Anda di halaman 1dari 3

Kompor Pasta Jarak Si Api Biru tanpa Sumbu

Orang membeli minyak tanah harus antri panjang. Ini bukan pemandangan aneh, bahkan terkesan biasa akhir-akhir ini. Minyak tanah memang masih sangat dibutuhkan untuk mengepulkan dapur ibu-ibu rumah tangga. Tanpa minyak tanah, apa yang bisa dimakan. Tapi kini ada alternatif pengganti minyak tanah. Kadang-kadang, was-was juga sih kalau ndak ada minyak tanah. Minyak tanah masih dipakai sebagai bahan bakar utama, kata Tini seorang ibu rumah tangga saat mengantri minyak tanah beberapa waktu lalu. Kekhawatiran tersebut wajar saja dialami pengguna minyak tanah karena kalau tidak antri pasti bisa tiba-tiba naik. Jika sudah begitu, semua terkesan pasrah saja harus merogoh uang lebih banyak untuk membeli minyak tanah. Atau harus mau bersusah payah mengantri. Alfy Chalidiyanto menjawab kekhawatiran tersebut dengan kompor Pasta Jarak. Bahan bakar ini tidak akan pernah habis alias bisa diperbaharui dengan harga terjangkau. Ibu-ibu rumah tangga pengguna minyak tanah pun siap bersorak. Kompor dengan bahan bakar pasta jarak ini telah diuji kemampuannya dan sukses. Api birunya nyaris tak terlihat dan panasnya melebihi api kompor minyak tanah. Pantat kompor tetap bersih bak memakai kompor gas dan harganya sangat murah. Satu kilogram pasta jarak sama kemampuannya dengan satu liter minyak tanah. Jika dibandingkan dengan minyak tanah tanpa subsidi Rp 6.200/liter, harga pasta jarak Rp 1.500/kgnya, ungkap Alfy sang penemu yang tinggal di Ampenan Mataram. Uniknya, kompor pasta jarak tidak memakai sumbu layaknya kompor yang dikenal selama ini. Kompor ini diberi nama JiPi SuBaYu. JiPi berarti Jarak Pagar, SuBaYu berasal dari bahasa Sansekerta. Su berarti kekuatan dan bayu berarti angin. Diberi nama demikian karena kompor ini membutuhkan suplai oksigen yang sangat banyak agar apinya biru. Kelebihan lain dari kompor ini adalah tidak membutuhkan kapal tangker dan mobil tangki untuk mendistribusikan bahan bakarnya. Cukup dikemas dalam kardus atau plastik, karena bentuknya pasta seperti odol bukan cair, kata Alfy. Bahan bakar ini bisa diperbaharui dan tidak akan pernah habis. Jarak pagar sebagai bahan dasar pastanya sangat gampang untuk hidup di tipologi tanah apa saja, sehingga mudah saja mendapatkannya. Tinggal tanam, tumbuh, panen dan tanam lagi terus menerus, tambahnya. Untuk membuatnya menjadi seperti pasta, biji jarak ditumbuk dan diproses dengan cara sederhana (memakai gilingan daging biasa) dan dicampur dengan formula lain yang menjadi rahasia Alfy. Terdapat pula proses fermentasi untuk membuat pasta jarak ini, agar mudah menyala ujar mantan mahasiswa Biologi Unram yang memilih untuk tidak diwisuda ini sembari menambahkan saat ini ia masih menunggu nomor registrasi HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual) yang akan segera didapatkannya. Pemerintah Daerah NTB, akan ketinggalan jika tidak segera merespon temuan ini. Alfy sempat mengungkapkan keinginannya, pemerintah propinsi NTB serius menanggapi temuannya ini dengan langkah-langkah kongkret, bukan hanya ungkapan kebanggaan semata. Undangan pemerintah pusat maupun daerah lain berdatangan tak terbendung. Gubernur NTT dan Sulawesi Tenggara telah memintanya untuk memberikan pelatihan di daerah tersebut. Bahkan sebuah NGO Amerika sudah menawarkan kerjasama padanya untuk pengembangan kompor ini. Sekretaris Daerah Propinsi NTB, Ir. Nanang Samodra, KA., MSc, yang pertama kali memberikan respon memfasilitasi kompor ini pada Jambore Nasional Pramuka 2006, dan

