Anda di halaman 1dari 27

PENYELESAIAN PENUGASAN AUDIT

Kelompok 1 : 1. Albina Langun Gupita (05) 2. Arya Pratama (07) 3. Asri Shaliha (08) 4. Dicky Maulana Sebayang (13) 5. Happy Arga (17) 6. Lugis Andrianto (25) 7. Syarif Muhamad Bagir (32)

Setelah melaksakan pengujian terhadap pengendalian maupun pengujian substantif atas transaksi dan saldo akun, langkah selanjutnya adalah penyelesaian penugasan. Penyelesaian penugasan pemeriksaan keuangan merupakan kegiatan untuk mereviu tiga hal, yaitu:
Kewajiban kontijensi, Kontrak/komitmen jangka panjang, dan Kejadian setelah tanggal neraca.

KEWAJIBAN KONTINJENSI

KEWAJIBAN KONTINJENSI
Definisi menurut Bultek 08 SAP: 1. kewajiban potensial yang timbul dari perstiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali perusahaan/ entitas ; atau 2. kewajiban kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena: a. Tidak terdapat kemungkinan besar (not probable) perusahaan mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis (selanjutnya disebut sebagai "sumber daya") untuk menyelesaikan kewajibannya; atau b. jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur secara andal.

KEWAJIBAN KONTINJENSI

Kewajiban Pemerintah untuk membayar kepada investor/kreditur akan timbul jika pihak yang dijamin tidak mampu memenuhi kewajibannya, sehingga terdapat unsur ketidakpastian atas timbulnya kewajiban Pemerintah baik dari sisi kapan terjadinya maupun nilai kewajiban yang timbul. Kewajiban kontinjensi tidak disajikan pada neraca pemerintah, namun demikian pemerintah harus mengungkapkan kewajiban kontingensi pada Catatan atas Laporan Keuangan untuk setiap jenis kewajiban kontingensi pada tanggal neraca.

KEWAJIBAN KONTINJENSI
Pengungkapan tersebut dapat meliputi:
karakteristik

kewajiban kontingensi; estimasi dari dampak finansial yang diukur; indikasi tentang ketidakpastian yang terkait dengan jumlah atau waktu arus keluar sumber daya; kemungkinan penggantian oleh pihak ketiga.

KEWAJIBAN KONTINJENSI
Hal yang dapat menyebabkan Kewajiban Kontinjensi : Proyek Pembangunan Infrastruktur Kewajiban Kontinjensi terkait dengan proyek pembangunan infrastruktur berasal dari dukungan dan/atau jaminan yang diberikan oleh pemerintah untuk penyediaan infrastruktur Program Pensiun Pegawai Negeri dan Tabungan Hari Tua Pegawai Negeri Sipil Kewajiban Kontinjensi yang berasal dari program pensiun pegawai negeri terutama berasal daripeningkatan jumlah pembayaran manfaat pensiun dari tahun ke tahun karena sejak tahun anggaran 2009 pendanaan pensiun pegawai negeri seluruhnya (100 persen)menjadi beban APBN.

KEWAJIBAN KONTINJENSI

Sektor Keuangan Kewajiban kontinjensi pemerintah pada sektor keuangan terutama berasal dari kewajiban pemerintah untuk menambah modal lembaga keuangan, yaitu Bank Indonesia (BI), Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dan Lembaga Pembiayaan EksporIndonesia (LPEI), jika modal lembaga keuangan tersebut di bawah modal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Tuntutan Hukum kepada Pemerintah Potensi risiko fiskal timbul dari beberapa gugatan perdata yang ditujukan kepada beberapa kementerian/lembaga. Gugatan tersebut jika telah mempunyai kekuatan hukum yang tepat dapat menyebabkan timbulnya pengeluaran negara atau hilangnya kepemilikan aset tanah dan bangunan karena kepemilikannya dipersengketakan.

KEWAJIBAN KONTINJENSI

Keanggotaan pada Organisasi dan Lembaga Keuangan Internasional Indonesia pada organisasi dan lembaga keuangan internasional dapat menimbulkan risiko fiskal terkait dengan:
Adanya komitmen pemerintah untuk memberikan kontribusi dan penyertaan modal kepada organisasi atau lembaga keuangan internasional tersebut. Adanya keterlambatan penerbitan peraturan perundang-undangan dalam hal pembayaran kontribusi dan penyertaan modal kepada organisasi atau lembaga keuangan internasional tersebut.

KEWAJIBAN KONTINJENSI

Bencana Alam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah meletakkan tanggung jawab pada pundak pemerintah untuk penyelenggaraan penanggulangan bencana, diantaranya perlindungan masyarakat dari dampak bencana,pemulihan kondisi dari dampak bencana dan pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam APBN.

KONTRAK JANGKA PANJANG

KONTRAK JANGKA PANJANG

DEFINISI Kontrak jangka panjang adalah kontrak yang dilakukan dalam rangka pembangunan atau konstruksi terkait dengan aktivitas yang dilakukan melebihi jangka waktu satu tahun.

KONTRAK JANGKA PANJANG


Kontrak jangka panjang PLN dengan Perusahaan batubara kontrak yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dalam rangka melakukan pembangunan

KONTRAK JANGKA PANJANG


Berdasarkan Keputusan BPK RI Nomor 04/K/I III.2/5/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan pemeriksa juga perlu mereviu kembali kontrak/ komitmen jangka panjang yang dibuat entitas terkait dengan kemungkinan kerugian yangmungkin terjadi dari kontrak/komitmen tersebut.

