Akan tetapi, ketika berada di tengah perjalanan, ban mobilnya kempes dan itu
letaknya di tengah hutan.
Dan ketika kami menelfon pembantu untuk mengirim ban mobil, mereka pun juga
tidak bisa karena kendaraan tidak ada.
Akhirnya, lewatkan aku di dekat kuburan yang membuat bulu kudukku merinding.
Dan tak lama kemudian, saya bertemu dengan seorang laki-laki yang kukira
adalah juru kunci.
Tiba-tiba, di depan sudah ada pasar malam lengkap dengan penjual makanan dan
pemukiman.
Namun, sangat aneh rasanya karena awalnya tadi aku tidak melihat pasar malam.
Namun, aku tidak berfikir ke situ karena perut terasa sangat lapar.
Kemudian meminta kepada penjual untuk membungkus buat anak dan istri di
mobil.
Setiba di mobil, aku membangunkan anak dan juga istriku yang sedang tidur.
Saat mendengar ceritaku, istriku heran mana ada pasar di tengah hutan.
Dan keesokan harinya, pasar malam yang tadinya ramai tidak ada apa-apanya.
“Malas Sekolah”
Minggu menjadi hari libur yang membuat orang malas melakukan aktivitas. Ada
yang memilih berlibur, ada pula yang memilih di rumah melepas lelah setelah
hari-hari sebelumnya penuh dengan aktivitas.
“Dik, kamu tidak berangkat sekolah? Ini sudah siang lho. Nanti telat.” Tanya
ibunya.
“Dicky masih capek, Bu. Bolos sehari saja tidak apa-apa. Lagian gak ada PR dan
tes kok. Bu.”
“ Ya jangan begitu. Sekolah itu bayar loh Dik. Menuntut ilmu itu jangan kami
sepelekan begitu saja Dik.” Jawab ibu nya menyanggah.
Melihat gelagat dari anaknya, ibunya menjadi kesal dan geram dan menyeret
anaknya ke sebuah tempat. Kemudian ibunya mengajak Dicky ke panti asuhan
yang disana dipenuhi oleh anak anak dengan latar belakang yang berbeda.
“Nah, lihat mereka. Sudah tidak punya orang tua yang membiayai sekolah
padahal mereka juga mau sekolah.” Jelas ibunya memberi tahu anaknya.
Kemudian ibunya mengajak nya lagi ke suatu tempat yang disana banyak anak-
anak yang mengamen di jalanan. “Lihat mereka, mereka mengemis mencari
uang. Untuk makan saja mereka harus bersusah payah apa lagi untuk biaya
sekolah.” Jelas ibunya lagi.
Kemudian Dicky sadar dan akhirnya Ia mau berangkat sekolah meskipun agak
terlambat. Dia diantar ibunya sampai ke sekolah. Di dalam perjalanan menuju
sekolah dia melihat anak sekolah yang berjalan pincang.