memberikan masukan agar pastanya dibuat saja di NTB. Di Jambore Nasional itulah pertama kali kompor ini diperkenalkan, katanya. Sejak itulah, berturut-turut undangan datang kepadanya. Bulan September 2006, promosi dilakukan di pameran teknologi tepat guna di Pontianak. Kementerian ESDM (Energi dan Sumber Daya Manusia) memintanya untuk berpameran di Makasar pada November 2006, dalam acara Food Indonesia Expo. Menyusul Desember 2006, atas undangan Mendagri ia mempresentasikan temuannya untuk pengembangan desa mandiri energi yang diikuti 5 propinsi, Lampung, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara dan Banten. -nik Tak Perlu Penyulut Waktu kecil, setiap bulan puasa, Alfy masih sempat bermain obor suluh dalam bahasa Sasaknya, Dile Jojor biji jarak yang ditumbuk lalu dinyalakan memakai kapas- di malam hari. Kenaikan harga dan seringnya terjadi kelangkaan minyak tanah membuat ia beberapa waktu merenung. Tiga hal ini menginspirasinya untuk mencoba mencari jalan keluar. Lebih dari setahun ia mencoba, salah, mencoba lagi dan salah lagi. Sampai akhirnya ia menemukan pasta jarak dan konstruksi kompornya. Pasta jarak dengan formulasi tambahan yang difermentasi ini menjadi bahan bakar si api biru. Sedangkan desain kompornya ia mengaku dibantu oleh beberapa kawannya. Kompor yang memakai besi ini tidak beda jauh dengan kompor biasa meskipun konstruksinya sedikit berbeda. Di bagian atasnya terdapat tempat meletakkan panci, kemudian bagian pengapiannya seperti biasa. Tiga lapisan sarangan yang melindungi besi-besi bundar kosong menyerupai tempat sumbu. Meski tak memakai sumbu, apinya naik lewat tempat-tempat sumbu itu, ujarnya. Di bawahnya terdapat tabung untuk meletakkan maksimal 2 kg pasta jarak. Pada bagian pantat kompor menghadap ke bawah terdapat alat pemutar agar tabung tempat pasta terus naik sehingga api terus-menerus menyembur. Untuk menyalakan kompor ini tidak perlu alat untuk menyulut api, melainkan korek api cukup dinyalakan di atasnya dan kompor langsung menyala. Yang menyala itulah biji jarak yang mengandung minyak, tuturnya. Pada proses pemakaiannya jarak sedikit demi sedikit semakin menipis dan akan habis meninggalkan sedikit arang. Dalam kilogram pasta jarak, menyisakan ons arang. Karena residunya yang minim inilah, apinya menyala maksimal, kata Alfy. Arang sisanya, sudah pernah diteliti ahlinya bisa menjadi bahan baku arang aktif untuk menjernihkan minyak sawit dan sebagainya. Tidak perlu meniup atau memercikkan air untuk mematikannya, melainkan cukup didiamkan saja api akan mati sendiri. Dengan desain kompor yang masih dimuat manual ini, telah terbukti layak pakai. Hanya saja diakuinya belum bisa maksimal karena berbagai kendala. Bentuknya masih disesuaikan dengan ketersediaan bahan baku di Mataram. Tawaran kerjasama yang datang padanya tinggal menunggu waktu saja. Bahan bakar ini masih diolah dengan cara tradisional dan manual. Harga satu unit kompor yang diperkirakan mampu bertahan 6-8 tahun ini sekitar Rp 120 ribu. Bagian yang paling sering diganti adalah sarangannya, sama dengan kompor-kompor lainnya. Rencananya, desain kompor akan dibuat sedemikian rupa sehingga bisa dibongkar pasang dan mudah dibawa ke mana-mana. Untuk pastanya, sementara hanya bisa dihasilkan 5-10 kg/jam karena diolah pakai tangan. Jika menggunakan cara pabrik akan menghasilkan setidaknya 250 kg/jamnya. Kalau sudah pasta sudah diproduksi missal, harga kompor akan menjadi murah, katanya. Kalau saat ini pemutar

tabung pasta agar terus menyala posisinya masih di bawah, kini sedang dicarikan kemungkinan yang lebih memudahkan dengan memindahkannya ke samping. Bagaimana caranya memasukan pasta dengan gampang agar tidak dibuka tutup juga sedang dalam proses penyempurnaan. nik NTB Siapkan Lahan 625 Ribu Hektar Keuntungan terbesar dari kompor pasta jarak ini adalah penggunaan bahan bakar nabati jarak pagar. Pohon jarak gampang hidup sehingga tidak akan kekurangan bahan baku. NTB sendiri tengah menyiapkan lahan lebih kurang 625 ribu hektar untuk pengembangan jarak pagar. Untuk satu hektar lahan jarak akan mampu menyalakan tidak kurang dari 200 unit kompor seharian selama setahun pada sebuah keluarga kecil, kata Alfy. Cara sederhana pembuatan pasta jarak yang masih manual dan tradisional bisa dilakukan dengan penggilingan daging atau ditumbuk. Buah jarak yang sudah tua ditandai warna yang menguning dan isinya hitam dijemur selama dua hari untuk mengurangi kadar air. Buah ini dihancurkan hingga lembut dilanjutkan dengan proses peleburan getah agar menyatu dengan biji dan buahnya sehingga mudah menyala. Butuh perlakuan khusus untuk melarutkan getahnya. Ditambah dengan formula khusus dan difermentasi, jadilah bahan bakar nabati si api biru. Semua proses tidak membutuhkan waktu yang lama. Sangat singkat, mudah dan cepat, kata Alfy. Kompor pasta jarak ini rencananya akan diluncurkan Februari mendatang pada pameran Teknologi Tepat Guna. Kompor pasta jarak akan menjadi Maskot NTB, pungkas Alfy sambil tersenyum. -nik

Anda mungkin juga menyukai