Struk Beton Pelat 1
Struk Beton Pelat 1
Untuk
merencanakan
pelat
beton
bertulang,
disamping
harus
memperhatikan beban dan ukuran pelat juga perlu diperhatikan jenis tumpuan tepi. Bila pelat dapat berputar (berotasi) bebas pada tumpuan, maka pelat dikatakan bertumpu bebas seperti disajikan pada gambar 2.1.
tak dibebani
setelah dibebani
Bila tumpuan mampu mencegah pelat berotasi dan relatif sangat kaku terhadap momen puntir, maka pelat itu dikatakan terjepit penuh seperti pada gambar 2.2.
tak dibebani
setelah dibebani
12
Bila balok tepi tidak cukup kuat untuk mencegah rotasi sama sekali, maka pelat itu terjepit sebagian (terjepit elastis) seperti pada gambar 2.3.
tak dibebani
setelah dibebani
Sebagai gambaran untuk membedakan jepit penuh atau jepit elastis dapat juga diilustrasikan pada balok anak seperti gambar 2.4.
a. Balok tepi
b. Balok tengah
Balok tengah pada gambar 2.4b yang lebih kecil dari balok tepi pada gambar 2.4a akan memberi jepitan yang lebih tinggi terhadap lantai kalau beban dikanan dan kiri balok adalah permanen. Dengan demikian pada balok tepi lebih konservatif bila tidak ditinjau sebagai jepit penuh, dan dianjurkan sebagai tumpuan bebas. Jika diasumsikan sebagai jepit penuh harus dijamin bahwa balok tepi tersebut mampu mencegah rotasi, untuk itu balok tepi harus didesain relatif sangat kaku dengan memperhitungkan kekuatan torsi yang cukup.
13
Menurut bentuk geometri dan arah tulangan cara analisis pelat dibagi menjadi dua yaitu pelat satu arah dan pelat dua arah, yang masing-masing dibahas lebih mendalam pada pasal-pasal berikut.
2.2 Pelat Satu Arah Pada gambar 2.5 disajikan contoh pelat satu arah satu bentang dan pelat dua bentang/ menerus.
Analisis momen lentur pada pelat satu arah sebenarnya dapat dianggap sebagai gelegar diatas banyak tumpuan. Untuk pelat satu bentang dapat dipandang sebagai struktur statis tertentu, penyelesaiannya dapat digunakan 3 buah persamaan kesetimbangan. Untuk pelat dua bentang atau lebih/pelat menerus (statis tak tertentu), penyelesaiannya menggunakan persamaan kesetimbangan dengan satu persamaan perubahan bentuk.
14
menentukan momen lentur dengan menggunakan koefisien momen (tabel 2.1), asalkan dipenuhi syarat-syarat seperti dibawah ini : 1. Panjang bentang seragam, jika ada perbedaan selisih bentang yang terpanjang dengan bentang sebelahnya yang lebih pendek maksimum 20%. 2. Beban hidup harus < 3 kali beban mati. 3. Penentuan panjang L untuk bentang yang berbeda : Untuk momen lapangan, L = bentang bersih diantara tumpuan. Untuk momen tumpuan, L = rata-rata bentang bersih pada sebelah kiri dan kanan tumpuan. Tabel 2.1. Koefisien momen dikalikan qu L2 1/16 1/14 1/24 1/11 1/9 1/11 1/9 1/14 1/24 1/24 1/ 8 1/16 1/16 1/10 1/24 1/16
1/16
1/24
1/16
1/16
15
1/24
1/10
1/11
1/10
1/24
1/11
1/16
1/16
1/11
1/16 1/14
1/10 1/16
1/11 1/16
1/11 1/16
1/10 1/14
1/16
1/24
1/10
1/11
1/11
1/10
1/24
1/11
1/16
1/16
1/16
1/11
Keterangan Tumpuan ujung tetap (jepit) Tumpuan ujung sederhana (sendi) Menerus diatas tumpuan (sendi)
