalu, pencairan dana cadangan, penerimaan penjualan aktiva yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. 2. Pengeluaran pembiayaan terdiri dari pembentukan dana cadangan, pengeluaran penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran pokok pinjaman, dan pemberian pinjaman daerah. C. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintah Kabupaten Jombang Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh pemerintah daerah selama satu periode pelaporan. Pemerintah daerah mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta

16 hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur selama satu periode dengan mengacu pada kebijakan akuntansi, sistem, dan prosedur akuntansi yang telah ditetapkan. Maksud dan tujuan penyusunan sistem dan prosedur akuntansi dan pelaporan keuangan daerah adalah untuk menyeragamkan pencatatan dan pelaporan keuangan atas seluruh transaksi yang terjadi di lingkup pemerintah daerah sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan dan diperbandingkan. Adapun tujuan kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan dengan berlandaskan anggaran pada tiap tahun. Pemerintah Kabupaten Jombang telah menetapkan Peraturan Bupati Jombang Nomor 19 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Bupati Jombang

Nomor 15 A Tahun 2008. Kebijakan akuntansi ini merujuk pada Standar Akuntansi Pemerintahan dan Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005. Peraturan Bupati Jombang Nomor 19 Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Daerah sebagaimana telah dirubah dengan Peraturan Bupati Jombang Nomor 15 A Tahun 2008 ini mengatur seluruh

perimbangan dalam rangka penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang yang meliputi: 1. Ketentuan Umum yang terdiri dari latar belakang serta maksud dan tujuan.

17 2. Kebijakan Akuntansi yang meliputi tujuan kebijakan akuntansi, tujuan pelaporan keuangan, jenis laporan keuangan, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dasar hukum pelaporan keuangan, asumsi dasar, dan karakteristik kualitatif laporan keuangan. 3. Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan yang terdiri dari basis akuntansi dan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan. 4. Pengakuan Unsur Laporan Keuangan. 5. Rekening APBD/Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Rekening Neraca, dan Rekening Resiprokal Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). 6. Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pada SKPD dan SKPKD. Basis akuntansi yang diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan adalah basis kas yang dimodifikasi. Basis kas digunakan untuk rekening-rekening LRA yaitu pendapatan, belanja, dan pembiayaan, sedangkan basis akrual digunakan untuk rekening-rekening neraca yaitu aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Basis kas adalah pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari rekening kas umum daerah atau oleh entitas pelaporan. Basis akrual adalah pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada saat terjadinya transaksi, bukan pada saat kas diterima atau dikeluarkan dari rekening kas umum daerah. Sistem akuntansi yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang telah didukung dengan penggunaan perangkat lunak (software) yaitu SIMDA. Penyusunan Laporan Keuangan Kabupaten Jombang dilaksanakan oleh DPPKAD sebagaimana

18 fungsinya sebagai SKPKD. Laporan yang dihasilkan merupakan penggabungan atau konsolidasi dari Laporan Keuangan SKPD. Selain itu, sistem pembukuan dan penyusunan laporan keuangan Kabupaten Jombang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Bupati Jombang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Jombang. D. Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 Berikut merupakan uraian pos dari masing-masing laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009: 1. Laporan Realisasi Anggaran. Laporan Realisasi Anggaran merupakan laporan yang menyajikan perbandingan antara anggaran setelah perubahan dengan realisasi kurang lebihnya yang terjadi pada satu tahun anggaran. Kelompok anggaran ada tiga yaitu: a. Pendapatan, terdiri dari dari pendapatan asli daerah (PAD), pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. b. Belanja, terdiri dari belanja operasi, belanja modal, dan belanja tak terduga. c. Pembiayaan, terdiri dari penerimaan daerah dan pengeluaran daerah. Secara lebih rinci, Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Jombang Tahun 2009 bisa dilihat pada Lampiran 2.

19 2. Laporan Arus Kas. Pemerintah Kabupaten Jombang telah menyusun Laporan Arus Kas tahun 2009 menggunakan metode langsung. Berikut merupakan penjelasan mengenai Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009: a. Laporan Arus Kas terdiri dari empat pos yaitu arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan, arus kas dari aktivitas pembiayaan, dan arus kas dari aktivitas non-anggaran. b. Arus kas dari aktivitas operasi terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk adalah kas yang berasal dari pendapatan asli daerah, pendapatan transfer, dan lain-lain pendapatan yang sah. Di lain pihak, arus kas keluar berasal dari aktivitas pengeluaran kas untuk pembayaran belanja operasi dan belanja tak terduga. c. Arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk berasal dari kegiatan penjualan atas aset tetap, sedangkan arus kas keluar digunakan untuk pembayaran belanja modal. d. Arus kas dari aktivitas pembiayaan terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk terdiri dari pencairan dana cadangan dan penerimaan kembali investasi nonpermanen, sedangkan arus kas keluar digunakan untuk kegiatan penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah. e. Arus kas dari aktivitas non-anggaran terdiri dari arus kas masuk dan arus kas keluar. Arus kas masuk berasal dari penerimaan perhitungan fihak ketiga, sedangkan arus kas keluar digunakan untuk pengeluaran perhitungan fihak ketiga.

20 Untuk lebih rincinya, Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 3. 3. Neraca. Neraca Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 terdiri dari: a. Aset lancar, terdiri dari kas, investasi jangka pendek, piutang, piutang lain-lain, dan persediaan. b. Investasi jangka panjang, terdiri dari investasi nonpermanen dan investasi permanen. c. Aset tetap, terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, jaringan, dan instalasi, aset tetap lainnya, konstruksi dalam pengerjaan, dan akumulasi penyusutan. d. Dana cadangan. e. Aset lainnya, terdiri dari tagihan piutang penjualan angsuran, tagihan tuntutan ganti kerugian daerah, kemitraan dengan pihak ketiga, aset tidak berwujud, dan aset lain-lain. f. Kewajiban jangka pendek, terdiri dari utang perhitungan fihak ketiga (PFK), utang bunga, utang pajak, bagian lancar utang jangka panjang, pendapatan diterima di muka, utang jangka pendek lainnya. g. Kewajiban jangka panjang, terdiri dari utang dalam negeri dan utang luar negeri. h. Ekuitas dana lancar, terdiri dari sisa lebih pembiayaan anggaran (SiLPA), cadangan untuk piutang, cadangan untuk persediaan, dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka pendek, dan pendapatan yang ditangguhkan.

21 i. Ekuitas dana investasi, terdiri dari diinvestasikan dalam investasi jangka panjang, diinvestasikan dalam aset tetap, diinvestasikan dalam aset lainnya, dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka panjang. j. Ekuitas dana cadangan, terdiri dari akun diinvestasikan dalam dana cadangan. Rincian Neraca Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 4. 4. Catatan atas Laporan Keuangan. Penyusunan Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 terdiri dari: a. Bab I Pendahuluan, terdiri dari: 1) maksud dan tujuan penyusunan laporan keuangan, 2) landasan hukum penyusunan laporan keuangan, dan 3) sistematika penulisan catatan atas laporan keuangan. b. Bab II Ekonomi Makro, Kebijakan Keuangan, dan Pencapaian Target Kinerja APBD, terdiri dari: 1) ekonomi makro, 2) kebijakan keuangan, dan 3) indikator pencapaian target kinerja APBD. c. Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Keuangan d. Bab IV Kebijakan Akuntansi, terdiri dari: 1) entitas akuntansi/entitas pelaporan keuangan daerah, 2) basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan keuangan, 3) basis pengukuran yang mendasari penyusunan laporan keuangan, dan

22 4) penerapan kebijakan akuntansi berkaitan dengan ketentuan yang ada dalam Standar Akuntansi Pemerintahan. e. Bab V Penjelasan atas Pos-Pos Laporan Keuangan, terdiri dari: 1) Neraca, 2) Laporan Realisasi Anggaran, 3) Laporan Arus Kas Sistematika Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 5, sedangkan penjelasan atas pos-pos laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang dapat dilihat pada Lampiran 6.

