Anda di halaman 1dari 1

#

TEMPO
Tempo Inti Media View
FREE - On the App Store

Dukung Independensi Tempo

! Topik 1/4 "

TOPIK
Sensasi Bikin Minyak Goreng dan
Tempe Sendiri
Masyarakat urban merespon kelangkaan minyak goreng sawit
dan mahalnya kedelai impor dengan cara kreatif. Mereka
membuat minyak dari kelapa dan tempe dari bahan nonkedelai.
EDISI, 20 MARET 2022

FRISKI RIANA

Ilustrasi tempe dan minyak goreng. TEMPO/Ijar Karim

- Eddy Siswanto membuat minyak kelapa secara turun-


temurun.

- Fani Dwi membuat tempe pertama kalinya dengan


bahan mi. 373241

- Heny Yanuarti membuat tempe berbahan kedelai lokal


organik.

Kelangkaan minyak goreng masih menjadi isu


hangat yang diperbincangkan masyarakat
dalam beberapa bulan terakhir. Tak hanya ibu
rumah tangga, para pengusaha makanan
mengeluhkan sulitnya mendapatkan minyak
goreng di pasaran.

Di tengah situasi tersebut, sebagian


masyarakat urban tidak bergantung pada
minyak goreng kemasan. Eddy Siswanto,
misalnya, sudah sejak dua tahun lalu
memperkenalkan cara membuat minyak dari
kelapa lewat kanal YouTube. "Saya memang
selalu membuat minyak kelapa secara berkala
untuk kebutuhan sehari-hari," kata Eddy
kepada Tempo, Selasa, 15 Maret 2022.

Mantan peserta Masterchef Indonesia ini


menceritakan bahwa pembuatan minyak
kelapa sudah dilakukan secara turun-temurun
sejak ia kanak-kanak. Pria asal Bangka ini
pun masih rutin membuat minyak kelapa
untuk berbagai masakan, seperti tumisan
sayur, ikan goreng, ayam goreng, hingga
sambal.

Chef Eddy Siswanto. Dokumentasi Pribadi


WyJhaG1hZC5mYWl6QHRlbXBvLmNvLmlkIiwiMjAyMi0wMy0yMCAxM
Menurut Eddy, minyak kelapa memiliki aroma
harum untuk masakan sehingga lebih
menggugah selera. Ia enggan menggunakan
minyak lain untuk membuat masakan
tertentu. "Untuk goreng ikan, bikin sambal sih
favorit banget (minyak kelapa). Apalagi bikin
sambal matah wajib pakai minyak kelapa,"
kata chef yang mempunyai 1,5 juta pelanggan
di YouTube ini.

Eddy biasanya membuat minyak kelapa


sebulan sekali. Untuk menghasilkan 1 liter
minyak, ia membeli lima butir kelapa. Karena
sudah memiliki langganan, pria berusia 51
tahun itu meminta sang penjual menyediakan
kelapa dalam bentuk sudah diparut halus.
Parutan kelapa itu lalu diperas lima kali. Dari
hasil perasan, Eddy akan mengambil santan
kental yang mengapung di permukaan.

Proses selanjutnya adalah memasak santan


tersebut di wajan. Pria dengan julukan chef
abal-abal ini mengakui proses tersebut
membutuhkan waktu cukup lama hingga
menghasilkan minyak. Santan harus terus
diaduk agar tidak gosong. Sebab, ampas atau
tahi minyak masih bisa digunakan untuk
membuat sambal atau makanan lainnya.

Umumnya, kata Eddy, hampir semua jenis


masakan bisa dibuat dengan minyak kelapa.
Namun ia tidak menyarankannya untuk
menggoreng kerupuk. Meski hasilnya garing,
kerupuk yang digoreng dengan minyak kelapa
akan cepat tengik.

Pekerja mengemas minyak kelapa di Kampung Cilame, Kabupaten Ciamis,

Jawa Barat, 1 Februari 2022. ANTARA/Adeng Bustomi

Kisah Lulu, warga Kalimantan Timur, lain


lagi. Ia bersama neneknya baru-baru ini
membuat minyak kelapa untuk kebutuhan
memasak. Gadis berusia 17 tahun ini mencari
alternatif untuk mengatasi kelangkaan dan
mahalnya minyak goreng sawit. "Minyak di
tempat saya langka dan mahal, jadi nenek
saya berinisiatif membuat minyak kelapa,"
ujar Lulu.

Ia dan neneknya belum lama ini mengolah 25


butir kelapa menjadi santan. Dari proses
memasak santan itu, ia bisa menghasilkan 3
liter minyak. Untuk bahan bakunya, ia tidak
perlu membeli karena daerah rumahnya
banyak pohon kelapa. Lulu pun mengatakan
masakan yang menggunakan minyak kelapa
jadi lebih wangi dan enak.

