Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak pernah lepas dari media massa. Media massa merupakan suatu bentuk komukasi antara komunikan dan komunikator. Media massa bertujuan memberikan informasi kepada masyarakat. Dalam penyampaian informasi tersebut media massa selalu menggunakan bahasa Indonesia jurnalistik. Oleh karena itu, Bahasa Indonesiia jurnalistik yang digunakan haruslah mengikuti kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa menghilangkan unsure jurnalistik itu sendiri. Kesalahan penggunaan bahasa Indonesia dalam media massa dapat menyebabkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia masyarakat. Hal ini disebabkan karena media massa selalu menyumbangkan hal-hal baru yang sesuai dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Tidak semua lapisan masyarakat dapat memilih hal-hal baru yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Hanya kalangan tertentu yang dapat melakukannya seperti kalangan yang berlatar belakang bahasa. Untuk menghindari penggunaan Bahasa Indonesia yang tidak sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, penulis memilih 2 buku yang membahas secara detail tentang bahasa Indonesia jurnalistik yang baik dan benar. Buku yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut : Buku Pertama Judul Buku Penulis Tahun Terbit Penerbit Tempat Terbit Tebal Buku Buku Kedua Judul buku Penulis Tahun Terbit Tahun terbit Penerbit Tebal buku : Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita : A.M. Dewabrata : 2004 : Jakarta : Buku Kompas : 204 halaman : Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik : Tri Adi Sarwoko : 2007 : C.V ANDI OFFSET : Yogyakarta : 222 halaman
Kedua isi buku tersebut merupakan sumber bacaan yang mudah untuk dicerna oleh semua kalangan. Hal ini disebabkan oleh pemilihan kata yang telah dimengerti oleh masyarakat umum, susunan kata dan kalimat yang ringan, pembahasan isi yang lengkap dan uraian penjelasan dan contoh-contohnya mudah dipahami.
Page 1
Kedua buku ini saling melengkapi, buku yang pertama membahas berbagai hal sehubungan dengan bahasa Indonesia jurnalistik, dimulai dari hal yang mendasar hingga perkembangan bahasa jurnalistik masa kini. Buku yang kedua, memusatkan pembahasa tentang panduan-panduan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan kalimat jurnalistik. Jadi dengan membaca kedua buku tersebut, kita dapat mengetahui secara mendalam seperti apa bahasa Indonesia jurnalistik yang sebenarnya.
Page 2
Page 3
8. Setiap pengelola media harus menyadari bahwa medianya dibaca banyak orang sehingga ada kemungkinan bahasa medianya dijadikan model ketika orang belajar menulis (Sarwoko, 2000). 9. Bahasa pers pun harus patuh terhadap penggunaan bahasa yang benar. Malah pada karya latihan wartawan akhir tahun 1978 (Siregar, 1998:91) disepakati wartawan hendaknya secara konsisten melaksanakan pedoman Ejaan yang Disempurnakan. Yang dimaksud dengan ejaan bukan cuma tanda baca, melainkan juga ejaan kata. 10.Alwi et al. (1993:349) mengatakan bahwa kalimat adalah kesatuan terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. 11.Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu ialah kalimat yang kacau susunannya. Itu terjadi karena kalimat itu terdiri dari dua bagian yang tidak cocok hubungannya. (Badudu, 1998:113). 12. Itulah idiom, maknanya tak dapat ditangkap melalui kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1991:109) Selain teori-teori diatas, fakta atau bukti lain yang menguatkan kecondongan pembahasan bahasa jurnalistik pada media massa adalah pengutipan/pengambilan contoh-contoh berasal dari beberapa media massa yang beredar. Misalnya Republika, Kompas, Kontan, Rakyat Merdeka, Media Indonesia, Tempo, Peluang, Suara Pembaruan, Panji Masyarakat, Forum Keadilan, Gatra, Matra dan DR.
Page 4
3.
Bahasa ragam jurnalistik yang baik bias ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancer dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata populer (populasi) yang merakyat akrab di telingan masyarakat sehari-hari, tidak menggunakan susunan yang kaku formal sulit dicerna.
4.
Susunan kalimat jurnalistik yang baik, akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.
5.
Dengan menggunakan kalimat yang tersusun sesuai ragam jurnalistik, penulis (tepatnya wartawan) bisa menuntun pembaca (pendengar) memahami berita setepat dan seakurat mungkin, sebagaimana pesan yang dikehendaki si penulis/wartawan. Untuk menyajikan berita kepada masyarakat, bisa saja menggunakan ragam bahasa biasa (pasar). Tetapi, dengan cara itu kerawanan distorsi tidak dimasukkan dalam hitungan (uncareable) atau dengan kata lain kemungkinan adanya distorsi tak digubris.
6.