BAB III LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

A. Landasan Teori 1. Basis-basis akuntansi. Suatu basis akuntansi menjadi pijakan penting dalam memberikan suatu asumsi yang diperlukan dalam pencatatan dan pelaporan. Selain itu, basis akuntansi juga menentukan suatu kerangka konseptual beserta pernyataan-pernyataannya dalam penentuan waktu dan nilai pengakuan transaksi. Dalam praktik akuntansi pemerintahan terdapat empat basis akuntansi yang bisa digunakan yaitu: basis kas, modifikasi basis kas, basis akrual, dan modifikasi basis akrual. a. Basis kas. Dalam akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi diakui saat ada kas yang diterima atau dibayarkan. Dalam organisasi pemerintah, pendapatan dan belanja diakui ketika kas diterima dan dikeluarkan oleh Bendahara Umum Negara/Bendahara Umum Daerah atau bendahara entitas pelaporan. Basis ini mengukur kinerja

23

24 pemerintah dengan cara menganalisis perbedaan antara penerimaan kas dan pengeluaran kas dalam satu periode. Pada praktik akuntansi pemerintahan di Indonesia, basis kas digunakan dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran (2005, 2), secara rinci, pengakuan item-item dalam Laporan Realisasi Anggaran adalah sebagai berikut: 1) Pendapatan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. 2) Belanja diakui pada saat terjadinya pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelaporan. Khusus pengeluaran melalui pemegang kas pengakuannya terjadi pada saat pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. 3) Dana cadangan diakui pada saat pembentukan, yaitu pada saat dilakukan penyisihan uang untuk tujuan pencadangan dimaksud. Dana cadangan berkurang pada saat terjadi pencairan dana cadangan. 4) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. 5) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. b. Basis kas modifikasi. Menurut Mustofa (2005, 1),

25 Basis modifikasi dari kas ini pada dasarnya sama dengan akuntansi berbasis kas, namun dalam basis ini pembukuan untuk periode tahun berjalan masih ditambah dengan waktu atau periode tertentu (spesific period) misalnya satu atau dua bulan setelah periode berjalan. Perbedaan basis kas dengan basis kas modifikasi terletak pada penerimaan dan pengeluaran kas. Penerimaan dan pengeluaran kas yang terjadi selama periode tertentu, yang berasal dari transaksi tahun lalu, diakui sebagai penerimaan dan pengeluaran kas tahun sebelumnya. Selanjutnya, arus kas yang telah diperhitungkan dalam periode pelaporan tahun sebelumnya tersebut dikurangkan dari periode pelaporan tahun berjalan. Perbedaan lainnya adalah pada basis kas yang dimodifikasi, piutang dagang, pembayaran di muka, pendapatan pajak yang ditangguhkan, dan sewa guna usaha dikeluarkan dari kemungkinan basis kas modifikasi karena pos-pos tersebut lebih mengarah pada basis akrual. Meskipun demikian, laporan keuangan pada basis kas yang dimodifikasi telah mengakui adanya persediaan (yang dibeli secara tunai), mesin dan peralatan, serta akumulasi penyusutan (Suryanovi, 2008). c. Basis akrual. Kerangka Konseptual Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) menyebutkan, Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Menurut Skousen, et al (2005, 66), Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa

26 itu terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayar. Sementara itu, menurut IPSAS (2006, 26), Accrual basis means a basis of accounting under which transactions and other events are recognized when they occur (and not only when cash or its equivalent is received or paid). Therefore, the transactions and events are recorded in the accounting records and recognized in the financial statements of the periods to which they relate. The elements recognized under accrual accounting are assets, liabilities, net assets/equity, revenue, and expenses. d. Basis akrual modifikasi. Menurut Suryanovi (2008, 67) mengutip dari Accounts and Reports, Filling No. 4.030 tahun 1998 Modified Accrual Basis accounting recognizes an economic transaction or event as revenues in the operating statement when the revenues are both measurable and available to liquidate liabilities of the current period. Available means collectible in the current period or soon enough thereafter to be used to pay liabilities of the current period. Similarly, expenditures are generally recognized when an event or transaction is expected to draw on current spendable resources. Penjelasan yang dikutip dari Freeman dkk. menyebutkan bahwa pendapatan pada basis ini akan diakui bila memenuhi unsur measurable dan available yang dapat diakui sebagai pendapatan pada saat terjadinya, sedang pendapatan yang tidak memenuhi kedua unsur tersebut baru diakui pada saat kas sudah diterima atau diakui sebagai pendapatan ditangguhkan. Menurut Mustofa (2006, 2), basis akrual modifikasi ini mengakui beberapa aset dan beberapa kewajiban, meskipun tidak seluruhnya. Contoh modifikasi tersebut dalam praktik adalah tidak diakuinya aset infrastruktur, aset pertahanan dan aset bersejarah/warisan karena pengidentifikasian yang sulit dan biaya yang besar. Aset dan kewajiban yang diakui hanyalah yang bersifat finansial jangka pendek.

27 2. Perbandingan antara akuntansi berbasis kas dan akuntansi berbasis akrual. a. Kelebihan dan kekurangan penerapan akuntansi berbasis kas. Basis kas mempunyai kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya. Berikut ini merupakan tabel yang menggambarkan kelebihan dan kekurangan dari penerapan basis kas dalam standar akuntansi suatu entitas pemerintah. Tabel III.1 Kelebihan dan Kekurangan Basis Kas Kelebihan Kekurangan 1. Laporan keuangan basis kas dapat 1. Laporan keuangan basis kas kurang menggambarkan sumber dana informatif karena hanya dengan jelas. menyebutkan penerimaan, 2. Penerapan basis kas sederhana dan pengeluaran, dan saldo kas. mudah dipahami. 2. Basis kas hanya memperhatikan 3. Tidak dibutuhkan penghitungan arus kas dalam satu periode tanpa khusus untuk menentukan jumlah memisahkan secara jelas arus kas selama satu periode. penggunaan kas untuk belanja 4. Alokasi dan penggunaan sumber operasional dengan kas untuk dana tidak rumit sehingga mudah belanja modal. dimengerti dan dijelaskan. 3. Tidak diperhatikannya sumber daya nonkas yang mungkin berpengaruh. 4. Basis kas tidak dapat menyajikan informasi mengenai item-item neraca sehingga posisi keuangan suatu entitas tidak diketahui. 5. Tidak dapat disediakannya informasi secara akurat mengenai biaya pelayanan. Sumber: Diolah dari Hamim Mustofa. 2005. Basis Akuntansi Pemerintah. http://www.perbendaharaan.go.id/kepustakaan/artikel. dan Jamason Sinaga. 2006. Selamat Datang SAP. http://www.ksap.org/Riset&Artikel/Art8.pdf. b. Kelebihan dan kekurangan penerapan akuntansi berbasis akrual Sebagaimana basis kas, basis akrual juga memiliki kelebihan dan kekurangan antara lain seperti terlihat pada Tabel III.2.

28 Tabel III.2 Kelebihan dan Kekurangan Basis Akrual Kelebihan Kekurangan 1. Laporan keuangan basis akrual 1. Adanya pilihan atas berbagai lebih informatif karena dapat pengakuan item-item laporan memberikan informasi mengenai keuangan dapat menjadikan laporan posisi keuangan dan perubahannya. tersebut tidak obyektif akibat 2. Basis akrual dapat menunjukkan subyektivitas pembuat laporan. akuntabilitas entitas atas 2. Penerapan basis akrual rumit penggunaan semua sumber daya sehingga penerapannya lebih sulit. beserta pengelolaan seluruh aset dan 3. Dibutuhkan sumber daya manusia kewajibannya. (SDM) yang andal dan teknologi 3. Pengguna laporan dapat dengan yang mendukung sistem pencatatan mudah mengevaluasi kinerja suatu basis akrual yang sangat kompleks. entitas dan membuat keputusan yang berkaitan dengan entitas itu. 4. Transparansi yang lebih luas atas informasi biaya pelayanan sebagai dasar penetapan harga. Sumber: Diolah dari Hamim Mustofa. 2005. Basis Akuntansi Pemerintah. http://www.perbendaharaan.go.id/kepustakaan/artikel. dan Jamason Sinaga. 2006. Selamat Datang SAP. http://www.ksap.org/Riset&Artikel/Art8.pdf. 3. Laporan keuangan berdasarkan standar akuntansi pemerintahan (SAP). Penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan daerah yang diatur dalam Standar Akuntansi Pemerintahan mengacu pada International Public Sector Accounting Standards (IPSAS). Ketentuan tentang penyajian tersebut terdapat dalam Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintah, PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan, PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran, PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas, dan PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan. a. PSAP Nomor 01 tentang Penyajian Laporan Keuangan. Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi dan kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan dan arus sumber daya ekonomi

