Anda di halaman 1dari 3

Selasa, 17 Desember 2002 A Wahid Kadungga, Operator Internasional JI Oleh: Bondan Winarno SEKALIPUN beberapa media Indonesia pernah

menyebut keterlibatan Abdul Wahid Kadu ngga (62) dalam jaringan Jemaah Islamiyah (JI), laki-laki kelahiran Sulawesi Sel atan ini hingga kini masih raib. Keterlibatannya dalam JI juga langka dikaitkan dengan pengeboman yang terjadi di Bali dan Makassar. Padahal, mungkin saja Kadun gga adalah "telur emas" yang bisa menguak jejaring misterius ini. Kadungga dikenal sebagai menantu Kahar Muzakkar, pemimpin Darul Islam di masa la lu. Karena kedekatannya dengan Kahar Muzakkar, ia meninggalkan Indonesia pada ak hir 1960-an, dan belajar di Koln, Jerman. Ia ikut mendirikan PPME (Persatuan Pem uda Muslim se-Eropa) pada 1971 dan menjadi ketua umumnya yang pertama. Ketika it u ia berusaha merekrut Abdurrahman Wahid (Gus Dur) untuk menjadi sekretaris umum PPME. Tetapi, Abdurrahman Wahid menolak, karena ia tinggal di Irak yang bukan b agian Eropa. Kadungga memang semula cukup akrab dengan Gus Dur. Selama dua tahun mereka perna h tinggal sekamar di Jerman pada awal 1970-an itu. Hingga kini Kadungga masih se ring memakai baju batik hadiah Gus Dur. Namun, keduanya telah "pecah kongsi". Pe rpisahan itu, menurut Majalah Suara Hidayatullah terjadi pada pertengahan 1970-a n di Damaskus, Syria. Gus Dur, menurut Kadungga, "Hanya membuat sahabat Muslim b ingung." Kadungga sendiri adalah seorang yang tidak mengakui hukum "buatan manus ia". Dalam soal syariat (hukum Islam), ia termasuk garis keras. Kadungga, tampaknya, telah membuat dirinya menjadi seorang lone fighter. Ini per lu dikemukakan, agar tidak terjadi tuduhan "guilty by association" terhadap PPME yang ikut didirikan Kadungga. PPME dikenal sebagai organisasi yang tidak radika l, bahkan juga tidak meng-Indonesia karena sifatnya yang internasional. Seorang wartawan Radio Netherlands bahkan pernah mengimbau agar pers tidak pula menghaki mi keluarga Kadungga yang mungkin sama sekali tidak terlibat dalam perjuangan Ka dungga sebagai "lone fighter". Visi Kadungga untuk menegakkan kembali Kekhalifahan Islam Dunia diduga merupakan pemicu kontaknya dengan Abdullah Sungkar (almarhum, pendiri JI), dan Abu Bakar Ba'asyir. Pada 1985 Kadungga datang ke Malaysia. Diduga, ialah yang mengatur tem pat tinggal bagi Sungkar dan Ba'asyir di sana. Ia memang punya hubungan dekat de ngan kelompok militan PAS (Partai Islam se-Malaysia) di Malaysia. Pada 2000, Kadungga menggandeng Wakil Presiden PAS Tuan Guru Abdul Hadi bin Haji Awang, menghadiri seminar Penegakan Syariat Islam di Makassar. Besar kemungkina n, pemikiran Kadungga pulalah yang ikut membesarkan JI di Malaysia dengan merekr

ut pemuda-pemuda dari Indonesia untuk memperoleh pekerjaan di Malaysia, dan meny etor 20 persen penghasilannya untuk JI. Visi Kadungga ternyata memperoleh lahan subur dalam pemikiran Ba'asyir dan Sungk ar. Kadungga segera menghubungkan Ba'asyir dan Sungkar dengan tokoh-tokoh Gama I slami (Al-Gama'a al-Islamiyya) di Mesir. Gama Islami adalah sempalan garis keras dari Ikhwan al-Muslimin (Persaudaraan Muslim Mesir), yang juga diketahui bermit ra dengan garis keras Al-Jihad al-Islami. Pimpinan Gama Islami, Sheik Omar Abd al-Rahman, ditangkap dan dihukum karena ket erlibatannya dalam pembunuhan Presiden Anwar Sadat pada 1971. Ia dibebaskan pada 1984 dan bermukim di Amerika Serikat. Pada 1993 ia ditangkap karena keterlibata nnya dalam pengeboman World Trade Center. Tokoh Gama Islami lainnya adalah Usama Rushdi yang bertindak sebagai ahli propaganda GI. Ia diduga kini "bersembunyi" di Afghanistan, dan merupakan orang dekat Osama bin Laden. Radikalisasi JI Dokumen yang diumumkan ICG (International Crisis Group) belum lama ini mengingat kan kita kembali pada peran Kadungga. Kontak internasionalnya menghasilkan dana yang cukup untuk mengirim pemuda-pemuda Indonesia menjalani pelatihan militer di Afghanistan. Tak heran bila dokumen ICG menyebut Kadungga sebagai "Ba'asyir's m ain international link". Dengan menjadi penghubung internasional bagi JI, yang juga berarti sebagai penye dia dana yang berasal dari sumber-sumber internasional, Kadungga diduga sebagai pihak yang sangat berperan dalam "menyetir" JI ke arah radikalisme. Kadungga dalam wawancara dengan Majalah Suara Hidayatullah yang terbit Oktober 2 000, mengatakan, ia mengenal baik Osama bin Laden. Bahkan sebelum terjadi Tragedi 11 September, Kadungga menurut Hidayatullah adala h orang yang amat sulit dihubungi. Setelah Tragedi 11 September, Kadungga bagaik an lenyap ditelan bumi. Keluarganya di Negeri Belanda, dikabarkan juga tidak men getahui keberadaannya. Hingga Agustus 2002 ia diduga masih berada di Indonesia. Selain visi untuk menegakkan Kekhalifahan Islam Dunia, Kadungga juga diketahui b erambisi mendirikan sebuah parpol Islam di Indonesia. Ia pernah menghubungi Pres iden BJ Habibie dan Hamzah Haz (sebelum menjadi Wapres!) untuk membicarakan poko k itu. Mudah dipahami, ia tidak pernah membicarakan ambisinya itu dengan Gus Dur . Surya Alinegara, teman baik Kadungga di Den Haag, mengatakan kepada Radio Nether lands ia tidak yakin Kadungga terlibat dalam jaringan teroris internasional. "Ia tidak punya konsep berorganisasi, tidak punya kader, bahkan tidak bisa bicara b ahasa Arab. Bagaimana mungkin ia bisa menjadi seorang aktivis?" katanya. Kabut m isteri sekitar Kadungga memang perlu segera dikuak. Mungkin saja hal itu akan me ngungkap 'missing link" antara Ba'asyir dengan dugaan keterlibatannya. Atau, set idaknya, hal itu justru akan mencuci nama Kadungga dan Ba'asyir sendiri. (Sumber: Suara Pembaruan, Senin 16/12 2002) Print Version Senin, 16 Desember 2002 Tak Perlu Cantumkan Agama dalam KTP Senin, 16 Desember 2002 Sebaiknya Kembali ke Jalan Allah Selasa, 10 Desember 2002 Takbir Kaum Sufi Dalam Ontologi Fitrah Rabu, 4 Desember 2002 Runtuhnya Empat Pilar Bangsa Rabu, 27 November 2002 Kemarau Sufi Pesantren

Hak Cipta 2002, GusDur.Net Kontak: redaksi@gusdur.net Design By Blue Angel

Anda mungkin juga menyukai