Kalimat jurnalistik bukan sekedar mematuhi hokum-hukum gramatikal bahasa, pembentukan kata turunan, maupun idiomatiknya, tetapi membutuhkan kiat tersendiri agar pesan yang disampaikan oleh komunikator (sumber berita, dan wartawan serta para pengasuh media massa) dapat tersalur dengan utuh ke benak komunikan.
7.
Kalimat yang baik, menurut guru besar bahasa dari Universitas Indonesia, Gorys Keraf, harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan sama sekali.
8.
Kesatuan gagasan janganlah pula diartikan bahwa hanya terdapat suatu ide tunggal. Bisa terjadi bahwa kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan pokok atau lebih. Secara praktis sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat dan objek.
Page 5
Page 6
Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian ejaan. Yang pertama kali adalah ejaan van ophusyen dan yang sekarang kita gunakan adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Perubahan tersebut adalah upaya agar selalu mengikuti perkembangan zaman, supaya konsep-konsep baru yang berkembang tertampung semua dalam ejaan yang baru. Pada media massa, terjadi beberapa perubahan pada EYD karena media massa memanfaatkan suatu bagian ejaan sebagai style. Meskipun ejaan dalam pers dapat disebut ejaan media massa, tetap saja pers tidak dapat semena-mena dalam mengeja. Ejaan yang mengalami perubahan tersebut adalah abjad, pemenggalan kata, huruf besar, huruf miring, huruf tebal dan tanda baca. Pada bab II ini, kita akan mengetahui ejaan yang benar dalam bahasa Indonesia jurnalistik. Pada media massa ada pola gaya atau pemakaian bahasa yang mandiri. Pola tersebut dapat dilihat pada penulisan baris nama, angka, gelar akademis, judul dan nama. Bab III : Kata yang Memperjelas Informasi
Kata yang mengandung makna akan informasi yang ingin disampaikan pada pembaca. Oleh karena itu kecermatan sangat diperlukan dalam menggunakan kata. Pemakaian kata yang serampangan dapat menyebabkan tujuan penyempaian informasi tidak terlaksana sehingga maksud penulis tidak sama dengan yang ditangkap pembaca. Selain itu diperlukan kecermatan pembentukan kata yang akan menyebabkan perbedaan makna yang jauh berbeda dengan kata asalnya. Hal lain yang harus diperhatikan adalah perilaku kata, ejaan kata, pembentukan kata, pilihan kata, kata tugas, istilah, singkatan, akronim dan kependekan. Bab IV : Kalimat yang Informatif
Setelah membahas kata, berikutnya adalah kalimat. Informasi disampaikan dengan kalimat. Pembentukan kalimat yang mengikuti kaidah pengalimatan akan memperjelas informasi yang ingin disampaikan. Suatu kalimat harus memiliki subjek dan predikat. Subjek adalah pokok atau inti kalimat. Keduanya tidak dapat dipisahkan. Kalimat dapat dikembangkan dengan memberi keterangan terhadap predikat atau subjek. Penambahan keterangan dilakukan untuk lebih memperjelas maksud kalimat. Kalimat juga harus merupakan kalimat baku yang berterima, dimengerti dan dipahami semua orang. Kalimat yang tak berterima sering dijumpai di media massa karena media Page 7
massa sering melakukan beberapa kesalahan seperti pelesapan imbuhan, penggunaan konjungsi ganda dan kontaminasi. Agar kalimat tidak terkesan monoton, kita dapat membuat variasi kalimat. Beberapa variasi kalimat yang acap kali digunakan di media massa adalah kalimat inversi, kalimat topic-komen, kalimat partisipal dan kalimat yang menjelaskan informasi dengan penekanan. Pembaca juga dapat dipikat dengan menggunakan beberapa kekayaan yang terdapat dalam bahasa Indonesia seperti idiom dan peribahasa. Dalam kalimat juga harus diperhatikan ekonomi bahasa yang dapat dilakukan dengan menghilangkan kata yang tidak perlu dari suatu kalimat (ekonomi bahasa). Untuk melakukan ekonomi bahasa, yang perlu dihindari adalah penggunaan kata mubasir, bentuk ulang penjamakan, kata/frase yang sama arti dan kata penat.
