Anda di halaman 1dari 43

DR.

KARL MAY Karl Friederich May dilahirkan pada tahun 1842 di Ernsthal (Jerman) sebagai anak dari keluarga tukang tenun yang amat miskin. Hingga berumur empat tahun ia tidak dapat melihat karena matanya buta. Dengan pertolongan orang ia dapat bersekolah untuk akhirnya menjadi guru. Karena tindak pidana ia dihukum dan dimasukkan penjara. Dalam penjara ini ia insyaf akan kesalahan-kesalahannya dan dengan pertolongan buku-buku, mulai mengarang ceritera-ceritanya. Dengan demikian muncullah pahlawannya yang gagah berani Old Shatterhand dan Kara Ben Nemsi. Meskipun belum pernah melihat Amerika dan Timur Tengah tetapi menurut penyelidikan para ahli semua buku-buku yang telah ditulisnya dapat dipertanggungjawabkan. Dr. Karl May telah mengarang lebih dari tujuhpuluh buku yang diterjemahkan dalam beberapa bahasa. Di Jerman saja bukunya telah dicetak sebanyak lebih dari dua belas juta. Pada hari-hari tuanya dan sesudah buku-bukunya dikarang barulah ia dapat melihat benua Amerika. Ia meninggal pada tanggal 30 Maret 1912.[..] Keterangan: Dikutip dari Halaman Belakang buku Pemburu dari Rio Pecos terbitan Pustaka Dua Tiga, Semarang, ca. 1960.

KATA PENGANTAR Nama Dr. Karl May sebagai pengarang buku-buku lektur sangat populer pada pembaca tua dan muda di Eropah Barat pada zaman sebelum Perang Dunia II. Ceritera-ceriteranya bukanlah rentetan peristiwa yang seram di mana darah mengalir dan kekejaman ditulis secara realistis, akan tetapi mengandung romantik yang sehat, tindakan yang jantan dan secara kesatria, diseling dengan humor dan gambaran cinta kepada alam terbuka. Sangatlah dipuji caranya melukiskan tokoh-tokoh beserta wataknya dan unsur-unsur pendidikan bagi pembaca-pembacanya. Oleh sebab itu tidaklah mengherankan, bahwa semua hasil karyanya tetap mengasyikkan yang membacanya. Banyak pembaca bertanya-tanya, adakah penulis ulung itu pernah mengunjungi negeri-negeri yang diceriterakannya dan adakah petualangannya itu sungguh-sungguh dialaminya? Dr. Karl May meninggal dunia pada tanggal 12 Maret 1912. Dari surat menyuratnya, catatancatatannya dan surat-surat jalannya dapat ditarik kesimpulan, bahwa ia telah menjejajah seluruh Eropah dan bahwa ia telah dua kali bepergian ke Amerika yakni dalam tahun 1863 dan 1869. Selanjutnya ia mengadakan perjalanan ke Aljazair, Tunisia dan jazirah Arab. Pada tahun 1899 ia mengunjungi Mesir, Syria dan Palestina sampai ke gurun-gurun. Pada tahun 1908 ia pergi lagi ke Amerika dan Canada dan hidup selama beberapa waktu bersamasama dengan orang-orang Indian. Menurut temannya, soorang ahli bahasa, Dr. Karl May memang mengenal beberapa bahasa asing dan bahasa suku, di antaranya: bahasa Turki, Persia, Arab, Indian, Inggeris, Portugis, Spanyol dan Latin.

Banyak tanda mata dan kenang-kenangan disimpan di rumahnya di Radebeul dekat Dresden (Jerman) di antaranya bedil-peraknya dan bedil-pembunuh beruangnya. Ia telah pergi, tetapi karyanya tetap hidup. [..] KETERANGAN: Disalin dari Kata Pengantar buku-buku Karl May terbitan Pradnyaparamita ca 1960-1980-an

Karl Friedrich May (Tahun 1842-1874)


Written by Administrator

Wednesday, 17 December 2003

1842 Karl May lahir pada hari Jumat, 25 Februari 1842 pukul 10 malam, dan dibaptis keesokan harinya di Gereja Lutheran-Pengabar-Injil St. Trinity [St. Trinitatis] di Ernstthal. Dia adalah anak kelima dari Heinrich August May, seorang penenun berusia 32 tahun, dan istrinya Christiane Wilhelmine Weise, 27 tahun. Rumah tangga keluarga May mengalami kesengsaraan yang hebat kemelaratan, bahkan seringkali kelaparan. Dari empat orang kakak perempuannya, hanya yang berusia empat tahun, Auguste Wilhelmine, yang masih hidup. Pada tahun ini terjadi musim panas yang amat kering dan panas. Hujan tidak turun sejak musim tanam sampai enam-tujuh minggu berikutnya dan hampir sepanjang musim panas itu tak ada tanda-tanda hujan. Dampak kurangnya air begitu jelas sehingga sebagian besar gandum tak dapat digiling dan akibatnya harus ditebas Peternakan luar biasa menderita dan sebagian besar ternak menjadi kurus dan lemah dan harus disembelih (Keterangan gambar: Tampak depan dari rumah kelahiran di Hohenstein-Ernstthal tahun 1910. Di 1983 dipugar, dan pada 12 Maret 1985 dibuka dan dijadikan Museum. Di sini buku edisi Pradnyaparamita juga ikut dipamerkan. Museum yang satu lagi di Radebeul dekat Dresden, yaitu Villa Shatterhand yang tersohor itu.) 1843 Karena kurangnya ternak yang layak disembelih, harga daging pun meningkat amat tinggi. Situasi kesengsaraan keluarga penenun ini dapat dibandingkan dengan keadaan di negara-negara sedang berkembang sekarang inikondisi ideal untuk penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kurangnya vitamin dan oleh infeksi; inilah juga yang akan menjadi takdir Karl May. 1844 28 Mei: Adik Karl May, Christiane Wilhelmine, yang kemudian menjadi Ny. Schne, lahir. Di Hohenstein dan Ernstthal kelaparan dahsyat masih melanda: Benar ada beberapa kasus yang terjadi di sini, bahwa orang-orang, yang malu untuk mengemis, sungguh-sungguh mati karena kelaparan. Karena bukanlah hal yang jarang terjadi, khususnya dalam keluarga dengan banyak anak, bahwa seringkali selama beberapa hari tak ada bahkan sepotong roti pun untuk dimakan, dan sedikit kentang yang dimasak bersama kulitnya dan dimakan dengan garam seringkali merupakan satu-satunya makanan mereka yang kurang beruntung itu. Tapi hampir di banyak keluarga, kentang juga menghilang, atau semakin berkurang, dan demikianlah penderitaan karena kelaparan, dan tindakan meminta-minta, jadi tak terhindarkan Sungguh memilukan hati melihat orang-orang kurang beruntung yang mengenaskan itu, dengan wajah pucat dan cekung, dengan mata sayu yang sarat beban, yang sudah tidak lagi memancarkan kehidupan menyeret diri mereka seperti bayang-bayang Nampaknya kekurangan vitamin A adalah sebab utama terganggunya penglihatan Karl May (buta dalam kondisi pencahayaan yang kurang, hemeralopia). Sejak saat itu, dia menderita cacat visual yang parahdimulainya Xerophthalmia menyerang penglihatannya.

1845 Kondisi Karl May semakin buruk: kelopak matanya tertutup dan bengkak (Blepharitis), diikuti dengan radang. Dia tidak dapat membuka matanya selama waktu yang cukup panjang. Karena itu dia menjadi buta dan lupa untuk melihat. Kemudian dia juga tidak dapat lagi mengingat kesankesan visual yang pernah didapatnya dulu. Dokter yang baik tidak terjangkau oleh kondisi keuangan keluarga, dan pada saat itu asuransi kesehatan belum lagi ada. Dalam autobiografinya, Mein Leben und Streben [My Life and Aspirations], May menggugat perdukunan yang membinasakan yang dirasanya telah menjadikannya korban. Kemungkinan besar kelopak matanya yang tertutup telah diobati secara tidak efektif dengan salep mata dan diperban: usaha mencari peluang sekecil apa pun untuk melihat meskipun hanya sebentar, dengan cara demikian sama sekali tidak dapat dilakukan. Aku dapat merasakan orang-orang dan benda-benda, mendengar, dan mencium bau-bauan dengan mudah; namun itu tidak cukup untuk membayangkan bagaimana rupa dan bentuk mereka. Aku hanya dapat menerka. Seperti apa seseorang, seekor anjing, sebuah meja terlihat, aku tidak tahu; aku hanya dapat membuat gambaran tentang rupa dalam mereka, dan gambaran itu tetap ada dalam benakku. Ketika seseorang berbicara, aku bukan mendengarkan tubuhnya tetapi jiwanya. Bukan bentuk luarnya, tapi isi dalamnyalah yang menghampiriku. Karl berada dalam perawatan telaten neneknya dari pihak ayah, Johanne Christiane May. Beliau meninggalkan kesan mendalam terhadap cara berpikir dan dunia anak lelaki yang penuh gairah ini dengan dongeng-dongengnya yang memesona. Bulan-bulan berikutnya menjadi sumber bagi daya khayal May yang amat kaya. Pindah ke rumah Carl August Knobloch, seorang penenun. Pada 15 Agustus ibu May mulai mengikuti kursus perbidanan yang akan berlangsung selama enam bulan. 1846 13 Februari: Ibu May menjalani ujian di Akademi Bedah (Kurlnder Palais) di Dresden dengan hasil lulus dengan memuaskan. Mata putranya yang buta juga dirawat dengan baik di sana oleh Profesor Haase dan GrenserKarl May belajar untuk melihat. Bagiku yang ada hanya jiwa, tak ada yang lain selain jiwa. Dan tetap demikian, bahkan setelah aku belajar untuk melihat, sejak masa mudaku sampai hari ini. Inilah yang membedakan aku dengan yang lain. Inilah kunci dari buku-bukuku. Inilah penjelasan bagi segala yang patut dipuji dan segala yang patut disalahkan dalam diriku. Hanya orang yang pernah buta dan mendapatkan penglihatannya kembali, dan hanya orang yang memiliki dasar yang kokoh dan dunia batin yang luar biasa seperti itu sehingga ia kemudian, setelah dapat melihat kembali dan selama sisa hidupnya, menguasai dunia jasmaninya, hanya dialah yang dapat memihak pada segala yang kurencanakan, yang telah kulakukan dan yang telah kutulis, dan hanya dialah yang memiliki kemampuan untuk mengritikku, dan bukan yang lain! Penelitian terakhir menunjukkan bahwa di Dresden pulalah penyakit rakhitisnya, yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D, berhasil diobati. Tentang hal ini May menulis dalam autobiografinya: Aku belajar melihat dan pulang, karena yang lain pun sembuh pula, ke rumah. Tanggal 19 Maret ibu May dipekerjakan sebagai bidan oleh dewan kota Ernstthal.

1847 Karl May direnggutkan dari dunia dongeng-dongeng neneknya. Sistem pendidikan keras yang diterapkan ayahnya mengguncang jiwa May sebab mulai sekarang: Di bangku sang penenun yang tanpa sandaran itu tergantung seutas tali berjalin tiga, yang meninggalkan lebam biru, dan di belakang oven ada Johny-si pohon yang terkenal, terutama ditakuti oleh kita anak-anak karena ayah suka merendam talinya terlebih dahulu dalam panci besar berisi air hangat sebelum menghajar kita, untuk membuatnya lebih elastis dan menyakitkan. 2 Juni: Adiknya, Ernestine Pauline, lahir.

1848 Paskah: Karl May masuk sekolah. Kelas-kelas di SD Ernstthal penuh sesak; satu guru punya kira-kira 90 murid untuk diajar. Apa yang tidak dipelajari Karl di sana, dicekokkan kepadanya oleh ayahnya. Anak ini harus memperoleh kehidupan yang lebih baik. Dengan cara demikian selama tahun-tahun berikutnya Karl dipaksa untuk membaca buku-buku yang tak kepalang banyaknya, sebagian adalah buku-buku ilmu pengetahuan, yang diperintahkan ayahnya. Waktu luang yang tersisa dihabiskan Karl bersama ayah baptisnya, seorang yang gemar bepergian ke manamana, Smith Christian Weipflog, mendengarkan kisah-kisahnya yang eksotis. (Keterangan gambar: Bangunan sekolah tempat Karl May mengenyam pendidikan). 1849 Karl May menjadi penabuh drum di pasukan Milisi Ketujuh Ernstthal, tempat ayahnya bertugas sebagai kopral pertama. Ayahnya melatih dan mengujinya dalam berbagai permainan perang. 9 Juni: Adik May Karoline Wilhelmine lahir, kelak menjadi Ny. Selbmann. 1850 Buku karya Ferry, Le Coureur des Bois [Der Waldlufer], yang kemudian ditulis ulang untuk konsumsi anak muda oleh May ketika berusia 29 tahun, terbit. 1851 Diduga dalam tahun ini: pindah ke rumah kepala penenun Selbmann: Teater boneka di Ernstthal. Kini datanglah hari ketika suatu dunia terbuka bagiku, yang takkan membiarkanku goyah lagi. Teater telah tiba. Sekalipun hanyalah teater boneka menyedihkan yang amat biasa, itu tetaplah sebuah teater. Mereka melangsungkan pertunjukan di rumah kepala penenun. Tempat duduk terbaik berharga tiga peni, kemudian dua peni, dan selanjutnya satu peni, anak-anak membayar separuh harga. Aku diizinkan untuk datang bersama nenekku. Kami membayar lima belas Pfennig untuk membeli dua tiket bagi kami. Mereka memainkan Mawar Sang Tuan Tanah atau Pertempuran di Jena. Mataku berkobar; semangatku menyala-nyala. Boneka, boneka, boneka! Namun bagiku mereka hidup. [My Life and Aspirations, h.55]. 7 April: Hari kelahiran adik lelakinya, Heinrich Wilhelm; dia meninggal beberapa bulan kemudian pada tanggal 20 September. Tanggal 30 November nenek May dari pihak ibu, Christiane Friederike Weise, meninggal dunia dalam usia 64 tahun. 1852 16 Agustus: Adik May Anna Henriette lahir; dia juga meninggal terlalu cepat, hanya berusia beberapa minggu, pada tanggal 4 September. 1853 Kesalahan parah pendidikan yang dimulai oleh ayah May, dengan mencekokkan pengetahuan pada anaknya, pada tahun ini mencapai puncaknya. Karl May menulis dalam bab yang dengan tepat sekali diberinya judul Tanpa Masa Muda dalam autobiografinya: Dia membawa serta segala hal yang bisa disebut bahan pelajaran, tanpa adanya kemampuan untuk menetapkan pilihan atau membuat garis batas yang tepat untuk diikuti. Dia membawa segala yang ditemukannya kepadaku. Aku harus membacanya atau bahkan menyalinnya, karena dia pikir dengan demikian aku dapat lebih mengingatnya. Entah apa segala yang harus kupelajari! Bukubuku doa tua, buku-buku aritmetika, artikel-artikel biologi, makalah-makalah ilmu pengetahuan yang tak kumengerti sepatah kata pun. Aku harus membuat catatan dari sebuah buku geografi Jerman setebal 500 halaman terbitan tahun 1802 agar dapat lebih mengingat data-data yang

