Anda di halaman 1dari 7

Kamis, 02 1uni 2011

PROSPEK BISNIS SEMUT RANGRANG


Kroto adalah nama yang diberikan orang Jawa untuk campuran larva dan pupa semut penganyam
Asia (terutama Oecophylla smaragdina). Campuran ini terkenal di kalangan pencinta burung dan
nelayan di Indonesia, karena larva semut populer sebagai umpan ikan, dan juga sebagai makanan
tambahan untuk meningkatkan ketrampilan burung-burung pedendang. Para penggemar burung
memberi kroto yang kaya protein dan vitamin untuk burung peliharaannya, demi kepuasan
mereka mendengarkan kicauan burung yang merdu, atau waktu mereka menyiapkan burung-
burungnya untuk mengikuti lomba burung pedendang.
Biasanya, jenis pohon yang disukai semut rangrang antara lain rambutan, mangga, dan jambu.
Semut ini juga senang membuat sarang di pohon jati, sukun, dan mengkudu. Ukuran sarang
cenderung mengikuti ukuran daun. Untuk mencari kroto diperlukan piranti khusus, yang bisa
dibuat sendiri. Piranti ini terdiri atas bambu sebagai penyangga dan alat penjaring.
Ukuran penyangga cukup berpengaruh terhadap hasil. Makin tinggi ukurannya, makin besar pula
hasil yang diperoleh. Alat penjaring terbuat dari kain kasa yang dibentuk seperti kerucut. Alat
penjaring digantungkan pada penyangga, dengan menggunakan tali raIia, pada ketiga bagian
sisinya. Alat penjaring juga dapat diganti dengan besek, yang bagian tengahnya dibuat runcing.
Kroto diambil dengan menggunakan bambu yang ujungnya dipasangi besek tersebut.
Ujung yang runcing berIungsi untuk menusuk sarang semut, sehingga telur-telurnya jatuh di
besek. Lubang tusukan yang kecil ini secara alamiah akan ditutup oleh telur-telur semut rangrang
yang akan dihasilkan beberapa hari kemudian. Biasanya, pemanenan di tempat yang sama baru
dapat diulangi satu bulan kemudian.

ManIaat Ekonomi Selama ini pasokan pasar burung atau toko yang menjual pakan burung hanya
menggantungkan dari pengumpul kroto yang berasal dari tangkapan alam. Kita tahu alam tidak
setiap saat menyediakan kroto apalagi saat musim penghujan.
Kehidupan semut rangrang memang identik dengan kehidupan masyarakat perdesaan. Bagi
sebagian orang, kroto dari semut rangrang merupakan sumber penghasilan baru dan dianggap
sebagai salah satu cara bagi masyarakat miskin untuk memperoleh penghasilan tambahan.
Sebuah penghasilan yang bisa diperoleh secara cuma-cuma dan tanpa mengganggu waktu dan
kegiatan bertani mereka. Dengan cara yang praktis dan mudah saja mereka bisa mendapatkan
kroto semut rangrang tersebut.

Jika anda tertarik pada kegiatan pembudidayaan, tentunya banyak manIaat yang dapat dirasakan.
Yang terlihat jelas tentunya manIaat ekonomi. Harga kroto berkisar antara Rp 30 ribu-Rp 50
ribu/kg, harga yang sangatlah menggiurkan tentunya.
Saat ini, biasanya hanya para petani buah-buahan yang tertarik membudidayakannya, karena
mereka juga mengambil manIaat semut rangrang untuk menjaga kebun buah-buahannya.
Selain itu, dengan memanIaatkan semut rangrang secara maksimal, petani dapat mengurangi
penggunaan bahan kimia yang merupakan sumber polusi udara, tanah dan air.
Kebun anda akan menjadi lebih alami, burung-burung dan lebah akan mendatangi kebun dan
memberikan keuntungan tambahan, antara lain sebagai predator dan parasitoid yang dapat
membantu melindungi kebun.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan di Delta Mekong, Vietnam, petani yang memelihara
semut rangrang hanya menghabiskan 25- 50 dari jumlah uang yang dikeluarkan untuk
pembelian bahan kimia, bila dibandingkan dengan yang tidak memelihara semut, sehingga rata-
rata hasil panennya tetap memberikan pendapatan bersih yang lebih tinggi.
Semut rangrang juga tidak hanya bermanIaat pada tanaman buah-buahan. Di Australia, kualitas
dan hasil panen mete lebih tinggi pada tanaman yang dihuni semut rangrang dan tanpa
menggunakan bahan kimia bila dibandingkan dengan kebun yang menggunakan bahan kimia
untuk mengendalikan hamanya.