Untuk dapat lebih memahami analisis perhitungan pelat satu arah, dibawah ini diberikan langkah-langkah perhitungan pelat satu arah sebagai berikut : 1. Tentukan tebal pelat, dengan syarat batas lendutan (Tabel 1.4). 2. Hitung beban-beban : beban mati, beban hidup dan beban berfaktor. 3. Hitung momen akibat beban berfaktor (Tabel 2.1). 4. Hitung Luas tulangan, dengan memperhatikan batas tulangan :
min <
<
mak
min
= 0,0025
5. Tentukan diameter dan jarak tulangan, dengan memperhatikan lebar retak : s < smak smak smak 2,0 h 250 mm pilih yang terkecil
16
Penutup beton : Tidak langsung berhubungan dengan tanah/cuaca = 20 mm Langsung berhubungan dengan Tanah/cuaca = 40 mm
Jarak maksimum : tulangan utama 2.0 h atau 250 mm tulangan pembagi 250 mm
Minimum tebal pelat : h 100 mm h 250 mm , diberikan tulangan atas dan bawah
Diameter tulangan : Polos p 8 mm Deform d 6 mm Kode tulangan : Lapisan terluar Lapisan kedua dari luar Lapisan terluar Lapisan kedua dari luar Segitiga menunjuk ke dalam pelat
17
2.3.1. Contoh 1
Diketahui pelat lantai seperti pada gambar 2.7 ditumpu bebas pada tembok bata, menahan beban hidup 150 kg/m2dan finishing penutup pelat (tegel,spesi,pasir urug) sebesar 120 kg/m2. Pelat ini terletak dalam lingkungan kering. Mutu beton fc = 20 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa (Polos).
L = 3.60 m
a. Denah
b. Potongan
Penyelesaian : 1. Tentukan tebal pelat (berkenaan syarat lendutan). Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan pelat ditumpu bebas pada dua tepi adalah : ( L/20) x 0,743, shg menjadi : hmin =
L 3,6 = = 0,1333 cm 27 27
18
2. Hitung beban-beban qu = 1,2 qd + 1,6 q1 qd akibat berat sendiri = 0,14 x 2,40 qd dari finishing penutup lantai = 0,336 t/m2 = 0,120 t/m2 + Total beban mati qd = 0,456 t/m Beban hidup q1
2
Dengan menggunakan Tabel2.1, didapat : 1/24 1/ 8 Pada lapangan, Mu = 1/8 qu L2 = 1/8 x 0,7872 x 3,62 = 1,2753 tm Pada tumpuan (memperhitungkan jepit tak terduga) Mu = 1/24 qu L2 = 1/24 x 0,7872 x 3,62 = 0,4251 tm 1/24
4. Hitung tulangan Tebal pelat h = 140 mm Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3). Ditentukan diameter tulangan Tinggi efektif d = h p
p p
= 140 20 . 10 = 115 mm
19
600 600 + f y
0,85
0,85 240
15
max
= 075
0,75
0,0323 = 0,024
Mu M n
1,2753 tm = 1,2753 M u =
10 7 Nmm
Rn
m
n bd 2
fy 0,85 f 'c
1 1 m
1,594 1000
=
107 115 2
= 1,2053
240 0,85 15
1 2 m Rn fy
1 2
= 18,8235
1 1 18,8235
1 18,8235
2 x18,8235x1,2053 240
= 0,0053
max
>
min
20
As =
Diperlukan tulangan
= 628 mm2
610 mm2
memenuhi syarat (1 meter ada 8 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5 x 8 = 628 mm2) b) Tulangan pada tumpuan Mu = 0,4251 tm = 0,4251 x 107Nmm Mn =
7 Mu = 0,4251x10 0,8
Rn
m =
fy 0,85 fc
'
240 0,85x15
1 2mRn fy
= 18,8235
1 m
1 18,8235
18,8235 240
0,5293
= 0,0017
max min
As =
min
Diperlukan tulangan
= 314 mm2
288 mm2
memenuhi syarat (1 meter ada 4 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5 x 4 = 314 mm2)
c) Tulangan pembagi Dalam arah tegak lurus terhadap tulangan utama harus disediakan tulangan pembagi (demi tegangan suhu dan susut). Untuk fy = 240 AS =
0,25 bh 100
21
Untuk fy = 400
AS =
0,18 bh 100
0,25
1000 100
140
Diperlukan tulangan
P 10-220
memenuhi syarat
(1 meter ada 5 tulangan, @As=78,5 mm2 shg total As=78,5x5 = 392,5mm2)