tercantum di dalamnya. Semua itu tentu saja sudah tidak terpakai lagi! Setiap hari aku duduk sepanjang siang sampai malam untuk menjejalkan semua hal yang tak berguna dan tak perlu itu ke dalam kepalaku. Sungguh beban berat dan berlebihan yang tiada tara. [My Life and Aspirations, h.53] 1854 Karl May mengambil les bahasa secara privat, yang harus ia biayai sendiri. Berusia dua belas tahun sekarang, dia harus bekerja sebagai pemungut bola bowling-sembilan-pin di pub Engelhardt di dekat Hohensteinkadangkala sampai tengah malam! Di sana ia menemukan perpustakaan: Rinaldo Rinaldini, Sang Kepala Perampok, Himlo Himlini, Kepala Perampok di Spanyol, Sallo Salini, Kepala Perampok Paling Hebat, adalah nama-nama pahlawan yang menjadi pujaannya. 5 Mei: Hari lahir adiknya Karl Hermann, yang meninggal tanggal 15 Augustus tahun itu juga. 1855 3 Juli: Adik May, Karl Heinrich, lahir; ia pun meninggal tak lama kemudian pada 30 Oktober. 1856 Lari dari kenyataan! Buku yang kubaca berjudul Gua Perampok di Sierra Morena atau Penyelamat Kaum Terbuang. Ketika ayah pulang dan sudah pergi tidur, aku bangun dari tempat tidur dan menyelinap keluar dan berpakaian. Kemudian aku menulis sebuah pesan: Kau tak perlu mengistirahatkan tanganmu sampai keduanya berdarah; aku pergi ke Spanyol, mencari bantuan! Aku meletakkan catatan itu di atas meja, memasukkan sepotong roti kering dan beberapa penny upah kerjaku ke dalam saku, menuruni anak tangga, membuka pintu, sekali lagi menarik nafas yang bercampur isakan dalamdalam tapi diam-diam, diam-diam, sehingga tak seorang pun dapat mendengar, dan pergi dengan langkah gontai ke arah pasar dan keluar di Niedergasse, di jalan Lungwitzer, yang setelah melalui Lichtenstein mengarah ke Zwickau, menuju Spanyol, masuk ke Spanyol, tanah para perampok mulia, yang menolong mereka yang membutuhkan. [My Life and Aspirations, h.79] Karl tidak pergi jauh, ayahnya yang cemas membawanya pulang. Tidak pernah aku merasakannya sejelas saat itu, betapa dia sungguh-sungguh mencintaiku. [h.93] Hari Minggu sebelum Paskah, 16 Maret: Karl May dibaptis. Hari puasa mengenang Santo Michael. 29 September: Dia menjadi siswa seminari di Institut Keguruan di Waldenburg. Pelajarannya dingin, keras, dan sukar. Tak ada setitik pun warna puisi. Bukannya membuat orang gembira, terinspirasi, malahan memuakkan. Pelajaran agama adalah sedemikian sehingga pada akhirnya orang tidak mungkin menjadi antusias tentang dirinya sendiri. [h.95] Pada tanggal 22 November Emma Lina Pollmer lahir, istri pertama May, di Hohenstein; ibunya meninggal dunia pada tanggal 4 Desember karena infeksi sehabis melahirkan. 1857 Karl May jatuh cinta pada seorang gadis lima belas tahun dari Ernstthal, Anna Preler. Dia menggubah lirik dan menulis musik sebuah lagu cinta, yang dinyanyikannya dengan iringan gitar: Jauh darimu, Aku bersamamu Dan di mana pun kau berada, Kau bersamaku. Melepaskanmu pergi, tak dapat itu kuperbuat, sbab kaulah segalanya bagiku, kaulah cahaya hidupku! 21 November: Adik May, Maria Lina, lahir; dia meninggal pada 13 Desember.

1858 Pada bulan Juli Anna Preler yang sekarang enam belas tahun menikah dengan seorang pramuniaga toko bernama Carl Hermann Zacharias, yang dengannya Anna berharap memperoleh anak. Dukanya lama mengendap dalam diri Karl May, ia tidak akan pernah dapat mengatasinya. May menulis cerita Indian pertamanya dan mengirimkannya pada majalah Gartenlaube. Ernst Keil, editornya, menolak karyasekarang hilangawal ini. 1859 Bulan November May bertanggung jawab terhadap penerangan di Institut Keguruan di Waldenburg. Pada kesempatan itu dia mengutil enam batang lilin, yang rencananya akan ia gunakan untuk pohon natal di rumah bobok orangtuanya. Tanggal 21 dan 22 Desember skandal ini diketahui oleh direktur institut, Schtze. 1860 28 Januari: Dikeluarkan dari Institut Keguruan. 4 Maret: Adik May, Emma Maria, dilahirkan; dia meninggal pada 5 Agustus. 6 Maret: Didukung oleh pendeta bagi kalangan rendah Ernstthal, Schmidt, May mengajukan permohonan kemurahan hati pada Menteri Pendidikan Saxon. Direktur Institut Schuetze, yang sementara itu menyesali sikap kerasnya, memberikan rekomendasi positif. 4 Juni: May diizinkan melanjutkan pendidikannya di Institut Keguruan di Plauen. Di sana dia menderita, seperti juga kebanyakan teman sekolahnya yang lain, karena sistem mata-mata yang diterapkan para direktur sekolah; mereka tertarik akan kehidupan seksual murid-murid. 1861 9, 10, dan 12 September: May menyelesaikan ujian akhirnya. 13 September: Meninggalkan sekolah dengan ijasah bertanda lulus. May aktif sebagai guru-sementara hanya dari tanggal 7 Oktober sampai 19 Oktober di Glauchau. Terjadi kericuhan dengan bapak semangnya yang cemburu, Ernst Theodor Meinhold. Usahawan ini mengejutkan May, karena May mencium istrinya yang berusia sembilan belas tahun, Henriette, yang belajar piano pada May. Meinhold melaporkan percintaan ini kepada Inspektur Carl Wilhelm OttoKarl May dipecat saat itu juga. Kedudukannya yang berikut sebagai guru menjadi sebab kehancuran May. Di Altchemnitz, di mana dia bekerja dari 6 November sebagai guru pabrik di Firma Solbrig, dia harus membagi pojok tempat tinggalnya, satu ruangan dan satu kamar tidur, dengan staf pembukuan mereka, Julius Hermann Scheunpflug. Sampai saat itu dia memiliki keduanya bagi dirinya sendiri; dan sekarang aku harus tinggal bersamanya Karena itu dia kehilangan kenyamanannya Dari orangtuanya dia mendapat sebuah jam saku baru. Jam yang lama, yang tidak lagi dia butuhkan, tergantung tak terpakai pada paku di dinding. Jam itu bernilai paling banyak dua puluh mark. Dia menawariku untuk membelinya, karena aku tak punya jam; namun aku menolak, sebab kalau aku ingin membeli jam, tentunya sebuah jam yang baru dan lebih bagus. Tentu saja itu masih lama, karena aku harus melunasi dulu hutanghutangku. Kemudian dia sendiri menawarkan padaku untuk membawa jamnya yang lama kalau aku pergi ke sekolah, karena aku diwajibkan untuk tepat waktu. Aku setuju dan berterima kasih padanya. Mulanya aku langsung menggantung kembali jam itu di paku segera setelah pulang dari sekolah. Kemudian menundanya sebentar; aku menyimpannya selama beberapa jam di sakuku, sebab untuk setiap saat menunjukkan bahwa jam itu bukan milikku, bagiku kelihatannya bukanlah rajin, tapi menggelikan. Pada akhirnya aku membawanya bahkan kalau aku pergi keluar dan menggantungnya hanya di malam hari, setelah aku pulang, pada tempat dan posisinya. Hubungan yang benar-benar bersahabat atau bahkan sekedar ramah tidak pernah terjadi di antara kami. Dia menoleransiku karena keharusan dan dari waktu ke waktu dengan sengaja dia membuatku tahu, bahwa dia tidak suka membagi flatnya. [Life, h.103f]. Liburan Natal dimulai. Pada 24 Desember May bergegas dari sekolah langsung ke stasiun kereta

dan menempuh perjalanan pulang; dia membawa jam itu. Di sana dia ditangkap. Dia disangka mencuri jam itu, sebuah pipa tembakau dan kotak rokok dari rekan sekamarnya. May terperanjat: Dengan tolol aku mulai menyangkal memiliki jam itu; namun demikian setelah digeledah memang ditemukan. Jadi dusta itu menghancurkanku alih-alih menyelamatkanku; dan memang selalu begitu; aku adalah seorangpencuri! [h.107] Penjelasan May dapat dipercaya. Melalui tipu daya keluguan si staf pembukuan di tahanankarir profesional hancur! Kejadian ini berdampak padaku seperti sebuah pukulan, seperti pukulan pada kepala, yang dengan kekuatannya orang terpuruk jatuh. Dan aku pun roboh! [h.109] 1862 May kemungkinan besarprosesnya tidak berlangsung lamadihukum karena penggunaan secara tidak sah barang milik orang lain sesuai dengan Pasal 330 Ayat 3 Hukum Jerman. Hukuman paling berat dijatuhkan: enam minggu penjara. Permohonan grasi ditolak. Dari 8 September sampai 20 Oktober: Tinggal di penjara di Chemnitz. Menurut penafsiran hukum sekarang May seharusnya tidak dipenjara. Pukulan fatal ini mengakibatkan dijatuhkannya larangan permanen untuk menjadi guru. 6 Desember: May dipanggil untuk menjalani ujian dinas militer dan ternyata tidak layak untuk berdinas. 1863 May tampil dalam malam hiburan musik-puisi di Ernstthal. Biaya hidupnya dia cukupi dengan bekerja sebagai guru les privat. Karena itulah pada 12 Februari dia dilaporkan kepada sekolah keguruan; penilik sekolah mengetahui hal itu melalui sebuah surat dari pendeta warga Ernstthal, Schmidt, tanggal 20 Maret. 20 Juni: Nama May dihapus dari daftar kandidat guru Saxon. Memberikan pelajaran privat tegastegas dinyatakan terlarang baginya. Keberadaannya sebagai warga masyarakat ditakdirkan untuk gagal. Rasanya seolah-olah aku sudah membawa pulang, dari penjara di mana aku menghabiskan enam minggu yang panjang di dalamnya, segerombolan besar karakter kriminal tak terlihat yang berusaha hidup berdampingan denganku dan menjadikanku salah satu dari mereka. Aku tidak melihat mereka; aku hanya melihat sosok gelap menyeringai dari rawa rumah dan dari novel-novel picisan Hohenstein; mereka bicara padaku, mereka mempengaruhiku. Dan ketika aku berjuang melawan, mereka bicara makin keras sampai membuatku tuli dan jemu, untuk mengurangi kekuatanku menolak. Gagasan utamanya adalah agar aku membalas dendam, membalas dendam pada si empunya jam yang melaporkanku hanya untuk mengeluarkanku dari flatnya, membalas dendam pada polisi, membalas dendam pada hakim, membalas dendam pada pemerintah, pada manusia, pada semua orang! Aku adalah seorang tokoh panutan, putih, murni dan tak berdosa bagai domba. Dunia mencuri masa depanku, kebahagiaan hidupku. Bagaimana? Dengan menyisakan apa yang telah mereka perlihatkan tentang diriku, yaitu seorang kriminal. Inilah yang diperintahkan oleh penggoda yang diam dalam diriku agar kulakukan Aku menolak semampuku, sekuat sisa tenagaku. Aku memberi segala yang kutulis pada saat itu, khususnya kisah-kisah pedesaanku, suatu kesadaran etis, suatu kepatuhan hukum yang kuat, suatu kecenderungan sikap setia-pada-raja. Aku melakukannya bukan hanya untuk memberi sandaran bagi orang lain, tapi juga bagi diriku sendiri. Namun betapa sulitnya, betapa tak berkesudahan sulitnya itu bagiku! Tatkala aku tidak berbuat seperti yang diperintahkan suara nyaring dalam diriku itu, aku dibanjiri dengan tawa mengejek, dengan sumpah dan kutukan, yang berlangsung bukan dalam hitungan jam, tapi sepanjang malam dan setengah hari. Aku melompat dari tempat tidurku untuk melarikan diri dari suara-suara itu, dan lari keluar ke tengah hujan dan badai salju. [Life, h.117f.] Bahwa May benar-benar menderita gangguan psikologi yang berat, lari keluar pada malam hari di tengah hujan, terlihat dari puisi yang ditulisnya pada masa itu:

