PSAK 1 (Revisi 2009) juga menjelaskan item-item minimum dari liabilitas jangka
pendek yang harus disajikan dalam laporan posisi keuangan.Item minimum yang diharuskan
untuk liabilitas jangka pendek tersebut adalah ;
· Utang dagang dan terutang lainnya.
· Provisi.
· Liablitas keuangan jangka pendek (tidak termasuk jumlah yang disajikan dalam provisi)
· Liabilitas dan aset pajak kini,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 ( Revisi 2013)
Akuntansi Pajak Penghasilan.
· Liabilitas dan aset pajak tangguhan,sebagaimana didefenisikan dalam PSAK 46 (Revisi
2013).
· Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual dalam PSAK 58 (Revisi 2010) Aset Lancar yang Tersedia untuk Dijual
dan Operasi yang Dihentikan.
Pengakuan,pengukuran,penyajian,dan pengungkapan liabilitas jangka pendek dan
jangka panjang diatur dalam PSAK Instrumen Keuangan yaitu PSAK 50 (Revisi 2013)
Penyajian Instrumen Keuangan, PSAK 55 (Revisi 2013) Pengakuan dan Pengukuran
Instrumen Keuangan, dan PSAK 60 (Revisi 2013) Pengungkapan Instrumen
Keuangan.Untukliabilitasdiestimasi atau sekarang dikenal dengan istilah PSAK 57 (Revisi
2009) Provisi,LiabilitasKontijensi,dan Aset Kontinjensi.
Dalam akuntansi,kontinjensi dapat muncul sebagai liabilitaskontinjensi atau aset
kontinjensi.Asetkontinjensi jika potensi terjadinya tinggi dan nilainya dapat diestimasi
dengan andal,hanya boleh diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.PSAK 57
(Revisi 2009) mengatur penyajian dan pengungkapan untuk provisi dan kontinjensi.
Dalam PSAK 57 (Revisi 2004),provisi disebut sebagai kewajiban diestimasi.Provisi
bentuk kontinjensi yang disajikan dalam laporan keuangan (on balancesheet),sedangkan
liabilitaskontinjensi hanya diungkapkan dalam laporan keuangan.
Liabilitaskontinjensi menurut PSAK 57 (Revisi 2009) adalah:
Liabilitas Potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti
dengan terjadi atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak
sepenuhnya berada dalam kendali entitas
Liabilitas kini yang timbul sebagai akibat peristiwa masa lalu,tetapi tidak diakui karena:
-Tidak terdapat kemungkinan besar (probable) entitas mengeluarkan sumber daya untuk
menyelesaikan liabilitasnya.
-Jumlah liabilitas tersebut tidak dapat diukur secara andal.liabilitaskontinjensi tidak diakui
dalam laporan keuangan,karena hanya perlu diungkapkan dalam catatan atas laporan
keuangan.
Untuk itu PSAK 57 (Revisi 2009) mengharuskan entitas melakukan review atas
liabilitaskontinjensi,apakah kemungkinan besar dapat diukur dengan andal sehingga berubah
menjadi provisi atau liabilitas kini lainnya atau sebaliknya.
Pengakuan dan Pengukuran.
Provisi diakui jika memenuhi tiga syarat,yaitu :
Entitas memiliki kewajiban kini (baik bersifat hukum,konstruktif) sebagai akibat
peristiwa masa lalu.
Kemungkinan besar (probable) penyelesaian liabilitas tersebut mengakibatkan arus
keluar sumber daya.
Estimasi yang andal mengenai jumlah liabilitas nilainya dapat diukur dengan andal dapat
dibuat
Ketika tidak memenuhi ketiga persyaratan tersebut,kemungkinan liabilitas cukup
diungkapkan sebagai liabilitaskontinjensi tergantung materialitas dan kemungkinan
terjadinya.Misalkan ketika suatu peristiwa mengikat dengan jumlah material memenuhi
persyaratan a dan b tetapi tidak memenuhi c maka entitas cukup mengungkapkan sebagai
liabilitaskontinjensi.
Definisi :
Pengaruhsignifikan :
Ventura Bersama
Venturer Bersama
Pengendalian Bersama
Pengaruh Signifikan :
1. IndikasiKuantitatif
Hak suara ≥20% dianggap memiliki pengaruh signifikan, kecualidapat
dibuktikan sebaliknya
Hak suara <20% dianggap tidak memiliki pengaruh signifikan, kecualidapat
dibuktikan sebaliknya
2. IndikasiKualitatif
Keterwakilan dalam dewan direksi dan komisaris atau organ
setaradiinvesteeIndikasikualitatifkomisaris atau organ setaradiinvestee
Partisipasi proses pembuatan kebijakan, termasuk dividen dan distribusi lain
Transaksi material investor dengan investee
Pertukaran personel manajerial
Penyediaan informasi teknis pokok
Pengaruh Signifikan
Keberadaan dan dampakhak suara potensial (waran, opsi beli saham, dan lainnya)
dipertimbangkanKecualihak suara potensial tersebuttidak dapatdikonversi atau
dieksekusIsampai suatu tanggal di masa depan atau sampai terjadinya suatu peristiwa di masa
depan.
