Anda di halaman 1dari 3

TUGAS IV AKUNTANSI INTERNASIONAL

- ANGELINY CUACA
- SARA MONICA TARIGAN
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

1. Beda kewajiban provisi dengan kontijensi


Berdasarkan PSAK 57, Provisi didefinisikan sebagai liabilitas yang waktu dan jumlahnya
belum pasti. Sedangkan kontijensi didefinisikan sebagai kewajiban kini yang timbul sebagai
akibat peristiwa masa lalu, tapi tidak diakui karena tidak terdapat kemungkinan besar entitas
mengeluarkan sumber daya untuk menyelesaikan kewajibannya, atau jumlah kewajiban
tersebut tidak dapat diukur secara andal.

Kontijensi menurut PSAK 57 (revisi 2009) adalah:


a. Liabilitas Potensial, yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi
pasti dengan terjadi atau tidak terjadi suatu peristiwa atau lebih pada masa datang yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas.
b. Liabilitas Kini, yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu, tetapi tidak diakui karena:
- Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan sumber data
untuk menyelesaikan liabilitasnya
- Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal

Oleh karena itu, provisi masuk ke dalam laporan posisi keuangan (neraca) sebagai bagian
dari liabilitas dengan nama akun provisi (dahulu kewajiban diestimasi - bagi dari liabilitas
jangka pendek/current liabilities), sedangkan kontijensi harus diungkapkan (disclose) dalam
catatan atas laporan keuangan (notes to financial statement).

2. Kapan provisi dan kontijensi diakui


Provisi diakrualkan dengan membebankan ke beban dan kewajiban serta dicatat hanya jika
memenuhi 3 kondisi, yaitu:
- Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat konstruktif)
sebagai akibat peristiwa masa lalu
- Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar sumber
daya yang mengandung manfaat ekonomi
- Jumlah kerugian dapat diestimasi secara layak. Estimasi yang layak dilihat dari
pengalaman, nasehat pengacara dan lain-lain

Sedangkan untuk kontijensi menurut PSAK 57 par 31, entitas tidak diperkenankan mengakui
aset kontinjensi karena aset kontijensi adalah aset potensial yang timbul dari peristiwa masa
lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau
lebih pada masa depan yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas yang dapat
menimbulkan kemungkinan arus masuk manfaat ekonomik. Jadi, aset kontinjensi tidak
diakui dalam laporan keuangan karena dapat menimbulkan pengakuan penghasilan yang
mungkin tidak terealisasikan.

3. Kapan provisi dicatat


Ketika terjadi probable atau kemungkinan keterjadian sangat tinggi, perusahaan perlu
mencatat provisi. Provisi diakrualkan dengan membebankannya ke beban dan kewajiban
serta dicatat hanya jika memenuhi tiga kondisi yaitu:
1. Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum maupun bersifat
konstruktif) sebagai akibat peristiwa masa lalu.
2. Kemungkinan besar penyelesaian kewajiban tersebut mengakibatkan arus keluar
sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi.
3. Jumlah kerugian dapat diestimasi secara layak. Estimasi yang layak dilihat dari
pengalaman, nasehat pengacara dan lain-lain.

4. Cara mengukur provisi


Jumlah yang diakui sebagai provisi adalah hasil estimasi terbaik pengeluaran yang
diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban kini pada akhir periode pelaporan. Dalam
menentukan estimasi terbaik suatu provisi, entitas perlu mempertimbangkan berbagai risiko
dan ketidakpastian yang selalu mempengaruhi berbagai peristiwa dan keadaan. Jika nilai
waktu dari uang cukup material, maka jumlah provisi adalah nilai kini dari perkiraan
pengeluaran yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban. Peristiwa masa datang yang
dapat mempengaruhi jumlah yang diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban tercemin
dalam jumlah provisi jikda ada bukti obyektif bahwa peristiwa itu akan terjadi.

5. Contoh provisi dan kontijensi


- Contoh provisi diantara lain sebagai berikut: Biaya akrual: biaya untuk pekerjaan atau
pembelian yang telah diselesaikan tetapi belum ditagih. Kerusakan aset: adanya
penurunan aset ketila nilai pasar aset tiba-tiba turun di bawah nilai aset yang terdaftar di
neraca perusahaan. Piutang tak tertagih: terjadi ketika pembayaran yang diminta tidak
dipenuhi meskipun terdapat kewajiban keuangan. Terdapat dua jenis piutang tak tertagih,
yaitu penyisihan umum dan penyisihan khusus. Provisi umum mengacu pada presentasr
utang yang mungkin perlu dihapus berdasar sejarah keuangan, sedangkan provisi khusus
mengacu pada piutang tertentu sebagai permasalahan finansial dan tidak dapat melakukan
pembayaran utang. Contoh lainnya adalah denda atau biaya pemulihan pencemaran
lingkungan, yang mengakibatkan arus keluar sumber daya untuk menyelesaikan
kewajiban itu tanpa memandang tindakan entitas pada masa datang.
- Contoh aset kontijensi adalah penerimaan yang mungkin atas uang dari hadiah,
sumbangan, bonus, kemungkinan pengembalian dana dari pemerintah atas adanya
kelebihan pajak, penundaan pengadilan yang hasilnya mungkin menguntungkan, dan
kerugian pajak yang mungkin dikompensasi ke depan

Anda mungkin juga menyukai