Anda di halaman 1dari 9

BAB I IDENTITAS BUKU

I. Buku Pertama
Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Jumlah Halaman : Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik : Tri Adi Sarwoko : C.V ANDI OFFSET : 2007 : 228 halaman

Sinopsis Buku
Bahasa Indonesia jurnalistik sering disinisi sebagai perusak Bahasa Indonesia meski bahasa jurnalistik tetap patuh pada kaidah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia jurnalistik memang memiliki kekhasan karena digunakan sebagai media penyampai informasi. Kebutuhan memberi informasi yang padat, singkat, jelas dan menariklah yang membuat bahasa jurnalistik menjadi sedikit berbeda dengan BahasaIndonesia baku. Bahasa jurnalistik bahkan banyak menyumbang kata dalam kosa Bahasa Indonesia. Kata Anda, heboh, santai, sadis dan nyaris adalah sedikit contoh dari begitu banyak kata yang dilempar oleh kaum jurnalis ke dalam Bahasa Indonesia. Bukan hanya itu, bahasa jurnalistik pun banyak menyumbang ragam kalimat dalam Bahasa Indonesia. Buku ini membahas berbagai hal sehubungan dengan Bahasa Indonesia jurnalistik, dimulai dari hal-hal yang mendasar hingga perkembangan bahasa jurnalisitik masa kini.

II. Buku Kedua


Judul Penulis Penerbit Tahun Terbit Jumlah Halaman : Kalimat Jurnalistik : A.M. Dewabrta : Buku Kompas : 2005 : 250 halaman

Sinopsis Buku
Bahasa ragam jurnalistik yang baik bisa ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir dari awal sampai akhir, menggunakan kata-kata yang merakyat akrab di telinga masyarakat sehari-hari, serta tidak tidak menggunakan susunan yang kaku, formal dan sulit dicerna.

Page 1

Bagaimana penggunaan kata-kata yang paling pas menggambarkan suasana serta isi pesannya? Pentingkah nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata? Buku ini menguraikan pedoman-pedoman yang perlu diperhatikan dalam menyususn kalimat jurnalistik. Uraian disampaikan dengan penjelasan serta contoh-contoh yang mudah dipahami.

Page 2

BAB II KECONDONGAN PEMBAHASAN BUKU


Dari teori dan pendapat yang dikemukakan oleh penulis buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan buku Kalimat Jurnalistik lebih condong membahas bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa (Media Cetak). Perbedaan kajian/kecondongan pembahasan kedua buku akan dijelaskan lebih lanjut di bawah ini:

a. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik


Buku ini membahas bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa tentang berbagai hal yang sehubungan dengan bahasa Indonesia jurnalistik. Dimulai dari hal-hal yang mendasar hingga perkembangan bahasa Indonesia masa kini. Beberapa teori yang mendukung hal tersebut adalah sebagai berikut : 1. Menurut Anton M.Moeliono (1994), diantara laras bahasa jurnalistik dan ragam bahasa baku saling membutuhkan. 2. Bahasa yang digunakan media massa berstandar kepada bahasa baku, tetapi pemakaian bahasa baku di media massa memang berbeda. Bahasa jurnalistik harus santai, meskipun harus tetap memperhatikan norma-norma kebahasaan. Bagaimanapun, bahasa harus memiliki aturan-aturan yang tak dapat dilanggar. 3. Kata pakar bahasa Gorys Keraf, kepada harian Berita Buana (17 April 1991), ragam bahasa jurnalistik ada kemerdekaan pengungkapan seperti halnya bahasa sastra. 4. Hasan Janus (Kompas, 8 Oktober 1999) mengatakan Suatu tulisan akan dipandang benar-benar sebagai karya satra ketika dipandang dari sudut sastra. Tetapi ketika dipandang dari sudut jurnalistik, tulisan itu benar-benar menjadi karya jurnalistik. 5. Menurut guru besar Linguistik Harimurti Kridalaksana, yang terjadi kini justru bahasa media massa dipakai sebagai model penggunaan bahasa. 6. Suroso (2001) dengan agak sengit menyebutkan penyimpangan media massa yang lain adalah penghilangan imbuhan dalam judul berita. Namun penghilangan imbuhan dalam judul merupakan satu penyimpangan yang boleh dilakukan, (kesepakatan tidak tertulis antara insane pers) 7. Anhar Gonggong, pakar sejarah juga pengamat komunikasi mengatakan Media massa pada dasarnya juga alat mendidik. Dengan bahasa yang baik dan tepat, apa yang dimaksud akan dengan mudah dan cepat dipahami.