29 selama periode berjalan. Informasi ini diperlukan pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas pelaporan dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa mendatang. Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan anggaran dalam bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan. Menurut PSAP Nomor 01, laporan keuangan pokok pemerintah pusat/daerah terdiri dari: 1) Laporan Realisasi Anggaran; 2) Neraca; 3) Laporan Arus Kas; dan 4) Catatan atas Laporan Keuangan. Di samping menyajikan laporan keuangan pokok, suatu entitas laporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. Selain itu, entitas pelaporan wajib mengungkapkan informasi tentang ketaatan terhadap anggaran. Di samping menyajikan laporan keuangan, entitas pelaporan harus

mengidentifikasi setiap komponennya secara jelas serta mengemukakan secara jelas, diulang pada setiap halaman laporan, jika dianggap perlu, informasi sebagai berikut: 1) nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi yang lainnya, 2) cakupan laporan keuangan, 3) tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan keuangan,

30 4) mata uang pelaporan, dan 5) tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-angka dalam laporan keuangan. PSAP Nomor 01 mendefinisikan Neraca sebagai laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Adapun unsur-unsur neraca yaitu: 1) Aset, terbagi atas aset lancar dan aset nonlancar. Aset nonlancar dibagi lagi menjadi investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset nonlancar lainnya. 2) Kewajiban, dikelompokkan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. 3) Ekuitas dana, dikelompokkan menjadi ekuitas dana lancar, ekuitas dana dicadangkan, dan ekuitas dana cadangan. Format penyajian Neraca berdasarkan SAP dapat dilihat pada Lampiran 7. b. PSAP Nomor 02 tentang Laporan Realisasi Anggaran. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Dalam proses pengklasifikasian, pendapatan diklasifikasikan berdasarkan jenis pendapatan, sedangkan belanja diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan fungsi. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi sekurang-kurangnya unsurunsur sebagai berikut: 1) pendapatan;

31 2) belanja; 3) transfer; 4) surplus/defisit; 5) pembiayaan; dan 6) sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu dijelaskan. Format LRA sesuai dengan SAP dapat dilihat pada Lampiran 8 dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini. c. PSAP Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasional, investasi aset nonkeuangan, pembiayaan, dan transaksi non-anggaran yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah daerah selama periode tertentu. Klasifikasi arus kas menurut aktivitasnya dapat memberikan informasi kepada pengguna laporan keuangan untuk menilai pengaruh dari masing-masing aktivitas terhadap posisi kas dan setara kas pemerintah. Dalam lampiran V SAP yang membahas mengenai Laporan Arus Kas, pemerintah pusat/daerah dianjurkan untuk menggunakan metode langsung dalam melaporkan arus kas dari aktivitas operasi. Format penyajian Laporan Arus Kas berdasarkan SAP dapat dilihat pada Lampiran 9.

32 d. PSAP Nomor 04 tentang Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Catatan atas Laporan Keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan antara lain, 1) menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-Undang APBD/Peraturan Daerah APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target, 2) menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan, 3) menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadiankejadian penting lainnya, 4) menyajikan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan, 5) mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atau pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas, dan 6) menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan pada lembar muka (on the face) laporan keuangan. Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk mengubah susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan

33 Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Untuk memudahkan pembaca laporan, pengungkapan pada Catatan atas Laporan Keuangan dapat disajikan secara narasi, bagan, grafik, daftar dan skedul atau bentuk lain yang lazim yang mengikhtisarkan secara ringkas dan padat kondisi dan posisi keuangan entitas pelaporan. 4. Laporan keuangan berdasarkan draf SAP berbasis akrual. a. Penyajian laporan keuangan. Untuk memenuhi tujuan pelaporan, laporan keuangan menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatanLRA, belanja, transfer, pembiayaan, pendapatan-LO, beban, dan arus kas. Informasi tambahan, termasuk laporan nonkeuangan, dapat dilaporkan bersama-sama dengan laporan keuangan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif mengenai aktivitas suatu entitas pelaporan selama satu periode. Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary/statutory reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai berikut: 1) Laporan Realisasi Anggaran; 2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; 3) Neraca; 4) Laporan Operasional; 5) Laporan Arus Kas;

34 6) Laporan Perubahan Ekuitas; dan 7) Catatan atas Laporan Keuangan. Neraca merupakan laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Ekuitas Dana pada draf SAP berbasis akrual hanya ada satu pos. b. Laporan Realisasi Anggaran. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. c. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL). Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Unsur-unsur Laporan Perubahan SAL adalah sebagai berikut: 1) saldo anggaran lebih awal; 2) penggunaan saldo anggaran lebih; 3) sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun berjalan; 4) koreksi kesalahan pembukuan tahun sebelumnya; dan 5) lain-lain. Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian lebih lanjut dari unsurunsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

35 d. Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan non-anggaran. e. Laporan Operasional. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Laporan keuangan mencakup laporan operasional yang sekurang-kurangnya menyajikan pospos sebagai berikut: 1) pendapatan-LO dari kegiatan operasional; 2) beban dari kegiatan operasional; 3) surplus/defisit dari kegiatan non-operasional, bila ada; 4) pos luar biasa, bila ada; 5) surplus/defisit-LO. Dalam hubungannya dengan laporan operasional, kegiatan operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis menurut klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi/program untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. f. Laporan Perubahan Ekuitas. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos: 1) ekuitas awal

36 2) surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan; 3) koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas dana, yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar, misalnya: a) koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya; b) perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan rincian lebih lanjut dari unsurunsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas dalam Catatan atas Laporan Keuangan. g. Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran,

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. Rekonsiliasi antara Laporan Realisasi Anggaran (basis kas) dengan Laporan Operasional (basis akrual) dapat dilakukan untuk memberikan informasi tambahan tentang penyebab perbedaan surplus/defisit kedua laporan tersebut.

37 B. Pembahasan 1. Perbedaan SAP berbasis kas menuju akrual dan draf SAP berbasis akrual. Draf SAP berbasis akrual merupakan hasil adaptasi dari SAP berbasis kas menuju akrual yang kemudian disesuaikan dengan praktik-praktik terbaik internasional. Oleh karena itu, masih banyak poin-poin yang sama di antara keduanya. Setelah dianalisis, perbedaan antara draf SAP berbasis akrual dengan SAP berbasis kas menuju akrual adalah sebagai berikut: a. Laporan keuangan. 1) Laporan keuangan pada SAP berbasis kas menuju akrual terdiri dari LRA, Neraca, Laporan Arus Kas, dan CaLK. Pemerintah juga diperkenankan membuat laporan Kinerja Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas. 2) Pada draf SAP berbasis akrual, laporan keuangan terbagi menjadi a) Laporan pelaksanaan anggaran (budgetary/statuory reports) ada dua, yaitu LRA dan Laporan Perubahan SAL; b) Laporan finansial terdiri dari Neraca, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Arus Kas; dan c) CaLK. b. Basis akuntansi. 1) Pada SAP berbasis kas menuju akrual, basis kas digunakan pada LRA dan basis akrual digunakan pada Neraca. 2) Selain pada Neraca, pada draf SAP baru, basis akrual juga digunakan pada Laporan Operasional, sedangkan LRA menggunakan basis kas murni.

38 c. Transfer bottom line laporan keuangan. 1) Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA/SiKPA) pada LRA SAP berbasis kas menuju akrual ditransfer ke ekuitas dana. 2) Pada draf SAP berbasis akrual, SiLPA/SiKPA ditransfer ke Laporan Perubahan SAL, sedangkan surplus/defisit-LO ditransfer ke ekuitas dana. d. Transaksi biaya nonkas. 1) Ketentuan dalam SAP berbasis kas menuju akrual mengatur biaya nonkas dibukukan langsung sebagai pengurang aset dan ekuitas dana. 2) Biaya nonkas pada draf SAP baru dibukukan ke beban-LO dan akun kontra dari beban tersebut. Misalnya, beban penyusutan didebit dan akumulasi penyusutan dikredit. e. Penjurnalan. 1) Item-item Neraca pada SAP sekarang diperoleh dari transaksi anggaran dengan tambahan jurnal corrolary. 2) Tiap transaksi pada draf SAP berbasis akrual harus dianalisis dan dibukukan pada akun yang menyangkut anggaran dan/atau pada akun yang menyangkut finansial. f. Penyusutan aset tetap. 1) Pada SAP berbasis kas menuju akrual, aset tetap, selain tanah dan konstruksi dalam pengerjaan (KDP), dapat disusutkan. Artinya, penyusutan disini tidak wajib dilakukan. 2) Aset tetap pada draf SAP berbasis akrual, selain tanah dan KDP, disusutkan. Dalam hal ini, penyusutan harus dilakukan. Konsep penyusutan yang

