Anda di halaman 1dari 11

KESEIMBANGAN PENDAPATAN NASIONAL DAN KEBIJAKAN FISKAL Oleh; Imam Asngari, SE, M.Si A.

Fungsi Konsumsi dan Tabungan Keynes, di dalam buku The General Theory, menekankan bahwa bagi suatu perekonomian tingkat pengeluaran konsumsi oleh rumah tangga bervariasi secara langsung dengan tingkat pendapatan disposable dari rumah tangga tersebut. Hubungan antara konsumsi dan pendapatan inilah yang dikenal sebagai fungsi konsumsi (consumption function), dan secara umum biasanya ditulis sebagai berikut:
C a bY

dimana (a>0, dan ,0<b<1)

.............................................................. [1]

di mana C dan Y merupakan perubah yang masing-masing menunjukkan konsumsi dan pendapatan disposable riel. Sedangkan a dan b merupakan parameter, dimana parameter a menunjukkan besarnya pengeluaran konsumsi otonom (autonomous consumption) yaitu penegluaran konsumsi yang tidak bergantung pada tingkat pendapatan, tetapi lebih ditentukan oleh faktor-faktor di luar pendapatan, seperti ekspekstasi ekonomi dari konsumen, ketersediaan dan syarat-syarat kredit (availability and credit conditions) standar hidup yang diharapkan, distribusi umur dan lokasi geografis, serta memiliki nilai positif walaupun tingkat pendapatan (Y) = 0. sementara parameter b menggambarkan kecenderungan mengkonsumsi marjinal (marginal propensity to consume), yang merupakan perbandingan antara perubahan dalam konsumsi dengan perubahan dalam pendapatan atau b = MPC =
C , serta memiliki nilai antara 0 dan 1. Y

Fungsi konsumsi [1] menyiratkan bahwa pada tingkat pendapatan yang rendah, konsumsi akan melebihi pendapatan; sedangkan pada tingkat pendapatan yang tinggi, konsumsi lebih kecil daripada pendapatan. Hal ini sejalan dengan hukum psikologis yang mendasar tentang konsumsi (the fundamental psyhological law of comcumption) dari Keynes yang mengatakan bahwa apabila pendapatan naik, maka konsumsi juga akan mengalami kenaikan tetapi dengan jumlah yang lebih kecil.

2 Konsumsi (C) Y=AD Yn C=a+bY Yn-APCn.Yn


APCn.Yn

BEP, C=Y

MPC.Yn

Pendapatan (Y)

Gambar 1. Fungsi Konsumsi Berdasarkan Gambar 1, fungsi konsumsi yang telah dinyatakan dalam [1] dapat ditulis kemballi menjadi; C= (APCn-MPC)Yn + MPC.Y Fungsi tabungan (saving function)adalah fungsi yang menghubungkan tingkat tabungan (S) dengan tingkat pendapatan (Y). Pendapatan siap pakai yang tidak dibelanjakan untuk pengeluaran konsumsi, akan ditabung. C + S = Y ................................................................................................................ [2a]

Dengan mengurangkan konsumsi dari kedua sisi persamaan di atas akan diperoleh tabungan, yaitu: S = Y C ................................................................................................................. [2b]

Persamaan [2b] menunjukkan bahwa tabungan sama dengan pendapatan dikurangi konsumsi. Dengan mensubtitusikan fungsi dalam persamaan [1] ke persamaan [2b] akan diperoleh fungsi tabungan sebagai berikut S = Y a bY. Fungsi tabungan ini dapat disederhanakan menjadi: S = a + (1 b) Y dimana [0 < (1 b) < 1] ......................................................... [2c]

Dari persamaan [2c] tampak bahwa tabungan merupakan fungsi yang selalu meningkat dari tingkat pendapatan karena kecenderungan menabung marjinal marjinal propensity to save atau MPS) = 1 b adalah positif. MPS adalah perbandingan antara perubahan dalam