KONTRAK JANGKA PANJANG

Prosedur yang harus ditempuh pemeriksa adalah sebagai berikut:


Dapatkan putusan hukum yang masih pending terkait kontrak/komitmen jangka panjang pemerintah daerah serta hal-hal lainnya yang berkaitan dengan kontrak/komitmen jangka panjang. Reviu putusan keputusan kepala daerah atau peja=bat terkait tersebut yang kemungkinan menimbulkan kewajiban dalam kontrak/komitmen jangka panjang.

KONTRAK JANGKA PANJANG


Diskusikan

dengan pejabat terkait seperti kepala daerah/sekretaris daerah atau pejabat lain di bidang hukum atau yang terkait lainnya mengenai kemungkinan kewajiban kontrak/komitmen jangka panjang tersebut. Teliti apakah kontrak/komitmen jangka panjang tersebut telah diungkapkan oleh kepala daerah atau pejabat terkait lainnya di dalam LKPD.

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA


Peristiwa atau transaksi yang kadangkadang terjadi sesudah tanggal neraca tetapi sebelum diterbitkannya laporan keuangan dan laporan audit, yang mempunyai akibat material terhadap laporan keuangan, sehingga memerlukan penyesuaian atau pengungkapan dalam laporan-laporan tersebut.

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA


1.

2.

SPAP SA Seksi 560 (PSA No. 46) tentang Peristiwa Kemudian. PSAK No. 8 (Revisi 2003) tentang Peristiwa Setelah Tanggal Neraca.

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA


1.

2.

Peristiwa setelah tanggal neraca yang cukup berpengaruh dan memerlukan penyesuaian Peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian, dianjurkan untuk diungkapkan

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA


1. Peristiwa setelah tanggal neraca yang cukup berpengaruh dan memerlukan penyesuaian Yaitu: karena mengandung materialitas yang cukup berpengaruh terhadap laporan hasil audit. Peristiwa setelah tanggal neraca (peristiwa kemudian) yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan memiliki karakteristik sebagai berikut: Jumlahnya material Merupakan peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa Terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan.

Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang memerlukan penyesuaian atas laporan keuangan adalah : Kerugian akibat piutang tak tertagih yang disebabkan oleh adanya pelanggan yang mengalami kesulitan keuangan dan menuju kebangkrutan setelah tanggal neraca Keputusan pengadilan setelah tanggal neraca atau penyelesaian tuntutan hukum yang jumlahnya berbeda dengan jumlah hutang yang sudah dicatat jika peristiwa yang menyebabkan timbulnya tuntutan tersebut telah terjadi atau ada sebelum tanggal neraca Penemuan kecurangan atau kesalahan yang menunjukkan bahwa laporan keuangan tidak benar. Pengafkiran peralatan yang tidak digunakan dalam operasi pada harga di bawah nilai buku saat ini. Penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan yang dicatat.

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA


2. Peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian, dianjurkan untuk diungkapkan Apabila peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian adalah penting, dalam arti jika tidak diungkapkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan, maka perusahaan harus mengungkapkan informasi berikut untuk setiap peristiwa tersebut :

Jenis peristiwa yang terjadi; Estimasi atas dampak keuangan, atau pernyataan bahwa estimasi semacam itu tidak dapat dibuat.

Contoh peristiwa setelah tanggal neraca yang tidak memerlukan penyesuaian tetapi diperlukan adanya pengungkapan dalam laporan keuangan adalah : Penjualan obligasi atau penerbitan saham baru Terjadinya tuntutan hukum yang signifikan yang semata-mata disebabkan oleh peristiwa yang terjadi sesudah tanggal neraca Pembelian dan pelepasan aset dalam jumlah yang signifikan, atau pengambilalihan aset oleh pemerintah Perubahan abnormal atas harga aset atau nilai tukar mata uang asing setelah tanggal neraca Perubahan tarif pajak atau peraturan perpajakan yang diberlakukan atau diumumkan setelah tanggal neraca dan memiliki pengaruh yang signifikan pada aset dan kewajiban pajak kini dan tangguhan Kerugian aktiva tetap atau persediaan yang diakibatkan oleh kebakaran

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA


Tanggal ganda (dual dating) laporan audit :
Tanggung jawab auditor terhadap peristiwa kemudian dibatasi periodenya yaitu sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan. Jika penyesuaian atau pengungkapan peristiwa kemudian dilakukan dalam laporan audit atau laporan keuangan maka auditor dapat memilih menggunakan tanggal ganda atau tanggal kemudian dalam laporan auditnya. Contoh tanggal ganda : 10 Februari 2001, kecuali untuk catatan nomor , yang bertanggal 3 Maret 2001.

PERISTIWA SETELAH TANGGAL NERACA


Tujuan penggunaan tanggal ganda dalam laporan audit
Memungkinkan auditor menyisipkan informasi penting dalam laporan keuangan klien yang diketahui oelh auditor seletah selesainya pekerjaan lapangan. Untuk memberitahu pemakai laporan audit bahwa auditor hanya bertanggung jawab atas peristiwa kemudian yang terjadi setelah tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan dan peristiwa yang spesifik yang diungkapkan dalam laporan audit.

TERIMA KASIH.

Anda mungkin juga menyukai