39 diterapkan adalah konsep impairment atau penyusutan sebagai pengurang nilai ekuitas. Hal ini dilakukan karena penganggaran kita tidak menganut basis akrual sehingga hal tersebut akan memberikan dampak tambahan beban pada pelaporan keuangan. Untuk menghindari hal tersebut, penyusutan dianggap sebagai pengurang ekuitas. g. Tujuan pelaporan. Tujuan pelaporan dalam draf SAP akrual bertambah. Tujuan tambahan tersebut adalah menyediakan informasi tentang sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya keuangan. Tambahan ini merupakan konsekuensi dari diterapkannya basis akrual. h. Ekuitas dana. 1) Ekuitas dana pada SAP sekarang ada tiga, yaitu ekuitas dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana cadangan. 2) Pada draf SAP sekarang, ekuitas dana hanya satu. Hal ini dilakukan karena memang tidak diperlukan lagi pembagian tersebut. Informasi mengenai ekuitas dana akan terdapat pada suatu laporan tersendiri yaitu Laporan Perubahan Ekuitas Dana. Laporan Perubahan Ekuitas akan melaporkan kenaikan dan penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. i. CaLK. Pada draf SAP berbasis akrual, CaLK hanya memuat ikhtisar pencapaian target keuangan, bukan target kinerja. Dalam PSAP draf SAP akrual nomor 04 mengenai CaLK yang disusun oleh KSAP (2008, 9), Ikhtisar pencapaian target keuangan

40 merupakan perbandingan secara garis besar antara target sebagaimana yang tertuang dalam APBN/APBD dengan realisasinya. j. Item-item Neraca. 1) SAP berbasis kas menuju akrual mensyaratkan pencatatan aset sebesar pengeluaran kas dan setara kas atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut, sedangkan kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. 2) Menurut draf SAP akrual, aset dicatat sebesar pengeluaran atau penggunaan sumber daya ekonomi atau sebesar nilai wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aset tersebut, sedangkan kewajiban dicatat sebesar nilai wajar sumber daya ekonomi yang digunakan pemerintah untuk memenuhi kewajiban yang bersangkutan. Aset dalam bentuk piutang atau beban dibayar di muka diakui ketika hak klaim untuk mendapatkan arus kas masuk atau manfaat ekonomi lainnya dari entitas lain telah atau tetap masih, dan nilai klaim tersebut dapat diukur atau diestimasi. k. Pengakuan pendapatan. 1) Menurut SAP berbasis kas menuju akrual, pendapatan diakui ketika kas masuk ke Rekening Kas Umum Negara/Daerah. 2) Pada draf SAP akrual, Pendapatan-LO diakui pada saat timbulnya hak atas pendapatan tersebut atau ada aliran masuk sumber daya ekonomi. PendapatanLRA diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan.

41 l. Pengakuan beban. Dalam draf SAP akrual, terdapat pengakuan beban. Alasannya adalah dibutuhkan akun beban dalam pengakuan beberapa item, seperti beban penyusutan. Penyusutan terjadi tanpa ada pengeluaran uang dari Kas Umum Negara/Daerah, tapi penyusutan mengurangi nilai dari aset. Oleh karena istilah belanja penyusutan tidak tepat, maka istilah beban dimasukkan dalam draf SAP terbaru. Pengakuan beban ini sesuai dengan draf SAP akrual yang menyatakan, Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya konsumsi aset, atau terjadinya penurunan manfaat ekonomis atau potensi jasa. 2. Analisis kesesuaian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. Pemerintah Kabupaten Jombang telah memenuhi semua laporan keuangan tahun 2009 berdasarkan SAP. Berikut ini dipaparkan analisis perbandingan laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dengan SAP. a. Laporan Realisasi Anggaran. Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang menyajikan struktur APBD yang meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta informasi mengenai angka-angka anggaran dan realisasi setiap pos anggaran pada tahun berjalan dan tahun sebelumnya. Setelah menganalisis LRA Pemerintah Kabupaten Jombang, ada hal yang perlu diperhatikan, yaitu pendapatan lainnya pada kelompok lain-Lain pendapatan yang sah sebesar Rp16.698.100.000,00 disebutkan dalam CaLK sebagai bantuan keuangan dari pemerintah provinsi. Menurut Buletin Teknis (Bultek) Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Sesuai dengan SAP

42 dengan Konversinya, bantuan tersebut seharusnya masuk dalam pendapatan hibah, meskipun tetap dalam kelompok lain-lain pendapatan yang sah. Selain pos pendapatan lainnya, klasifikasi dan nama pos yang digunakan dalam LRA Pemerintah Kabupaten Jombang telah sesuai dengan Bultek Nomor 03. Pos Belanja juga sudah diklasifikasikan berdasarkan jenis belanja, organisasi, dan fungsi. Secara keseluruhan, penyajian Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 sudah sesuai dengan ketentuan pada SAP. b. Neraca. Neraca Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang tahun 2009 menyajikan informasi mengenai posisi aset, kewajiban, dan ekuitas dana per tanggal 31 Desember 2009. Dalam penyajian Neraca Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang yang disesuaikan dengan ketentuan SAP, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu: 1) Pos kas seharusnya dirinci lagi menjadi kas di daerah, kas di bendahara pengeluaran, kas di bendahara penerimaan. Berdasarkan CaLK, akhir tahun 2009 hanya ada kas di daerah sebesar Rp75.191.136.484,95 dan kas di BLUD-RSUD sebesar Rp8.021.408.520,40. Penyajian saldo kas pada Neraca sesuai dengan SAP terlihat pada tabel berikut Tabel III.3 Penyajian Kas pada Neraca
ASET LANCAR Kas di Kas Daerah Kas di BLUD 2009 75.191.136.484,95 8.021.408.520,40

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009.

43 2) Rincian piutang pada CaLK tidak menyebutkan adanya piutang pajak. Nilai piutang yang dicantumkan pada Neraca sebesar nilai pada Surat Ketetapan Pajak (SKP) yang hingga akhir periode belum dilunasi. Tidak adanya piutang pajak pada 31 Desember 2009 menunjukkan tidak adanya tunggakan pajak oleh Wajib Pajak (WP) di Kabupaten Jombang. Menurut ketentuan pada SAP, pos piutang dirinci menurut jenisnya sebagaimana diilustrasikan pada tabel III.4. Tabel III.4 Penyajian Piutang pada Neraca
ASET LANCAR Piutang Pajak Piutang Retribusi Bagian Lancar TGR Piutang Lainnya 2009 00 1.664.749.395,00 19.042.750,00 9.462.886.284,12

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. 3) Terdapat piutang ganti rugi atas kekayaan daerah sebesar Rp12.646.950,00 yang sudah ada sejak tanggal 19 Desember 1984. Kasus tersebut sudah diusulkan penghapusannya karena kejadiannya sudah lama serta yang bersangkutan sudah pensiun dan dalam keadaan tidak mampu. Menurut PSAP nomor 01, suatu aset diklasifikasikan sebagai aset lancar jika diharapkan segera direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu dua belas bulan sejak tanggal pelaporan. menurut penulis, piutang ganti rugi tersebut sudah tidak memenuhi ketentuan pengakuan sebagai aset lancar dan sebaiknya segera dihapuskan. 4) Terdapat pos jalan, jaringan, dan instalasi pada kelompok aset tetap. Penamaan tersebut merupakan ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 sehingga perlu dikonversi ke dalam aturan SAP menjadi jalan, jaringan, dan irigasi.

44 5) Saldo aset tetap pada Neraca tahun 2009 mengalami kenaikan. Analisis atas perubahan saldo aset tetap tersebut terlihat pada tabel berikut Tabel III.5 Analisis Perubahan Saldo Aset Tetap
Aset Tetap Saldo Awal a Belanja Modal b 0 26.919.273.241,00 Mutasi Tambah c 615.000,00 Pengurangan d 338.000.000,00 Saldo Akhir e (a+b+c-d) 633.014.674.896,72 202.890.664.657,42

633.352.059.896,72 Tanah Peralatan 169.654.906.302,28 dan Mesin Bangunan 477.991.156.312,82 dan Gedung Jalan, Irigasi, 1.680.288.821.703,02 dan Jaringan Aset 10.738.239.964,11 Tetap Lainnya 720.039.060,00 KDP Total 2.972.745.223.238,95

9.311.931.826,41 2.995.446.712,27

16.948.145.848,24

4.954.876.535,00 3.383.694.405,21

496.510.484.290,85

96.319.430.396,00

-562.203.486,00 1.502.965.800,00 1.774.543.082.813,02

356.369.820,00

1.436.278.863,20 47.179.000,00

52.254.000,00 720.039.060,00

12.478.634.647,31 47.179.000,00

140.543.219.305,24 15.188.677.738,61 8.992.399.977,48 3.119.484.720.305,32

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Berdasarkan penjelasan pos Neraca pada CaLK, rincian mutasi tambah selain dari belanja modal dan mutasi kurang terdiri dari: Tabel III.6 Rincian Mutasi Tambah dan Mutasi Kurang
Mutasi Tambah Deskripsi Nominal Pengakuan Aset dari Hibah (Termasuk Aset Realisasi DAK) 12.572.804.618,61 Inventarisasi 1.690.310.860,00 Pengadaan Aset Tetap yang direalisasikan melalui Belanja Barang dan Jasa Konstruksi Dalam Pengerjaan TA. 2008 Jumlah Mutasi Kurang Deskripsi Nominal Penyerahan Aset Kepada Masyarakat Penghapusan Aset Tetap Konstruksi Dalam Pengerjaan TA. 2008 Inventarisasi Jumlah

1.059.704.600,00 6.295.837.178,48

205.523.200,00 720.039.060,00 15.188.677.738,61

720.039.060,00 916.819.139,00 8.992.399.977,48

Sumber: Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009.