Selain itu, bubidaya semut rangrang di perkebunan, juga dapat mengasilkan buah organik. Saat
ini pandangan orang terhadap buah organik telah berubah, sehingga buah organik memperoleh
harga pasar yang lebih tinggi.
Meskipun anda belum memiliki cukup sarana dan tempat, anda dapat mulai meningkatkan
ketrampilan dalam menumbuhkan buah-buahan organik yang bermutu tinggi. Di masa
mendatang akan ada mekanisme pelabelan (ekolabel) dan struktur pemasaran yang diakui untuk
buah organik.

Semut ini memiliki cara hidup yang khas, yaitu merajut daun-daun pada pohon untuk membuat
sarang. Semut itu menyukai udara segar sehingga tidak mungkin ditemukan di dalam rumah. Hal
itu pula yang menyebabkan mengapa mereka tidak membuat sarang di dalam tanah, melainkan
pada pohon. Selain perilakunya yang khas dalam membuat sarang, tubuh semut rangrang lebih
besar dan perilakunya lebih agresiI daripada semut lainnya.
Semut ini mempunyai nama berbeda-beda, misalnya semut kuning (Vietnam, Cina), semut
merah (Thailand) dan semut hijau (Australia). KlasiIikasi berdasarkan warna bukan cara yang
tepat digunakan untuk membandingkan spesies semut pada suatu negara, antarnegara, apalagi
antarbenua.

Untuk membedakan dengan semut lain, para ahli memberikan nama Oecophylla, atau lebih
spesiIik Oecophylla smaragdina untuk semut rangrang yang ada di Asia, dan Oecophylla
longinoda untuk semut rangrang yang ada di AIrika. Ratu Semut Semut rangrang mempunyai
kehidupan sosial seperti halnya semut pada umumnya. Hewan ini hidup dalam kelompok sosial
di mana pekerjaan dibagi sesuai dengan tipe individunya (kastanya). Dengan kerja sama dan
organiasi yang baik serta disiplin, mereka dapat melakukan banyak hal. Masyarakat semut dari
yang beranggotakan beberapa ekor hingga yang beranggotakan beberapa sarang dinamakan
koloni.

Dalam satu koloni terdapat beberapa tipe individu, yaitu yang pertama adalah ratu semut. Dalam
tiap-tiap koloni yang terdiri dari satu atau beberapa sarang, dapat ditemukan satu atau beberapa
ekor ratu semut. Ratu semut mudah dikenali karena tubuhnya lebih besar, berwarna hijau hingga
coklat dengan perut besar dan menghasilkan banyak telur.
Yang kedua adalah semut jantan, biasanya tubuhnya lebih kecil daripada ratu semut, berwarna
kehitam-hitaman dan hidupnya singkat. Setelah mengawini ratu, ia mati. Di laboratorium semut
jantan dapat hidup selama 1 minggu, sedangkan ratu semut dan semut pekerja dapat hidup
beberapa bulan.

Kemudian yang ketiga adalah semut pekerja, semut pekerja adalah semut betina yang mandul.
Mereka tinggal di dalam sarang dan merawat semut-semut muda. Dan yang terakhir adalah
semut prajurit merupakan anggota yang paling banyak jumlahnya alam koloni dan bertanggung
jawab untuk semua aktivitas dalam koloninya. Mereka menjaga sarang dari serangan pengacau,
mengumpulkan dan membawa makanan untuk semua anggota koloninya, serta membangun
sarang.

Makanan Makanan semut sangat beragam, namun dapat diklasiIikasikan ke dalam dua kelompok
besar, yaitu protein dan gula. Tidak seperti semut lain, semut jenis ini lebih menyukai protein
daripada gula. Protein dapat ditemukan pada daging, ikan, ayam, tikus dan serangga. Semut
rangrang aktiI mencari makanan dan membawanya ke dalam sarang untuk seluruh anggota
sarang tersebut. Mereka memangsa berbagai jenis hama, misalnya ngengat yang aktiI pada
malam hari maupun yang bersembunyi di bawah daun pada siang hari.
Selain butuh protein, semut rangrang memerlukan makanan tambahan berupa gula. Untuk
mendapatkan gula, semut rangrang lebih suka mencari cadangan gula seperti embun madu (yang
dikeluarkan oleh serangga pengisap cairan tanaman) atau nektar. Embun madu tersebut
diperlukan sebagai energi tambahan pada periode awal pembangunan sarang.
Maka, ketika membangun sarang, semut rangrang mencari daun-daun muda yang dihuni oleh
serangga penghasil embun madu dan memasukkannya ke dalam sarang.