Adapun keluarga Maria Fatima, 23 tahun,


tidak lagi menggunakan minyak goreng sawit
sejak akhir Januari 2022. Awalnya, ayah Maria
membeli 400 butir kelapa tua untuk dijual.
Namun, tanpa alasan pasti, sang ayah
memutuskan untuk membuatnya menjadi
minyak kelapa. "Jadi bukan karena minyak
sawit lagi langka. Itu iseng doang. Eh, tiba-
tiba ada kabar minyak langka, ya sudah
keterusan sampai sekarang," ucapnya.

Warga Kota Kefamenanu, Nusa Tenggara


Timur, ini bersama ibunya membuat minyak
kelapa setiap dua pekan sekali. Total sudah
empat jeriken minyak kelapa yang dibuat. Per
jeriken, kata dia, hasil pengolahan dari 38-40
butir kelapa. Proses memasaknya juga lebih
hemat karena menggunakan tungku kayu
bakar.

Pekerja menunjukkan kemasan minyak kelapa di Kampung Cilame,

Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, 1 Februari 2022. ANTARA/Adeng Bustomi

Menurut Maria, tidak terlalu banyak


perbedaan pada masakan yang menggunakan
minyak kelapa ataupun sawit. Bedanya hanya
pada aroma. "Wangi minyak kelapa lebih
khas," kata wanita yang sedang magang
menjadi bidan ini.

Guru besar bidang keamanan pangan dan gizi


Institut Pertanian Bogor (IPB), Ahmad
Sulaeman, mengatakan gizi dalam minyak
kelapa sebetulnya sama dengan minyak sawit.
Artinya, 1 gram minyak akan menghasilkan 9
kilokalori (kkal). Yang membedakan, kata dia,
adalah susunan asam lemaknya.

Minyak kelapa memiliki 91 persen asam


lemak jenuh, 7 persen lemak tidak jenuh
tunggal, dan 2 persen asam lemak omega 6.
Sedangkan minyak sawit mengandung 51
persen asam lemak jenuh, 39 persen asam
tidak jenuh tunggal, dan 10 persen asam
lemak omega 6.

Meski dari kandungan gizi tidak berbeda


signifikan, Ahmad menilai minyak kelapa
lebih bagus untuk proses penggorengan.
Sebab, tingginya asam lemak jenuh membuat
titik asap juga tinggi dan tidak mudah
teroksidasi. Dengan demikian, dari segi
keamanan, minyak kelapa-lah juaranya.

Dibanding minyak kedelai dan minyak jagung


yang akan cepat tengik jika dipakai
menggoreng, Ahmad mengatakan minyak
kelapa masih bagus kualitasnya meski sudah
dipakai tiga kali. Apalagi jika minyak kelapa
tersebut buatan sendiri. “Dengan diparut,
diperas, diendapkan dulu, dan dipanaskan
bagian atasnya bisa menghasilkan virgin
coconut oil (VCO). Lebih harum.”

Ilustrasi tempe dan minyak goreng. TEMPO/Ijar Karim

Pengamat pertanian dari Asosiasi Ekonomi


Politik Indonesia (AEPI), Khudori, menilai,
sebelum minyak goreng sawit merajai pasar,
orang-orang dulunya mengkonsumsi minyak
kelapa.

Membuat minyak goreng sendiri, kata dia,


memang baik bagi ketahanan rumah tangga
atau komunitas tertentu. Namun, secara
makro, kegiatan tersebut tidak bisa menjawab
persoalan masing-masing wilayah atau
individu. "Kalau daerah itu bukan penghasil
kelapa, ya tidak mudah menekuni itu,"​ ujar
Khudori.

Mulai banyaknya masyarakat yang beralih


dari minyak sawit ini juga sejalan dengan
data konsumsi yang mengalami penurunan.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Mukti
Sardjono, memaparkan, total konsumsi
minyak sawit dalam negeri pada Januari 2022
sebesar 1,5 juta ton atau 160 ribu ton lebih
rendah daripada konsumsi pada Desember
2021. “Konsumsi terbesar adalah untuk
biodiesel sebesar 732 ribu ton, diikuti untuk
industri pangan sebesar 591 ribu ton dan
untuk oleokimia 183 ribu ton,” ucap Mukti.

Cara Membuat Minyak Goreng

Selain minyak, tahu dan tempe di pasaran


mengalami kelangkaan. Musababnya, harga
kedelai yang menjadi bahan baku semakin
mahal. Indonesia memang masih bergantung
pada kedelai impor. Berdasarkan situs web
Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan
Pokok Kementerian Perdagangan, harga rata-
rata kedelai impor nasional per 15 Maret 2022
mencapai Rp 13.500 per kilogram. Adapun
bulan lalu, harga kedelai impor di kisaran Rp
12.800. Sementara itu, pada Maret tahun lalu,
harganya Rp 11.600 per kilogram.

Para perajin tahu-tempe di beberapa daerah


juga mengaku kesulitan mendapatkan kacang
kedelai. Akibatnya, mereka memutuskan
mogok produksi selama tiga hari pada bulan
lalu.

