Anda di halaman 1dari 3

Berlibur Di Rumah Paman Budi

Pada suatu hari Budi pergi ke pasar. Biasanya yang pergi ke pasar adalah Ibu Budi. Kalau ibu sakit maka Budi yang pergi ke pasar. Pada hari itu Budi tidak sekolah, karena harus ke pasar. Budi adalah kawanku yang baik hati. Dia rajin membantu orang tuanya dan kawankawannya. Kalau Budi ke pasar, aku bertugas membawakan suratnya untuk Bu Guru. Aku senang karena bisa membantu Budi. Biasanya aku akan mendapat hadiah dari Budi. Aku pernah mendapat yoyo, layanh-layang dan kelereng karena membantunya. Aku dan Budi adalah satu kelas. Sepulang sekolah aku pergi ke rumahnya. Bu Guru memberi PR yang sulit. Sehingga aku pergi belajar di rumah Budi, karena Budi anak yang pintar. Aku datang ke rumah Budi pada siang hari. Lalu Budi menemui aku dan berkata, Maaf ya Mito, aku gak punya uang untuk membeli hadiah Tapi Budi berjanji pada hari libur akan mengajak aku berlibur di rumah paman di kota. Di rumah Budi kita mengerjakan PR. PR itu kita disuruh membuat karangan yang berjudul Kucing Kurus Mandi Di Papan. Karena bantuan Budi, aku bisa mengumpulkan PR dengan baik. Setelah itu Budi masuk lagi. Pada waktu liburan Budi mengajak aku ke rumah paman. Paman Budi mempunyai satu orang anak perempuan. Namanya Koala. Budi memanggil Lala. Lala suka bermain-main dengan kita. Di dekat rumah Lala banyak kucing dan tikus liar. Selain itu juga banyak merpati yang duduk di kabel listrik. Paman dan tetangganya banyak yang suka berburu hewan-hewan itu. Kalau merpati biasanya dipanggang. Lalu kucing dan tikus dibuat bakso. Aku ikut makan bakso. Baksonya enak. Kalau tidak habis, dagingnya dijual kepada restoran. Paman biasanya berburu malam hari. Pada waktu itu orang-orang sudah tidur. Jadi sepi. Aku pernah satu kali ikut. Tapi setelah itu capek. Sehingga aku tidak pernah ikut lagi. Karena itu kalau malam, aku dan Budi bermain kucing-kucingan bersama Lala. Artinya itu kita berpura-pura menjadi kucing. Koala punya bando yang bagus. Warnanya biru. Kalau memakai bando itu maka akan menjadi kucing. Lala suka menjadi kucing. Setelah dia menjadi kucing aku dan Budi mengejar sampai tertangkap. Setelah tertangkap, bandonya dilepas. Lalu Budi gentian menjadi kucing. Budi lebih cepat tertangkap. Ternyata Lala lebih cepat berlari daripada Budi. Aku disuruh juga memakai bando juga oleh Lala, tapi aku tidak mau. Sewaktu Budi dan Lala tidak ada, aku melihat-lihat bando itu. Bandonya memang bagus, tapi aku takut memakainya. Lalu tertidur. Sewaktu bangun aku melihat wajah Lala dan Budi menjadi besar. Aku memanggil mereka. Tapi aku berkata, nyaawww. Ayo Sasmito, kita main kucing-kucingan.

Ternyata aku sudah menjadi kucing. Tadi aku memakaikan bando ke kamu. Kata Lala. Aku tidak mau lari. Di dekat tempat tidurku ada cermin. Kepalaku biru. Sama dengan kepala Budi dan Lala sewaktu jadi kucing. Lalu aku mengucek mataku. Tapi tanganku dipegang oleh Budi. jangan Mito, nanti matamu kena cakar! Aku juga masih memakai baju, tapi bajuku menjadi kecil. Tiba-tiba aku merasa geli karena Budi dan Lala menggelitiki aku. Aku lari. Tapi mereka tambah mengejar. Ternyata aku tidak cepat tertangkap. Jadi aku lebih cepat daripada Lala dan Budi. Bahkan aku berlari sampai keluar kamar. Lalu juga sampai keluar rumah Lala. Aku hamper tertabrak oleh sepeda yang lewat. Sepedanya berhenti. Lalu orangnya berteriak, ada kucing memakai baju. Teman-temannya juga berhenti. Lalu mereka merubungi aku. Aku takut dan kaget. Untunglah Lala dating lalu mengambil aku. Kata Lala kepada mereka, Ini kucingku. Lalu Budi melepas bandonya. Pada besoknya Lala hilang. Lala pergi dari rumah dan tidak kembali sampai malam. Besoknya lagi Bibi Budi hilang. Besoknya lagi Paman Budi hilang. Aku dan Budi bingung karena kita di rumah itu sendirian. Kamu diam saja di sini. Aku mau melapor kepada polisi. Kata Budi. Setelah Budi pergi. Ada orang-orang datang ke rumah yang membawa Lala. Ternyata orangorang itu suruhan pemilik restoran. Pemilik restoran itu mencari kucing yang memakai baju. Kata mereka, kucing yang memakai baju rasanya enak. Cepat tunjukkan mana kucing itu! kata pemimpin mereka. Pus! Mito! Pus! Mito! Aku mendengar suara Lala. Aku bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Mereka juga ikut menggeledah rumah. Tiba-tiba Lala menengok ke kolong. Lala melihat aku. Ssst! Mito, kamu berpura-pura jadi kucing ya supaya ayah dan ibu selamat. Nanti aku dan Budi akan memanggil polisi untuk menyelamatkan kamu. Aku diam saja. Aku bingung. Lalu Lala memakaikan bando. Setelah itu Lala menggendong aku dan menyerahkan pada pemimpin. Karena orang itu memegang terlalu kasar, dadaku sesak. Aku mencakar dia, dia kaget dan melemparkan aku. Aku langsung lari sejauh-jauhnya. Setelah capek aku berhenti di dekat tempat sampah. Mengapa kamu keluar malam?

Aku menoleh. Ada tiga ekor kucing. Mereka memperkenalkan diri. Namanya adalah Felix, Oris dan Kapten. Ternyata selama ini para kucing tidak keluar malam karena manusia selalu berburu pada malam hari. Aku menceritakan pengalamanku pada mereka. Kami akan membantu. Tapi malam ini kamu harus sembunyi. Kita akan mencari mereka pada besok pagi. Keesokan harinya kita menjemput Budi. Budi tahu aku karena aku masih memakai baju. Budi mengikuti kita. Kapten, Oris dan Felix ternyata mempunyai banyak teman. Menurut keterangan teman-teman mereka, Lala dan orangtuanya dibawa ke restoran bakso kucing langganan paman. Sampai di sana, kita langsung menyerbu restoran. Semua orang yang di sana kita cakar. Mereka kuat. Tapi karena jumlah kita sangat banyak akhirnya mereka kalah. Sewaktu kita berkelahi, Budi mencari paman. Akhirnya ketemu. Setelah itu kita pulang. Tidak lupa aku berterimakasih dengan Felix dan teman-temannnya. Lalu Paman lapor kepada polisi. Lalu polisi menangkap pemilik restoran itu. Sejak itu aku dan Budi tidak mau makan kucing. Meskipun hampir celaka waktu berlibur bersama Budi, tapi aku senang. Karena itu pada suatu hari nanti aku harus membalas Budi.

Anda mungkin juga menyukai