10 - 250
10 - 250
10 - 250 10 - 250
8 - 250
10 - 220
1/5 L 720
p
1/5 L 720
8 - 250
p
10 - 250
1/10 L 360
10 - 220
10 - 125
1/10 L 360
L = 3600
2.4 Pelat Dua Arah Ditinjau suatu pelat lantai dengan balok-balok pendukungnya seperti gambar 2.8.
LX
LX
B2
B2
B1
B3
LY
B1
B3
LY
B4 X Y
B4
a. LX
0.4 LY
b. LX < 0.4 LY
Apabila Lx
0,4
menumpu pada balok B1,B2,B3,B4 yang lazimnya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya disebut sebagai pelat yang menumpu keempat sisinya. Dengan demikian pelat tersebut dipandang sebagai pelat dua arah (arah x dan arah y), tulangan pelat dipasang pada kedua arah yang besarnya sebanding dengan momen-momen setiap arah yang timbul.
23
Apabila Lx < 0,4 Ly Seperti pada gambar 2.8b, pelat tersebut dapat dianggap sebagai pelat menumpu balok B1 dan B3, sedangkan balok B2 dan B4 hanya kecil didalam memikul beban pelat. Dengan demikian pelat dapat dipandang sebagai pelat satu arah (arah x), tulangan utama dipasang pada arah x dan pada arah y hanya sebagai tulangan pembagi. Tabel 2.2 menunjukkan momen lentur yang bekerja pada jalur 1 meter, masing-masing pada arah x dan arah y. Mlx = momen lapangan per meter lebar di arah x. Mly = momen lapangan per meter lebar di arah y. Mtx = momen tumpuan per meter lebar di arah x. Mty = momen tumpuan per meter lebar di arah y. Mtix = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah x. Mtiy = momen tumpuan akibat jepit tak terduga diarah y. Seperti pada pelat satu arah, pemakaian tabel 2.1 ini dibatasi beberapa syarat : a. Beban pelat terbagi rata. b. Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan minimum antara panel pelat. qu, min > 0,4 qu,mak. c. Perbedaan terbatas antara panjang bentang yang berbatasan. Lx, terpendek Ly, terpendek 0,8 Lx, terpanjang. 0,8 Ly, terpanjang.
Jika syarat-syarat diatas dipenuhi, maka tabel 2.2 dapat memberikan hasil yang aman terhadap momen-momen lentur maksimum. Momen jepit tak terduga disini dianggap sama dengan setengah momen lapangan di panel yang berbatasan, maka : Pada arah x, Pada arah y, Mtix = 1/2 M1x. Mtiy = 1/2 M1y.
24
Tabel 2.2 Momen per meter lebar dalam jalur tengah akibat beban terbagi rata Skema Momen per meter Lebar Jalur I M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x II M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mtx = 0,001 qulx2 x Mty = 0,001 qulx2 x III M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mtx = 0,001 qulx2 x Mty = 0,001 qulx2 x IV M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mty = 0,001 qulx2 x V M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mtx = 0,001 qulx2 x VA M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mtx = 0,001 qulx2 x 1,0 41 41 25 25 51 51 30 30 68 68 24 33 69 33 24 69 31 39 91 1,2 54 35 34 22 63 54 41 27 84 74 36 33 85 40 20 76 45 37 102 1,4 67 31 42 18 72 55 52 23 97 77 49 32 97 47 18 80 58 34 108 Ly/Lx 1,6 79 28 49 15 78 54 61 22 106 77 63 29 105 52 17 82 71 30 111 1,8 87 26 53 15 81 54 67 20 113 77 74 27 110 55 17 83 81 27 113 2,0 97 25 58 15 82 53 72 19 117 76 85 24 112 68 17 83 91 25 114 2,5 110 24 62 14 83 51 80 19 122 73 103 21 112 62 16 83 106 24 114
= terletak bebas = menerus pada tumpuan = tidak tertumpu (ujung bebas / tergantung)
25
Skema VB
Momen per meter Lebar Jalur M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mtx = 0,001 qulx2 x 1,0 39 31 91 28 25 60 54 14 30 48 63 30 14 63 48 1,2 47 25 98 37 21 70 55 21 39 69 79 33 15 69 48 1,4 57 23 107 45 19 76 55 27 47 94 94 35 15 74 47