Melonjaknya harga kedelai dan mogoknya


para perajin tahu-tempe merupakan masalah
lama yang terus terulang. Hal ini membuat
Fani Dwi Martadi mulai membuat tempe
sendiri di rumah sejak setahun terakhir.
“Tempe langka karena kedelai mahal.
Akhirnya jadi naik harganya. Masalahnya
muter-muter di situ,” kata ibu dari tiga anak
tersebut.

Berawal dari rasa penasaran, ibu rumah


tangga asal Surabaya ini mulai mencari tahu
informasi pembuatan tempe. Ia kemudian
bereksperimen di dapurnya untuk membuat
tempe dari bahan selain kedelai. Bahan
pertama yang dicobanya adalah mi.
“Eksperimen pertama saya pakai Indomie.
Jadi tempe itu, dan rasanya unik.”

Fani Dwi Martadi. Dokumentasi Pribadi

Sukses pada percobaan pertama, Fani


membuat lagi tempe dari bahan kacang-
kacangan dan biji-bijian. Dari kacang pinto,
almon, hazel, kacang azuki, kacang merah,
kacang tanah, edamame, kacang koro, hingga
kacang beras. Setiap jenis kacang, menurut
Fani, tidak jauh berbeda pengolahannya.
Cuma beda tingkat kesulitannya. Kacang
koro, misalnya, mesti diolah berhari-hari agar
lunak. Ada pula kacang yang tidak boleh
terlalu lama dimasak karena bisa jadi bubur.

Rasa tempe tiap kacang atau biji-bijian juga


berbeda. Favorit Fani adalah tempe berbahan
biji bunga matahari yang dicampur biji labu
dan wijen hitam. Ia tidak khawatir memakan
mentah-mentah tempe buatannya karena
terjamin higienis. “Karena kita tahu proses
bikinnya,” ujar wanita berusia 41 tahun
tersebut.

Tempe berbahan kacang almond buatan ibu rumah tangga, Fani Dwi

Martadi. Dokumentasi Pribadi

Setelah bisa membuat sendiri, Fani mengaku


jadi lebih selektif jika membeli tempe di
pasar. Ia akan memilih tempe yang dibungkus
dengan daun, punya aroma yang enak, dan
tidak pecah. Sebab, tempe yang pecah ketika
diiris menandakan fermentasinya tidak
sempurna akibat kurang bersihnya proses
pencucian kedelai. Di sisi lain, anak Fani juga
lebih suka tempe buatan ibunya. “Kalau lagi
pergi, anak saya minta jangan makan di luar,
tapi di rumah saja makan tempe. Lebih enak
tempe buatan bunda,” kata Fani menirukan
ucapan anaknya.

Fani juga rajin mengunggah foto tempe


buatannya di akun Instagram,
@fani_d_martadi. Hal itu pun membuat
tetangga yang mengikuti akun media
sosialnya meminta diadakan kelas pembuatan
tempe. Fani mengatakan permintaan tersebut
sudah cukup lama. Namun ia baru berani
membuka pendaftaran pada bulan lalu dan
dibatasi hanya 20 orang. Per 14 Maret 2022,
pendaftarnya sudah sebanyak 16 orang. Kelas
Fani rencananya dimulai pada akhir bulan.

FRISKI RIANA | ANTARA


ahmad.faiz@tempo.co.id

#Kedelai #Minyak Goreng

#Minyak Sawit #Tempe

! Topik 1/4 "

Hubungi Kami:

Alamat : Gedung TEMPO, Jl. Palmerah


Barat No.8, Jakarta Selatan, 12210

Informasi Langganan :

Email : cs@tempo.co.id

Telepon : 021 50805999 || Senin - Jumat :


Pkl 09.00 - 15.00 WIB

Telp/SMS/WA : 0811-8287-002 | 0882-


1030-2525 | 0882-2580-2626 |0881-6828-
348 | Senin - Minggu : Pkl 09.00 - 17.00
WIB

KOMENTAR

0 Comments Sort by Newest

Add a comment...

Facebook Comments Plugin

BERITA TERKAIT

Sensasi Bikin Minyak Goreng dan Tempe Sendiri

Aneka Kreasi Tempe Menggoda Selera

Agar Tempe Makin Mendunia

Bikin Tempe Itu Gampang

BERITA LAINNYA

COVER STORY
Kreasi Minyak dan Tempe Kaum
Urban
13 JAM LALU

TOPIK
Sensasi Bikin Minyak Goreng dan
Tempe Sendiri
1 HARI LALU

TOPIK
Aneka Kreasi Tempe Menggoda
Selera
1 HARI LALU

TOPIK
Agar Tempe Makin Mendunia
1 HARI LALU

TOPIK
Bikin Tempe Itu Gampang
1 HARI LALU

CARI ANGIN
Kendi Nusantara
1 HARI LALU

TAMU
Pertarungan Mario Suryo Aji di
Mandalika
22 JAM LALU

PROFIL
Chintya Maulini Berprestasi di Tengah
Keterbatasan
1 HARI LALU

KESEHATAN
Periksa Ginjal Sebelum Berbahaya
1 HARI LALU

Anda mungkin juga menyukai