Yang mengagumkan, ternyata semut ini memiliki perilaku yang layak ditiru oleh manusia,
diantaranya adalah pemberani. Rangrang dikenal berani menyerang organisme lain yang
mengganggu meskipun ukuran tubuhnya 100 kali lebih besar dari mereka. Selain itu semut ini
juga sangatlah lincah dan dapat berlarian ke atas dan ke bawah pohon sepanjang hari.
Disiplin Koloni semut rangrang juga sangat disiplin. Apabila ada aktivitas yang harus dilakukan
secara berkelompok, maka semua akan berperan serta dalam aktivitas tersebut. Tak seekor semut
pun yang meninggalkan kelompoknya. Cobalah amati bila mereka sedang membangun sarang.
Yang terakhir, semut tersebut juga dikenal cerdas. Kelompok semut rangrang membangun sistem
komunikasi di antara mereka dengan mengeluarkan aroma dan sentuhan tertentu.

Dalam waktu singkat, semua anggota kelompok dapat mengetahui apabila terjadi sesuatu dalam
kelompoknya dan mereka akan langsung melakukan pembagian tugas, apa yang harus dilakukan.
Semut itu memang memiliki kebiasaan menggigit manusia yang datang mendekati sarangnya
atau lintasannya. Orang yang belum mengetahui manIaatnya, akan menganggap semut rangrang
sebagai suatu masalah, padahal sebenarnya gigitan semut itu tidak begitu sakit dan rasa sakit
tersebut cepat menghilang.

Dan jangan salah, si merah ini ternyata memiliki kelebihan tersendiri. Bagi para petani, semut itu
cukup berguna sebagai pembasmi dan pengendali hama tanaman. Semut rangrang dapat
membunuh hama tanaman yang menyebabkan tanaman para petani itu tumbuh dengan baik.
Siapa sangka, semut rangrang yang cukup ditakuti keberadaannya ini ternyata bermanIaat juga.

ManIaat semut rangrang untuk tanaman telah dikenal di banyak negara. Demikian pula, petani-
petani di Delta Mekong (Vietnam) dan di Kalimantan Timur (Indonesia), mempunyai
pengalaman mengenai bagaimana semut rangrang dapat meningkatkan kualitas buah. Buah yang
dihasilkan menjadi lebih menarik dan lebih segar.

Jika diamati dengan seksama, semut rangrang dapat mengganggu, menghalangi atau memangsa
berbagai jenis hama seperti kepik hijau, ulat pemakan daun, dan serangga-serangga pemakan
buah. Populasi semut rangrang yang tinggi dapat mengurangi permasalahan hama tungau,
pengorok daun dan penyakit `greening pada kebun jeruk.

Semut rangrang diketahui juga dapat melindungi Eucalyptus dan pohon-pohon kayu lainnya.
Semut ini dapat mengendalikan sebagian besar hama pada tanaman jeruk dan mete, melindungi
tanaman kelapa dan coklat dari serangan kepik, sehingga meningkatkan mutu dan jumlah hasil
panen. Semut rangrang juga dapat menghalangi serangan tikus. Bukankah itu sesuatu yang
mengagumkan?
Semut Merah sebagai Predator