Ly/Lx 1,6 64 21 113 50 18 80 54 34 56 120 106 37 15 79 47 1,8 70 20 118 54 17 82 53 40 64 148 116 39 15 79 47 2,0 75 19 120 58 17 83 53 44 70 176 124 40 15 80 46 2,5 81 19 124 62 16 83 51 52 85 242 137 41 15 82 45
VI
M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mtx = 0,001 qulx2 x Mty = 0,001 qulx2 x
VIIA
M1x = 0,001 qulx2 x M1y = 0,001 qulx2 x Mtx = 0,001 qulx2 x Mty = 0,001 qulx2 x
VII
M1x = 0,001
qulx2
= terletak bebas = menerus pada tumpuan = tidak tertumpu (ujung beban bebas/tergantung)
26
2.5.1 Contoh 2
Diketahui : Pelat lantai menumpu pada balok seperti gambar 2.9, berada di lingkungan kering, ditumpu pada balok beton yang tidak diperhitungkan menahan torsi. Mutu beton fc = 15 MPa, Mutu baja fy = 240 MPa, tersedia tulangan diameter 10 mm.
4.00
Diminta : Tentukan tebal pelat dan tulangan yang diperlukan, bila pelat memikul beban hidup 250 kg/m2 dan beban finishing penutup pelat (tegel, spesi, pasir urug,plafon) = 140 kg/m2.
Penyelesaian : 1. Tentukan tebal pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan bentang pendek adalah : Lx = 4,00 meter
27
hmin =
L 4,0 = = 0,148 m 27 27
2. Hitung beban-beban qu = 1,2 qd + 1,6 q1 qd akibat berat sendiri = 0,15 x 2,40 = 0,360 t/m2 qd dari finishing penutup lantai Total beban mati qd Beban hidup q1 = 1,00 t/m2 = 0,140 t/m2 = 0,500 t/m2 = 0,250 t/m2
+
3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor. Ditinjau pias sebelebar 1 meter, jadi qu = 1,00 t/m Dengan menggunakan tabel 2.1, untuk Ly/Lx = 1,2 Kasus I, tumpuan bebas didapat momen dari tabel 2.2 sebagai berikut : MLx = 0,054 qu Lx2 = 0,054 x 1,0 x 4,02 = 0,864 tm MLy = 0,035 qu Lx2 = 0,35 x 1,0 x 4,02 Mtix = 1/2 M1x Mtiy = 1/2 M1y 4. Hitung tulangan Tebal pelat h = 150 mm Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3). Ditentukan diameter tulangan Tinggi efektif : dx = h - p - 1/2
P P
= 10 mm
- 1/2
Py
28
dx = 125 mm
dy = 115 mm
10 10 20
150
0,85, untuk fc
30 Mpa
= =
0,85 1f'c fy
600 600 fy
x
0,85x0,85x15 240
0,75 x
b
max = min =
a) Tulangan pada lapangan arah x b = 1000 mm, d = 125 mm Mu = 0,864 tm = 0,864 x 107Nmm
7 Mu = 0,864 x10 Mn = 0,8
= 1,080 x 107
Rn
1 m
2mRn fy
29
1 18,8235
2 x18,8235x0,6912 240
= 0,0030
perlu perlu max
>
min
As =
Diperlukan tulangan
= 392 mm2
375 mm2
memenuhi syarat
b) Tulangan pada lapangan arah y b = 1000 mm, d = 115 mm Mu = 0,560 tm = 0,560 x 107Nmm Mn =
7 Mu = 0,560x10 0,8
Rn
1 m
2mRn fy
1 18,8235
2x18,8235x0,5293 240
= 0,0023
max min
As =
min
Diperlukan tulangan
= 314 mm2
288 mm2
memenuhi syarat
30
c) Tulangan pada tumpuan arah x b = 1000 mm, d = 115 mm Mu = 0,560 tm = 0,560 x 107Nmm Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas, didapat : = 0,0018 As =
min min
dipakai
min
= 0,0025
Diperlukan tulangan
= 314 mm2
313 mm2
memenuhi syarat
d) Tulangan pada tumpuan arah y b = 1000 mm, d = 115 mm Mu = 0,280 tm = 0,280 x 107Nmm Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas, didapat : = 0,0012 As =
min min
dipakai
min
= 0,0025
Diperlukan tulangan
= 288 mm2
313 mm2
memenuhi syarat
5. Gambar Sketsa Penulangan Sketsa penulangan diperlihatkan seperti gambar 2.11. Pada tumpuan arah x, tulangan dihentikan pada jarak 1/5 L x dari muka balok. Pada tumpuan arah y, tulangan juga dihentikan pada jarak 1/5 Lx dari muka balok. Pada lapangan arah x, sesuai hitungan diperlukan tulangan
P
10-200, tulangan
tersebut dihentikan sampai jarak 1/10 Lx dari muka tumpuan. Selanjutnya tulangan yang masuk ke balok paling sedikit 50 % dari jumlah tulangan yang diperlukan dilapangan (Lihat gambar 2.1a).