Tahukah engkau malam yang menyelimuti bumi, Dengan angin yang bersuit dan banjir bandang; Malam pekat, yang tak memberi tempat pada kerlip bintang, Tiada mata dapat menembus tebal dinding cuaca? Bahkan jika malam ini kelam, di pagi hari ada perlindungan; O berbaringlah tenang dan tidurlah tanpa takut! Tahukah engkau malam yang menyelimuti hidup, Kala maut menangkapmu di kubu terakhirmu; Panggilan keabadian makin dekat terdengar, Dan rasa takut hentikan debar jantungmu? Bahkan jika malam ini kelam, di pagi hari ada perlindungan; O berbaringlah tenang dan tidurlah tanpa takut! Tahukah engkau malam yang menyelimuti benakmu, Yang sia-sia berseru, Keselamatan! Ular malam melata ke dalam kenangan Dan seribu iblis meludah dalam otakmu? O terjagalah dalam kengerian yang tiada lelap, Sebab inilah malam yang tak kenal pagi! Mulanya May berhasil berjuang melawan seribu iblis ini. Dia menulis bagi paduan suara Ernstthal, Lyra, satu seri lengkap komposisi musik karyanya sendiri. 1864 May didaftarkan untuk tinggal di Nausslitz, dekat Dresden. Tak ada yang diketahui tentang masa itu. Di paruhan kedua tahun itu kemungkinan besar May mengikuti rombongan teater yang berkeliling wilayah Saxon dan menjalin hubungan asmara dengan seorang balerina dari teater itu dan grup balet H. Jerwitz dari Leipzig. Hampir 21 bulan berlalu sejak hukuman penjara enam-minggu May di Chemnitz. Sekarang dia kehilangan kesabarannya: Malam ini [dalam jiwaku] tidaklah gelap pekat, ada sinar samar-samar. Dan anehnya sinar itu hanya mencapai jiwa, tapi tidak mencapai roh. Jiwaku sakit, tapi tidak pikiranku. Aku memiliki kemampuan untuk memahami kesimpulan logis, untuk memecahkan soal matematik. Aku memiliki pengetahuan yang amat teliti tentang segala yang ada di luar diriku, tapi begitu mereka datang mendekat, masuk dalam suatu hubungan, pemahamanku hilang. Aku ada dalam keadaan tak mampu memperhatikan diri sendiri, memahami diri sendiri, melindungi dan mengatur diri. [Life, h.111] Pada 9 Juli, seribu iblis membawa Karl May ke Penig. Di sana dia menyebut dirinya dr. Heilig, seorang dokter mata dan tadinya berdinas dalam kemiliteran dari Rochlitz. Dia mengambil beberapa pakaian yang dijahitkannya untuk dipas dan menghilang tanpa membayar. Sebelum pergi dia menulis resep dalam bahasa Latin untuk seorang pemuda yang sakit mata. 16 Desember: Di Chemnitz May muncul sebagai guru seminari Ferdinand Lohse dan menyewa dua kamar yang saling berhubungan di Hotel Zu goldener Anker. Di sana dia mengantarkan berbagai mantel bulu wanita. Dia membawa mantel-mantel itu ke ruang sebelah kepada Direktur yang sakit dan kemudian menghilang bersama mantel-mantel bulu itu. 1865 28 Februari: Di Gohlis May tinggal di rumah seorang buruh pabrik, Schule. Pada 20 Maret dia mengunjungi, sebagai Coppersmith Hermes si pelindung kaum pencoleng dan saudagar, pembuat pakaian bulu Friedrich Erler dan mencuri darinya sebuah pakaian bulu bermutu tinggi. Sehari kemudian ia menggadaikan pakaian bulu itu pada seorang pedagang perantara di Leihhaus yang sama sekali tak menaruh curiga. Dalam suatu usaha untuk mengambil perolehannya, May ditangkap pada tanggal 26 Maret di Rosenthal, suatu kawasan taman di antara Gohlis dan Leipzig, ketika kapak di balik jaketnya kelihatan berkilau. Di ruang kantor ia hampir tak bergerak dan tampak tidak bersemangat hidup dan juga, setelah dokter polisi dipanggil masuk, dia tidak berbicara. Sikap demikian apatis yang dicatat dalam berkas perkara itu membuat orang berpikir! Selang beberapa waktu kemudian barulah May memberikan reaksi, berbicara dan mengakui semuanya.

8 Juni: May dijatuhi hukuman empat tahun satu bulan penjara oleh pengadilan wilayah di Leipzig karena berulang kali menipu. Pada 14 Juni ia diantarkan ke penjara Schlo Osterstein. Sekarang May adalah tahanan No. 171. Dia diperbantukan pada sebuah kantor, namun demikian gagal mengerjakan tugas karena kelemahan psikologi. 19 September: Nenek tukang-dongeng May meninggal dunia dalam usia 85 tahun. 1866 May diperbantukan pada pembuatan uang dan dompet rokok. 1867 Penyelia Friedrich Ghler melihat bakat musik May. May meningkat menjadi pemain trombone dan menjadi anggota paduan suara gereja penjara. Diduga menjelang akhir tahun dia menjadi jurutulis khusus bagi Inspektur Kreil dan dipindahkan ke blok terpisah. Adanya perpustakaan penjara yang besar mengubah masa tahanannya menjadi suatu masa belajar. 1868 Karya sastra muncul: Repertorium C. May. 2 November: May, karena tingkah laku yang baik, sebagai hasil dari pengampunan yang amat murah hati, dibebaskan dari penjara 253 hari lebih awal dari perkiraan semuladengan sertifikat layak dipercaya. Di rumah dia mendengar tentang kematian nenek tukang-dongengnya. Berita ini mengguncang kembali keseimbangan psikologisnya. Penderitaan yang dulu terulang lagi, siksaan yang dulu, pergumulan yang dulu dengan kekuatan yang tak dapat dimengerti, yang bahkan jauh lebih berbahaya karena aku sama sekali tak dapat mengetahui, apakah mereka adalah bagian dari diriku atau bukan. seperti sebelumnya mereka menuntut agar aku membalas dendam. Sekarang bahkan dengan hak untuk membalas dendam bagi diriku sendiri, atas waktu berharga yang hilang di penjara! [Life, h.157] May berusaha melarikan diri dari kekuatan yang tak dapat dimengerti itu. Dia menulis untuk penerbit Dresden, Mnchmeyer, beberapa naskah yang sekarang hilang. 1869 Kira-kira pada awal tahun May mulai mengenal seorang gadis pelayan bernama Auguste Grler dari Raschau. Dari kedekatan ini timbullah kisah cinta. Pada 29 Maret May melakukan razia uang palsu di Wiederau sebagai seorang letnan polisi dari Wolframsdorf di Leipzig di kediaman seorang pramuniaga toko, Carl Reimann. Menyatakan menemukan sejumlah uang palsu, dia membawa Reimann untuk diinterogasi ke sebuah penginapan dan kemudian menghilang tanpa jejak. 10 April: May kembali melakukan razia uang palsu di rumah seorang pembuat tali, Krause, di Ponitz. Aksinya gagal. May mendapat perlawanan dengan sepucuk pistol saku berlaras dua yang terkokang dan memutuskan untuk lari melintasi padang. Dia selalu dalam penyamaran dan memakai janggut palsu. Di Ernstthal dia memberikan kesan bahwa dia beremigrasi ke Amerika. Dari 3 Mei sampai 5 Mei May berada di Jhstadt; di sana dia mengunjungi teater pada tanggal 3 Mei malam. Hari Pentakosta, 16-17 Mei: Di Schwarzenberg May menjumpai kekasihnya Auguste Grler untuk terakhir kalinya. Pada tanggal 27/28, May menjadikan Eisenhhle [sebuah gua di hutan], di arah utara Hohenstein, sebagai tempat tinggalnya. Dengan sebuah kereta bayi (!) dia memindahkan barang-barang aneh ke sana, yang diduga dicurinya dari ayah baptisnya Weipflog. 31 Mei: Di Limbach May mengambil satu set bola billiard dari restoran Victor Reinhard Wnschmann dan berangkat ke Chemnitz untuk menjualnya, namun gagal karena kesigapan dua orang polisi. 3/4 Juni: Di sebuah kandang di Brunsdorf May mencuri dari pemilik penginapan Schreier seekor kuda sekaligus dengan sebuah kekang, cambuk untuk berkuda, dan ikat leher; lalu kabur

mengendarai kuda itu. Beberapa jam kemudian usahanya untuk menjual si kuda kepada seorang tukang jagal mengalami kegagalan. 15 Juni: Di Mlsen St. Jacob May menyamar sebagai Wakil pengacara Dr. Schaffrath di Dresden dan membujuk Wappler si tukang roti untuk pergi ke Glaucau mengurus suatu masalah warisan. Sementara itu May memperkenalkan dirinya kepada istri si tukang roti yang tinggal di rumah sebagai petugas polisi dan menyita 28 taler sebagai uang palsu. Di akhir Juni May mencuri dari lorong bowling restoran Engelhardt di Hohenstein sebuah handuk dan pipa tembakau. Pada 2 Juli pukul 3 dini hari, dia ditemukan sedang tidur di sana dan setelah melakukan perlawanan singkat berhasil dikuasai dan dibawa ke penjara di Wiederau. 5 dan 15 Juli: Konfrontasi di Wiederau dan Mlsen St. Jacob. 26 Juli: Dalam perjalanan menuju konfrontasi lebih lanjut di Braeunsdorf May melarikan diri dari para pengawalnya; dia berhasil memutuskan belenggu besinya. Walaupun pencarian besar-besaran diadakan di hutan-hutan sekitar Hohenstein pada 6 dan 7 Agustus, May tetap bebas. Di akhir musim panas dia muncul di Siegeldorf dekat Halle. Dia memperkenalkan dirinya sebagai Heichel, penulis dari Dresden, kemudian sebagai putra kandung Pangeran Waldenburg, dan menemui Malwine Wadenbach, seorang pengurus rumah yang sudah dikenalnya sejak sebelumnya. Selanjutnya May diketahui berada di Ellersleben, Plnitz, dan Coburg. 1870 4 Januari: Di Niederalgersdorg (Bohemia) May ditangkap sebagai gelandangan di sebuah gudang. Dia menyebut dirinya sebagai Albin Wadenbach, tuan tanah dari Orby di pulau Martinique, Hindia Barat. Sebuah foto membuat ia ditahan. 14 Maret: May dibawa ke penjara di Mittweida. Pada 13 April dia dijatuhi hukuman oleh pengadilan wilayah di Mittweida: oleh karena pencurian dan penipuan biasa dan licik, penipuan dengan keadaan mengganggu, juga karena berulang kali melakukan pencurian dan pemalsuan yang melanggar hukum, dengan pertimbangan bahwa dia bersalah dalam tingkah laku, dia patut dijatuhi hukuman penjara selama 4 tahun dan menanggung biaya pemeriksaan. Karena ahli hukum yang dihormati Professor Dr. Claus Roxin membuktikan, tidaklah dapat ditiadakan, bahwa May menderita gangguan kesadaran, yang dapat meniadakan tanggung jawab kriminalnya menurut paragraf 51 StGB [Hukum Jerman] atau paling tidak sangat mengurangi tanggung jawabnya. [Karl May: Hukum dan Kepustakaan Kriminal, Tbingen 1997, h.47] Menurut penelitian terakhir oleh Dr. William E. Thomas, seorang dokter Australia, May menderita Kekacauan Kepribadian Terpecah dan oleh karena itu tidak bersalah. 3 Mei: Pelaksanaan hukuman kurung di penjara Waldheim. May sekarang adalah tahanan No. 402 dan dimasukkan dalam isolasi. Paling tidak 13 jam sehari dia bekerja sebagai pembuat rokok. Mungkin pada mulanya si No. 402 ini tidak memenuhi kewajiban kerjanya, sebab diduga oleh karena masalah disiplin ini dia dihukum dengan pengurangan gaji. 1871 Menurut peraturan penjara di Waldheim, karya May di bidang sastra sama sekali dilarang! Alat-alat tulis akan diberikan kepada para tahanan dalam jumlah yang berbeda bagi setiap individu sesuai dengan yang dianggap perlu oleh Institusi setelah menerima pembayaran, seperti halnya amplop, yang ke dalamnya setiap surat harus dimasukkan. Membawa lebih banyak alat-alat tulis adalah terlarang. Setiap tahanan harus mengembalikan sejumlah berapa pun kertas yang diberikan kepadanya, yang sudah ditulisi maupun yang masih bersih, demikian juga tinta dan pensil. [Paragraf 50] Indikasi bahwa May menderita sakit jiwa dalam penjara sehubungan dengan keadaannya yang terisolasi, seperti yang kadang disinggung dalam literatur tambahan, sama sekali tidak ada. Peristiwa seperti itu pastilah tercermin dalam karyanya; padahal bukan demikian halnya. May tidak menderita karena diisolasi, baginya itu malah menyenangkan. 1872

Padri penjara Johannes Kochta menjadi semacam ayah dan teman bagi May. Perjumpaan dengan agama Katolik meninggalkan kesan yang tak lekang dalam diri May; dia menemukan dirinya sendiri. 29 April: Adik May yang berusia 25 tahun, Ernestine Pauline, meninggal dunia di Ernstthal. 1873 Meskipun adalah seorang penganut Lutheran, May memainkan organ di misa Katolik. 1874 Sampai awal Maret May bekerja di perpustakaan penjara. 2 Mei: Dibebaskan dari penjara. Selama dua tahun berikutnya May masih berada di bawah pengawasan polisi. Pemikiran-pemikiran dalam karya-karya selanjutnya menunjukkan bahwa dia mula-mula bekerja sebagai pembantu tukang besi di tempat ayah baptisnya Weipflog. Di musim panas dia menulis Die Rose von Ernstthal. Baca kisah selanjutnya: Karl Friedrich May (Tahun 1875 1912) 1875 Novel May Die Rose von Ernstthal yang diterbitkan pada November 1974 oleh Hermann Oeser di Neusalza, barangkali adalah alasan yang mendorong penerbit H. G. Mnchmeyer mengunjungi May, yang telah dikenalnya sejak tahun 1860-an. Editornya, Otto Freitag, keluar setelah suatu adu pendapat; Mnchmeyer sangat membutuhkan seorang pengganti. 8 Maret: May pindah sebagai Editor ke Dresden-Altstadt; tinggal di Jagdweg, di daerah perusahaan penerbitan itu berlokasi. Di sana dia mengedit harian keluarga Der Beobachter an der Elbe. Di hadapan karyawannya Mnchmeyer selalu memanggil May Doktor. Gelar yang kelak tetap digunakan May ini sedikit pun tidak merubah fakta bahwa pada tanggal 24 Maret dia diusir dari Dresden. May, yang selama satu tahun lagi masih harus berada di bawah pengawasan polisi, dilarang meninggalkan Hohenstein dan Ernstthal tanpa izin! May melanjutkan mengedit Beobachter Mnchmeyer dari Ernstthal. Di sana novelnya Wanda terbit pada akhir Mei. Selanjutnya dia mempersiapkan untuk penerbitnya bagian utama Buch der Liebe, sebuah sekuel dari Venustempel yang terkenal (sebuah cerita tentang pelacuran dan asal mulanya), yang dilarang terbit sejak Desember 1874 di Austria dan kemudian juga di Jerman Raya. Pada awal Agustus May kembali ke Dresden; haknya untuk tinggal di sana sudah diakui. Sementara itu dia bepergian, di antaranya ke Essen dan Berlin, untuk mencari pelanggan di perusahaan Krup dan Borsig bagi harian pekerja yang baru didirikannya, Schacht und Htte. Sejak September May mulai mengasuh, sebagai ganti Beobachter dan berbarengan dengan Schacht und Htte, sebuah majalah populer Deutsches Familienblatt. Mulai pertengahan Oktober terbit kisah Winnetou May pertama, Old Firehand. Kisah-kisah lain dari masa ini: Der Gitano, Inn-nu-woh, Ein Stcklein vom alten Dessauer, Die Fastnachtsnarren, Geographische Predigten. Hubungan May dengan penerbitnya sangatlah akrab. Untuk Natal dia mendapat sebuah piano dari istrinya. 1876 Di awal Januari May pindah ke kediaman Mnchmeyer. Minna Ey, adik Pauline Mnchmeyer, mengurus tempat tinggal pribadi May. Dia seharusnya menjadi tunangan May; akan tetapi penulis yang sedang menanjak dan akan terkenal ini tidak menunjukkan minat sedikit pun. 23 Februari: Penggeledahan di rumah H. G. Mnchmeyer. Polisi menyelidiki karena adanya penjualan tidak sah Venustempel dan Buch der Liebe. 2 Mei: Dengan hari ini berakhirlah masa dua tahun pengawasan polisi atas diri May. Di awal Agustus May membatalkan meneruskan novel Frst und Junker, yang ditulis oleh Friedrich Axmann: Kepada pembaca Deutschen Familienblattes, yang berharap untuk mengetahui takdir selanjutnya dari Dietrich von Quitzow sampai dengan kematiannya, berita ini seharusnya tidaklah mengecewakan, karena penulis topik ini sebaliknya akan memulai sebuah novel yang lebih memesona dan sama mengharukannya: Perjalanan-Perjalanan Terakhir Dietrichs von Quitzow,

