Anda di halaman 1dari 4

BAB II PEMBAHASAN AL-AQILA DALAM ASURANSI SYARIAH

A. Al-`Aqila (Asal Mula Asuransi Syariah)

Sebenarnya konsep asuransi Islam bukanlah hal baru, karena sudah ada sejak zaman Rasulullah SAW yang disebut dengan Aqilah. Bahkan menurut Thomas Patrick dalam bukunya Dictionary of Islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku Arab sejak zaman dulu bahwa, jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota dari suku lain lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah (diyat) sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat pembunuh tersebut yang disebut Aqilah, harus membayar uang darah atas nama pembunuh.1 Menurut Dr. Muhammad Muhsin Khan, kata Aqilah berarti Asabah yang menunjukkan hubungan ayah dengan pembunuh. Oleh karena itu, ide pokok dari Aqilah adalah suku Arab zaman dulu harus siap untuk melakukan kontribusi finansial atas nama pembunuh untuk membayar pewaris korban. Kesiapan untuk membayar kontribusi keuangan sama dengan premi praktek asuransi sementara kompensasi yang dibayar berdasarkan Al-Aqilah mungkin sama dengan nilai pertanggungan dalam praktek asuransi sekarang, karena itu merupakan bentuk perlindungan finansial untuk pewaris terhadap kematian yang tidak diharapkan dari sang korban.2

Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah (life And general): Konsep Dan Sistem Operasional, Cet-1, (Jakarta: Gema Insani Press, 2004), hal. 31 2 Ibid, hal. 31

Pada perkembangan selanjutnya, kata Syaekh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari, dengan datangnya Islam,sistem Aqilah diterima oleh Rasulullah SAW menjadi bagian dari hukum Islam hal tersebut dapat dilihat pada hadits Nabi dalam pertengkaran antara dua wanita dari suku Husail:3 Diriwayatkan oleh Abu Hanifah yang mengatakan: pernah dua wanita dari suku Huzail bertikai ketika seorang dari mereka memukul yang lain dengan batu yang mengakibatkan kematian wanita itu dan jabang bayi dalam rahimnya. Pewaris korban membawa kejadian itu ke pengadilan Nabi Muhammad SAW yang memberikan keputusan bahwa kompensasi bagi pembunuh anak bayi adalah membebaskan seorang budak laki-laki atau perempuan sedangkan kompensasi atas membunuh wanita adalah uang darah (diyat) yang harus dibayar oleh Aqilah (saudara pihak ayah) dari yang tertuduh. Murtadha Mutahhari, ketika menjelaskan tentang ad-Diyat `ala al`Aqilah mengatakan. Anda mungkin pernah mendengar ungkapan: Ad-Diyah `ala Al-`Aqilah yang merupakan ungkapan yang sangat masyhur. Sebagian orang mengira bahwa kata `Aqilah berasal dari kata `aql (akal), sehingga ungkapan itu diartikan denda yang dibebankan kepada orang yang berakal (sudah dewasa). Padahal tidak demikian, melainkan `Aqilah merupakan istilah tersendiri. Didalam bahasa Arab, di antara makna al`aql adalah denda dan al `aqil adalah orang yang membayar denda.4 Dalam beberapa kasus Islam membebankan denda asuransi kepada orang lain (bukan yang melakukan pelanggaran). Namun didalam ad-Diyah, yang
3 4

Ibid, hal. 31 Ibid, hal. 32

menjadi sebab adalah bukan kesengajaan, melainkan karena kekeliruan. Apabila ad-Diyah itu disebabkan kesengajaan, maka tidak ada asuransi yang memikul tanggung jawab ini. Karena itu disyaratkan agar kerusakan itu tidak disebabkan kesengajaan. Di dalam masalah ad-Diyah, para ulama mengatakan, wajib membayar denda terhadap sebagian kerusakan yang disebabkan kekeliruan seperti pembunuhan atau melukai karena kekeliruan atau kelalaian. MM Billah dalam disertasi doktornya mengatakan bahwa piagam (konstitusi) Madinah, Konstitusi pertama didunia yang dipersiapkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW setelah hijrah ke Madinah, didalam beberapa pasalnya memuat ketentuan tentang asuransi sosial dengan sistem Aqilah. Dalam pasal 3 Konstitusi Madinah: Rasul SAW membuat ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan, yang menyatakan bahwa jika tawanan yang tertahan oleh musuh karena perang harus membayar tebusan kepada musuh untuk membebaskan yang ditawan. Konstitusi tersebut merupakan bentuk lain dari asuransi sosial Imigran diantara Quraish harus bertanggung jawab untuk membebaskan tawanan dengan cara membayar mereka tebusan supaya kolaborasi yang saling menguntungkan di antara orang-orang yang percaya sejalan dengan prinsip kebaikan dan keadilan.5 Beberapa konsep, selain al Aqilah yang terdapat dalam literature fiqh klasik yang dapat dijadikan dasar dalam menelusuri konsep at-Ta`min (asuransi) yang berdasarkan syariat Islam, misalnya: Al-Muwalat, At-Tanahud, Al-`Umra, dan sebagainya.
5

Ibid, hal. 32

Anda mungkin juga menyukai