31
Kode tulangan :
artinya : tulangan polos diameter 10 mm dipasang setiap jarak 200 mm. artinya : tulangan deform diameter 10 mm dipasang setiap jarak 200 mm.
32
Lx = 4000
Ly = 4800
10 - 250
1/10 L 400
10 - 250
10 - 200
Lx = 4000
1/10 L 400
10 - 250
1/10 L 400
10 - 200
10 - 250
Ly = 4800
1/10 L 400
(c). Potongan tulangan arah y Gambar 2.11 Detail Penulangan pelat contoh 2
33
2.5.2 Contoh 3 Diketahui Pelat Lantai untuk Ruang Kuliah seperti gambar 2.12. Mutu beton f c = 20 MPa, Mutu baja fy = MPa. Diminta : Tentukan tebal Pelat dan Rencana Penulangan.
4.50
4.50
A
3.00 3.00 3.00
(b). Hubungan pelat dengan balok-balok Gambar 2.12 Struktur pelat dengan balok-balok pendukung
34
Penyelesaian : 1. Tentukan tebal pelat Tebal minimum pelat hmin menurut Tabel 1.4, untuk fy = 240 MPa dan bentang pendek Lx = 3,00 meter adalah : - Pelat tipe a, satu ujung menerus, tebal minimum : hmin =
2. Pembebanan Pelat lantai digunakan untuk Ruang Kuliah, dengan finishing penutup pelat ditentukan sebagai berikut : - tegel teraso, tebal -spesi pasangan - pasir urug bawah lantai - plafon, eternit = 2 cm, = 2 cm, = 2 cm, = asbes pelat,
sesuai tabel 2.1 Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 (PPIUG-1983), dapat di hitung besarnya beban mati dan beban hidup sebagai berikut : - Beban mati : berat sendiri pelat = 0,10 x 1 x 2400 tegel tebal 2 cm = 2 x 24 spesi pasangan = 0,02 x 1 x 2100 pasir urug = 0,02 x 1 x 1600 Plafond, eternit = 11 + 7 Total beban mati qd - Beban hidup : = 240 kg/m2 = 48 kg/m2 = 42 kg/m2 = 32 kg/m2 = 18 kg/m2 = 380 kg/m2
Dari Tabel 3.1 Peraturan PPIUG 1993, untuk ruang kuliah ditentukan sebesar
35
q1 = 250 kg/m2 - Beban berfaktor : qu = 1,2 qd + 1,6 q1 = 1,2 x 380 + 1,6 x 250 = 856 kg/m2