yang akan muncul di Feierstunden am huslichen Heerde terbaru Nomor 20, majalah sastra yang diterbitkan Perusahaan Penerbitan Mnchmeyer. [Deutsches Familienblatt, No.49, h.770] Novel Quitzow yang diumumkan itu ternyata sudah dimulai di Feierstunden No. 10 dengan nama penulis Karl May. Di musim panas May dituntut karena peranannya dalam Buch der Liebe. Tuntutan selanjutnya ditujukan kepada Friedrich saudara Mnchmeyer sebagai penerbit, kemudian juga Otto Freitag sebagai editor Venustempel. Dalam situasi ini Pauline Mnchmeyer mendesak May untuk menikah dengan Minna Ey. May dinyatakan tidak bersalah; agaknya dalam Buch der Liebe-nya dia membuat tempat tercela itu tidak terlalu vulgar. Pada akhir Oktober May meninggalkan posisinya tapi tetap menulis beberapa naskah penting. Mulanya dia ingin agar novel Quitzow-nya tetap berlanjut sekalipun dia bukan lagi editor Mnchmeyer. Sikap bermusuhan yang ditunjukkan Pauline karena penolakan May terhadap adiknya, yang tak dapat diterima May, membuat rencana itu tidak mungkin terlaksana. Baik Quitzow May maupun Kurfrst Axmann (Axmann meninggal sejak dia meninggalkan Mnchmeyer) akan dilanjutkan mulai Maret 1877 oleh Dr. Heinrich Goldmann. Setelah periode sebagai editor ini, May pindah sebentar ke Hohenstein dan Ernstthal. Di sana dia jatuh cinta pada Emma Pollmer yang menarik, yang pada 22 November merayakan ulang tahunnya yang keduapuluh. Karya-karya May di tahun ini di antaranya: Auf den Nubumen, Unter den Werben, Leilet, Der beiden Quitzows letzte Fahrten, Ausgeruchert, dan Im Wollteufel. 1877 May tinggal di Pillnitzer St. 72 di rumah janda Groh. Selama bulan-bulan selanjutnya dia menulis Die beiden Nachtwchter, Der dukatenhof, Die verhngnivolle Neujahrsnacht, Ziege oder Bock, Der Samiel, Der Kaiserbauer. Pada 26 Mei Emma Pollmer menyusul ke Dresden. Dia mendapat posisi di rumah tangga janda pendeta Auguste Petzold di Mathildenstrasse 18. Karl May menjadi editor penerbit Bruno Radelli untuk edisi tahun kedua majalah populer Frohe Stunden; nomor pertama terbit pada akhir Juni. Mulai di No. 10 May secara rutin menerbitkan tulisannya sendiri: Der Oelprinz, Die Gun, Ein Abenteuer auf Ceylon, die Kriegskasse, Aqua benedetta, Auf der [hoher] See gefangen, Ein Selfman. Di Peter Rosegger muncul Die Rose von Kahira. Cerita ini sudah pernah diterbitkan di Mnchmeyer tahun sebelumnya dengan judul Leilet. Karena terbitan terakhir inilah Rosseger menganggap Mr. Karl May sebagai orang yang sudah bepergian jauh, yang pasti sudah pernah tinggal cukup lama di belahan bumi timur. 1878 Sejak permulaan tahun May tinggal di lantai dasar flat di Dresden-Striessen, di mana Emma mengurus urusan rumah tangganya; mereka dianggap sebagai pasangan yang sudah menikah. Di sana dia menulis untuk Frohen Stunden: Husarenstreiche, Der Africander, Vom Tode erstanden, Die Rache des Ehri, Nach Sibirien. Untuk Peter Rosseger May menulis Die falschen Excellenzen. 26 Januari: Emil Eduard Pollmer, paman-pecandu-alkohol Emma, meninggal di Niederwrschnitz bei Stollberg; dalam keadaan mabuk berat dia dilindas kereta kuda tapi berhasil menyeret dirinya sendiri ke dalam kandang kuda di restoran Zum braven Bergmann. Kakek Emma, Christian Gotthilf Pollmer, seorang tukang cukur, tidak percaya bahwa itu adalah kecelakaan. Dia meminta May melakukan penyelidikan. 25 April: May mencari keterangan, sebagai seorang pejabat tinggi pemerintah yang ditunjuk. Sekalipun tidak menyebutkan gelar atau pangkat apa pun, dia dituntut atas pernyataan status kepegawaian palsu. Oleh karena itu pada 11 Juni dia dipanggil ke Dresden. Pada akhir Juni May mengakhiri masa kerjanya sebagai editor pada Radelli. Emma Pollmer pindah kembali ke rumah kakeknya di Hohenstein, Karl May ke rumah orangtuanya. May pernah tinggal di Berlin untuk sementara. Kemungkinan dia mencari posisi baru sebagai editor.

6 September: Interogasi di kantor pengadilan Hohenstein. 15 Oktober: Interogasi di Stollberg dan persidangan pada tanggal 25 Oktober. Tingkah laku May biasa-biasa saja; dia mencari bantuan hukum. Pada musim panas dan musim gugur dia menulis cerita: Des Kindes Ruf, Die Universalerben, Die Laubthaler, dan Der Waldknig.

1879 Pada 9 Januari May dijatuhi hukuman tiga bulan penjara oleh pengadilan di Stollberg karena menjalankan secara tidak sah sebuah kantor publik (menurut paragraf 132 StGB [Hukum Jerman]). Hukuman ini, sebagaimana dibuktikan oleh pengacara Erich Schwinge, tak diragukan lagi adalah keputusan yang salah. Tindakannya dilindungi. May sama sekali tidak mengerjakan urusan resmi apa pun. Protes (12 Mei) dan permohonan grasi (2 Juli) ditolak. Dari tanggal 1 sampai 22 September Karl May harus terus menghadiri denda yang dijatuhkan padanya di penjara kantor pengadilan di Hohenstein. Aib ini tak pernah berhenti menyakitinya, seperti dinyatakan dalam banyak contoh karyanya. Hubungan dengan Emma Pollmer terancam bubar karena ketidaksetiaan Emma; Karl May agaknya tetap tinggal bersama orangtuanya. Kegiatannya di bidang sastra mengalami lebih banyak kemujuran. Kontak pertama dengan mingguan katolik Deutscher Hauschatz di Regensburg. Dalam kisah perjalanan Unter Wrgern muncul untuk pertama kalinya nama Old Shatterhand. pada akhir November bukunya yang merupakan saduran novel Ferry Der Waldlufer dan buku pertamanya untuk kawula muda Im fernen Westen diterbitkan oleh perusahaan penerbitan Franz Neugebauer di Stuttgart. Terbitan selanjutnya tahun ini: Ein Dichter, Der Giftheiner, Three carde monte, Unter Wrgen, Der Girl-Robber, Der Boer van het Roer, dan novel surat kabar Stuttgart, Scepter und Hammer. Dari bab yang termasuk dalam Der tolle Prinz, dapat disimpulkan terjadi keretakan hubungan yang serius dengan Emma Pollmer, yang diabadikan May dalam kisah itu sebagai Emma Vollmer, yang tidak setia pada kekasihnya. 1880 Januari: Untuk pertama kalinya Dr. Karl May disebutkan dalam Allgemeinen Deutschen Literaturkalender. 19 Februari: Rencana pernikahan Karl May dan Emma Pollmer diumumkan di Hohenstein. Pengumumannya ditempel dari tanggal 20 Februari sampai 7 Maret. Mei: Untuk pertama kalinya Deutsche Hausschatz melaporkan bahwa sang aku narator dari perjalanan petualangan itu identik dengan si penulis, Karl May dia mengalaminya sendiri. 26 Mei: Kakek Emma, Christian Gotthilf Pollmer, meninggal akibat serangan stroke di Hohenstein. Dan pada 27 Mei kakak tertua May, Auguste Wilhelmine Hoppe, meninggal karena kelainan darah. Karena pukulan fatal ini mungkin juga karena perbedaan pendapat pernikahan resmi antara Karl May dan Emma Pollmer baru dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus. 12 September: Pemberkatan pernikahan di gereja St. Christopheri Hohenstein, dilanjutkan dengan pindah ke rumah di Am Markt 2. Terbitan dari tahun ini yang layak disebut: Deadly Dust, Der Brodnik, Die Juweleninsel, Der Kiang -lu, Tui Fanua. 1881 Januari: Dalam kisah perjalanan di Hausschatz Gilgeda padishann kemudian Durch die Wste dan edisi yang akan datang muncul untuk pertama kalinya Kara ben Nemsi dalam bentuk orang

pertama [aku narator] dan pelayannya Hadschi Halef Omar. Siklus Timur ini dari segi sastra hanya dilampaui oleh karya-karyanya di tahun-tahun terakhir hidupnya. Maret: Deutsche Hausschatz No. 9 memuat jawaban atas pertanyaan seorang pembaca di Westfalen: Penulis cerita-cerita perjalanan petualangan ini mengunjungi sendiri negara-negara yang menjadi lokasi ceritanya. Dia baru saja kembali dari kunjungan ke Rusia, Bulgaria, Konstantinopel, dsb, dan bahkan membawa luka bekas tusukan pisau sebagai cendera mata. Namun demikian dia tidak melakukan perjalanan dengan Bdecker merah [buku panduan perjalanan] di tangan dan dengan kompartemen kereta api, tapi mencari rute yang kurang dikenal.. Terima kasih banyak atas salam Anda! November 1881: Surat kabar Le Monde mulai mencetak terjemahan Perancis buku-buku May. 1882 May dengan intensif menulis siklus Timurnya untuk Deutscher Hausschatz. Reise-Abenteuer di Kurdistan dan Die Todeskaravane memberinya sukses besar. Bab terakhir Juweleninsel yang ditulisnya untuk penerbit Goeltz & Ruehling di Stuttgart diselesaikannya tanpa antusiasme; novelnya pun terakhir demikian. Di akhir musim panas Karl dan Emma melakukan perjalanan liburan ke Dresden-Altstadt. Di restoran Renger terjadilah pertemuan yang sudah ditakdirkan dengan kenalan lama, penerbit Heinrich Mnchmeyer. Dari pertemuan ini berkembanglah hubungan bisnis yang terus berlanjut selama bertahun-tahun. Kontraknya ditegaskan dengan jabat tangan. May harus menulis satu seri novel yang sangat menarik dengan upah 35 Mark per edisi. Begitu edisi itu mencapai 20.000 eksemplar, sebagai tambahan May akan menerima jumlah yang memuaskan, dan kemudian hak kepemilikan. Awalnya May mulai dengan Waldrschen secara sporadis: Nyonya yang terhormat! Saya akan sangat berterima kasih kepada Anda, jika Anda dapat membujuk suami Anda, yang saya mendapat kehormatan untuk menyebutnya teman saya yang terpercaya, untuk mengirimkan kepada saya naskah yang dijanjikan, sebanyak persis 3 nomor per minggu. Sekarang adalah saat terbaik untuk menerbitkan karya kecil ini. Saya sudah menerima nomor pertama, tapi saya tidak dapat menerbitkannya karena saya tidak dapat menerbitkan lanjutannya tanpa adanya naskah. Saya sudah berbuat baik terhadap suami Anda. Saya sudah memberinya kira-kira 500 Mark untuk pekerjaan kecil ini, dan dia begitu tidak tahu terima kasih dan membiarkan saya duduk diam dan tetap saja dia menyebut dirinya sahabat baik saya dalam surat-suratnya dan memberi saya janji yang muluk-muluk, namun demikian tidak menepatinya sepatah pun. Saya yakin dia akan mendengarkan Anda, sebab dia mencintai Anda, sebagaimana yang selalu dinyatakannya. Karena itu saya berpaling kepada Anda dan menganggap Anda sebagai malaikat penyelamat saya, yang selayaknya membebaskan saya dari situasi yang mahal dan amat berbahaya ini. Istri saya menitipkan salam hangat dan bersama-sama dengan saya memohon pertolongan Anda. Saya menyampaikan salam yang paling hangat, dan menandatangai sendiri surat ini dengan rasa hormat kekeluargaan, Sahabat Anda H. G. Mnchmeyer Dresden, 20 Oktober 1882. Pendekatan Emma membawa hasil: Waldrschen oder die Rcherjagd rund um die Erde dimulai pada awal Desember dengan nama samaran Capitain Ramon Diaz de la Escosura dan segera menjadi bestseller. Karya-karya selanjutnya: Die Both Shatters, Der Krumir, Ein Frst-Marschall als Bcker, Robert Surcouf, Christi Blut und Gerechtigkeit, In Damaskus und Baalbeck, Ein Oelbrand.

1883 Dengan cukup percaya diri pada awal Februari May bepergian ke Dresden untuk mengunjungi Mnchmeyer. Emma menyusul belakangan. Antara Emma dan istri sang penerbit, Pauline, tumbuh persahabatan yang akrab.