45 Terdapat mutasi tambah pada jalan, irigasi, dan jaringan dengan nilai minus sebesar Rp562.203.486,00. Angka ini diperoleh dari selisih belanja modal untuk aset tetap tersebut sebesar Rp96.319.430.396,00 dan mutasi tambah pada CaLK sebesar Rp95.757.226.910,00. Tidak ada keterangan yang menjelaskan mengapa mutasi tambah lebih kecil dari pada belanja modal yang terjadi. Dimungkinkan selisih tersebut berasal dari transfer belanja modal untuk jalan, jaringan, dan irigasi ke konstruksi dalam pengerjaan. 6) Aset tidak berwujud berupa software mengalami kenaikan saldo sebesar Rp34.400.000,00. Dalam CaLK dijelaskan bahwa kenaikan tersebut terjadi karena ada penambahan software milik Badan Kepegawaian Daerah. Namun, pada tahun 2009 tidak ada belanja yang mengidentifikasikan biaya penambahan software ini. 7) Analisis penurunan saldo utang perhitungan pihak ketiga (PFK) digambarkan dalam tabel berikut Tabel III.7 Analisis Perubahan Saldo Utang PFK
4.256.140.810,00 Utang PFK Awal 60.348.633.816,30 (+) Arus Kas Masuk Penerimaan PFK 64.126.144.392,30 (-) Arus Kas Keluar Pengeluaran PFK 478.630.234,00 Utang PFK akhir Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009.

Terlihat bahwa perubahan saldo utang PFK pada Neraca sudah sesuai dengan selisih arus kas masuk dan arus kas keluar dari aktivitas non-anggaran. 8) Tidak adanya saldo utang bunga, bagian lancar utang jangka panjang, kewajiban jangka panjang, dan dana yang harus disediakan untuk pembayaran utang jangka

46 panjang dikarenakan Pemerintah Kabupaten Jombang melunasi dan melakukan percepatan pelunasan atas semua utang jangka panjangnya. Dari analisis yang telah dilakukan, tidak ada kesalahan yang berarti dalam penyajian Neraca Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Secara umum, Neraca tersebut sudah sesuai dengan ketentuan dalam SAP. Ilustrasi Neraca secara utuh disajikan dalam Lampiran 10. c. Laporan Arus Kas. Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang tahun 2009 menggambarkan informasi kas sehubungan dengan aktivitas operasi, aktivitas investasi aset nonkeuangan, dan aktivitas pembiayaan untuk tahun anggaran 2009. Laporan Arus Kas ini dibuat dengan metode langsung sesuai dengan ketentuan pelaporan dalam SAP. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian khusus dari penyajian Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1) Pada arus kas masuk dari aktivitas operasi, pos bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak disajikan dalam satu pos. Ketentuan pada SAP menyajikan pos bagi hasil pajak dan pos bagi hasil Sumber Daya Alam (SDA) secara terpisah sehingga jelas perbedaannya seperti yang ditunjukkan pada skema berikut Gambar III.1 Pemisahan Pos Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil SDA
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil SDA 59.338.233.157,00 2.539.250.080,00

61.877.483.237,00

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009

47 2) Penyesuaian penyajian arus kas masuk dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terlihat pada skema berikut Gambar III.2 Penyesuaian Penyajian Arus Kas Masuk dari Aktivitas Investasi Aset Nonkeuangan
LAK Kabupaten Jombang
Penjualan Kendaraan Dinas Roda Dua Penjualan Kendaraan Dinas Roda Empat 0 15.725.000,00 Penjualan Peralatan dan Mesin Penjualan Gedung dan Bangunan Penjualan Aset Tetap Lainnya

LAK Berdasarkan SAP


0 365.996.000,00 0 119.236.535,00 40.750.000,00 0

0 350.271.000,00 0 0 40.750.000,00 0 0 0

Penjualan Drum Bekas 22.940.000,00 Penjualan Hasil Penebangan Pohon Penjualan BahanBahan Bekas Bangunan Penjualan Hasil Pertanian Penjualan Hasil Peternakan Penjualan Hasil Perikanan 3.000.000,00 0 0 61.494.535,00 31.802.000,00

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 Arus kas masuk dari aktivitas investasi nonkeuangan tidak perlu disajikan secara rinci. Rincian tersebut cukup diungkapkan dalam CaLK. 3) Penyesuaian penyajian arus kas keluar dari aktivitas investasi aset nonkeuangan ditunjukkan pada Lampiran 10 dimana penyajiannya terlalu dirinci seperti poin sebelumnya. Menurut ketentuan pada SAP, rincian tersebut cukup diungkapkan dalam CaLK. Walaupun masih terdapat beberapa kesalahan dalam penyajiannya, secara keseluruhan Laporan Arus Kas Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang tahun 2009 telah disajikan dengan baik sesuai dengan ketentuan SAP. Laporan Arus Kas yang sudah disesuaikan dapat dilihat pada Lampiran 11.

48 d. Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang tahun 2009 menyajikan informasi dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang digunakan serta informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan. Semua unsur yang harus disajikan telah ada pada CaLK Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Namun, ada beberapa informasi mengenai pos-pos laporan keuangan yang kurang diungkapkan sebagaimana telah dibahas sebelumnya. 3. Analisis penerapan akuntansi keuangan daerah yang berbasis akrual. Dengan simulasi penerapan draf SAP berbasis akrual, penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang akan berbeda dari laporan keuangannya saat ini. Penulis mencoba membuat simulasi tersebut pada laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. a. Simulasi Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih. Tabel III.8 Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih Pemerintah Kabupaten Jombang Per 31 Desember 2009 Dan 2008
URAIAN Saldo Anggaran Awal Penggunaan SAL sebagai Penerimaan Pembiayaan Tahun Berjalan Subtotal Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) Subtotal Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun Sebelumnya Lain-lain Saldo Anggaran Akhir 2009 128.709.144.782,17 (128.709.144.782,17) 0 82.733.914.771,35 82.733.914.771,35 --82.733.914.771,35 2008

128.709.144.782,17

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009.

49 Saldo anggaran awal berasal dari saldo anggaran tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp128.709.144.782,17. Penggunaan SAL sebagai penerimaan pembiayaan tahun berjalan sebesar Rp128.709.144.782,17 dan SiLPA/SiKPA sebesar

Rp82.733.914.771,35 merupakan transfer angka dari LRA. b. Simulasi Laporan Operasional. Penulis mencoba membuat simulasi Laporan Operasional Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 berdasarkan LRA sebagaimana disajikan pada Lampiran 12 dengan beberapa penyesuaian sebagai berikut: 1) Penyesuaian pendapatan pajak untuk Laporan Operasional diilustrasikan pada Tabel III.9 dengan asumsi pajak yang diterima pada Bulan Januari 2010 dan 2009 sebenarnya merupakan pendapatan di tahun sebelumnya. Tabel III.9 Penyesuaian Pendapatan Pajak Operasional
Pendapatan pajak berdasarkan LRA 17.784.228.519,80 (-) Penerimaan pajak Bulan Januari 2009 1.432.069.211,35 (+) Penerimaan pajak Bulan Januari 2010 54.563.352,10 Pendapatan pajak operasional 16.406.722.660,55

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dan Bulan Januari 2010. Pendapatan pajak operasional sebesar Rp16.406.722.660,55 yang dihasilkan seperti pada tabel tersebut merupakan pendapatan pajak akrual untuk tahun 2009. 2) Pendapatan retribusi sebesar Rp63.025.282.257,52 diperoleh dari pendapatan retribusi pada LRA sebesar Rp61.399.604.457,52 ditambah dengan kenaikan piutang retribusi sebesar Rp1.625.677.800,00.