3 tabungan dengan perubahan dalam pendapatan atau MPS =


C . Selain MPS, juga dikenal Yd

sebagai kecenderungan menabung rata-rata (average propensity to save atau APS) yang merupakan perbandingan antara total tabungan dengan pendapatan atau S/Yd. Dalam kaitannya dengan fungsi tabungan [2c] tersebut, maka besarnya APS adalah S/Yd = -a/Y + (1 b) atau APS = -a/Y + MPS. Secara grafik, fungsi tabungan dapat diturunkan dari fungsi konsumsi sebagai berikut Konsumsi (C), Tabungan (S) Y=AD C = a+bY
C

C=Y S =-a +(1-b) Y Pendapatan (Y)

a 0 -a

C Y , S=0

Gambar 2 Penurunan Fungsi Tabungan

SOAL: Konsumsi masyarakat suatu negara ditujukkan oleh persamaan C=20+0,8Y. Bagaimana fungsi tabungannya? Berapa besarnya pendapatan dan konsumsi jika tabungan sebesar 10? Gambarkan. Jawab. S = YC = Y-30-0,8Y S = 20 + 0,2Y jika S = 10 10= 20 + 0,2Y berarti Y=150 Jadi C=150-20= 130

4 C, S 130 100 AS=AD C = 20 + 0,8 Y

20 10 0 - 20

S = - 20 + 0,2Y 100 150 Pendapatan (Y)

Gambar 2. Kurve Konsumsi dan Tabungan

B. Penentuan Pendapatan Keseimbangan 1. Pendekatan Penawaran Agregat=Permintaan Agregat Tingkat keseimbangan pendapatan nasional dapat dicari melalui pendekatan AS=AD. Penawaran agregat (AS) menggambarkan output barang-barang dan jasa-jasa dari suatu negara, sedangkan permintaan agregat menggambarkan permintaan masyarakat terhadap barang-barang dan jasa-jasa tersebut agar pendapatan berada pada tingkat keseimbangan. Tingkat pendapatan keseimbangan diperoleh dengan mensubstitusikan fungsi konsumsi dan fungsi investasi ke dalam syarat keseimbangan AS=AD. Oleh karena penawaran agregata (AS) menggambarkan output (Y) dan permintaan agregat (AD) menggambarkan permintaan terhadap barang-barang dan jasa-jasa (C+I), maka syarat keseimbangan tersebut dapat dinyatakan sebagaimana ditunjukkan oleh persamaan [2a] sebagai Y = C +I. Jika kita substitusi nilai-nilai C dalam persamaan [1] dan I dalam I=Io ke persamaan [1] tersebut diperoleh Y= C+ I , dan setelah disusun kembali akan diperoleh :
Y

1 ( a I 0 ) ...................................................................................... 1 b

[3]

Contoh penetuan tingkat pendapatan kesimbangan dengan pendekatan AS = AD. Diketahui dalam miliar rupiah, besarnya konsumsi dicerminkan oleh fungsi C=100+0,75Y, dan I=50. Carilah keseimbangan pendapatan nasional dan gambarkan.

5 Jawab. Menggunakan [3], diperoleh Y Konsumsi (C), Investasi (I) AS=AD AD = (C+I) = 150+0,75Y

1 (100 50) atau Y =600 miliar. 1 0,75

C 550
150 100 50 0 400

C = 100 + 0,75Y

Io
Y 600

Pendapatan (Y)

Gambar 3. Pendapatan Keseimbangan dengan Pendekatan AS=AD 2. Pendekatan Tabungan=Investasi Berdasarkan pendekatan tabunga-investasi (I-S approach) agar pendapatan berada dalam tingkat keseimbangan, maka syaratnya investasi harus sama dengan tabungan (I=S). Kondisi ini hanya bisa diterapkan untuk perekonomian tertutup sederhana (model dua sektor). Mengenai pendekatan atau syarat ini, kebingungan kadang-kadang timbul karena identitas, Y = C + I dan Y = C + S. Oleh karena S = -a + (1b) Y dan I=I0 maka melalui subtitusi nilai S dan I ke dalam syarat keseimbangan [3], akan diperoleh formula seperti yang ditunjukkan oleh persamaan [2c]. Grafik keseimbangan pendapatan melalui I=S dilukiskan berikut ini. Tabungan (S), Investasi (I) S=-a+(1-b)Y Io a -a Gambar 4. Pendekatan Keseimbangan dengan Pendekatan S = I I=Io