6 April: Teman Emma May sejak muda, Ida Metzer, mengadakan upacara pemanggilan arwah di flatnya di Hohenstein; Karl May jadi marah besar. 7 April: Pindah dari Hohenstein ke Dresden-Blasewitz. Dalam daftar penduduk Blasewitz May dicatat sebagai Literat und Redacteur. Kemungkinan besar si Redacteur ini mengedit Deutsche Wanderer bersama dengan Mnchmeyer. Majalah ini seharusnya punya kualitas yang sama dengan kedua majalah terbitan Mnchmeyer yang populer tahun 1975. Pada akhir September, di Wanderer terbit, sekarang dengan upah 50 Mark, Die Liebe des Ulanen. Selanjutnya dalam tahun yang produktif ini May menulis: Stambul, Im wilden Westen Nordamerikas, Der Amsenhndler, Pandur und Grenadier. Dia harus menolak kerjasama dengan Joseph Krschner (Penerbit Kalender Sastra) karena kurangnya waktu. 1884 Pada awal April May pindah dengan Emma istrinya ke Prinzenstrasse 4. Dengan berakhirnya Waldrschen dia memulai novel populer lain untuk Mnchmeyer pada bulan Agustus: Der verlorne Sohn oder der Frst des Elends. Tulisan untuk Deutscher Hausschatz jadi tertunda. Der letzte Ritt, bagian dari Siklus Timur, sejak pertengahan Desember terhenti selama setengah tahun; para pembaca dan tim editor merasa terganggu. 1885 15 April: Ibu May meninggal karena tumor, barangkali kanker. Kira-kira sebulan kemudian ayah May menderita stroke. Aliran naskah terhenti selama kemalangan itu. Die Liebe des Ulanen terkatung-katung selama empat minggu tanpa kelanjutan. Jalan keluarnya, sebagai pengganti sementara, diterbitkan bagian dari des verlornen Sohn dengan judul Ulane und Zouave di Deutsche Wanderer sedikit demi sedikit. Di bulan Juni May sudah pulih sehingga dia mampu melanjutkan menulis; di musim panas dia bahkan melanjutkan Siklus Timurnya selama beberapa bulan. Novel Ulanen-nya tamat di bulan Oktober. Pada hari Natal novel keempatnya untuk Mnchmeyer, Deutsche Herzeb, deutsche Helden, dimulai. 1886 27 Februari: Padri Katolik Kochta, guru May di penjara dulu, meninggal. Menjelang akhir Juli May menyelesaikan verlorner Sohn. Agar dapat sesegera mungkin menerbitkan novel lanjutannya, kira-kira pada pertengahan Juni sudah tersedia kira-kira 50 halaman naskah novel Delila. Pada saat yang hampir bersamaan Raja Ludwig II dari Bavaria meninggal pada tanggal 13 Juni karena sebab-sebab yang misterius menjadi berita sensasional bagi penerbit novel populer. Karena itu May mengesampingkan dulu Delila (cuplikan-cuplikannya tetap terbit) dan menulis sebuah novel tentang dongeng raja-raja: Der Weg Zum Glck. Ini seharusnya adalah novel Mnchmeyer-nya yang terakhir. Pada akhir tahun dia memulai sebuah novel untuk kaum muda Der Sohn des Brenjgers untuk penerbit Stuttgart, Spemann. 1887 8 Januari: Majalah untuk remaja lelaki Der Gute Kamerad mulai menerbitkan Sohn des Brenjgers. Sementara itu Mnchmeyer menemui kesulitan untuk mencetak terbitannya pada waktunya: Doktor yang terhormat! Saya menunggu Anda membawa setumpuk besar naskah pada hari Minggu malam yang lalu dengan sia-sia. Ini sungguh mengecewakan dan membuat saya khawatir karena bagi saya hal itu berarti keberadaan saya tidak dihargai. Jika Anda tidak menyerahkan naskah dalam jumlah yang cukup dan tepat pada waktunya, saya akan kehilangan pembaca setia yang saya peroleh dengan susah payah, yang artinya kehilangan banyak uang. Pekerjakan seorang penulis steno! Jika Anda terus mendiktekan cerita Anda semalam saja, Anda akan punya 4-5 edisi naskah tertulis dan itu akan membantu saya. Saya sudah memenuhi hampir semua harapan Anda dan karena itu sekarang memohon agar Anda memenuhi harapan saya. Harap bawakan untuk saya keberuntungan esok pagi sebab setelah digabung dengan yang sudah ada di sini akan menghasilkan kira-kira 66 edisi.

Salam hormat, H. G. Mnchmeyer Dresden, 21 November 1887. Kira-kira awal April: Pindah ke Schnorrstrasse 31. Pertengahan Agustus May mulai menulis Durch das Land der Skipetaren; kisah perjalanan ini menandai berakhirnya Siklus Timur di Deutscher Hausschatz. 1888 Pada awal Januari May menyelesaikan novel Mnchemeyer-nya, Deutsche Herzen, deutsche Helden. May tidak membiarkan dirinya sendiri beristirahat dia menulis sebuah cerita untuk pembaca muda Der Geist der Llano estakada. Di pertengahan Januari Hausschatz mulai menerbitkan kisah perjalanan Skipetaren. Awal Februari Der Geist der Llano mulai terbit di Guten Kameraden. Pada 6 September, setelah menderita sakit cukup lama, ayah May meninggal dunia. Pergantian dewan editor di Deutscher Hausschatz di Regensburg: May yang sudah pasti mengalahkan Venanz Mller diikuti oleh Heinrich Keiterseorang pengagum diri sendiri yang punya ambisi menulis pribadi: Perang tentang novel-novel penutur kisah perjalanan Carl May sedang hangat diperdebatkan oleh para pembaca kami. Sementara pihak yang satu mengecam editor dengan kritikan pedas bahwa novel-novel itu mengambil begitu banyak tempat yang seharusnya bisa digunakan untuk hal yang lebih berguna, pihak yang lain mengatakan dengan tak kurang pedas bahwa tepat pada awal edisi tahun baru satu kisah Carl May harus dimulai lagi. Karena itu pihak editor dipaksa untuk mengambil jalan tengah demi memuaskan kedua belah pihak. 1 Oktober: Pindah dari Dresden ke Ktzschenbroda ke Villa Idylle, Schtzenstrasse 6. 12 Oktober: May memasukkan namanya ke dalam daftar penduduk lokal sebagai Dr. phil. Karl May, penulis. Terbitan lain tahun ini: Kong-Kheou, das Ehrenwort, dan juga Der Scout. 1889 Agaknya di awal musim semi Karl dan Emma May berkenalan dengan suami-istri Plhn. Richard Plhn, pemilik pabrik pembuat perban menjadi sahabat May, dan istri Plhn, Klarapada tahun berikutnya menjadi sahabat Emmaakan memainkan peran penting dalam hidup May. Karl May dalam tahun produktif ini menulis sekitar 3770 halaman naskah! Terbitan: Die Sklavenkarawane, Im Mistake-Cannon, Sklavenrache, Lopez Jordan.

1890 14 Januari: Wanita pemilik rumah May menuntutnya di pengadilan lokal Dresden karena tidak membayar sewa. Uang sewa tiga bulanan (200 Mark) atas Villa Idylle yang mahal belum terbayar meskipun May menulis dengan intensif. Gadis pengurus rumah tangganya harus diberhentikan pada tanggal 19 Maret. Kira-kira pada awal April: pindah ke Niederlnitz, Lnitzstrasse 11. Terbitan penting: Christus oder Muhammed, Der Schatz im Silbersee, Der Schatz der Inkas. Pada akhir Oktober Der Sohn des Brenjgers muncul dalam bentuk buku, sesuai dengan judul halaman Die Helden des Westens (termasuk dalam volume ini adalah Der Geist des Llano estakado), dalam Union Deutsche Verlagsanstalt Stuttgart. 1891 8 April: Pindah ke Oberlnitz ke Villa Agnes, Nizzastrasse 13.

28 Mei: istri Dr. May terbangun karena suara ribut di lantai dasar. Dia membangunkan suaminya, yang seketika itu juga turun dan di sana dia mendapat kejutan semua lemari dan laci terbuka dan sebagian isinya bertebaran di lantai. Pengacau itu juga meninggalkan sebilah kapak di atas tempat tidur. Tidak ada jejak dari pencuri yang memaksa masuk dengan mendobrak jendela dan memecahkan kaca-kacanya. [Ktzschenbrodaer Zeitung dari tanggal 30 Mei] Pada akhir musim panas penerbit Friedrich Ernst Fehsenfeld dari Freiburg im Breisgau berunding dengan May tentang penerbitan cerita-cerita Hausschatz dalam bentuk buku. Momen yang bersejarah. Di Lnitzgrund yang indah dan memikat dua orang duduk dalam kesunyian; mereka menjalin ikatan persahabatan, tiada lagi mereka berpisah jalan. Yang satu mengirimkan cerita, Yang lain menerbitkannya Dan akhirnya adalah catatan gembira; Keduanya akan beruntung luar biasa! [Karl May kepada Friedrich Ernst Fehsenfeld] November: Karl dan Emma May mengajak keponakannya yang berusia sembilan tahun Clara (Lottel) Selbmann tinggal di rumah mereka. Terbitan penting di surat kabar: Das Vermchtnis des Inka (Kamerad), Der Mahdi (Hausschatz). 1892 6 April: Penerbit H. G. Mnchmeyer meninggal di Davos (Schweiz) karena penyakit lambung. 10 Mei: Volume pertama Durch Wste und Harem edisi Fehsenfeld terbit (dalam edisi selanjutnya berjudul Durch die Wste). Setelah itu menyusul Durchs wilde Kurdistan, Von Bagdad nach Stambul, In den Schluchten des Balkan, Durch das Land der Skipetaren, Der Schut. Sekarang Karl May menjadi pria yang makmur. Di musim panas Emma berhubungan secara rahasia dengan seorang tentara. Keponakan May, Lottel, menceritakan segalanya kepada pamannya. Ini menimbulkan keretakan pernikahan. Emma dan keponakan May tidak mungkin lagi tinggal bersama. Di bulan Agustus Lottel dibawa pulang oleh ibunya, Karoline adik May. Mulai September Hausschatz memulai bagian kedua dari Mahdi. Pada bulan Oktober terbit edisi buku Kong-Kheu, das Ehrenwort dengan judul Der blau-rote Methusalem di bawah Penerbit Union. 1893 Juni: Karl dan Emma berjalan-jalan ke Schwarzwald [Hutan Hitam]. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk mengunjungi penerbit Fehsenfeld dan istrinya; bersama-sama mereka pergi ke Swizerland ke Bnigen am Brienzer See. Pada 17 September May menulis pada Fehsenfeld: Kemararahan Anda memang sah, namun saya tidaklah sebersalah yang Anda kira. Alasan utama saya tidak dapat menyelesaikan apa pun adalah keadaan saya sekarang yang mengalami ketegangan seperti dulu, yang terhadap hal ini istri saya tidak menunjukkan sedikit pun perhatian sehingga kemudian bersikap lebih akrab. Karena itulah saya tidak bisa menulis. Sejak perjalanan yang kurang menguntungkan itu istri saya benar-benar berubah Sebagai korban pertengkaran rumahtangga, sekarang saya selalu merasa terpukul sehinggga saya sering melihat ke arah dinding melalui meja tulis saya, ke tempat pistol saya yang penuh terisi peluru tergantung. Bagaimanapun juga orang membutuhkan ketenangan, dengan satu atau lain cara! Pada 26 November May menulis pada Fehsenfeld bahwa karena penderitaan matanya, dia dua kali berpikiran pendek di Leipzig.

Edisi buku di Fehsenfeld: Winnetou der Rote Gentleman (3 volume, belakangan kalimat terakhir: der Rote Gentleman dihilangkan), Orangen und Datteln. Terbitan surat kabar penting: Der Oelprinz, Die Felsenburg (kemudian menjadi Satan und Ischariot I). Dan satu edisi buku lagi dengan Union: Die Sklavenkarawane. 1894 Maret: May menderita influensa dengan radang karena robeknya tulang rawan. Matanya juga membuat dia cemas. Di awal Mei dia pergi dengan Emma untuk beristirahat di Harz. Kondisi kesehatannya tidaklah baik; oleh karena itu dia harus menggunakan jasa sekretaris. (Surat May kepada Fehsenfeld tanggal 9 Mei). Kira-kira pada musim panas May menulis tentang dirinya sendiri sebagai Old Shatterhand bagian berikut ini untuk Old Surehand I: Aku dilahirkan sebagai seorang anak yang lemah dan sakit-sakitan, yang pada usia enam tahun masih merangkak di tanah, tidak mampu berdiri atau berlari Aku pernah buta tiga kali [S. 41f.] Kemungkinan besar ini adalah pertanyaan puitis yang dilebih-lebihkan, tapi dibalik itu mungkin tersembunyi ketakutan May akan kebutaan yang baru. Mulai September di Deutsche Hausschatz terbit Krger Bei (kemudian menjadi Satan und Ischariot II); di sana para pembaca pada hari Natal mendengar tentang kunjungan Winnetou ke paduan suara Dresden! Setumpuk naskah setebal 440 halaman yang berisi satu bab In der Heimath dibuang oleh Heinrich Keiter. Oktober: Di rumah janda Mnchmeyer May menanyakan pembayaran lima novel Mnchemeyernya yang sudah lama belum dilunasi. Kemudian dia menerima satu set novel-novel yang sudah diterbitkan yang dijanjikan. Naskah asli dari novel-novel Mnchmeyer sudah tidak ada lagi, semua sudah dihancurkan karena dianggap tidak berguna. 27 November: Pauline Mnchmeyer memohon agar diberi novel baru, kalau bisa Delila (1886) dilanjutkan. May menolak! Buku-buku Fehsenfeld: Am Stillen Ocean, Am Rio de la Plata, In den Cordileren, Old Surehand I. Buku-buku selanjutnya: Die Rose von Kairwan (Wehberg, Osnabrck), Der Schatz im Silbersee (Union). 1895 Tahun ini Ferdinand Pfefferkorn bersama istrinya yang tinggal di Lawrence/USA mengunjungi Karl May, teman sekolahnya dulu. Pasangan Pfefferkorn adalah penganut spiritualisme. Upacara pemanggilan arwah diadakan di rumah May, yang kemungkinan besar dihadiri oleh pasangan Plhn. 23 Desember: Membeli sebuah vila baru! [seharga 37.300 mark]. Kemarin pindah ke vila dengan perabot baru! Siang-malam menulis naskah! [May kepada Carl Felber] 30 Desember: Kontrak resmi penjualan Villa Shatterhand di Radebeul, Kirchstrasse 5, (sekarang Karl-May-Strae) ditandatangani. Buku-buku: Old Surehand II (Fehsenfeld), Das Vermchtnis des Inka (Union).