Entitas akan menguji seluruh fakta dan keadaan yang mempengaruhi hak
potensial,kecualiintensi manajemen dan kemampuan keuanganuntuk melaksanakan atau
mengkonversi hak potensialtersebut
Metode Ekuitas
InvestasiAwal
Diakuisebesarbiayaperolehan
Ditambah
Bagian investor ataslaba investee setelahtanggalperolehan.
Dikurangi
Bagian investor atasrugi investee setelahtanggalperolehandanpenerimaandistribusiatas
investee.
Penyesuaianterhadap nilai tercatat juga diperlukan jikaterdapat perubahan dalam
proporsi bagian investor atasinvestee yang timbul daripendapatan komprehensiflain
investee.Bagian investor atas perubahan tersebut diakui dalampendapatan komprehensif lain
investor. Hak suara potensial tidak mempengaruhi bagian laba investor.
PSAK 24 (pernyataan standar akutansi 24) imbalan kerja adalah ketentuan pembayaran
pesangon yang diberikan suatu entitas kepada pekerja yang saling terikat dengan pertukaran
jasa dan upah.
Dasar dari PSAK 24 tentang imbalan kerja ini sendiri ada pada UUK (undang-undang
ketenagakerjaan) No 13 tahun 2003 yang mengatur ketentuan umum tentang tatacara
pemberian upah kerja di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang atau pensiun
sampai dengan PHK.
Imbalan atau upah pada UUK (undang-undang ketenagakerjaan) juga dapat diatur lebih jauh
dan dalam di PP (peraturan perusahaan) atau bisa juga di PKB (perjanjian kerja bersama)
yang dilakukan antara pekerja dan perusahaan, yang pastinya juga harus merujuk kepada
undang-undang.
Dengan berlakunya Perundangan ini mengakibatkan Entitas akan dibebani dengan jumlah
pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk Entitas yang memiliki jumlah karyawan
ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemungkinan terganggunya arus kas dari
Entitas akibat dari ketentuan dalam UU No. 13 tahun 2003 tersebut, maka PSAK No.24
mengharuskan Entitas untuk membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran
pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi
kerja (Entitas) untuk mengakui:
Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalah
kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan
Beban, jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.
Berdasarkan PSAK No.24, definisi imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang
diberikan Entitas dalam pertukaran atau jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi
kontrak kerja. Jika dilihat dari jenis imbalan kerja yang termasuk dalam definisi imbalan
kerja di PSAK No.24 adalah sebagai berikut :
Imbalan Kerja Jangka Pendek: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya kurang dari 12
bulan. Contoh dari Imbalan Kerja Jangka Pendek ini adalah; Gaji, iuran Jaminan Sosial, cuti
tahunan, cuti sakit, bagi laba dan bonus (jika terutang dalam waktu 12 bulan pada periode
akhir pelaporan), dan imbalan yang tidak berbentuk uang (imbalan kesehatan, rumah, mobil,
barang dan jasa yang diberikan secara cuma-cuma atau melalui subsidi).
1. Imbalan Pasca Kerja: Yaitu imbalan kerja yang diterima pekerja setelah pekerja sudah
tidak aktif lagi bekerja. Contoh dari Imbalan Pasca Kerja ini adalah : Imbalan Pensiun,
Imbalan asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja. Jika dikaitkan dengan
penjelasan diawal tulisan ini, imbalan pasca kerja yang tercantum di perundangan
ketenagakerjaan adalah; Imbalan Pensiun, Meninggal Dunia, Disability/cacat/medicalunfit
dan mengundurkan diri.
2. Imbalan Kerja Jangka Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih dari 12
bulan. Contoh dari Imbalan Jangka Panjang ini adalah: Cuti besar/cuti panjang, penghargaan
masa kerja (jubilee) berupa sejumlah uang atau berupa pin/cincin terbuat dari emas dan lain-
lain.
3. Imbalan Pemutusan Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan karena
perusahan berkomitmen untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum
mencapai usia pensiun normal, atau (2) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang
menerima penawaran pengunduran diri secara sukarela (goldenshakehand). Imbalan ini
dimasukan dalam pernyataan PSAK No.24, jika dan hanya jika Entitas sudah memiliki
rencana secara jelas dan detail untuk melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk
membatalkannya.
Imbalan Kerja tersebut secara akuntansi harus di cadangkan dari saat ini, karena imbalan
paska kerja tersebut termasuk ke dalam salah satu konsep akutansi yaitu accrual basis. Ada 4
(empat) imbalan pasca kerja yang dihitung untuk di cadangkan dalam PSAK-24, yaitu:
Adanya prinsip akutansiaccrual basis. Penerapan PSAK-24 pada Entitas adalah sesuai
prinsip akutansiaccrual basis, yaitu Entitas harus mempersiapkan
(mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang akan jatuh tempo
nanti.
Tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Artinya jika didalam laporan keuangan tidak
terdapat akun untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK No.24), maka secara tidak
langsung Entitas sebenarnya “menyembunyikan” kewajiban untuk imbalan pasca
kerja.
Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan Entitas
memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut, maka pada periode
berjalan Entitas harus mengeluarkan sejumlah uang yang mengurangi laba Entitas.
Jika dari awal Entitas sudah mencadangkan imbalan pensiun ini (imbalan pasca
kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan tersebut tidak akan secara langsung
mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi pencadangan/accrual/kewajiban atas
imbalan pasca kerja yang telah dicatatkan Entitas di laporan keuangan.
Pengakuan beban manfaat pensiun oleh pemberi kerja adalah sebagai akibat dari jasa yang
telah diterima dari peserta, yang akan menjadi penerima manfaat pensiun. Sebagai
konsekuensi, biaya manfaat pensiun harus diakui sebagai beban pada periuodedimana jasa
tersebut diterima. Pengakuan beban manfaat pensiun hanya pada saat peserta memasuki masa
pensiun atau pada saat peserta menerima manfaat pensiun tidak mencerminkan alokasi biaya
manfaat pensiun ke periode jasa tersebut diterima.
Jumlah biaya manfaat pensiun yang diakui sebagai beban padasuatu periode tidak perlu sama
dengan jumlah iuran yang dibayarkan pemberi kerja kepada Dana Pensiun. Terdapat
perbedaan yang jelas antara pendanaan manfaat pensiun dan alokasi biaya manfaat pensiun
untuk tujuan pengakuan beban. Pendanaan adalah suatu prosedur keuangan. Dalam
meneentukan jumlah iuran yang dibayarkan setiap periode, keputusan pemberi kerja dapat
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti ketersediaan dana/kondisi keuangan dan
pertimbangan perpajakan. Sedangkan tujuan akuntansi biaya manfaat pensiun adalah untuk
memastikan bahwa biaya manfaat pensiun diakui sebagai beban sesuai dengan jasa yang etlah
diberikan peserta.
Dalam Program Pensiun luran Pasti, iuran pemberi kerja untuk jasa suatu periode
tertentu harus diakui sebagai beban pada periode tersebut.
luran pemberi kerja dalam Program Pensiun luran Pasti biasanya dinyatakan dalam
Peraturan Dana Pensiun dengan suatu rumusan tertentu. Dengan demikian, beban
manfaat pensiun yang diakui adalah jumlah iuran yang jatuh tempo untuk periode
tertentu .
Apabila pemberi kerja memberikan tambahan iuran pada suatu periode tertentu, maka
tambahan iuran tersebut harus diakui sebagai beban sesuai dengan periode jasa yang
dipengaruhi. Jika tambahan iuran diberikan kepada peserta yang masih aktif bekerja,
untuk jasa yang telah diberikan peserta pada masa yang lalu dan sebagai kompensasi
atas jasa yang diberikan pada periode berjalan dan periode yang akan datang, maka
tambahan iuran tersebut diakui sebagai beban secara sistematis selama harapan sisa
masa kerja rata-rata para peserta tersebut. Jika tambahan iuran diberikan kepada
peserta yang telah pensiun, maka tambahan iuran tersebut diakui sekaligus sebagai
beban pada periode janji pemberian tambahan iuran tersebut ditetapkan, karena tidak
ada lagi jasa yang akan diterima pemberi kerja dari peserta tersebut.
luran pemberi kerja menentukan jumlah beban manfaat pensiun dan kewajiban yang
harus diakui pemberi kerja setiap periode. Dengan demikian, biasanya apabila terjadi
pembubaran program pensiun, tidak perlu lagi dilakukan penyesuaian untuk mengakui
adanya beban dan kewajiban tambahan. Akan tetapi, apabila terdapat tambahan iuran
yang sudah disetujui tetapi belum dibebankan, pemberi kerja harus membebankan
seluruh tambahan iuran yang belum diakui tersebut dan mengakuinya sebagai
kewajiban pada saat diketahui bahwa pembubaran program pensiun besar
kemungkinannya terjadi.
Laporan keuangan pemberi kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun luran Pasti harus
mengungkapkan informasi berikut:
Di dalam neraca, jumlah kewajiban yang timbul sebagai akibat perbedaan antara
jumlah pendanaan yang telah dilakukan oleh pemberi kerja sejak pembentukan
program dengan jumlah yang diakui sebagai beban selama periode yang sama.
Di dalam laporan laba rugi, jumlah yang diakui sebagai beban pensiun selama periode
yang bersangkutan;
Di dalam catatan atas laporan keuangan; 1. Gambaran umum tentang program
pensiun, termasuk karyawan atau kelompok karyawan yang ikut menjadi peserta
program pensiun; 2. Hal-hal penting lainnya yang berhubungan dengan program
pensiun yang dapat mempengaruhi daya banding laporan keuangan periode tersebut
dengan periode sebelumnya.
Dalam Program Pensiun Manfaat Pasti, beban manfaat pensiun periodik terdiri dari: