Anda di halaman 1dari 6

Peta Hazard Sumatra di Permukaan Untuk Berbagai kondisi Tanah Dengan Model Sumber Gempa 3D dan Faktor Amplifikasi

Mengikuti IBC-2009
M. Asrurifak, Masyhur Irsyam, Bambang Budiono
Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung

Wahyu Triyoso
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung ABSTRAK: Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh peta spektra hazard di permuakaan tanah untuk berbagai kondisi tanah dengan model amplifikasi mengikuti IBC-2009. Peta spektra hazard yang diamplifikasi meliputi spektra periode getar pendek (0.2 detik) dan periode getar 1 detik untuk periode ulang gempa 2500 tahun. Data-data parameter sumber gempa yang digunakan untuk mendapatkan hasil spektra hazard adalah dari catalog gempa terbaru dan informasi sesar aktif terkini yang bisa didapat. Model sumber gempa yang digunakan meliputi: sumber gempa background, sumber gempa fault dan sumber gempa subduksi. Hasil analisa dari studi ini menampilkan peta spektra hazard Sumatra periode ulang gempa 2500 tahun dan peta respon spektra disain di permuaan tanah untuk kondisi tanah klas C (tanah keras), klas D (tanah sedang) dan klas E (tanah lunak). Kata kunci: respon spektra disain, hazard, model sumber gempa

1 PENDAHULUAN Indonesia saat ini masih menggunakan peta zonasi percepatan puncak dibatuan dasar yang ada di Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dibuat dengan mengacu pada konsep UBC-1997 untuk perencanaan ketahanan gempa bangunan gedung. Dalam perkembangannya, UBC-1997 yang sudah dirubah menjadi IBC-2000 dan berkembang lagi menjadi IBC-2003, IBC-2006 dan sekarang IBC-2009, peraturan ini selalu diperbaiki karena adanya perkembangan data terbaru sehingga bisa melindungi kejadian-kejadian gempa besar yang terjadi setelah peraturan yang lama dibuat. Dengan adanya kejadian gempa-gempa besar 10 tahun terakhir, maka sudah selayaknya SNI 03-1726-2002 yang dibuat dengan mengacu pada UBC-1997 juga perlu segera diperbarui. Pertemuan yang membahas rencana perubahan SNI 03-1726-2002 telah dilaksanakan oleh Departemen PU dan HAKI pada bulan Juli 2006, dimana telah di rencanakan merevisi peta gempa Indonesia pada tahun 2008. Pertemuan lanjutan dilaksanakan pada bulan September 2007 yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Departemen PU, HAKI, HATTI, Universitas, LIPI, Badan Geologi serta dari USGS dengan tujuan untuk mengkawal pembuatan peta hazard Indonesia yang baru.

Tanggal 27 Oktober 2008 di Jakarta pada pertemuan yang dikoordinir oleh Departemen Pekerjaan Umum dan dihadiri oleh ahli-ahli dari Perguruan Tinggi, Konsultan Swasta maupun organisasi-organisasi terkait telah menyepakati bersama bahwa SNI 031726-2002 segera direvisi, dan acuan yang akan digunakan adalah IBC-2006 dengan penyesuaian untuk kondisi wilayah Indonesia. Pada tahun 2009 telah dilakukan dua kali pertemuan yaitu di kantor Menristek pada bulan Juli yang dihadiri oleh wakilwakil dari Menristek, Departemen PU, Universitas dan LIPI kemudian bulan Sempember yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Departemen PU, Menristek dan Universitas yang mana pada pertemuan ini telah disepakati bahwa peta hazard gempa Indonesia harus selesai pada akhir tahun 2009. Analisa hazard gempa (seismic hazard analysis) sering dipakai untuk menentukan tingkat pembebanan yang mungkin akan terjadi pada suatu tempat. Ada 2 (dua) metode perhitungan yang bisa dikerjakan. Yaitu Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA) dan Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA). Teori PSHA memberikan ruang kerja yang memungkinkan faktor ketidakpastian dapat diidentifikasi, diukur dan digabungkan pada suatu hubungan yang rasional untuk menghasilkan gembaran yang lebih detail dalam perhitungan analisa resiko gempa. Metode PSHA ini

PIT XII HATTI, Grand Inna Bali Beach Hotel, Bali, 5-5 November 2009

dikembangkan oleh Cornell (1968 dan 1971), kemudian dilanjutkan oleh Merz dan Cornell (1973). Model dan konsep dari analisis ini tetap dipakai sampai sekarang, namun model dari analisis dan teknik perhitungannya yang terus dikembangkan oleh McGuire R. K. (1976). Teori ini mengasumsikan magnitude gempa M dan jarak R sebagai variabel acak independen yang menerus. Dalam bentuk umum teori probabilitas total ini dapat dinyatakan sebagai berikut:
P I i
r m

P I

i m dan r .f M ( m ).f r ( r ) dm dr

Dimana: fM = fungsi kepadatan dari magnitude

fR = fungsi kepadatan dari jarak hiposenter P[I i | m dan r] = kondisi probabilitas acak intensitas I yang melampaui nilai i pada suatu lokasi akibat magnitude gempa M dan jarak hiposenter R. Analisa PSHA yang digunakan dalam studi ini menggunakan software yang didapat dari USGS (Harmsen, 2007) dengan input parameter yang digunakan adalah seperti yang dijelaskan pada model sumber gempa dibawah. 2 PROSES ANALISIS Proses analisis untuk pembuatan peta disain respon spektra ini meliputi pengumpulan dan pengolahan data-data kejadian gempa historik yang terekam untuk wilayah Indonesia, menyamakan skala magnitude dari data-data katalog gempa, karena biasanya data-data dari berbagai sumber tersebut menggunakan skala magnitude yang berbeda-beda. Memilih gempa-gempa yang independen dengan melakukan pemisahan antara

gempa utama (main shock) dan gempa ikutan (foreshock dan aftershock) serta melakukan analisa kelengkapan data gempa. Pemodelan sumber gempa yang sesuai untuk wilayah Indonesia dilakukan dengan perhitungkan parameter-parameter seismik yang meliputi a-b parameter, magnitude maksimum dan slip rate. Pemilihan rumus atenuasi yang disesuaikan dengan model sumber gempa dan kondisi tektonik wilayah Indonesia. Perhitungan percepatan maksimum dan respon spektra di batuan dasar dilakukan berdasarkan pada data dan parameter sumber gempa tersebut. Periode ulang gempa yang digunakan adalah 2500 tahun atau pada kondisi Maximum Considered Earthquake (MCE). Analisis pengaruh kondisi tanah setempat untuk mencari nilai amplifikasi dilakukan dengan menggunakan model yang ada di IBC-2009, dimana Respon spektra disain di permuakaan untuk berbagai kondisi tanah berdasar pada percepatan respon spektra kondisi MCE untuk periode getar pendek (SMS) dan pada periode getar 1 detik (SM1) adalah: SMS =FaSs SM1 =FvS1 Dimana: Fa = Site coefficient untuk periode getar pendek (Gambar 1a) Fv = Site coefficient untuk periode getar 1detik (Gambar 1b) SS = Peta spectral accelerations periode getar pendek (Gambar 2) S1 = Peta spectral accelerations peride getar 1detik (Gambar 2)

Gambar 1. Grafik nilai site coefficient untuk periode getar pendek dan 1-detik menurut IBC-2009. Besarnya percepatan respon spektra disain untuk 5% redaman pada periode getar pendek SDS dan pada periode getar 1-detik SD1 adalah: SDS = SMS SD1 = SM1 Dimana:

PIT XII HATTI, Grand Inna Bali Beach Hotel, Bali, 5-5 November 2009

SMS = The maximum considered earthquake spectral response accelerations untuk periode getar pendek SM1 = The maximum considered earthquake spectral response accelerations untuk periode getar 1detik Hasil analisis nilai percepatan respon spektra disain dipermukaan tanah untuk berbagai kondisi tanah seperti site class C (tanah keras dan batuan lunak), site class D (tanah kaku/sedang) dan site class E (tanah lunak) pada periode getar pendek (0.2 detik) serta periode getar 1-detik ditampilkan dalam bentuk peta. 3 MODEL SUMBER GEMPA Tatanan seismotektonik wilayah Indonesia terbaru yang telah dipublikasi dan dievaluasi oleh beberapa peneliti dipakai sebagai acuan model sumber gempa dan dijadikan input parameter PSHA. Model ini diperlukan sebagai hubungan antara data kejadian gempa dengan model perhitungan yang digunakan dalam menentukan tingkat resiko gempa. Parameterparameter yang diperlukan dalam membuat model sumber gempa adalah seismogenic zones, focal mechanisms dan earthquake catalogues. Kondisi seismogenic ini termasuk geometri atau geomorfologi lempeng tektonik seperti fault dan zona subduksi. Model-model sumber gempa yang digunakan dalam studi ini adalah sumber gempa background, sumber gempa fault dan sumber gempa subduksi. Sumber Gempa Background Suatu area yang data seismogenic-nya belum teridentifikasi dengan baik bisa digunakan sebagai suatu sumber gempa bila data-data historik gempa yang pernah terjadi diarea tersebut ada recordingnya. Model sumber gempa ini disebut sebagai sumber gempa background. Pemodelan yang digunakan untuk sumber gempa background ini adalah gridded yang berdasar pada laju gempa (earthquake rates) secara spatially smoothed (Frankel, 1995). Sumber Gempa Fault Sumber gempa fault didapat dari data-data peneliti terdahulu yang sudah dipublikasikan. Sumber gempa ini juga disebut sebagai sumber tiga dimensi karena dalam perhitungan probabilitas jarak, yang dilibatkan adalah jarak dari site ke hypocenter. Jarak ini memerlukan data dip dari fault yang akan dipakai sebagai perhitungan probabilitas tersebut. Input parameter yang diperlukan dalam analisa probabilitas dengan model sumber gempa fault adalah: koordinat lintasan fault (lat, long),