1896 Maret/April: Karl May mengambil Silberbchse [senapan Perak] dan Brentter [senapan pembunuh beruang] dari pembuat senjata asal Dresden Max Fuchs yang dibuat sesuai pesanan. Dengan itu dia akan membuktikan keaslian perjalanan-perjalanannya, dan pada saat yang sama

melupakan masa lalunya yang menyedihkan. May dapat memanfaatkan publisitas seperti bintang pertunjukan modern. Paskah: Fotografer amatir Alois Schieer, yang tiba dari Linz, mengambil 101 gambar Karl May yang berkostum sebagai Old Shatterhand dan Kara Ben Nemsi. Legenda Old Shatterhand mencapai puncaknya; banyak Klub Karl May yang dibentuk. Pada musim panas: kira-kira pada bulan Juli, Heinrich Keiter mengunjungi penulis yang sukses ini. Secara pribadi dia meminta maaf atas tindakannya membuang bab Heimath dalam Krger Bei. Tadinya May menyatakan bahwa dia tidak akan memasok cerita untuk Deutscher Hausschatz. Pada akhir September karya May Freuden und Leiden eines Vielgelesenen terbit di Hausschatz: Malam hari, seringkali dua, tiga malam berturut-turut, tanpa dapat tidur pada siang harinya, pada umumnya adalah waktu kerjaku, karena banyak pengunjung yang datang setiap hari untuk mengenal secara pribadi Old Shatterhand dan Kara Ben Nemsi Effendi mereka. Di Guten Kameraden mulai September terbit novel terakhir May untuk kaum muda, Der schwarze Mustang. Buku-buku Fehsenfeld: Der Mahdi (3 volume), Old Surehand III, Satan und Ischariot I-III. 1897 26 Januari: Herr Keiter, yang untuk selanjutnya tidak akan lagi mengutak-atik naskah Anda secara sastra, dalam Hausschatz edisi 8 mulai menerbitkan kisah perjalanan Anda yang baru dan sangat diharapkan, Im Reiche des silbernen Lwen Kami berharap Anda akan segera membuat kami gembira dengan kelanjutan naskah yang paling menarik itu. [Friedrich Pusted Jr. kepada Karl May] Kira-kira di awal musim semi May menggubah musik untuk Ave Maria yang ingin didengar Winnetou menjelang ajalnya. Dari Mei sampai Juli Karl dan Emma berjalan-jalan seputar Jerman dan Austria. Tempat-tempat yang mereka kunjungi adalah: Leipzig, Hamburg, Deidesheim (di sana mereka mengunjungi sahabat mereka keluarga Seyler pedagang minuman anggur), Stuttgart, Bodensee, Innsbruck, Achensee, Munich, Regensburg, Bhmen. Kunjungan di Munich berubah menjadi puncak acara perjalanan publikasi ini: Di hari pertama ada lebih dari 900 pengunjung, hari kedua lebih dari 600, hari ketiga sekali lagi 800. Menjelang malam saya keluar dari pintu samping dan melarikan diri. Para siswa sekolah menengah, setelah meminta tandatangan berkerumun dalam jumlah yang begitu besar di depan hotel sehingga jalur trem tidak dapat dilewati, dan mereka harus diusir dengan semburan air. Ini adalah fakta! [Surat kepada Fehsenfeld tanggal 27 Juli] Buku-buku: Auf fremden Pfaden, Weihnacht (Fehsenfeld), Der Oelprinz (Union). 1898 22 Februari: Yang Mulia Putri Maria Theresa berkenan menemui Karl May. 6 Mei: Di Gartow (Saxon Bawah) May ditangkap oleh dua orang polisi; dia tidak boleh meninggalkan kamar hotelnya. Dia dianggap seorang penipu karena memberi tip yang sangat besar untuk pelayanan remeh. Pada akhirnya datang berita dari Radebeul: Karl May tinggal di sini, dia suka memberi amal. Pada 30 Agustus Heinrich Keiter meninggal dunia; Dr. Otto Denk mengambil alih posisinya sebagai editor di Deutsche Hausschatz. Pada waktu ini juga terjadi perpecahan sembilan tahun dengan Wochenblatt; muncul gerakan berbasis katolik menentang May. Buku-buku Fehsenfeld: Im reiche des silbernen Lwen I-II. Selanjutnya muncul Ernste Klnge, sebuah terbitan dengan kedua komposisi musik karya May, Ave Maria dan Vergi mich nicht!

1899 Selama bulan Januari sampai Maret May menyelesaikan novelnya Am Jenseits; dia menemukan dirinya dalam arah terbaik menuju sastra murni. Apakah Anda membaca contoh cetakan Volume 25? Ya? Maka Anda pasti memperhatikan, bahwa Karl May sekarang mulai menunjukkan tujuannya sendiri. Ini adalah soal perpindahan besar dari bidang sosial-agama yang dipersiapkan masakmasak... Sampai saat ini semua cerita ditulis dengan hanya satu tujuan, untuk mengumpulkan sebanyak mungkin pembaca sebagai mata pencaharian. [May kepada Fehsenfeld, 13 Maret] 16 Maret: Pauline Mnchmeyer menjual perusahan penerbitannya kepada Adalbert Fischer, yang khususnya tertarik pada novel sastra populer May. 26 Maret: Berangkat menuju Negeri Timur. Tempat-tempat penting yang dikunjungi: Genoa (4 April perpisahan dengan Emma dan pasangan Plhn karena alasan kesehatan), Port Said (9 April), Kairo (30 April di sana tak lama kemudian May mempekerjakan si orang Arab Sejd Hassan sebagai pelayannya), Beirut (26 Juni), Haifa (18 Juli), Yerusalem (30 Juli), Jaffa (21 Agustus-2 September), Aden/Arab Selatan (15 September). Banyak yang menyukaiku di atas kapal [Gera] meskipun aku sekarang ini bertolak belakang dengan Karl yang dulu. Dia kutenggelamkan dengan upacara megah di Laut Merah, dengan kapal batu bara yang membawanya tepat sampai ke dasar [Surat kepada pasangan Plhn tanggal 16 September]. 10 November: Tiba di Padang di Sumatra. May menderita ledakan emosi, menolak semua makanan dan bertingkah laku tidak waras mungkin ini terjadi karena dia menderita disentri. Tak ada yang diketahui secara pasti. Keadaan ini berlangsung selama kira-kira seminggu. 22 November: May mengirim telegram dari Padang ke Radebeul; dia meminta Emma untuk datang dengan pasangan Plhn ke Port Said. 11 Desember: May dikarantina karena bahaya penyakit yang dideritanya dan kecurigaan akan wabah. Pada 18 Desember dia diizinkan untuk meninggalkan Port Said. Sahabatnya Richard Plhn, yang menderita penyakit ginjal, sementara itu menjadi sakit parah dan tinggal dengan Klara dan Emma di Arenzano (20 km sebelah barat Genoa). Sementara itu di Jerman serangan hebat pers terhadap May dimulai; khususnya Dr. Fedor Mamroth (Frankfurter Zeitung) dan Hermann Cardauns (Koelnische Volkszeitung) mengritik promosi diri sendiri yang dilakukan May dan hubungannya dengan legenda Old Shatterhand. Argumentasi yang dimulai dengan agak obyektif pada awalnya, pada tahun berikutnya menjadi polemik, sepenuhnya dengan rasa dengki: pencemaran nama baik sampai titik darah terakhir dimulai. Buku-buku: Am Jenseits [Fehsenfeld], Der schwarze Mustang [Union]. 1900 Karl dan Emma May serta Richard dan Klara Plhn tinggal di Arenzano sampai tanggal 14 Maret; kemudian mereka melanjutkan perjalanan ke Pisa, Roma, Naples, Baalbek, Damaskus, dan Siprus. Di Istanbul May sekali lagi menderita ledakan emosi. Klara Plhn khawatir bahwa orang harus membawanya ke rumah sakit jiwa! Calon istri May ini memang memiliki pengamatan yang tajam dalam menjabarkan peristiwa-peristiwa dengan penuh warna dan mungkin di sini dia sedikit berlebihan. Perjalanan diakhiri dengan kunjungan ke: Coprinth, Bologna, Athena, Corfu, Venice, dan Bozen. 25 Maret: Pengganti Mnchmeyer, Adalbert Fischer tidak menghiraukan hak kepenulisan May dan memasarkan edisi baru Die Liebe des Ulanen. Empat novel Mnchmeyer lainnya akan segera menyusul, sebagian ditulis ulang oleh Paul Staberow. 17 Juni: May melakukan perpisahan yang bersimbah air mata dengan pelayannya Sejd Hassan. 31 Juli: Tiba di Radebeul setelah pergi selama 15 bulan. Karl May menjadi orang yang baru legenda Old Shatterhand sudah mati. Sekarang hanya cinta kepada sesama dan persatuan bangsa-

bangsalah yang menjadi cita-cita utamanya; juga dalam kehidupan pribadinya dia mengambil kendali: daya tarik Emma tidak lagi mampu mempertahankannya. Semua tulisanku sejauh ini hanyalah sebuah perkenalan, hanyalah persiapan. Yang sesungguhnya kuinginkan, tak ada seorang pun yang tahu kecuali diriku sendiri sekaranglah aku memulai tugasku yang sebenarnya [Surat May kepada penerbitnya, Fehsenfeld, tanggal 10 September]. Tepat pada waktunya untuk perayaan Natal, terbit kumpulan puisi May Himmelsgedanken. 1901 14 Februari: Sahabat May Richard Plhn meninggal karena penyakit ginjal. Klara istrinya sangat terpukul; dia sekarang adalah tamu tetap di Villa Shatterhand. Untuk Joseph Krschner May menulis novelnya yang mendukung perdamaian Et in terra pax. Dengan itu May merusak kecenderungan imperialisme semangat patriotisme dalam kumpulan tulisan bertajuk China yang salah satunya adalah tulisan May. Pada akhir September May bersama Emma dan Klara melancong ke Switzerland ke Vierwaldstaetter See. Pada musim gugur sebagai jawaban terhadap polemik serangan pers dia menulis sebuah pamlfet tanpa nama Karl May als Erzieher dan Die Wahrheit ber Karl May. Pada 10 Desember May menuntut Adalbert Fischer atas cetak ulang tidak sah novel-novel Mnchmeyernya. 1902 Di awal tahun seorang editor dari Cologne, Hermann Cardauns, mengadakan beberapa ceramah anti-May. Dalam ceramah itu dia menggambarkan novel-novel Mnchmeyer May sebagai luar biasa tak bermoral. 10 Maret: Karl May membawa Pauline Mnchmeyer ke pengadilan, berlawanan dengan keinginan istinya Emma yang adalah sahabat karib Pauline. Pada 16 Maret May menyewa pengacara Rudolf Bernstein untuk meminta Pauline Mnchmeyer melakukan hal-hal berikut: Memberikan pernyataan tentang jumlah karya-karya Karl May yang dicetak dan diedarkan oleh Perusahaan Penerbitan Mnhmeyer sampai dengan 16 Maret 1899 Jumlah keuntungan bersih, dan Membayar komisi, jika ternyata sudah dicetak lebih dari 20.000 eksemplar. Di musim panas Karl May, Emma, dan Klara melancong melalui Berlin, Hamburg, Leipzig, dan Muncih ke Bozen dan akhirnya ke Mendel. Di Hotel Penegal pada tanggal 21 Agustus berakhirlah pernikahan Karl May dengan ucapan Emma: Kau uruslah orang itu, aku sudah muak dengannya! Keadaan yang lebih terperinci yang pada akhirnya membawa kepada perceraian, sejauh ini tidak diselidiki dengan memuaskan. Orang dapat menganggap bahwa cara Emma bertingkah laku selama tahun-tahun perubahan hidupnya, berubah menjadi sukar; juga ada kemungkinan tanda-tanda meningkatnya gangguan psikologi (Emma meninggal pada tanggal 13 Desember 1917 di sebuah klinik). Dia juga mudah sekali marah dan kegusarannya ditujukan kepada Karl May dan menyebabkan kelangsungan pernikahan itu menjadi tidak mungkin. Tak perlu disangsikan lagi Klara Plhn memililh waktu yang baik. Akhirnya baik Karl dan Klara menemukan bahwa mereka lebih cocok bersama-sama. 19 Agustus: Emma May menandatangani surat-surat perceraian. 10 September: May menyimpan dokumen perceraiannya di Radebeul. Buku-buku Fehsenfeld: Im Reiche des silbernen Lwen III. 1903 14 Januari: Pernikahan May bubar.

4 Maret: Perceraian itu sudah sah secara hukum. 30 Maret: Pernikahan Karl May dan Klara Plhn di kantor catatan sipil. Diikuti dengan pernikahan di gereja Lutheran di Radebeul sehari kemudian. 25 Mei: Di [Penerbit] Adalbert Fischer terbit karya May Erzgebirgische Dorfgeschichten. 3 November: Emma menerima dari May tunjangan tahunan sebesar 3000 Mark; untuk itu dia harus tinggal sedikitnya 100 km jauhnya dari Dresden dia pindah ke Weimar. Awal November pengacara Mnchmeyer Dr. Gerlach berhasil mendapatkan catatan kriminal May. Hasilnya nampak pada tanggal 8 November, May menjadi sakit parah: Demam tinggi dengan kelemahan pada hati. Buku Fehsenfeld: Im Reiche des silbernen Lwen IV. 1904 8 Maret: Karl dan Klara May mengunjungi seniman pelukis Sascha Schneider di Meien. Dia ingin membuat halaman judul yang berbeda pada semua buku Fehsenfeld, khususnya untuk menekankan nilai-nilai artistik perdamaian dari tulisan-tulisannya suatu perubahan arah yang amat jelas dari seorang yang selama ini dikenal sebagai Penulis untuk kaum muda. Pada pertengahan September terbit Et in terra pax dalam bentuk buku Fehsenfeld berukuran besar dengan judul Und Friede auf Erden! 26 September: Pauline Mnchmeyer diperintahkan untuk memberikan laporan, segera setelah Karl May memberikan keterangan di bawah sumpah. Natal: Sebagai balas dendam atas pinjaman yang ditolak yang berusaha diperoleh dari May, Rudolf Lebius, seorang bandit-pers tak bermoral, meneriakkan tulisan yang tertera di plakat besar yang tergantung di etalase toko buku Dresden, yang dari jauh terlihat jelas karena ditulis besar-besar dengan tinta merah: Hukuman-Hukuman Masa Lalu Karl May. 1905 Di awal tahun, terbit pandangan May tentang urusan [Mnchmeyer] itu sebagai cetakan pribadi, Ein Schundverlag. Di dalamnya dia menceritakan masa-masa yang dilaluinya bersama Heinrich Mnchmeyer. Pada tahun 1909 juga akan terbit sebagai cetakan pribadi, Ein Schundverlag und seine Helfershelfer. Pada 3 Oktober keberatan May atas umpatan Lebius dibahas di hadapan pengadilan wilayah Dresden. Karena kesalahan siasat pengacara May, Klotz, catatan hukuman masa lalu Karl May boleh dibaca oleh umum. Pada bulan yang sama May menghadiri ceramah yang diadakan oleh peraih hadiah Nobel Bertha von Suttner di Dresden. Persahabatan tumbuh di antara mereka berdua. 1906 5 Februari: May memenangkan persidangan kedua kasus Mnchmeyer. 30 Juni: Rudolf Lebius menyebut May penjahat turunan. 1 September: Drama May Babel und Bibel, Arabische Fantasia in zwei Akten diterbitkan Fehsenfeld sebanyak 1200 eksemplar dalam satu edisi. 1907 9 Januari: May memenangkan persidangan ketiga kasus Mnchmeyer di pengadilan Reich [Jerman] di Leipzig. Tentang penggantian atas kerugian yang ditimbulkan, masih belum diputuskan. Untuk