Page 3

8. Setiap pengelola media harus menyadari bahwa medianya dibaca banyak orang sehingga ada kemungkinan bahasa medianya dijadikan model ketika orang belajar menulis (Sarwoko, 2000). 9. Bahasa pers pun harus patuh terhadap penggunaan bahasa yang benar. Malah pada karya latihan wartawan akhir tahun 1978 (Siregar, 1998:91) disepakati wartawan hendaknya secara konsisten melaksanakan pedoman Ejaan yang Disempurnakan. Yang dimaksud dengan ejaan bukan cuma tanda baca, melainkan juga ejaan kata. 10.Alwi et al. (1993:349) mengatakan bahwa kalimat adalah kesatuan terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. 11.Kalimat kontaminasi atau kalimat rancu ialah kalimat yang kacau susunannya. Itu terjadi karena kalimat itu terdiri dari dua bagian yang tidak cocok hubungannya. (Badudu, 1998:113). 12. Itulah idiom, maknanya tak dapat ditangkap melalui kata-kata yang membentuknya (Keraf, 1991:109) Selain teori-teori diatas, fakta atau bukti lain yang menguatkan kecondongan pembahasan bahasa jurnalistik pada media massa adalah pengutipan/pengambilan contoh-contoh berasal dari beberapa media massa yang beredar. Misalnya Republika, Kompas, Kontan, Rakyat Merdeka, Media Indonesia, Tempo, Peluang, Suara Pembaruan, Panji Masyarakat, Forum Keadilan, Gatra, Matra dan DR.

b. Buku Kalimat Jurnalistik


Buku ini membahas bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa tentang pedomanpedoman yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat jurnalistik. Uraian pada buku ini disampaikan dengan penjelasan serta contoh-contoh yang mudah dipahami. Beberapa teori yang mendukung hal tersebut adalah sebagai berikut :

1.

Dr. Jalaluddin Rakhmat, pakar ilmu komunikasi massa dari Universitas Padjajaran, Bandung, memberi makna komunikasi massa sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar heterogen dan anonym melalui media cetak maupun elektronis sehingga peasan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa, yakni surat kabar, majalah, radio, televise, dan film.

2.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kalimat sebagia kata benda adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan.

Page 4

3.

Bahasa ragam jurnalistik yang baik bias ditengarai dengan kalimat-kalimat yang mengalir lancer dari atas sampai akhir, menggunakan kata-kata populer (populasi) yang merakyat akrab di telingan masyarakat sehari-hari, tidak menggunakan susunan yang kaku formal sulit dicerna.

4.

Susunan kalimat jurnalistik yang baik, akan menggunakan kata-kata yang paling pas untuk menggambarkan suasana serta isi pesannya. Bahkan nuansa yang terkandung dalam masing-masing kata pun perlu diperhitungkan.

5.

Dengan menggunakan kalimat yang tersusun sesuai ragam jurnalistik, penulis (tepatnya wartawan) bisa menuntun pembaca (pendengar) memahami berita setepat dan seakurat mungkin, sebagaimana pesan yang dikehendaki si penulis/wartawan. Untuk menyajikan berita kepada masyarakat, bisa saja menggunakan ragam bahasa biasa (pasar). Tetapi, dengan cara itu kerawanan distorsi tidak dimasukkan dalam hitungan (uncareable) atau dengan kata lain kemungkinan adanya distorsi tak digubris.

6.

Kalimat jurnalistik bukan sekedar mematuhi hokum-hukum gramatikal bahasa, pembentukan kata turunan, maupun idiomatiknya, tetapi membutuhkan kiat tersendiri agar pesan yang disampaikan oleh komunikator (sumber berita, dan wartawan serta para pengasuh media massa) dapat tersalur dengan utuh ke benak komunikan.