Pendapatan (Y)

6 C. Kebijakan Fiskal Kebijakan fiskal (kebijakan anggaran) merupakan kebijakan pemerintah dengan membuat perubahan instrumen fiskal melalui perpajakan dan pengeluaran pemerintah untuk mempengaruhi pengeluaran agregat dalam perekonomian. Menurut Keynes, kebijakan fiskal sangat penting untuk mengatasi pengangguran yang relatif serius. Melalui kebijakan fiskal pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan menaikkan pendapatan nasional dan menaikkan tingkat penggunaan tenaga kerja. Di bidang perpajakan langkah yang perlu dilaksanakan adalah mengurangi pajak pendapatan. Pengurangan pajak ini akan menambah kemampuan masyarakat untuk membeli barang dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agragat. Pengeluaran agregat juga dapat lebih ditingkatkan lagi dengan cara menaikkan pengeluaran pemerintah untuk membeli barang dan jasa yang diperlukan maupun untuk menambah investasi pemerintah. Jika memasuki masa inflasi, sementara kegiatan ekonomi telah mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dan kenaikan harga-harga sudah semakin pesat, maka langkah sebaliknya harus dijalankan, yaitu menaikkan pajak dan mengurangi pengeluaran pemerintah. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran agregat dan menahan inflasi. Penggunaan pengeluaran pemerintah dan pajak untuk mencapai tujuan makroekonomi tertentu tersebut disebut kebijakan fiskal 1. Pajak Otonom Pajak otonom adalah penetapan pajak yang besarnya tidak tergantung pada tingkat pendapatan, melainkan ditetapkan secara otonom oleh pemerintah. Misalnya, mula-mula tuliskan kembali identitas pendapatan nsional yaitu Y = C + I + G, dimana C = a + bYd dan Yd = Y T, maka fungsi keseimbangan pendapatan nasional dapat diselesaikan sebagai berikut. Y = a + bYd + I0 + G0 Y = a + b(Y T) + I0 + G0 Y = a + b(Y T0) + I0 + G0 disederhanakan lebih lanjut menjadi :
Y 1 [a bTo I o Go ] 1 b

........................................................................... [4]

7 dimana T0, G0, Io, dan a adalah pajak otonom, pengeluaran pemerintah otonom, investasi otonom dan konsumsi otonom. Sedangkan b adalah kecenderungan konsumsi (MPC). Contoh. Diketahui (dalam miliar rupiah), bahwa fungsi konsumsi sutau perekonomian tertutup dicerminkan oleh C = 50 + 0,75 Yd; besarnya I=60, G=50, dan T=20 (a). Berapa miliar rupiah pendapatan nasionalnya agar perekonomian tersebut dalam posisi keseimbangan? (b). Berapa konsumsi dan tabungan keseimbangannya, (c). Buktikan I+G=S+T, (d). Gambarkan. Jawab. a. Y

1 [50 0,75(20) 60 50] jadi Y=Rp580 miliar 1 0,75

b. C 50 0,75 (580 20) Jadi C = Rp470 miliar. S = -50 + (1-0,75) (580-20). Jadi S = Rp90 miliar. c. I+G=S+T adalah 60+50=90+20 atau Rp110 miliar d. Gambar. C,I,G Y=AD
AD=C+I+G=160+0,75Yd; (T=0).