Waldrschen saja, perwakilan hukum May, Rudolf Netcke, menuntut ganti rugi sebesar 250.000 Mark! Pada 11 Februari May memberikan pernyataan di bawah sumpah berikut ini: Saya bersumpah di dalam nama Tuhan Yang Mahakuasa dan Mahatahu 1. Saya, setelah tanpa sengaja berjumpa dengan almarhum Heinrich Gotthold Mnhmeyer pada tahun 1882 di sebuah restoran di Dresden, berjanji untuk menulis sebuah novel untuknya, yang berjudul WALDRSCHEN, dengan syarat berikut ini: Novel itu akan terbit dengan nama samaran dan akan dicetak dan diedarkan hanya sampai 20.000 eksemplar. Sebagai kompensasi saya akan menerima 35 mark untuk setiap edisi dan selain dari itu, kalau jumlah cetakan yang disepakati sudah tercapai, sejumlah uang penghargaan lagi. Selain itu saya akan mendapatkan hak untuk memasukkan novel itu ke dalam kumpulan karya saya. 2. Ketentuan-ketentuan di atas kemudian dilanjutkan pada novel DEUTSCHE HERZEN UND HELDEN, DER VERLONERE SOHN, dan DER WEG ZUM GLCK, namun dengan ketentuan bahwa upah untuk setiap cetakan novel yang disebut tadi bukan hanya 35, tapi 50 Mark. 3. Mengenai novel DIE LIEBE DES ULENEN I, pada tahun 1883 saya dan Mnchmeyer sepakat bahwa saya akan mengizinkan dia untuk mencetak novel itu hanya dalam Deutscher Wanderer edisi tahun 1884. 4. Hal yang sama sudah disepakati dengan Mnchmeyer tentang enam cerita dari 1875 sampai 1884, AUS DER MAPPE EINES VIEL GEREISTEN (INN-NU-WOH dan OLD FIREHAND), EIN STCKLEIN VOM ALTEN DESSAUER, DIE FASTNACHTSNARREN, UNTER WERVERN, DER GITANO, dan DIE POLIN [WANDA], bahwa hanya satu cetakan dalam edisi tahun yang dimaksud yang akan diterbitkan. 5. Sehubungan dengan karya-karya saya dari 1-4 di atas, saya tidak sepakat bahwa setelah menerima pembayaran dari Mnchmeyer yang hanya sekali, dia akan memperoleh hak penerbitan yang tanpa batas. Kiranya Tuhan menolong saya. 7 April: Penerus Mnchmeyer, Adalbert Fischer, meninggal dunia. Pada 15 April 1907 pengacara Mnchmeyer, Dr. Gerlach, melaporkan May dan pengacaranya atas tuduhan sumpah palsu. Celaan itu terbukti tak dapat dipertahankan. 8 Oktober: Ahli waris penerbit Fischer menyatakan dalam suatu penyelesaian, bahwa di rumah penerbitan H. G. Mnchmeyer, novel-novel karya penulis Karl May yang sudah dicetak, selama suatu periode mengalami penyisipan dan perubahan oleh orang ketiga, sehingga dalam bentuknya yang baru, novel-novel itu tidak dapat lagi dianggap sebagai hasil karya Karl May. Nama Karl May sebagai penulis sudah dihapus dari lima novel-novel Mnchmeyer yang nama buruknya amat terkenal dan mulai sekarang dapat dicetak sepenuhnya dengan tanpa nama. Penerus Mnchmeyer sudah membuat perubahan-perubahan begitu rupa sehingga antara edisi yang lama dan edisinya yang baru ada perbedaan sebanyak ratusan halaman. Bagaimanapun ini sungguh mengerikan! Jika ada orang yang berani membuang dan menyapukan kuas di atas lukisanlukisan seorang pelukis atau memahat dan menakik patung-patung seorang pemahat dan menawarkan perusakan seperti itu untuk dijual sebagai karya asli, seluruh kesatuan wartawan akan membuat si penyebab kerugian dan menuding si perantara sedemikian rupa sehingga dia tidak akan sanggup menampakkan batang hidungnya lagi. [Karl May: Ein Schundverlag, h. 852f.] 13 September: Rapat dengan editor Hausschatz, Otto Denk. Setelah sembilan tahun, May bersedia menulis lagi untuk Deutscher Hausschatz. Dia segera memulai dengan sebuah konsep untuk Mir von Dschinnistan. Dengan ini dia membuat gebrakan ke dalam sastra murni. Dengan pembaca Hausschatz, yang mengharapkan kisah-kisah perjalanan lama yang penuh aksi seperti dulu, novel ini sedikit sekali mendapat tanggapan. Di akhir tahun May menulis Frau Pollmer, eine psychologische Studie, yang di dalamnya dia dengan sia-sia berusaha menulis bahwa dirinya sudah terbebas dari istri pertamanya. Naskah ini sampai sekarang tidak dicetak. Mulai Oktober di surat kabar Efeuranken Regensburg terbit kisah perjalanan Schamah.

1908 8 Maret: Dalam surat wasiatnya yang terakhir May mendirikan sebuah yayasan amal. 23 Maret sampai 23 April: Di Grazer Volksblatt terbit Abdahn Effendi. Seorang peneliti antropologi dan seksual, F. S. Krauss, mengunjungi May dan menyebutnya berkat bagi kemanusiaan. Pada tahun ini Karl May dan istrinya Klara melakukan perjalanan pertama dan satu-satunya ke Amerika. Tempat-tempat yang dikunjungi: Bremen (5 September), New York (16 September), Albany (22/23 September), Buffalo (akhir September), air terjun Niagara (awal Oktober), Lawrence/Massachusetts di rumah teman sekolah, Pfefferkorn (Oktober), Boston dan New York (November). Pada 4 November May agaknya sudah kembali ke Radebeul. Awal Desember mereka tinggal sebentar di London. 1909 31 Juli: Karya May, Merhameh, muncul di Eichsfelder Marienkalender 1910. September: Dr. Adof Droop menerbitkan sebuah telaah: Karl May. Analisa kisah-kisah perjalanannya. 22 November: Rudolf Lebius menulis kepada seorang teman Emma, penyanyi opera Selma vom Scheidt, bahwa dia menganggap Karl May adalah penjahat sejak lahir. 17 Desember: Karl May memasukkan keberatan atas umpatan Lebius pada hakim pengadilan Berlin-Charlottengurg. 8 Desember: May mengadakan ceramah Sitara, das Land der Menscheitsseele di Augsburg. Buku-buku Fehsenfeld: Ardistan und Dshninnistan I dan II. 1910 10 Januari: Karl May mulai melakukan tuntutan hukum terhadap Rudolf Lebius atas tuduhan fitnah dari jenis yang paling berat karena artikelnya Hinter den Kulissen [Di Balik Layar] yang diterbitkan oleh majalah mingguan Der Bund pada 19 Desember 1909. Lebius menyatakan bahwa May pernah bertahun-tahun tinggal di hutan sebagai kepala penyamun, melakukan penyerangan setiap hari, menggerebek wanita-wanita pedagang di pasar, menyalahgunakan secara seksual keponakannya yang berusia sembilan tahun, dan mencekik kakek Emma, istri pertamanya! Sakit May yang sering kambuh, diperparah dengan pembunuhan karakater, pada akhirnya menyebabkan kematian sang penulis. Persidangan penuh di pengadilan tidak pernah terlaksana. Menurut ahli hukum, Lebius seharusnya dijatuhi hukuman penjara. Pada 12 April Lebius pertama-tama dinyatakan tidak bersalah melakukan tindakan pelecehan (keberatan pada tanggal 17 Desember 1909) dalam suratnya kepada Selma vom Scheidt; May naik banding. 12 Mei: Aku tidak menyangkal bahwa aku pernah mengalami konflik dengan hukum sekitar 40 atau 50 tahun yang lalu dan menjalani hukuman karenanya; tapi apa yang aku lakukan pada waktu itu ada di bawah tekanan mental yang paling berat dan keadaan [pikiran] yang terpaksa, yang sekarang ini, di zaman yang lebih maju, tidak akan ditangani oleh hakim, tapi oleh dokter. Lawanku mengungkit-ngungkit hal ini dan menambahinya dengan dusta-dusta yang licik. Ada lima persidangan hukum yang sedang berlangsung yang darinya kebenaran akan muncul. [May dalam sebuah surat kepada Peter Rosegger} Buku-buku Fehsenfeld: Winnetou IV, Mein Leben und Streben. Hampir berbarengan dengan autobiografi May, Rudolf Lebius menerbitkan Die Zeugen Karl und Klara May, - sebuah pamflet

dari jenis yang paling buruk! Karena adanya keberatan yang timbal balik, baik autobiografi May dan juga pamflet Lebius dicekal. 1911 8 Mei: Sekali lagi sakit parah, aku menulis kepadamu pendek saja. Aku terlalu tinggi menilai kekuatanku, radang paru-paru dan ketegangan fisik karena memberikan kesaksian dalam persidangan membuatku betul-betul kaputt Aku harus pergi ke pemandian air panas, sudah berangkat pada hari Kamis. [Karl May kepada pengacara Haubold]. 11 Mei: Keberangkatan di Joachimsthal. Dr. Gottlieb memerintahkan untuk mandi. Dari pertengahan Juni sampai akhir Juli Karl dan Klara May berlibur di Tirol Selatan. Di Mendel kondisi kesehatannya memburuk lagi. 18 Desember: Dalam persidangan banding (keberatan tanggal 17 Desember 1909), Rudolf Lebius dinyatakan bersalah melakukan pelecehan dan dikenai denda sebesar 100 Mark. 1912 25 Februari: May merayakan ulang tahunnya yang ketujuhpuluh. Awal Maret May untuk terakhir kalinya pergi ke Hohenstein-Ernstthal. Di sana dia mengunjungi adiknya Wilhelmine Schne; keponakan mereka, Ilse, menerima darinya satu contong penuh permen sebagai hadiah mulai sekolah. 22 Maret: Karl May memberikan seminar di Vienna atas undangan Akademischen Verbandes fr Literatur und Musik di hadapan lebih dari 2000 pendengar, pidato perdamaiannya berjudul Empor ins Reich der Edelmenschen. Di antara yang hadir ada Bertha von Suttner. 30 Maret: Karl May meninggal sekitar pukul 8 malam di rumahnya, Villa Shatterhand. Nafasnya berhenti karena penyakit paru-paru. Hati yang besar ini berhenti berdetak. Upacara pemakaman May diadakan pada 3 April di pemakaman Radebeul. Diterjemahkan oleh: Debora Chang Karl May: Sekitar Karya dan Kontroversinya Serta Pandangannya Tentang Dunia di Luar Eropah Terkutuklah, dan seribu kali terkutuklah bangsa yang menumpahkan darah serta seratus ribu nyawa , dan hanya bisa menganugerahkan sebuah bintang jasa kepada seorang kesatria yang setengah remuk. Kita memerlukan insan-insan yang penuh semangat, insan-insan yang bijaksana dan berseni. Dan ini tidak akan bisa ditemukan di Wagram atau Waterloo. (Surat Karl May ke Sascha Schneider, pelukis) Pengantar Mungkin tidak ada pengarang literatur dunia yang sekontroversi seperti Karl May. Bukan saja kehidupan pribadi dan kariernya, tapi juga karya sastra dan pengaruh-pengaruhnya. Sejak kelahiran, masa muda, masa berkreasinya, kehidupan perkawinannya, masa tuanya semuanya niscaya penuh kontroversi belaka. Bahkan berbilang tahun sejak kematian, kontroversi itu terus mengejarnya. Hidup sejaman dengan Jules Verne dan Mark Twain, Karl May dari Jerman bercerita tentang negeri-negeri yang eksotis atau dianggap eksotis di jamannya, dalam bukunya yang berjumlah sekitar 80 judul, dengan latar belakang mulai dari Artik hingga Laut Selatan (Indonesia atau Samoa), dari Eropah ke Afrika, dari Asia ke Amerika Tengah atau Selatan. Imajinasi yang keluar tentang negeri-negeri eksotis diperkuat dengan teknik penyebutan Aku sebagai si narator, studi literatur yang lengkap dan sangat mendukung, dan bumbu multi media sejauh yang memungkinkan di jamannya. Ekses bisnis penerbitan dan propaganda politik memunculkan penyelewengan-penyelewengan karya-karyanya, baik yang merugikan maupun yang

menguntungkan. Meskipun lahir di pertengahan abad 19, namun hingga awal abad 21, masih ada saja dan terus akan ada produk baru baik barang maupun jasa yang dibuat berdasarkan karyakaryanya dengan menggunakan teknologi mutakhir, termasuk: situs internet dari masyarakat literatur nomor lima terbesar di Jerman, trip reguler ke negeri Barat Jauh di Amerika Utara, atau produksi Digital Video Disc dari film-film berdasarkan tulisannya, hingga e-book dari buku versi Jerman dan juga Inggris yang untuk pertama kali diterbitkan 120 tahun sejak ditulisnya. Tanya yang timbul kemudian adalah: sebagai penduduk Jerman pada abad 19, bagaimana dia merepresentasikan pandangannya tentang dunia luar yang eksotis di masa itu? Sampai berapa jauh aspek-aspek karyanya mendekati kebenaran dan relevansinya dewasa ini? Kontroversi yang tiada henti Kehidupan May niscaya adalah suatu dongeng tersendiri. Tak kalah seru dengan dongeng-dongeng yang diciptakannya. Terlahir sebagi bayi yang buta untuk empat tahun pertama, justru jadi awal yang baik untuk melampiaskan lamunan-lamunannya. Anak ke lima dari 12 orang (yang hidup hanya 5 orang dan hanya dia satu-satunya lelaki), dengan ayah seorang penenun miskin, bisa dibayangkan kelusuhan ekonomi dari masa kanak-kanaknya. Kekurangan gizi selain menyebabkan kebutaan, juga menjadikan dia pendek untuk ukuran orang Jeman (hanya 166 cm), serta berkaki bengkok akibat terkena rakitis. Tapi justru dengan bentuk fisik seperti itu, dia kemudian menciptakan tokoh-tokoh berfisik serupa, yang kocak dan menawan, yang dicintai pembacanya, yang nota bene tak lain dari representasi dirinya sendiri. Dituduh melakukan beberapa kegiatan kriminal yang juga kontroversil, yaitu menyaru sebagai beberapa tokoh, menjadikan dia mendekam dalam penjara selama tidak kurang dari 7 tahun, yang berakhir di usia 32 tahun. Telaah terakhir menyimpulkan bahwa kasus kriminalitas May tak lain karena dia terkena Dissosiative Identity Disorder atau kelainan kejiwaan yang menyebabkan dia mempunyai beberapa kepribadian yang tersembunyi. Kehidupan di penjara justru menyembuhkan, dan membantu menata serta menyuburkan daya imajinasinya. Draft karyakaryanya mulai dibikin. Pemuatan karya-karya awalnya di majalah Katolik, dan matinya sang tokoh (Winnetou seorang Indian) dengan diiringi lagu Ave Maria ciptaannya sendiri, padalah May adalah Lutheran juga menimbulkan kontroversi tersendiri , dan dia dituding membela Katolik, suatu isu yang tentunya tidak mengenakkan dia , mengingat situasi sosial di waktu itu. Dia memprotes, kenapa tidak ada orang yang menuduhnya ketika dia justru mempromosikan Islam dalam karya-karyanya yang paling terkenal. Ketika popularitas mencapai puncaknya, kasus legal mulai mengalir karena orangpun mulai menyalah gunakan namanya, antara lain dengan cara menerbitkan karya masa lalu dengan menambahi bagian-bagian yang dianggap tidak sopan (bahwa perempuan Timur memakai baju yang kelihatan putingnya), tanpa seijinnya. Tuntutan dan sidang pengadilan itu tiada henti selama 10 tahun, yang baru berakhir di beberapa saat sebelum kematiannya, dengan berbagai kasus yang diajukannya demi nama baik, atau tuntutan demi uang dari pihak lawan-lawannya. Namun , urusannya ternyata tidak selesai di sini. Setelah meninggalpun, kasus yang berkenaan dengan karyanya tidak kunjung henti. Tulisan-tulisannya mulai diselewengkan dengan sengaja. Motivasi uang menyebabkan munculnya versi baru baik dari para penerbit di Jerman maupun negara lainnya, termasuk yang beredar di Indonesia. Hanya dari bukunya yang paling terkenal Winnetou I saja, tercatat tidak kurang dari 33.000 kata perubahan yang terjadi sejak1913 hingga 1980an. Penyimpangan juga bukan hanya penyingkatan sehingga terkesan buku May adalah untuk konsumsi anak-anak, tapi juga perubahan nama tokoh, kalimat tambahan atau perubahan jalan cerita. Propaganda politik ketika Jerman di bawah Nazi pun ikut memperkeruh suasana, dan penyelewengkan dengan bumbu politikpun dimasukkan. Barulah di beberapa tahun belakangan ini usaha untuk melempangkan kembali karyanya mulai dilakukan, yaitu menerbitkan kembali karya-karya seperti waktu aslinya, yaitu karya ketika masih dimuat di majalah, dan atau karya yang sudah berbentuk buku namun kemudian diadakan perubahan, tapi oleh May, si pengarangnya sendiri.