7.

Kalimat yang baik, menurut guru besar bahasa dari Universitas Indonesia, Gorys Keraf, harus jelas memperlihatkan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan lain yang tidak ada hubungan sama sekali.

8.

Kesatuan gagasan janganlah pula diartikan bahwa hanya terdapat suatu ide tunggal. Bisa terjadi bahwa kesatuan gagasan itu terbentuk dari dua gagasan pokok atau lebih. Secara praktis sebuah kesatuan gagasan diwakili oleh subjek, predikat dan objek.

Page 5

BAB III EVALUASI/KRITIK TERHADAP BUKU


Setelah membaca kedua buku, kami melakukan evaluasi pada kedua buku. Hasil evaluasi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pemilihan kata/diksi yang digunakan pada kedua buku adalah kata-kata yang biasa didengar oleh masyarakat. Tidak banyak penggunaan istilah asing yang belum jarang didengar oleh masyarakat umum. Buku ini tidak hanya akan dimengerti oleh kalangan yang mempunyai latar belakang dari bahasa saja, tetapi juga masyakat dari kalangan yang mempunyai latar belakang selain bahasa, misalnya masyarakat umum atau mahasiswa dari berbagai bidang keilmuan yang berbeda. Penggunaan istilah yang belum umum didengar oleh masyarakat umum pada buku Kalimat Jurnalistik lebih banyak dari pada buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, sehingga buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik lebih mudah dipahami oleh masyarakat umum. 2. Penyusunan kalimat pada buku Kalimat Jurnalistik lebih bervariasi dari pada buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Kalimat-kalimat yang digunakan buku Kalimat Jurnalistik cenderung lebih panjang dari buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. 3. Teori pendukung pada buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik lebih lengkap dan cukup memadai untuk mendukung tulisan penulis. Pada buku Kalimat Jurnalistik, teori pendukung juga sudah cukup memadai untuk mendukung tulisan penulis, tetapi tidak sebanyak dan selengkap buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. 4. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan buku Kalimat Jurnalistik membahas bahasa jurnalistik tetapi dari bagian yang berbeda. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, membahas bahasa Indonesia jurnalistik secara umum. Banyak hal yang dituangkan penulis, mulai dari hal yang mendasar misalnya ejaan, tata tulis media massa sampai penyusunan kalimat yang informatif. Buku Kalimat Jurnalistik membahas bahasa Indonesia jurnalistik hanya pada bagian penyusunan kalimat jurnalistik pada media massa agar makna dan pesan pada penyampaian berita dipahami pembaca dengan tepat dan akurat. 5. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik menyediakan lampiran yang berisi kata-kata baku yang sering salah tulis pada media massa serta singkatan, akronim dan kependekan yang sering digunakan di media massa. Oleh sebab itu, pembaca bisa menambah pengetahuan

Page 6

tentang kata-kata baku dan sekaligus melakukan perubahan jika masih menulis kata-kata baku yang belum benar. 6. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan buku Kalimat Jurnalistik memberikan kontribusi yang besar terhadap semua kalangan, baik kalangan yang latar belakang pendidikan berhubungan dengan bahasa dan jurnalistik misalnya dari bahasa maupun tidak. Kontribusi untuk kalangan bahasa dapat dirasakan secara langsung karena kedua buku membahas tentang penulisan yang baik dan benar dalam suatu ragam bahasa yaitu bahasa jurnalistik. Begitu juga untuk kalangan yang berhubungan dengan bidang jurnalistik. Kontribusinya juga besar, karena dengan membaca kedua buku ini mereka dapat menulis suatu tulisan (misalnya berita) yang balik dan benar dengan mengikuti kaidah tata bahasa Indonesia di suatu media massa. 7. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik ditulis/disusun dengan baik. Susunannya sudah bagus dan sesuai sehingga mudah untuk dipahami oleh pembaca. Dengan kata lain, susunannya sistematis. Buku Kalimat Jurnalistik juga telah disusun dengan bagus. Penyusunan antar bagian sesuai dengan kehirarkisan dalam membuat suatu kalimat yang baik dan benar serta menarik dalam sebuah media massa. 8. Buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik memiliki judul yang menarik. Dengan membaca Inilah bahasa Indonesia jurnalistik, pembaca akan merasa penasaran atau tertarik dengan pembahasan dalam buku itu. Dalam pikiran pembaca, akan timbul suatu pertanyaan bagaimana bahasa Indonesia jurnalistik yang sebenarnya. Lain halnya dengan buku Kalimat Jurnalistik. Judul buku yaitu Kalimat Jurnalistik tidak membuat suatu rasa penasaran pembaca. Jadi judul buku Kalimat Jurnalistik tidak semenarik buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. 9. Penulis buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan buku Kalimat Jurnalistik mempunyai pandangan yang hampir sama tentang bahasa jurnalistik media cetak/massa. Menurut mereka, bahasa jurnalistik merupakan suatu ragam bahasa Indonesia yang mempunyai karakteristik tertentuk seperti halnya ragam bahasa Indonesia pada bidang sastra maupun hukum. Pada buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, dikatakan bahwa bahasa jurnalistik harus menggunakan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Setiap kata dan kalimat harus tepat ejaan dan tata tulisnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar karena media massa adalah salah satu sumber bahasa yang paling dekat dengan masyarakat. Jika masyarakat sering menjumpai ejaan dan tata penulisan yang salah, maka bahasa Indonesia

Page 7

mereka akan cenderung salah. Jadi media massa harus mengikuti kaidah tata penulisan dalam bahasa Indonesia. Pada buku Kalimat Jurnalistik, dikatakan bahwa penyusunan bahasa atau tepatnya kalimat dalam media massa (salah stu bidang jurnalistik) harus cermat sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami dan dimengerti oleh pembaca. Hal ini disebabkan karena media massa merupakan komunikasi satu arah dengan audiens/pembaca. 10. Pada buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik, isi buku (pembahasan oleh penulis)

sesuai dengan tujuan penulis dalam menulis buku. Dalam buku ini dijelaskan secara utuh tentang bahasa Indonesia jurnalistik dari ejaan sampai kalimat. Setelah membaca tulisan ini pembaca akan dapat memahami secara utuh tentang bahasa Indonesia jurnalistik. Isi buku Kalimat Jurnalistik juga sudah sesuai dengan tujuan penulis. Buku ini menjelaskan secara lengkap tentang kalimat jurnalistik. Hanya saja buku ini tidak membahas kata perkata untuk kalimat jurnalistik misalnya tata cara penulisan yang baik dan benar. 11. Sumber acuan yang digunakan penulis pada kedua buku untuk menguatkan pendapat atau poin-poinnya berasal dari pendapat pakar atau ahli dan contoh-contoh kata dan kalimat dari berbagai media massa yang beredar. Pada kedua buku, sumber/acuan yang sudah cukup untuk menguatkan pandangan penulis akan bahasa jurnalistik

Page 8

BAB IV KESIMPULAN
Secara umum, buku Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik dan Kalimat Jurnalistik merupakan buku yang mengulas secara lengkap akan bahasa Indonesia jurnalistik pada media massa. Dengan membaca kedua buku sekaligus, pembaca akan dapat memahami secara menyeluruh tentang bahasa Indonesia ragam jurnalistik. Pandangan kedua penulis akan bahasa indonesia jurnalistik hampir sama. Menurut penulis, bahasa Indonesia jurnalistik mempunyai karakteristik berbeda dengan ragam bahasa indonesia yang lain. Di buku inilah bahasa indonesia Jurnalistik dibahas semua bagian bahasa indonesia jurnalistik. Dan di buku Kalimat Jurnalistik, dibahas secara mendalam tentang menyusun kalimat jurnalistik. Jadi, kedua buku ini saling mendukung dan melengkapi satu sama lain. Jika pembaca ingin mengetahui atau membahas bahasa jurnalistik, kedua buku ini merupakan referensi yang lengkap dan bagus untuk digunakan.

Page 9

Anda mungkin juga menyukai