mekanisme pergerakan fault (strike-slip, dip-slip), slip-rate, dip, panjang dan lebar fault, dimana datadata tersebut didapat dari para ahli geologi dan geofisika. Sumber Gempa Subduksi Sumber gempa subduksi dimodelkan dengan datadata parameter yang meliputi lokasi subduksi yang dituangkan dalam koordinat latitude dan longitude, a dan b-value dari areal subduksi yang bisa didapatkan dari data gempa dengan metode least square (Gutenberg-Richter), Batas kedalaman dari sumber gempa ini adalah 50 km atau merupakan daerah Megathrust. Untuk sumber gempa yang lebih dalam (>50 km) daerah Benioff diwakili oleh model sumber gempa deep background. 4 FUNGSI ATENUASI Pemilihan fungsi atenuasi ini didasarkan pada kesamaan kondisi geologi dan tektonik dari wilayah dimana fungsi atenuasi itu dibuat. Fungsi atenuasi untuk gempa shallow crustal (model sumber gempa shallow background dan fault) menggunakan BooreAtkinson NGA (2008), Campbell-Bozorgnia NGA (2008) dan Chiou-Youngs NGA (2008) dengan bobot masing-masing 1/3. Sumber gempa subduksi interface (Megathrust) menggunakan Geomatrix subduction (Youngs dkk., SRL, 1997), AtkinsonBoore BC rock global source (Atkinson & Boore, 2003) dan Zhao dkk., dengan variabel Vs-30. (Zhao dkk., 2006) dengan bobot masing-masing 1/3. Sumber gempa deep intraslab (model sumber gempa deep background) menggunakan AB intraslab seismicity Puget Sound region BC-rock condition (Atkinson dan Boore, 1995), Geomatrix slab seismicity rock, 1997 srl. July 25 2006. (Youngs dkk., 1997) dan AB 2003 intraslab seismicity world data region BC-rock condition (Atkinson dan Boore, 2003) dengan bobot yang sama. 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN Studi ini menampilkan peta spektra hazard dengnan periode ulang gempa 2500 tahun di batuan dasar dan peta respon spektra disain di permukaan tanah untuk kondisi tanah keras, tanah sedang dan tanah lunak pada periode getar pendek (0.2 detik) dan periode getar 1-detik. Secara umum nilai percepatan respon spektra disain semakin membesar sehubungan dengan kondisi tanah yang semakin lunak, kecuali pada nilai percepatan lebih besar dari 0.8g yang justru mengalami penurunan.

PIT XII HATTI, Grand Inna Bali Beach Hotel, Bali, 5-5 November 2009

Peta respon spektra disain di permukaan tanah ini diharapkan bisa digunakan sebagai kontrol untuk analisa site spesifik pulau Sumatra.

Melihat hazard gempaan di Indonesia akhir-akhir ini, maka sudah selayaknya revisi peta hazard dibatuan dasar yang ada di SNI 03-1726-2002 segera diperbarui.

Gambar 2. Peta spektra hazard di batuan dasar pada periode ulang gempa 2500 tahun.

Gambar 3. Peta respon spektra disain di permukaan tanah site class C (tanah keras dan batuan lunak).
PIT XII HATTI, Grand Inna Bali Beach Hotel, Bali, 5-5 November 2009

Gambar 4. Peta respon spektra disain di permukaan tanah site class D (tanah sedang).

Gambar 5. Peta respon spektra disain di permukaan tanah site class E (tanah lunak).