II. JUDUL BUKU KALIMAT JURNALISTIK: PANDUAN MENCERMATI PENULISAN BERITA Bahasa ragam jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipakai oleh para pengasuh media massa untuk menyajikan berita bagi audiensnya. Bahasa ragam jurnalistik, yang juga disebut sebagai bahasa koran atau bahasa media massa, ditengarai memiliki kalimat dan alinea yang pendek-pendek, bahasanya pun enak di baca. Lebih dari itu etika dasar jurnalistik menuntut agar bahasa di media massa menyiratkan kejujuran, hangat, akurat, sopan, tidak dibenarkan menggunakan kata-kata yang kasar, atau pun yang menyakiti hati orang. Kutipan tidak boleh diubah-ubah sembarangan apalagi tanpa alasan yang mendasar. Melalui buku "Kalimat Jurnalistik: Panduan Mencermati Penulisan Berita ini" yang ditulis oleh A.M. Dewabrata, diuraikan pedoman-pedoman yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat jurnalistik. 1. Gunakan kalimat yang jelas dan jernih. Dalam kalimat jurnalistik kalimat gunakan kalimat yang jelas dan jernih, tidak ruwet, tidak keruh, kata dan kalimatnya populer. Kalimat yang digunakan haruslah kalimat yang mengalir dan tidak tersendat. 2. Gunakan gaya bahasa sesuai beritanya.
Page 8
Untuk "soft news", contohnya feature, sisipkan gaya bahasa yang menarik, sehingga pembaca tidak akan membuang berita Anda. Berita "hard news", gaya bahasa digunakan adalah gaya bahasa yang memberi kesan dan suasana tertentu. 3. Gunakan kalimat yang dapat dinalar atau dilogika. Dalam menulis sebuah berita, seorang wartawan haruslah selalu menganggap pembacanya tidak tahu apa-apa, tidak punya referensi sedikitpun untuk mencerna berita yang disuguhkan. Karena itu, seorang wartawan akan menuangkan informasi selengkapnya dan sebaik mungkin dalam beritanya. Hal itu untuk menghindari mengelabui dan menyesatkan pembaca. 4. Perhatikan keakuratan berita. Sebuah berita haruslah akurat, karena jika tidak, berita tersebut tidak pantas untuk dipercaya. Akurasi meliputi ketepatan mengutip sumber berita maupun data dan fakta. Akurasi adalah suatu refleksi rasa tanggungjawab penulis (wartawan)dan media massa yang bersangkutan. Ketidakakuratan dalam berita bisa menimbulkan kerancuan dan bisa juga merugikan orang lain. Menyebut sumber berita serta pada kesempatan informasi ataupun pernyataan yang diberikan disebut atribusi atau "credit line". Hal itu perlu karena pembaca memperoleh gambaran dari mana informsi didapat dan apa bisa dipercaya atau tidak. 5. Pilihlah kata yang tepat. a. Perhatikan penggunaan kata tidak. Perhatikan penggunaan kata tidak, karena kata ini berfungsi menegasikan (menghambarkan atau mementahkan) makna yang terkandung di belakangnya. Dalam kalimat jurnalistik kata tidak, sebaiknya diletakkan paling dekat dengan kata yang dinegasikan. Meski demikian, perlu kecermatan untuk menempatkan kata tidak dalam sebuah kalimat jurnalistik sehingga kita dapat menampilkan bahasa ragam jurnalistik yang benar, yang mengutamakan kerjernihan pesan. b. Kata berkecenderungan. Pemilihan kata untuk dipakai dalam penyusunan kalimat berita harus mempertimbangkan kecenderungan konotasinya. Kata melalaikan, mengabaikan, dan melecehkan, sama-sama punya makna tidak mau
Page 9
menuruti atau tidak memerhatikan. Tapi, masing-masing kata itu mengandung konotasi yang berbeda dan pesan yang dibawa juga berbeda muatannya, sehingga kalimat yang terbentuk dengan kata itu juga akan beda tampilan dan nuansanya. c. Kata pungutan (adopsi) Mengadopsi kata asing maupun daerah, atau mencipta sebuah kata baru, hendaknya memerhatikan alam pikiran orang Indonesia. Karena itu untuk memadankan perlu dipikirkan bagaimana dan apa yang terbagus agar pesan yang disampaikan lewat berita dapat dipahami. 6. Perhatikan juga penghematan kata. Kata yang bertele-tele dan penuh dengan kata yang berbasa-basi, tidak cocok untuk penulisan berita dan isi media pada umumnya. Karena itu amat penting untuk menulis berita yang pendek, padat, bernas, jelas, dan bersih. Kata-kata yang mubazir harus dibuang, kalimat panjang dan benar-benar boros harus dipendekkan. Tapi hal itu bukan harga mati mengingat keluwesan sebuah media massa. Kadang sebuah kalimat pendek dipanjangkan apabila hal itu akan memperjelas maksud sebuah kalimat. Patokan yang sebenarnya hanyalah soal kejernihan isi berita, agar pesan sampai kepada pembaca dengan sempurna. Hal yang disebutkan di atas perlu diperhatikan oleh orang yang akan terjun di dalam dunia jurnalistik. Karena lewat media massa, secara langsung atau tidak langsung, wartawan adalah pendidik bagi masyarakatnya. Jika pendidiknya pandai dan menggunakan metode yang cerdas, maka ada harapan masyarakat yang mendapat pengetahuan dari media massa menjadi pandai pula.