AD=C+I+G = 145+0,75Y C+I = 95+0,75Y C=35+0,75Y 470 160 145 75 35 100 I+G=S+T
110 60

menurunnya Y akibat Pajak Rp20 miliar

380

580 640

Y S + T = -35 + 0,25Y I+G

100 -35

380

580 640

S=-55+0,25Y

Gambar 5. Dampak Pajak Otonom Terhadap Keseimbangan Pendapatan Nasional

8 2. Pajak Proporsional Pajak proporsional bersifat built-in flexible atau pajak progresif, yaitu pajak dimana nilainya berubah secara positif dengan tingkat pendapatan dan memiliki hubungan yang linier. Dengan demikian fungsi pajak yang baru dapat ditulis sebagai berikut : T = T0 + tY dimana (0To0 dan 0<t<1) ............................................................ [5] dimana T menunjukkan penerimaan pajak total, T0 menunjukkan bagian penerimaan pajak yang bersifat otonom (pajak tetap) besar kecilnya tidak tergantung pada pendapatan, t menunjukkan tarif pajak marjinal (marginal rate of taxation) yang merupakan nilai perbandingan perubahan jumlah pajak dengan perubahan jumlah pendapatan dan Y menunjukkan tingkat pendapatan nasional. Fungsi pajak tersebut mempunyai arti bahwa kalau pendapatan naik, maka pajak juga akan naik, tetapi dengan jumlah yang lebih kecil daripada kenaikan di dalam pendapatan itu sendiri. Jika nilai T<0, berati orang yang tidak punya pendapatan akan diberi bantuan, dan untuk To=0 berati orang yang tidak memiliki pendapatan bebas pajak, tetapi T>0 mungkin orang yang tidak punya pendapatan sekalipun masih dikenai pajak, dan jika t>0 maka makin besar pendapatan akan makin besar pula pajaknya. Di sinilah arti built-in flexible dimana penerimaan pajak proporsional, besar kecilnya tergantung kepada besar-kecilnya tingkat pendapatan. Akibat pajak yang built-in flexible maka fungsi konsumsi dan fungsi tabungan akan berubah menjadi; C = a + b Yd = a + b (Y+Tr-T) = a + b [Y+Tr-(To+tY)] = a + bTr - bTo- btY + bY atau C = a + b [Tr-To+Y-tY] .................................................................................... [6] sehingga fungsi tabungan berubah menjadi; S = Yd C = Y + Tr T [a + bTr - bTo- btY + bY] atau S = -a + (1-t-b+bt) Y + (1-b) (Tr-To) ............................................................... [7] Kalau nilai-nilai dari variabel C, I, G, S, dan T dimasukkan ke dalam syarat keseimbangan, akan diperoleh persamaan untuk tingkat pendapatan keseimbangan sebagai berikut :

Y a b [Tr - To YtY] I G a b Tr - bT0 bY btY I G Y bY btY a bTr bT0 I G


akhirnya diperoleh pendapatan keseimbangan;
Y

1 [ a bTr bT0 I G ] ............................................................... [8] 1 b bt

Penentuan pendapatan keseimbangan di dalam model makro tiga sektor dengan pajak sebagai fungsi dari pendapatan dapat dijelaskan secara grafik sebagi berikut : C, I, G, Tr, To, T
AD1=C1 +I+G=a+bTr-bTo+I+G+bY AD2=C2+I+G=a+bTr-bTo+I+G+(b-bt)Y C1 = a + bTr-bTo+bY C2 = a + bTr-bTo+(b-bt)Y

a+bTr-bTo+I+G

Pengaruh pajak proporsional.

a+bTr-bTo

Y1

Y2

Pendapatan (Y) (S+T)2= -a-bTr+bTo+(1-b+bt)Y (S+T)1= -a-bTr+bTo+(1-b)Y I+G=Io+Go I=Io

0
-a-bTr+bTo

Y1

Y2

Gambar 6. Penentuan Pendapatan Keseimbangan dalam Model Tiga Sektor dengan Sistem Pajak yang Built-in Flexible (Pajak Tetap dan Pajak Proporsional).