50 3) Penyesuaian nilai lain-lain pendapatan asli daerah (PAD) yang sah meliputi: Tabel III.10 Penyesuaian PAD Lainnya-LO PAD Lainnya-LRA 9.868.553.814,97 (+) kenaikan Piutang TGR 2.784.800,00 (-) penurunan Piutang Fasilitas 767.195.187,00 (+) kenaikan Piutang Bunga 1.206.973.946,00 (+) kenaikan Piutang Lainnya 5.341.545.134,18 (-) Piutang Atas Sisa Setoran Saham 850.639,47 PAD Lainnya-LO 15.651.811.869,59 Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Nilai PAD lainnya-LO sebesar Rp15.651.811.869,59 dianggap sebagai PAD akrual tahun 2009. 4) Penyesuaian dana bagi hasil (DBH) operasional diilustrasikan pada Tabel III.11. Tabel III.11 Penyesuaian DBH Operasional
Pendapatan DBH berdasarkan LRA 59.338.233.157,00 (-) Penerimaan DBH Januari 2009 110.036.299,00 (+) Penerimaan DBH Januari 2010 201.207.364,00 Pendapatan DBH operasional 59.429.404.222,00

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dan Bulan Januari 2010. Dari tabel tersebut terlihat bahwa hasil pendapatan DBH LRA yang disesuaikan dengan penerimaan DBH Bulan Januari 2009 dan Januari 2010 merupakan pendapatan secara akrual untuk tahun 2009. 5) Beban pegawai terdiri dari belanja pegawai-LRA sebesar Rp503.368.217.266,00 ditambah dengan kenaikan utang belanja pegawai pada BLUD-RSUD sebesar Rp577.084.178,00 sehingga naik menjadi Rp503.945.301.444,00.

51 6) Penyesuaian pada pos belanja barang dilakukan dengan memasukkan selisih belanja jasa kantor berupa belanja telepon, belanja air, belanja listrik, belanja surat kabar/majalah, dan belanja internet untuk Bulan Januari 2010 dan Januari 2009. Tabel III.12 Penyesuaian Beban Barang
Belanja jasa kantor Belanja telepon Belanja air Belanja listrik Belanja surat kabar/majalah Belanja internet Jumlah Januari 2010 a 10.420.609,00 3.836.300,00 111.817.405,00 520.000,00 5.500.000,00 132.094.314,00 Januari 2009 b 9.926.763,00 886.500,00 35.041.900,00 50.000,00 0 45.905.163,00 Selisih c (a-b) 493.846,00 2.949.800,00 76.775.505,00 470.000,00 5.500.000,00 86.189.151,00

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dan Bulan Januari 2010. Jumlah selisih belanja jasa kantor sebesar Rp86.189.151,00 akan ditambahkan pada beban barang di Laporan Operasional. 7) Belanja barang untuk persediaan dikeluarkan dari belanja barang karena akan diakui sebagai beban persediaan. Tabel III.13 Belanja Persediaan
Bahan pakai habis kantor Bahan/material Pakaian dinas dan atributnya Pakaian kerja Pakaian khusus dan hari-hari tertentu Belanja Persediaan 13.510.446.479,40 37.996.102.000,27 2.625.786.760,00 224.674.200,00 981.983.003,00 55.338.992.432,67

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Total belanja persediaan sebesar Rp55.338.992.432,67 dikurangkan dari belanja barang dan diakui pada pos tersendiri, yaitu beban persediaan.

52 8) Penulis mencoba membuat penyusutan dengan estimasi masa manfaat disesuaikan dengan jenis dan karakteristik aset. Penulis mengadopsi kebijakan penyusutan pemerintah daerah lainnya yang mengatur masa manfaat dari masing-masing jenis dan karakteristik aset. Semua aset tetap selain tanah dan KDP disusutkan. Metode yang digunakan adalah garis lurus. Tabel III.14 Penyusutan Aset Tetap
Aset Tetap Peralatan dan mesin Kelompok 1 Kelompok 2 Gedung Jalan, jaringan, dan irigasi Kelompok 1 Kelompok 2 Aset tetap lainnya Total Nilai 146.702.620.090,86 56.188.044.566,56 496.510.484.290,85 1.762.955.882.416,00 11.587.200.397,02 12.478.634.647,31 2.338.673.124.282,23 Masa Manfaat 20 tahun 8 tahun 30 tahun 30 tahun 10 tahun 10 tahun Penyusutan tiap tahun 7.335.131.005 7.023.505.571 16.550.349.476 58.765.196.081 579.360.020 1.247.863.465 77.142.769.042

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Penyusutan sebesar Rp77.142.769.042 diakui sebagai beban penyusutan tahun 2009 sekaligus sebagai akumulasi penyusutan sampai dengan akhir tahun 2009. 9) Beban persediaan diperoleh dari tabel berikut Tabel III.15 Perhitungan Beban Persediaan
Saldo awal persediaan (+) Belanja Persediaan (+) kenaikan Utang Obat (+) kenaikan Utang Darah (-) saldo akhir persediaan Beban Persediaan 9.021.705.000,32 55.338.992.432,67 403.865.054,81 159.024.000,00 7.484.378.829,90 57.439.207.657,90

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009.

53 Beban persediaan merupakan pos baru dalam Laporan Operasional. Nilai sebesar Rp57.439.207.657,90 diperoleh dari saldo awal persediaan ditambah dengan belanja yang dilakukan, kemudian dikurangi dengan saldo akhir. 10) Pada tahun 2009 Pemerintah Daerah Kabupaten Jombang melakukan percepatan pelunasan semua kewajiban jangka panjang. Setelah dianalisis, percepatan pelunasan tersebut menghasilkan laba seperti pada tabel berikut Tabel III.16 Perhitungan Laba Percepatan Pelunasan Utang Jangka Panjang
162.498.470,09 Pokok Utang Jangka Panjang 144.675.025,00 (+) Bagian Lancar Utang Jangka Panjang 26.553.141,00 (+) Penurunan Utang Bunga (-) Arus Kas Keluar Pembayaran Pokok Utang Jangka Panjang 278.987.930,00 22.658.706,00 (-) Arus Kas Keluar Pembayaran Bunga 32.080.000,09 Laba Percepatan Pelunasan Utang Jangka Panjang Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009.

Laba akibat percepatan pelunasan ini dimasukkan dalam pos luar biasa dan menambah surplus/defisit dari operasi. Setelah dilakukan penyesuaian, jumlah pos pendapatan-LO adalah

Rp888.281.078.803,46 dan pos beban-LO sebesar Rp863.208.507.655,90 sehingga surplus/defisit dari operasi adalah Rp25.072.571.147,56. Adanya sebesar Rp32.080.000,09 menambah surplus/defisit pos luar biasa menjadi

bersih

Rp25.104.651.147,65. Laporan Operasional menghasilkan surplus, sedangkan LRA menghasilkan defisit sebagaimana terlihat pada Tabel III.17.

54 Tabel III.17 Perbandingan Surplus/Defisit LRA dan Laporan Operasional


Laporan Realisasi Anggaran Laporan Operasional Pendapatan-LRA 882.158.477.743,09 Pendapatan-LO 888.281.078.803,46 Belanja 924.017.847.666,91 Beban 863.208.507.655,90 Surplus/Defisit-LO 25.072.571.147,56 Pos Luar Biasa 32.080.000,09 Surplus/Defisit-LRA (41.859.369.923,82) Surplus/Defisit bersih 25.104.651.147,65

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Jika dibandingkan, pendapatan-LRA lebih kecil dari pendapatan-LO dan belanjaLRA jauh lebih besar dari beban-LO sehingga surplus/defisit keduanya terpaut jauh. c. Simulasi Laporan Perubahan Ekuitas. Ekuitas awal tahun 2009 berasal dari ekuitas akhir tahun 2008, sedangkan ekuitas akhir 2009 diperoleh dari ekuitas awal ditambah dengan surplus/defisit sebesar Rp25.104.651.147,65 yang berasal dari Laporan Operasional sebagaimana

ditampilkan pada Tabel III.18. Tabel III.18 Laporan Perubahan Ekuitas Pemerintah Kabupaten Jombang Per 31 Desember 2009 Dan 2008
URAIAN Ekuitas Awal Surplus/Defisit-LO Dampak Kebijakan/Kesalahan Mendasar: Koreksi Nilai Persediaan Selisih Revaluasi Aset Tetap Lain-Lain Ekuitas Akhir 2009 3.141.268.956.769,24 25.104.651.147,65 0,00 0,00 0,00 3.166.373.607.916,89 2008

3.141.268.956.769,24

Sumber: Diolah dari laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009.