Page 10
Page 11
6. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan buku Kalimat Jurnalistik memberikan kontribusi yang besar terhadap semua kalangan, baik kalangan yang latar belakang pendidikan berhubungan dengan bahasa dan jurnalistik misalnya dari bahasa maupun tidak. Kontribusi untuk kalangan bahasa dapat dirasakan secara langsung karena kedua buku membahas tentang penulisan yang baik dan benar dalam suatu ragam bahasa yaitu bahasa jurnalistik. Begitu juga untuk kalangan yang berhubungan dengan bidang jurnalistik. Kontribusinya juga besar, karena dengan membaca kedua buku ini mereka dapat menulis suatu tulisan (misalnya berita) yang balik dan benar dengan mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia di suatu media massa. 7. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik ditulis/disusun dengan baik. Susunannya sudah bagus dan sesuai sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Dengan kata lain, susunannya sistematis. Buku Kalimat Jurnalistik juga telah disusun dengan bagus. Penyusunan antar bagian sesuai dengan kehirarkisan dalam membuat suatu kalimat yang baik dan benar serta menarik dalam sebuah media massa. 8. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik memiliki judul yang menarik. Dengan membaca Inilah bahasa Indonesia jurnalistik, pembaca akan merasa penasaran atau tertarik dengan pembahasan dalam buku itu. Dalam pikiran pembaca, akan timbul suatu pertanyaan bagaimana bahasa Indonesia jurnalistik yang sebenarnya. Lain halnya dengan buku Kalimat Jurnalistik. Judul buku yaitu Kalimat Jurnalistik tidak membuat suatu rasa penasaran pembaca. Jadi judul buku Kalimat Jurnalistik tidak semenarik buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. 9. Penulis buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan buku Kalimat Jurnalistik mempunyai pandangan yang hampir sama tentang bahasa jurnalistik media cetak/massa. Menurut mereka, bahasa jurnalistik merupakan suatu ragam bahasa Indonesia yang mempunyai karakteristik tertentuk seperti halnya ragam bahasa Indonesia pada bidang sastra maupun hukum. Pada buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, dikatakan bahwa bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Setiap kata dan kalimat harus tepat ejaan dan tata tulisnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena media massa adalah salah satu sumber bahasa yang paling dekat dengan masyarakat. Jika masyarakat sering menjumpai ejaan dan tata penulisan yang salah, maka bahasa Indonesia mereka akan cenderung salah. Jadi media massa harus mengikuti kaidah tata penulisan dalam bahasa Indonesia.
Page 12
Pada buku Kalimat Jurnalistik, dikatakan bahwa penyusunan bahasa atau tepatnya kalimat dalam media massa (salah stu bidang jurnalistik) harus cermat sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Hal ini disebabkan karena media massa merupakan komunikasi satu arah dengan audiens/pembaca. 10. Pada buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, isi buku (pembahasan oleh penulis)
sesuai dengan tujuan penulis dalam menulis buku. Dalam buku ini dijelaskan secara utuh tentang bahasa Indonesia jurnalistik dari ejaan sampai kalimat. Setelah membaca tulisan ini pembaca akan dapat memahami secara utuh tentang bahasa Indonesia jurnalistik. Isi buku Kalimat Jurnalistik juga sudah sesuai dengan tujuan penulis. Buku ini menjelaskan secara lengkap tentang kalimat jurnalistik. Hanya saja buku ini tidak membahas kata perkata untuk kalimat jurnalistik misalnya tata cara penulisan yang baik dan benar. 11. Sumber acuan yang digunakan penulis pada kedua buku untuk menguatkan pendapat atau poin-poinnya berasal dari pendapat pakar atau ahli dan contoh-contoh kata dan kalimat dari berbagai media massa yang beredar. Pada kedua buku, sumber/acuan yang sudah cukup untuk menguatkan pandangan penulis akan bahasa jurnalistik 12.Buku kalimat jurnalistik membimbing cara penulisan berita yang baik dengan memenuhi alur logika yang benar dan akurat. Dalam buku tersebut pembaca dibimbing dengan banyak contoh perbaikan penulisan berita dari kutipan-kutipan berita yang diambil dari koran kompas, koran yang saat ini berkualitas baik di Indonesia. Sehingga buku ini cocok untuk pemula yang sedang menghadapi tantangan dilapangan. 13.Secara umum, buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Kalimat Jurnalistik merupakan buku yang mengulas secara lengkap akan bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa. Jika pembaca ingin mengetahui atau membahas bahasa jurnalistik, kedua buku ini merupakan referensi yang bagus untuk digunakan. Pembaca juga tidak akan bosan ketika membaca, karena penggunaan bahasa yang bervariasi.
Page 13
Page 14