10 D. Pentingnya Kebijakan Fiskal 1. Kebijakan Fiskal dalam Kondisi Deflasi Sebagai contoh, katakanlah di dalam perekonomian AD<AS maka kecenderunganya terjadi pengangguran (unemploymnent) atau terdapat deflationary gap atau recessionary gap. Kebijakan untuk mengurangi pengangguran atau untuk menghilangkan deflationary gap adalah kebijakan fiskal ekspansif, yaitu dengan menaikkan pengeluarannya (G) atau menurunkan pernerimaan pajak (T). Tindakan pemerintah untuk menaikkan pengeluaran atau menurunkan pajak akan meningkatkan permintaan agragat (AD) di dalam perekonomian, yang pada gilirannya akan menyebabkan pendapatan di dalam perekonomian juga naik, dan selanjutnya akan mengurangi pengangguran yang ada. Jika terjadi pengangguran, pengeluaran pemerintah atau pajak dapat dibuah-ubah besarnya untuk mencapai tingkat pendapatan pada kesempatan kerja penuh (full-employment level of income). Perubahan yang diperlukan di dalam pengeluaran pemerintah atau pajak dapat diperkirakan dengan bantuan angka pengganda. Hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan grafik berikut. AD=C,I,G AS=AD ADf AD= C + I + G AS=AD AS>AD (Deflationary Gap) 0 Yo Yf Pendapatan (Y)

Gambar 5. Kebijakan Fiskal dan Pengangguran Sekarang katakanlah permintaan agregat adalah C + I + G. Tingkat pendapatan keseimbangan adalah Y0. jika tingkat pendaptan full-employment adalah Yf dan para pembuat kebijakan bermaksud mengambil kebijakan tertentu untuk mencapai tingkat pendapatan tersebut, misalnya dengan menaikkan pengeluaran pemerintah (G) , maka pertama-tama yang dilakukan adalah menentukan besarnya kenaikan yang diperlukan di dalam pengeluaran pemerintah (G) tersebut untuk mencapai kenaikan pendapatan yang diinginkan, yaitu Y . kenaikan di dalam pendapatan adalah merupakan selisih antara Yf

11 dan Y0. selanjutnya, kenaikan yang diinginkan di dalam pendapatan, Y , disubtitusikan ke dalam hubungan : Y k G x G ................................................................................................. [9]

Pemencahan terhadap persamaan untuk G menghasilkan perubhan di dalam pengeluaran pemerintah yang diperlukan untuk mencapai perubahan pendapatan yang diinginkan, katakan Y k G x G . Perubahan ini ditunjukkan oleh jarak vertikal antara garis 450 dan garis prtmintaan agregat (AD) = C + I + G pada tingkat pendapatanfull employment,Yf. 2. Kebijakan Fiskal dalam Kasus Inflasi Kondisi perekonomian yang mengalami masalah inflasi dapat terjadi ketika permintaan agregat (AD) lebih besar daripada tingkat output full-employment, Yf, atau AD>Yf seperti di tunjukkan dalam grafik berikut. C,I,G AS=AD AD = C + I + G ADf AS<AD (Inflationary Gap)

Yf

Yo

Pendapatan (Y)

Gambar 6. Kebijakan Fiskal dan Inflasi Dengan permintaan agregat yang lebih besar daripada tingkat output fullemployment, maka tingkat harga akan mempunyai tendensi untuk meningkat dan terjadi inflasi. Untuk mengeliminasi kelebihan permintaan agregat permintaan dapat menerapkan kebijakan fiskal kontraktif, yaitu melalui penurunan pengeluaran (G) atau peningkatan penerimaan pajak (T). Dengan demikian jika perekonomian dalam keadaan inflasi maka kebijakan fiskal yang kontraktif dapat diterapkan untuk menurunkan permintaan agregat (AD). Seperti sebelumnya, perubahan yang dibutuhkan di dalam pengeluaran pemerintah atau pajak dihitung dengan bantuan analisis pengganda.

Anda mungkin juga menyukai