PIT XII HATTI, Grand Inna Bali Beach Hotel, Bali, 5-5 November 2009

DAFTAR PUSATAKA
Atkinson, G., Boore, D. (1995), New Ground Motion Relations for Eastern North America. Bull. Seismol. Soc. Am., Vol. 85, pp. 17 30. Atkinson, G.M., Boore, D.M. (2003), Empirical GroundMotion Relations for Subduction Zone Earthquakes and Their Application to Cascadia and Other Regions, Bull. Seismol. Soc. Am., Vol. 93, no. 4, pp. 1703-1729. Bird, P. (2003), An Updated Digital Model of Plate Boundaries: Geochemistry, Geophysics, Geosystems, Vol. 4, no. 3, 1027, doi:10.1029/2001GC000252. Boore, D.M. and Atkinson, G.M. (2008), Ground-motion Prediction Equations for the Average Horizontal Component of PGA, PGV, and 5%-damped PSA at Spectral Periods between 0.01 s and 10.0 s: Earthquake Spectra, Vol. 24, no. 1. Campbell, K.W. and Bozorgnia, Y. (2008), Ground Motion Model for the Geometric Mean Horizontal Component of PGA, PGV, PGD and 5%-damped Linear Elastic Response Spectra for Periods Ranging from 0.01 to 10.0 s: Earthquake Spectra, Vol. 24, no. 1. Chiou, B. and Youngs, R. (2008), A NGA Model for the Average Horizontal Component of Peak Ground Motion and Response Spectra: Earthquake Spectra, Vol. 24, no. 1. Coppersmith, K.J., Youngs, R.R. (1986), Capturing Uncertainty in Probabilistic Seismic Hazard Assessment with Intraplate Tectonic Environments, Proceedings, 3rd U. S. National Conference on Earthquake Engineering, Charleston, South Carolina, Vol. 1, pp.301-312. Engdahl, E.R., R. van der Hilst, and Buland, R. (1998), Global teleseismic earthquake relocation with improved travel times and procedures for depth determination, Bull. Seism. Soc. Am. 88, 722-743. Frankel, A. (1995), Mapping Seismic Hazard in the Central and Eastern United States: Seismological Research Letters, Vol. 66, no.4, pp. 8-21. Gardner, J.K. and Knopoff, L. (1974), Is the Sequence of Earthquakes in Southern California, with Aftershocks Removed, Poissonian?: Bull. Seismol. Soc. Am., Vol. 64, pp. 13631367. Gutenberg, B. and Richter, C. (1944), Frequency of Earhquakes in California. Bull. Seismol. Soc. Am., Vol. 34, 1944, pp. 185188, Harmsen, S., (2007), USGS Software for Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA), Draft Document, (unpublished, received by hand). Kulkarni, R.B., Youngs, R.R., and Coppersmith, K.J. (1984), Assessment of Confidence Interval for Results of Seismic Hazard Analysis, Proceedings, 8th World Conference on Earthquake Engineering, San Fransisco, Vol. 1. McCaffrey, R. (1991), Slip Vectors and Stretching of the Sumatran Fore Arc, Geology, 19(9), 1, pp. 881 884. Petersen M.D., Frankel, A.D., Harmsen, S.C., Mueller, C.S., Haller, K.M., Wheeler, R.L., Wesson, R.L., Zeng, Y., Boyd, O.S., Perkins, D.M., Luco, N., Field, E.H., Wills, C.J. and Rukstales, K.S., Documentation for the 2008 Update of the United States National Seismic Hazard Map, USGS Open-File Report 20081128,. Power, M.S., Coppersmith, K.J., Youngs, R.R., Schwartz, D.P., Swan, R.H. (1981), Seismic Exposure Analysis for the WNP-2 and WNP-1/4 Site: Appendix 2.5K to Amendment no. 18 Final Safety Analysis Report for WNP-2, Woodward-Clyde Consultants. Sieh, K., Natawidjaja, D., Neotectonics of the Sumatran Fault, Indonesia. J. Geophys. Res., Vol. 105, 2000, pp. 28295 28326. Schwartz, D.P. and Coppersmith, K.J. (1984), Fault Behavior and Characteristic EarthquakesExamples from the Wasatch and San Andreas Fault Zones: J. Geophys. Res., Vol. 89, no. B7, pp. 5681-5698. Wells, D.L. and Coppersmith, K.J. (1994), New Empirical Relationships among Magnitude, Rupture Length, Rupture Width, Rupture Area, and Surface Displacement, Bull. Seismol. Soc. Am., 84(4), pp. 974-1002. Youngs, R.R., Chiou, S.J., Silva, W.J., Humphrey, J.R. (1997), Strong Ground Motion Attenuation Relationships for Subduction Zone Earthquakes, Seismol. Res. Lett., Vol. 68, pp. 5873. Zhao John X., Zhang, J., Asano, A., Ohno, Y., Oouchi, T., Takahashi, T., Ogawa, H., Irikura, K., Thio, H., Somerville, P., (2006), Attenuation Relations of Strong Motion in Japan using Site Classification Based on Predominant Period, Bull. Seismol. Soc. Am., Vol. 96, pp. 898

PIT XII HATTI, Grand Inna Bali Beach Hotel, Bali, 5-5 November 2009

Anda mungkin juga menyukai