Semut rangrang (semut merah atau Oecophylla smaragdina)) merupakan predator yang baik
untuk pengendalian ulat bulu. Banyak sebutan untuk semut ini di antaranya semut rangrang,
angkrang, semut merah, kranggan, semut kroto dan sebagainya. Akan tetapi yang lebih terkenal
adalah kroto nya daripada nama semut hitam dan semut merah (rangrang). Selama ini semut
memang dianggap mengganggu karena menyengat manusia. Tetapi serangga ini ternyata dapat
dimanIaatkan untuk predator membasmi hama khususnya ulat bulu. Pengalaman dengan lingkup
yang kecil pernah diujicobakan ternyata hasilnya secara bermakna dapat menghilang ulat bulu.
Perkembangbiakaan ulat bulu yang sangat dalam sekali bertelor bisa sampai 200-300 buah
dibutuhkan predator yang juga banyak dan cepat berkembang biak. Semut merah adalah
serangga yang tingkat perkembangbiakannya juga cepat. Sehingga bisa menangkal ulat bulu
dengan cepat sesuai pola perkembanganbiakan ulat bulu. Dalam keadaan tertentu saat semut
merah dapat melakukan Iungsi predatornya terhadap ulat bulu maka keseimbangan semut merah
juga tinggi. Tetapi untuk membasmi semut merah lebih mudah dan dengan musim hujan
perkembangbiakkannya jadi terhambat.
Manusia telah menggunakan jasa mereka dalam perkebunan berabad-abad yang lalu. Tercatat,
sekitar tahun 300 Masehi di Canton China, semut ini digunakan untuk mengusir hama pada
tanaman jeruk. Orang mengambil sarang-sarang semut ini dari hutan, memperjualbelikannya,
lalu meletakkannya di pohon-pohon jeruk jenis unggul. Teknik yang sama tetap dilakukan
sampai abad ke-12, dan masih diterapkan di selatan China sampai saat ini. Di perkebunan kopi di
Lampung, kita dapat menemukan koloni semut ini bersarang di daun-daun kopi. Ternyata, pada
tanaman kopi yang ditempati sarang ini lebih baik keadaannya daripada tanaman yang tidak
ditempati semut Rangrang. Produksi kopi pun jadi lebih meningkat.
Semut merah atau semut rangrang mudah ditemui di pepohonan sekeliling rumah. mereka
membuat sarang dengan merangkai dedaunan menjadi buntalan yang tersebar di tajuk-tajuk
pohon. Untuk meyebarkannya cukup dengan menaruh beberapa semut merah dalam satu pohon
maka penyebarannya akan cepat apalagi bila terdapat bahan makanan untuk dimangsa seperti
ulat atau kepompong yang banyak.
Ternyata para pakar serangga telah menggunakan jenis semut Rangrang di Ghana AIrika untuk
mengendalikan hama tanaman cokelat. Kehadiran semut ini ternyata mampu mengurangi dua
macam penyakit serius yang disebabkan oleh virus dan jamur, yaitu dengan jalan menyerang dan
membunuh kutu daun yang menjadi penyebar penyakit ini. Kutu daun sangat merugikan, karena
menghisap cairan tanaman sekaligus memakan jaringannya. Cara pengendalian hama seperti ini
kita kenal sebagai 'biological control dan ini merupakan contoh tertua dalam sejarah pertanian.

Penggunaan semut Rangrang sebagai biokontrol ternyata sudah dilakukan pula oleh sebagian
penduduk Indonesia, meskipun tidak besar-besaran. Misalnya jika pohon jambu atau pohon
mangga di pekarangan terserang hama, mereka akan memindahkan semut-semut Rangrang ke
pohon tersebut.
Sebenarnya bukan itu saja manIaat yang diberikan semut Rangrang kepada manusia. Dengan
siIatnya yang sangat peka terhadap perubahan udara, manusia dapat menggunakan semut ini
sebagai indikator keadaan udara di suatu lingkungan.
Semut Rangrang menyukai lingkungan yang berudara bersih. Jangankan asap pabrik atau asap
kendaraan bermotor, asap yang berasal dari pembakaran sampah di kebun saja dapat membuat
mereka menyingkir. Tak heran, jika di Jakarta atau di kota-kota besar lainnya kita semakin sulit
menemukan sarang mereka di pepohonan.
Adakalanya jarang pula kita mendapati mereka di daerah perkebunan. Karena sekarang
pemberantasan hama dengan pestisida lebih banyak digunakan, sehingga bukan saja hama yang
mati tetapi banyak serangga lain yang berguna turut terbunuh. Belum lagi perburuan yang
dilakukan manusia terhadap semut Rangrang. Banyak orang mengambil sarang-sarang mereka
untuk mendapatkan anak-anak Rangrang ('kroto) sebagai makanan burung peliharaan.
Tentunya hal ini akan menjadikan kian menyusutnya populasi semut Rangrang. Padahal
keberadaan semut ini penting sebagai musuh alami serangga hama, sekaligus sebagai indikator
biologis (hayati) terhadap kualitas udara di suatu daerah.