55 d. Simulasi Neraca. Dengan asumsi pengakuan item Neraca Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 sudah menggunakan basis akrual, hanya akan ada sedikit penyesuaian. Adapun penyesuaian tersebut adalah: 1) Saldo piutang pajak bertambah Rp54.563.352,10 dari adanya tambahan pengakuan penerimaan pajak seperti yang telah dijelaskan pada Laporan Operasional. 2) Saldo piutang lainnya bertambah karena adanya penerimaan DBH sebesar Rp201.207.364,00 pada Bulan Januari 2010. 3) Persediaan akhir bertambah dengan adanya saldo utang obat dan utang darah pada BLUD-RSUD sebesar Rp1.280.713.803,69. 4) Pos akumulasi penyusutan sebesar Rp77.142.769.042,00 merupakan beban penyusutan tahun berjalan dengan asumsi tidak ada saldo akumulasi penyusutan dari tahun-tahun sebelumnya. 5) Saldo kas yang dikelola RSUD sebesar Rp2.423.756.596,48 merupakan rekening Jamkesmas yang sejatinya merupakan utang jasa atau pendapatan diterima di muka sehingga muncul pos tersebut pada kelompok kewajiban jangka pendek. 6) Utang jangka pendek lainnya bertambah sebesar Rp132.094.314,00 akibat adanya pengakuan beban jasa kantor dari belanja Bulan Januari 2010. 7) Ekuitas dana hanya ada satu pos dan nilainya berasal dari ekuitas dana akhir pada Laporan Perubahan Ekuitas sebesar Rp3.166.373.607.916,89. 8) Setelah dilakukan penjumlahan pada simulasi Neraca berdasarkan basis akrual, terdapat selisih sebesar Rp40.516.733,10 antara jumlah aset dan jumlah

56 kewajiban-ekuitas dana. Selisih yang tidak signifikan tersebut tidak bisa penulis temukan dari proses analisis laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. Simulasi Neraca berdasarkan draf SAP berbasis akrual tahun 2009 secara utuh dapat dilihat pada Lampiran 13. e. Simulasi Laporan Arus Kas. Terdapat beberapa perubahan dalam penyajian Laporan Arus Kas menggunakan draf SAP berbasis akrual. Simulasi penyajian Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dapat dilihat pada Lampiran 14 dengan penyesuaian seperti terlampir pada Lampiran 15. 1) Arus kas keluar dari aktivitas operasi terdiri dari beban-beban yang melibatkan pembayaran kas. 2) Arus kas dari aktivitas pembiayaan berubah menjadi arus kas dari aktivitas pendanaan yang terdiri dari penerimaan dan pembayaran investasi nonpermanen dan kewajiban jangka panjang. 3) Perubahan klasifikasi aktivitas Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 diliustrasikan pada Gambar III.3. Arus kas dari aktivitas pembiayaan menurut SAP mencakup pencairan dan pembentukan dana cadangan serta penyertaan modal pemerintah daerah. Pada draf SAP berbasis akrual, pos-pos tersebut dimasukkan dalam aktivitas investasi.

57 Gambar III.3 Perubahan Klasifikasi Aktivitas Laporan Arus Kas Draf SAP Akrual
Laporan Arus Kas Berdasarkan SAP
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI ASET NON KEUANGAN Arus Kas Masuk Penjualan Peralatan dan Mesin Penjualan Gedung dan Bangunan Penjualan Aset Tetap Lainnya Jumlah Arus Kas masuk Arus Kas Keluar Belanja Modal Tanah Belanja Modal Peralatan dan Mesin Belanja Modal Gedung dan Bangunan Belanja Modal Jalan, Jaringan, dan Irigasi Belanja Modal Aset Tetap Lainnya Jumlah Arus Kas Keluar xxx ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN Arus Kas masuk Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Jumlah Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Jumlah Arus Kas Keluar ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN 0,00 4.000.000.000,00 xxx xxx xxx XXX XXX xxx xxx xxx xxx xxx Perolehan Gedung dan Bangunan Perolehan Jalan, Jaringan, dan Irigasi Perolehan Aset Tetap Lainnya Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Jumlah Arus Kas Keluar 0,00 xxx xxx ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN Arus Kas masuk Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen Jumlah Arus Kas Masuk Arus Kas Keluar Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah Jumlah Arus Kas Keluar ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS PENDANAAN xxx xxx xxx XXX xxx xxx xxx 4.000.000.000,00 xxx XXX xxx xxx xxx xxx

Laporan Arus Kas Sesuai Draf SAP Akrual


ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI Arus Kas Masuk Pencairan Dana Cadangan Penjualan Peralatan dan Mesin Penjualan Gedung dan Bangunan Penjualan Aset Tetap Lainnya Jumlah Arus Kas masuk Arus Kas Keluar Pembentukan Dana Cadangan Perolehan Tanah Perolehan Peralatan dan Mesin 0,00 xxx xxx 0,00 xxx xxx xxx xxx

xxx xxx

Sumber: Diolah dari Laporan Arus Kas Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009. f. Catatan atas Laporan Keuangan. Penyajian CaLK juga tidak banyak mengalami perubahan, hanya penambahan penjelasan mengenai item-item dari laporan-laporan baru. Selain itu, dianjurkan adanya suatu rekonsiliasi antara LRA dan Laporan Operasional agar terlihat letak perbedaan nilai surplus/defisit dari masing-masing laporan. Rekonsiliasi ini bisa

58 dilihat pada simulasi Laporan Operasional yang telah penulis buat dalam Lampiran 12. 4. Hambatan penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual pada pengelolaan keuangan daerah. Meskipun KSAP telah memilih menggunakan strategi adaptasi dari SAP sebelumnya, masih banyak tantangan yang menghadang penerapan dari SAP baru ini. Adapun tantangan tersebut antara lain: a. Kompleksitas SAP akrual yang baru. Walaupun mengadaptasi dari SAP lama, kompleksitas dari basis akrual tidak dapat dihindari lagi. Pengakuan dan pengukuran atas transaksi yang semakin kompleks meyebabkan persyaratan kemampuan teknis dan judgement yang lebih tinggi. Hal ini juga mengandung risiko kesalahan dan salah saji yang besar. Untuk menghindari risiko ini, pemerintah harus mempelajari praktik-praktik internasional. b. Komitmen politik. Komitmen politik merupakan kunci penting dalam penerapan suatu standar akuntansi. Jika komitmen politik ini tidak konsisten, suksesnya penerapan basis akrual tidak bisa dijamin. Jika pihak legislatif menuntut peranggungjawaban yang dapat dipercaya, pembuatan peraturan dan pengesahan yang menyangkut kebijakan akuntansi dan penganggaran juga harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya sehingga entitas pelaporan tidak menjadi korban. c. Perlunya tenaga akuntan yang andal. Penerapan basis akrual menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang andal. Seminar, lokakarya, dan program diklat peningkatan kualitas SDM yang

59 dilaksanakan pemerintah hanya mampu memberikan konsep pengenalan akuntansi, terminologi dasar, sistem akuntansi, dan konsep dasar akuntansi lainnya. Hal ini belum dapat menciptakan SDM yang mampu melakukan analisis transaksi, pengambilan keputusan berdasarkan transaksi, dan kebijakan terkait transaksi akuntansi. d. Belum tersedianya sistem informasi akuntansi yang memadai. Akuntansi akrual membutuhkan suatu sistem akuntansi yang memerlukan teknologi informasi yang memadai. Hal ini penting karena pemerintah mengharapkan dapat melakukan pencatatan transaksi secara real time dalam rangka penyediaan database keuangan yang lengkap dan tepat waktu. Namun, pemerintah kita belum memilki sistem akuntansi yang terintegrasi seperti ini. Masih banyak satker yang belum memiliki teknologi infomasi yang memadai. e. Kualitas badan auditor. Badan auditor pemerintah, dalam hal ini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), harus memiliki sumber daya yang tepat. Sumber daya yang dimaksud tidak hanya dari segi tenaga auditor saja, tetapi juga suatu sistem atau aplikasi yang mendukung tugas mereka.