3. Tentukan momen yang bekerja akibat beban berfaktor. Ditinjau pias selebar 1 meter, jadi qu = 0,856 t/m.
Ly = 4,5 m Lx = 3,0 m
Ly / Lx = 1,5
Dengan menggunakan Tabel 2.2, untuk Ly/Lx = 1,5 - Pelat tipe a, Kasus VIA : (interpolasi linier) MLx = 0,052 qu Lx2 = 0,052 x 0,856 x 3,02 = 0,400 tm MLy = 0,022 qu Lx2 = 0,022 x 0,856 x 3,02 = 0,169 tm Mtx = 0,094 qu Lx2 = 0,094 x 0,856 x 3,02 = 0,724 tm Mty = 0,075 qu Lx2 = 0,075 x 0,856 x 3,02 = 0,724 tm Mtix = 1/2 Mlx Mtiy = 1/2 Mly = 1/2 x 0,400 = 1/2 x 0,169 = 0,200 tm = 0,085 tm
- Pelat tipe b, Kasus VIB : (interpolasi linier) MLx = 0,048 qu Lx2 = 0,048 x 0,856 x 3,02 = 0,370 tm MLy = 0,019 qu Lx2 = 0,019 x 0,856 x 3,02 = 0,147 tm Mtx = 0,078 qu Lx2 = 0,078 x 0,856 x 3,02 = 0,600 tm Mty = 0,055 qu Lx2 = 0,055 x 0,856 x 3,02 = 0,424 tm Mtiy = 1/2 Mly = 1/2 x 0,147 = 0,074 tm
edysip88@yahoo.com
4. Hitung tulangan Tebal pelat h = 100 mm Tebal penutup p = 20 mm (pasal 1.3). Ditentukan diameter
P
= 8 mm
36
Tinggi efektif :
dx = h - p - 1/2
= 100 - 20 - 8 - 1/2 x 8 = 68 mm
= 76 mm
dy = 68 mm
8 8 20
100
= 0,85, untuk fc
30 MPa
0,85 1f ' c fy
600 600 f y
=
max min
= 0,043
= 0,75 x
1. Tulangan Pelat tipe (a) a) Pada lapangan arah x b = 1000 mm, d = 76 mm Mu = Mlx = 0,400tm = 0,400 x 107 Nmm
7 Mu = 0,400x10 Mn = 0,8
Rn
7 Mn = 0,500x10 1000x762 bd 2
= 0,8656
37
m =
1 m
2mRn fy
1 14,1176
2 x14,1176x0,8656 240
= 0,0037
max min
As =
Diperlukan tulangan
281 mm2
b) Pada lapangan arah y b = 1000 mm, d = 68 mm Mu = MLy = 0,169 tm = 0,169 x 107Nmm Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas, didapat : = 0,0011 As =
min max
dipakai
min
= 0,0025
Diperlukan tulangan
= 250 mm2
170 mm2
memenuhi syarat
c) Pada tumpuan arah x (tumpuan tengah) b = 1000 mm, d = 76 mm Mu = Mtx = 0,724 tm = 0,724 x 107Nmm Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas, didapat : = 0,0067 As =
min
dipakai
38
Diperlukan tulangan
456 mm2
d) Pada tumpuan arah y (tumpuan tengah) b = 1000 mm, d = 68 mm Mu = Mty = 0,578 tm = 0,578 x 107Nmm Dengan cara yang sama pada perhitungan diatas, didapat : = 0,0053 As =
min
dipakai
Diperlukan tulangan
= 416 mm2
360 mm2
memenuhi syarat
e) Pada tumpuan tepi (arah x dan arah y) Mtix = 0,200 tm = 0,200 x 107 Nmm Mtiy = 0,085 tm = 0,085 x 107Nmm Diberikan tulangan sama dengan lapangan, maka : Arah x : Arah y :
P 8-150 P 8-200
39
2. Tulangan Pelat tipe (b). Dengan melihat besarnya momen pada pelat tipe (b) relatif lebih kecil dari pada pelat tipe (a), dengan tujuan praktis dan untuk menghindarkan banyaknya tipe tulangan yang sering berakibat kesalahan didalam pelaksanaan, maka tulangan yang terpasang disamakan dengan tulangan pada pelat tipe (a), yaitu sbb: Lapangan arah x, Lapangan arah y, M1x = 0,370 M1y = 0,147
P 8-150 P 8-200 P 8-100 P 8-120 P 8-200
40
1/5Lx
1/4Lx
1/4Lx
0.75
0.75
0.60
C
0.60
Ly = 4.50
0.75
B
1/4Lx
Ly = 4.50
1/5Lx
A
Lx = 3.00 Lx = 3.00 Lx = 3.00
3.00
3.00
3.00
(b). Potongan Tulangan Arah - x, daerah lapangan Gambar 2.14 Detail Penulangan Pelat Lantai Contoh 3
41
2.6 Distribusi Beban Ditinjau pelat tipe (a) seperti pada gambar 2.15. Pelat tersebut didukung oleh balok-balok B1,B2 dan B4
Lx B2
B1
B3
Ly
B4
Beban pelat didistribusikan ke balok-balok pendukungnya melalui garis-garis yang berarah 45o dari sudut panel seperti gambar 2.15b. Balok bentang pendek memikul beban trapesium masing-masing setinggi 1/2 Lx seperti gambar 2.16.