Serangga sosial ini membuat sarang di kanopi hutan-hutan tropis sampai kebun-kebun kopi
maupun cokelat. Mereka membentuk koloni yang anggotanya bisa mencapai 500.000 ekor,
terdiri atas ratu yang sangat besar, anak-anak, dan para pekerja merangkap prajurit. Semuanya
betina, kecuali beberapa semut jantan yang berperan kecil dalam kehidupan koloni. Semut-semut
jantan itu segera pergi jika telah dewasa untuk melangsungkan wedding Iight yaitu terbang untuk
mengawini sang ratu, lalu mereka tidak kembali lagi ke sarangnya.
Di antara anggota koloni, yang paling giat adalah kelompok pekerja. Mereka rajin mencari
makan, membangun sarang, dan gigih melindungi wilayah mereka siang dan malam hari. Sekitar
setiap satu menit, salah satu pekerja memuntahkan makanan cair ke dalam mulut ratu. Mereka
menyuapi ratu dengan makanan yang telah dilunakkan sehingga memungkinkan sang ratu
menghasilkan ratusan telur per hari. Jika ratu telah bertelur, para pekerja akan memindahkan
telur-telur itu ke tempat yang terlindung, membersihkannya, dan memberi makan larva-larva
halus jika telah menetas.
Semut Rangrang dikenal pula sebagai senyum penganyam, karena cara mereka membuat sarang
seperti orang membuat anyaman. Sarang mereka terbuat dari beberapa helai daun yang
dilekukkan dan dikaitkan bersama-sama membentuk ruang-ruang yang rumit dan menyerupai
kemah. Dedaunan itu mereka tarik ke suatu arah, lalu dihubungkan dengan benang-benang halus
yang diambil dari larva mereka sendiri. Para pekerja bergerak bolak-balik dari satu daun ke daun
lainnya membentuk anyaman.
Makhluk asing yang mencoba menyusup ke daerah sarang, akan mereka halau dengan sengatan
asam Iormat yang keluar dari kelenjar racun mereka. Kalau semut jenis lain sengaja membiarkan
bahkan memelihara kutu daun hidup dalam wilayah kekuasaan mereka, maka semut Rangrang
justru sebaliknya. Mereka berusaha mati-matian menyingkirkan serangga lain yang hidup pada
pohon tempat sarang mereka berada. Oleh karena itu, jika kita membedah sarang mereka
seringkali kita menemukan bangkai kumbang atau serangga lain yang lebih besar dari semut ini.
Itulah keistimewaan yang dimiliki semut Rangrang sehingga membuat mereka memegang arti
penting dalam pengendalian hama secara alami. Cukup sederhana, namun tidak berisiko terhadap
lingkungan seperti halnya jika kita menggunakan insektisida kimia.

Semut ternyata mempunyai semacam kelenjar yang menghasilkan cairan khusus yang digunakan
untuk menandai wilayah mereka. Kelenjar itu disebut kelenjar dubur. Cairan khusus yang
dihasilkannya (disebut pheromone) mereka sapukan ke tanah dan hanya para anggota sarang saja
yang dapat mengenali baunya. Jadi semut penganyam ini menggunakan pesan kimiawi untuk
menuntut rekan satu sarang menuju daerah baru mereka.
Bau itu tidak hanya mereka tinggalkan ketika mencari daerah baru dan ketika
mempertahankannya, tetapi juga digunakan saat mereka mencari makan. Jika seekor semut
menemukan makanan, dia akan mengerahkan teman-temannya untuk mengangkuti makanan itu
ke sarang. Kelenjar duburnya akan meninggalkan jejak bau di sepanjang jalan antara sarang dan
lokasi temuan itu. Ketika berpapasan dengan temannya, semut ini memberi rangsangan dengan
memukulkan antenanya seraya memuntahkan sedikit makanan yang ditemukan tadi ke mulut
rekannya itu.
Semut adalah serangga eusosial yang berasal dari keluarga Formisidae, dan semut termasuk
dalam ordo Himenoptera bersama dengan lebah dan tawon. Semut terbagi atas lebih dari 12.000
kelompok, dengan perbandingan jumlah yang besar di kawasan tropis. Semut dikenal dengan
koloni dan sarang-sarangnya yang teratur, yang terkadang terdiri dari ribuan semut per koloni.
Jenis semut dibagi menjadi semut pekerja, semut pejantan, dan ratu semut. Satu koloni dapat
menguasai dan memakai sebuah daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka. Koloni semut
kadangkala disebut superorganisme dikarenakan koloni-koloni mereka yang membentuk sebuah
kesatuan.
Semut telah menguasai hampir seluruh bagian tanah di Bumi. Hanya di beberapa tempat seperti
di Islandia,Greenland dan Hawaii, mereka tidak menguasai daerah tesebut. Di saat jumlah
mereka bertambah, mereka dapat membentuk sekitar 15 20 jumlah biomassa hewan-hewan
besar. Kehidupan seekor semut dimulai dari sebuah telur. Jika telur telah dibuahi, semut yang
ditetaskan betina (diploid); jika tidak jantan (haploid). Semut are holometabolism, yaitu tumbuh
melalui metamorIosa yang lengkap, melewati tahap larva dan pupa sebelum mereka menjadi
dewasa.

Anda mungkin juga menyukai