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari Karya Tulis Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut: 1. Perbedaan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) berbasis kas menuju akrual dan draf SAP berbasis akrual yang paling signifikan adalah jenis laporan keuangan yang wajib disajikan oleh pemerintah pusat/daerah atau entitas pelaporan. Selain Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang sudah diwajibkan pada Standar Akuntansi Pemerintahan sekarang, masih ada laporan keuangan lain yang wajib disajikan menurut draf SAP berbasis akrual, yaitu Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. 2. Perbedaan lainnya antara lain menyangkut basis akuntansi yang digunakan, transfer bottom line dari Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional, transaksi biaya nonkas seperti penyusutan aset tetap, segi penjurnalan, kewajiban penyusutan aset tetap, tambahan tujuan pelaporan dalam draf SAP berbasis akrual, jumlah ekuitas dana pada Neraca, ikhtisar pencapaian target yang tidak lagi 60

61 disajikan dalam draf SAP yang baru, pos-pos baru dalam Neraca, masalah pengakuan pendapatan, pengakuan beban, serta pencatatan aset dan kewajiban. 2. Setelah membandingkan laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 dengan ketentuan pada Standar Akuntansi Pemerintah Indonesia, penulis menilai penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tersebut telah sesuai dengan SAP secara umum. Namun, ada beberapa hal yang masih perlu diperhatikan dari penyajian tiap-tiap laporan keuangan. 3. Dalam Laporan Realisasi Anggaran terdapat bantuan keuangan dari pemerintah provinsi yang seharusnya masuk dalam pendapatan hibah. Hal yang harus diberi perhatian khusus dalam penyajian Neraca Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 adalah penjabaran pos kas dan piutang, penghapusbukuan suatu piutang, penamaan pos jalan, jaringan, dan irigasi, analisis perubahan saldo aset tetap dan utang perhitungan pihak ketiga (PFK), penambahan saldo aset tidak berwujud yang berwujud software, serta ketiadaan saldo kewajiban jangka panjang dan akun lain yang terkait karena adanya percepatan pelunasan yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Jombang pada tahun 2009. 4. Penggabungan pos bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak dalam Laporan Arus Kas tidak sesuai dengan ketentuan dalam SAP. Seharusnya pos bagi hasil pajak dan bagi hasil sumber daya alam disajikan terpisah. Selain itu, penyajian arus kas dari aktivitas investasi aset nonkeuangan terlalu dirinci padahal menurut ketentuan dalam SAP, rincian tersebut cukup disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan secara umum telah sesuai

62 dengan SAP. Namun, informasi mengenai beberapa pos laporan keuangan kurang disajikan sehingga pembaca akan sedikit menemui kesulitan. 5. Penyajian laporan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang tahun 2009 berdasarkan draf SAP akrual membutuhkan penyesuaian-penyesuaian

sebagaimana terlihat dalam simulasi yang telah penulis buat sebagai akibat adanya perubahan basis akuntansi yang digunakan. 6. Penyesuaian dari Laporan Realisasi Anggaran yang diperlukan untuk menyusun Laporan Operasional meliputi penyesuaian pendapatan pajak, pendapatan retribusi, lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, dana bagi hasil, beban pegawai, pengakuan selisih belanja jasa kantor Bulan Januari 2010 dan Januari 2009, pengakuan beban persediaan yang sebelumnya tidak muncul, penyusutan aset tetap, serta pengakuan pos luar biasa karena adanya laba dari percepatan pelunasan kewajiban jangka panjang. 7. Penyesuaian Neraca adalah penambahan saldo piutang pajak, piutang lainnya, persediaan, akumulasi penyusutan, dan utang jangka pendek lainnya akibat penyesuaian pada Laporan Operasional. Selain itu masih ada pengakuan pendapatan dibayar di muka karena adanya rekening Jamkesmas pada Kas di BLUD-RSUD. 8. Laporan Arus Kas membutuhkan beberapa penggantian nama dan pemindahan pos dari aktivitas pembiayaan ke aktivitas investasi, sedangkan Catatan atas Laporan Keuangan membutuhkan tambahan informasi berupa penjelasan dari pospos laporan keuangan tambahan dan rekonsiliasi antara Laporan Realisasi Anggaran dengan Laporan Operasional.

63 9. Selain menyajikan Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, pemerintah daerah juga harus menyajikan laporan tambahan berupa Laporan Perubahan Ekuitas yang menyajikan nilai ekuitas awal dan nilai ekuitas akhir serta Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang menunjukkan saldo anggaran awal dan akhir tahun. 10. Bila dibandingkan dengan awal penerapan SAP berbasis kas menuju akrual, penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual ini diperkirakan akan menemui tantangan yang lebih besar. Tantangan tersebut antara lain dikarenakan kompleksitas basis akrual, komitmen politik, kebutuhan akan tenaga akuntan yang andal dan sistem informasi akuntansi yang memadai, serta peningkatan kualitas badan auditor. B. Saran Berdasarkan simpulan di atas, penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Penyajian laporan keuangan yang secara umum sudah sesuai dengan ketentuan pada SAP harus terus dipertahankan oleh Pemerintah Kabupaten Jombang di tahun-tahun yang akan datang. 2. Meskipun sudah baik, Pemerintah Kabupaten Jombang sebaiknya lebih meningkatkan kualitas laporan keuangan yang disajikan untuk memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik. Hal tersebut diperlukan agar laporan keuangan tidak hanya digunakan oleh pemerintah daerah saja, tetapi juga dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan informasi dari laporan tersebut.

64 3. Pemerintah Kabupaten Jombang dapat menjadikan laporan keuangan tahun anggaran 2009 sebagai bahan evaluasi untuk tahun-tahun berikutnya dengan cara memperbaiki kesalahan-kesalahan penyajian, meskipun tidak signifikan, seperti yang telah dibahas dalam Karya Tulis Tugas Akhir ini. 4. Pemerintah daerah, tidak hanya Kabupaten Jombang saja, sebaiknya mulai mempersiapkan hal-hal yang diperlukan dalam hal kemungkinan penerapan basis akrual yang telah dibuat oleh KSAP. Persiapan ini perlu dilakukan mengingat tidak sedikitnya tantangan atas penerapan basis akrual pada akuntansi pemerintahan di Indonesia. 5. Persiapan dari segi sumber daya manusia adalah dengan cara memberikan pelatihan mengenai akuntansi pemerintahan berbasis akrual sampai dengan tingkat SKPD demi pemahaman yang mendalam dan seragam mulai dari lapisan paling dasar. 6. Apabila telah disetujui menjadi Peraturan Pemerintah, KSAP seharusnya segera melakukan sosialisasi kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan akuntansi pemerintahan. Sosialisasi tersebut bisa dilakukan dengan berbagai macam cara seperti Training of Trainers (TOT), diklat, seminar, dan sebagainya. 7. Pemerintah dan KSAP perlu bekerja sama dalam pengembangan SAP berbasis akrual ini untuk masa-masa mendatang. Bentuk kerja sama bisa dengan pelaporan kendala-kendala yang ada dalam penerapan SAP tersebut oleh pemerintah daerah untuk kemudian dicarikan solusinya bersama-sama.

65 DAFTAR PUSTAKA

International Accounting Standards Board. International Public Sector Accounting Standard. http://www.ipsas.org/IPSAS_Standards/2006_A5_IPSAS_1.pdf (diakses 25 Mei 2010). Komite Standar Akuntansi Pemerintahan. Buletin Teknis Nomor 03 tentang Penyajian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dengan Konversi. http://www.ksap.org/Buletin/bultek03.pdf (diakses 10 April 2010). ----------. Buletin Teknis Nomor 06 tentang Akuntansi Piutang. http://www.ksap.org/Buletin/bultek06.pdf (diakses 10 April 2010). ----------. Draft Standar Akuntansi Pemerintahan http://www.ksap.org/draft.php (diakses 10 April 2010). Akrual.

----------. Memorandum Pembahasan Penerapan Basis Akrual dalam Akuntansi di Indonesia. http://www.ksap.org/memorandum.pdf (diakses 10 April 2010). Mustofa, Hamim. 2005. Basis Akuntansi Pemerintah. http://www.perbendaharaan.go.id/kepustakaan/artikel (diakses 12 April 2010). Sinaga, Jamason. 2006. Selamat Datang http://www.ksap.org/Riset&Artikel/Art8.pdf (diakses 12 April 2010) SAP.

Skousen, K. Fred, Earl K. Stice, dan James D. Stice. 2004. Intermediate Accounting. Edisi ke-15. Cincinnati, Ohio: South Western College Publishing. Suryanovi, Sri. 2008. Kajian Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintahan Indonesia: Kontroversinya Berdasarkan Perspektif Peraturan Perundangundangan. Kajian Terhadap Akuntansi Berbasis Akrual: 54-93. Widjajarso, Bambang. 2008. Penerapan Basis Akrual pada Akuntansi Pemerintahan Indonesia: Sebuah Kajian Pendahuluan. Kajian Terhadap Akuntansi Berbasis Akrual: 29-53. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

66 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.

Anda mungkin juga menyukai