1/2 L
1/2 L
L
(a) Bentang pendek
42
Untuk balok yang hanya terdiri dari satu bentang, adalah tidak mengalami kesulitan di dalam menghitung gaya-gaya dalam yang timbul (momen lentur dan gaya geser), jika diterapkan langsung beban segitiga dan trapesium seperti di atas, tetapi jika balok-balok ini merupakan balok menerus yang terdiri dari dua bentang atau lebih, perhitungan mekanika akan menjadi rumit. Langkah konservatip telah diambil oleh para perancang di dalam mengubah beban segitiga/trapesium ini ke dalam beban merata equivalen, yaitu dengan mendasarkan bahwa momen maksimum bentang akibat beban merata equivalen, dengan asumsi balok bertumpu bebas pada kedua ujungnya (lihat gambar 2.17).
Ly Lx
1/2 Lx
Leq
Ly
Leq = 1/6 Lx {3 4(Lx/2Ly)2} (b) Beban trapesium menjadi beban merata Gambar 2.17 Lebar equivalen pelat yang dipikul oleh balok
43
Ditinjau gambar 2.17a, dengan hukum kesetimbangan momen maksimum akibat beban segitiga yang terjadi ditengah bentang di titik T sebesar : Mmax = 1/24 Lx3 Momen maksimum akibat beban terbagi merata equivalen Meq = 1/8 Leq Lx2 Dengan cara yang telah disebutkan di depan, Mmax = Meq maka 1/8 Leq Lx2 = 1/24 Lx3 Leq = 1/3 Lx Untuk beban trapesium seperti gambar 2.17b, momen maksimum di tengah bentang di titik T adalah : Mmax = 1/48 Lx Lx2 3 4( Lx / 2 Ly ) 2 Momen ini harus sama dengan momen akibat beban merata equivalen yaitu : 1/8 Leq Lx2, maka : 1/48 Lx Lx2 3 4( Lx / 2 Ly ) 2 = 1/8 Leq Lx2 sehingga : Leq = 1/6Lx
3 4( Lx / 2 Ly ) 2
Perlu dicatat bahwa perhitungan beban/lebar equivalen seperti di atas membawa hasil yang relatip boros, sebagai gambaran diberikan contoh sebagai berikut : Diketahui : Pelat lantai tipe (a) dengan lebar Lx = 3,00 m, Ly = 5,00 m seperti gambar 2.18 memikul beban terbagi rata sebesar qu = 0,800 t/m2 Diminta : Hitung beban yang dipikul balok B1,B2,B3,B4. akibat pelat tersebut. Penyelesaian : Pada balok bentang pendek Leq = 1/3 Lx2 = 1/3 x 3,00 = 1,00 m Beban equivalen yang dipikul oleh balok B2 dan B4 adalah qbalok = Leq qu = 1,00 x 0,800 = 0,8 t/m. Pada bentang panjang Leq = 1/6Lx
3 4( Lx / 2 Ly ) 2
44
300 2 ) 2 x5,00
Beban yang dipikul oleh balok B1 dan B3 adalah qbalok = Leq qu = 1,32 x 0,800 = 1,056 t/m
L = 3,00
B
2
1,00
B1
(a)
B3 L y = 5.00
B4 1,32
Total beban sebelum didistribusikan = 0,80 x 3,00 x 5,00 = 12 ton. Total beban setelah didistribusi = 2 (0,8 x 3,0 + 1,056 x 5,0) = 15,36 ton 12 ton.
Dari uraian tersebut dianjurkan, bahwa untuk kasus-kasus struktur yang sederhana seyogyanya dihitung berdasarkan cara pembebanan yang
sesungguhnya (beban segitiga/trapesium), sedangkan untuk struktur yang komplek dapat dilakukan dengan pembebanan equivalen.
45