Tak kurang kontroversinya, perkawinannya yang dua kali ternyata tidak melahirkan anak. Istri pertama bahkan diceraikannya , karena selain memang tidak cocok, tidak menghargai karyakaryanya, yang paling seru bahwa istri itulah justru yang memusnahkan/membakar draft karya May di periode awal yang dipergunjingkan orang karena tulisannya yang tidak senonoh tadi. Dengan dibakarnya draft itu, maka kini May tidak punya bukti lagi di pengadilan. Sedang istri keduanya adalah janda dari temannya yang meninggal , yang dinikahinya ketika dia sudah berusia 60 tahun. Baris-baris kalimat demi kalimat mulai dipelajari orang, khususnya di adegan tertentu, untuk bisa menyimpulkan apakah Karl May seorang homosexual! Meskipun telah diterjemahkan ke lebih dari 35 bahasa negara di dunia, dan lebih dari seratus duapuluh lima juta copy terjual hanya di Jerman saja, tulisannya tidak dikenal di negara yang berbahasa Inggris, termasuk Amerika, negara yang mewakili sekitar sepertiga cerita petualangannya. Semua memang serba kontroversi!

Babakan karya Karl May Telaah karya May kiranya harus ditulis dengan menyebut pembabakan karya-karyanya. Ini disebabkan karakterisasi tulisan May sangat ditentukan oleh periode kapan tulisan itu dibuat. Perubahan gaya tulisan itu tentunya disebabkan periode penulisannya yang panjang, yaitu dari usia 34 (atau 32? ) tahun hingga 2 tahun sebelum ajal menjelang di 70 tahun. Dus, tidak kurang dari rentang 36 tahun! Sekedar konvensi, ada 4 babak karya May: (1) Karya Awal: dibuat selepas dia keluar dari penjara berbentuk kolportageroman, brosur tipis dan bersambung, (2) Karya Untuk Remaja: sebanyak 7 buku, bentuknya masih belum kena, (3) Cerita Perjalanan (Reise Erzahlngen) : karya utama nya 26 judul, ini adalah masa puncak penulisannya (4) Karya Akhir: ditulis di 10 tahun terakhir masa kehidupannya, lebih filosofis dan mendalam, (5) Karya Lain-lain: termasuk otobiografi, surat-surat , musik, drama dan lainnya. Telaah ini memusatkan pada karya di Cerita Perjalanan dan Karya Akhir , karena masa ini adalah masa-masa puncak, kematangan dan ketenaran cerita petualangannya. Bentuk penceritaannya dengan gaya bahasa narator atau si Aku. Isinya lebih berisi, konfliknya lebih bervariasi, temanya lebih mencolok, meskipun tetap saja tak terlepas dari kelemahannya yaitu: overtone (berlebihan baik dari penegasan sisi baik atau buruk, termasuk moral dan keagamaan), dan setengah narsisis (kata sementara orang, karena si Aku selalu menang dan unggul pada akhirnya). Belakangan si Aku, malah dipanggil juga dengan sebutan Tuan Doktor, yaitu pengakuan diri May dan demikian panggilan masyarakat terhadapnya kemudian. Dengan demikian dengan mudah ditafsirkan bahwa si narator adalah alter-ego dari May. Termasuk di sini adalah Seri Timur (Orient Zyklus) dengan latar belakang imperium Usmaniyah Turki di 1870an yang terdiri dari 6 buku, seri Sudan (Tanah Mahdi ) 3 buku, ataupun Seri Amerika antara lain Winnetou Trilogi yang mahsyur. Termasuk disini pula adalah petualangan di Asia Selatan, Tenggara dan Timur termasuk Indonesia. Sedang mengenai Karya Akhir adalah dimana pada usia 58 tahun - ketika sudah jaya-, dan untuk pertama kali May meninggalkan Eropah untuk mengadakan perjalanan yang sesungguhnya. Kali ini ke dunia Timur yang eksotis itu. Kunjungan lebih dari satu tahun itu termasuk ke Padang melalui Penang dan Aceh. Terkejut atas kenyataan bahwa tulisannya ternyata tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sejak di Padang mulailah dia menulis dengan gaya yang lain, berbeda dengan gaya sebelumnya, lebih filosofis. Salah satu karya utama di periode ini adalah Dan Damai di Bumi (1901/1904), buku dengan tema tentang perdamaian dan anti militerisme. Sangat penting , karena satu-satunya buku dengan latar belakang negeri jauh yang ditulis berdasarkan kunjungan yang sebenarnya. Buku ini antara lain bercerita tentang Perang Aceh yang tegas-tegas dihujatnya. Kunjungan lain dilakukan ke Amerika tahun 1908. Buku yang ditulis dari kunjungan itu adalah Wasiat Winetou. Tapi kunjungannya bukan ke Wild West , melainkan ke New York dan

sekitarnya, serta Niagara. Sebagai penulis yang dikenal dengan cerita Barat liar, niscaya Karl May sama sekali tidak pernah menginjak daerah Barat hingga akhir hayatnya. Motivasi Cerita Petualangan Hal yang penting untuk diketahui adalah, apa motivasi May menulis tentang petualangan atau reise erzaehlungen? Banyak hal yang menyebabkannya. Sejak masa kecilnya, si Karl sebagai anak kecil yang buta yang mendengar cerita-cerita seribu satu malam dari neneknya. Ketika sudah melek, cerita nenek dipertajam dengan ada nya literatur tentang perampok atau bajak laut yang dibaca di masa kecilnya. Belakangan petualangan Wild West yang ditulis oleh penulis Jerman terdahulu yang dia baca di masa remaja, termasuk kunjungan Buffalo Bill Show ke Jerman di waktu itu juga menambah dorongan untuk menulis negeri-negeri jauh. Dengan tersedianya karya literature lain yang mendukungnya, termasuk kamus Indian maupun peta yang nota bene sudah ketinggalan jaman maka karya-karya tentang negeri jauh dianggap (relatif) akurat, meskipun tidak dari sudut antropologis. Dari sosiologis, masa kejayaan kolonialisme dan romantisme orang Jerman di waktu itu untuk mengenal negeri jauh yang membebaskan mereka dari kerutinan, bisa dijadikan juga alasan pendukungnya. Jerman sebagai negeri di pedalaman Eropah yang merasa terkungkung , membutuhkan suatu pelepasan dengan mendambakan kehidupan dunia yang bebas dan tak terbatas. Dari segi keamanan, dengan hanya menulis cerita petualangan itu, dia akan aman ketika memaki dan mengkritik hal-hal yang dianggap tidak benar atau bertindak diluar jalur hukum (menculik atau membunuh) dengan cara dan sarana menulis cerita petualangan. Namun demikian, ungkapan yang menarik justru didapat dari May sendiri. May mengatakan:Hanya beberapa minggu yang lalu saya berkenalan dengan sarjana yang menyukai petualangan (traveling scholar) yang menyatakan ini adalah fakta bahwa kita bisa menempuh Dunia Lama dari Hammerfest ke Capetown atau dari Inggris ke Jepang tanpa menemui tanda-tanda dengan apa yang disebut sebagai petualangan. Saya tidak membantahnya, tapi saya yakin bahwa itu tergantung dari yang bersangkutan atas perjalanan macam mana yang dilakukan. Perjalanan berombongan atau diatur dengan biro perjalanan pasti akan jinak, bahkan kalau kita mau pergi ke Sulawesi atau Tierra del Fuego. Saya lebih menyukai kuda atau onta, daripada bis atau kereta api, kanoe daripada kapal uap, senjata daripada paspor yang banyak visanya. (Menjelajah Gurun, 1892). Pembagian Negeri Eksotis Karl May Dunia di luar Eropah bagi Karl May bisa berarti seluruh pelosok dunia. Dia memang tidak mengenal batas-batas geografis! Sedemikian liarnya imajinasinya sehingga dalam satu seri tulisan, awal cerita di mulai di suatu negeri tertentu, dan bisa saja berakhir di belahan bumi yang lain. Ada adegan yang dimulai di Amerika dan berakhir di Timur, atau sebaliknya, dimulai di Timur dan berakhir di Amerika; atau ada pula yang bermula di Amerika, disambung ke Timur, dan kembali lagi ke Amerika. Karl May sendiri akhirnya membagi dunianya dalam dua bagian besar yaitu Amerika dan Timur. Untuk penulisan khusus pembaca Indonesia, narasi tentang Indonesia atau Asia sengaja ditambahkan, karena sifatnya khusus. 1. Seri Amerika Seri Amerika prinsipnya terjadi di Amerika Utara khususnya, tapi tidak selalu bagian Barat Daya. Karena sudah paruh terakhir abad 19, atau seusai perang saudara, istilah yang dipakai bukan lagi Wild West tapi Far West. Di seri ini adalah penggambaran noble savage, dimana orang-orang Indian digambarkan berjiwa mulia, orang kulit putihlah yang menjadikan mereka tidak baik. Karakter ini tentunya sudah pernah ditulis oleh penulis lain sebelumnya, baik yang Jerman maupun bukan, dan kelihatannya May juga terpengaruh oleh Fenimore Cooper (The Last Mohican, dan seri Leatherstock). Pengaruh Cooper itu bahkan disebut oleh May ketika seseorang meledek si narator yang dianggap anak bawang alias

plonco atau greenhorn dengan mengatakan : apakah Anda membaca Cooper? (Winnetou III, 1893) Di Amerika, si hero narator bernama Charley (yang segera mengingatkan akan Karl) yang kemudian berjuluk tangan yang menghancurkan alias Old Shatterhand, sedang si noble savage adalah Winnetou ketua tertinggi suku Apache. Winnetou dan Old Shatterhand bersikap bersahabat dengan semua suku Indian baik yang buruk maupun jelek, tapi jelas memisahkan diri dengan orang kulit putih yang jahat, yang hampir semuanya adalah Yankee! Romantisasi kehidupan Native America dan exploitasi keburukan orang Amerika pendatang yang resminya dianggap sebagai pionir penemu dunia baru ini, barangkali salah satu hal yang membikin tulisannya tidak populer di Amerika , tempat dimana sepertiga tulisannya berlatar belakang. 2. Seri Timur: Cerita Timur (Orient Cycle) ini adalah petualangan berlatar belakang kekaisaran Turki, mulai dari Afrika Utara, jasirah Arab, Timur Tengah, Turki dan Balkan. Petualangan ini merupakan gabungan dari cerita perjalanan yang memikat, detektif, dan roman, yang digabung dalam model cerita seribu satu malam. Komentar Albert Einstein tentang ini: masa remaja saya benar-benar dibawah pengaruh dia. Bahkan hingga hari ini, dia merupakan kesayangan saya pada saat-saat sedang putus asa. Cerita perjalanan biasanya membosankan saya, tapi tidak dengan tulisan Karl May. Penerbitan buku tentang Seri Timur ini diterbitkan justru lebih awal daripada seri Amerika. Sewaktu masih berbentuk cerita bersambung di majalah, diperlukan waktu tak kurang dari 1881-1888 untuk penulisan dan pemuatannya. Si hero narator masih Charley yang kini bernama Kara Ben Nemsi atau Karl si Anak Jerman, yang selalu diiringi pembantu dan sahabatnya Halef Omar, orang Arab dari Tunisia, yang akhirnya menjadi Ketua Suku di Irak(!). Tokoh jahat bisa berbagai macam suku karena ceritanya memang menjelajah negara-negara yang waktu itu berada dibawah Kekaisaran Usmaniyah. Judul asli seri ini memang Bayangan Padishah. Dalam otobiografinya May mengatakan bahwa ada kesamaan utama dari dua seri itu bahwa si narrator atau pelaku melakukan perjalanannya dari prairi atau padang pasir dimana ini melambangkan kekasaran jiwa manuia. Ketika dia telah mengalami berbagai pengalaman yang menempanya, menjadilah si tokoh menjadi seseorang yang menemui kesempurnaan jiwa. May menjelaskan lebih lanjut, bahwa cerita perjalanannya, baik di Amerika maupun Timur adalah penceritaan tentang tahap usaha manusia untuk mencapai kearifan dan kesempurnaan. Sayangnya atau untungnya, penjelasannya ini disampaikan May di saat-saat terakhir sebelum ajal menjemputnya. Sementara itu, jutaan penggemarnya terlanjur asyik dengan imajinya sendirisendiri tanpa pretensi apapun jua, selain mengikuti petualangan yang seru serta rasa keingintahuan untuk mengenal dan menjelajah negeri jauh, dan bahkan percaya bahwa petualangan yang diceritakan itu benar-benar ada dan pernah terjadi.

Pandangan May terhadap Dunia Non Eropah Lantas bagaimana pandangan atau kesan yang ditimbulkan oleh Karl May terhadap dunia eksotisnya tadi? Penting untuk dicatat bahwa sewaktu tulisan-tulisan di pertengahan hingga akhir abad 19 itu dibuat, masa kejayaan kolonialisme sedang dipuncaknya. Sebagai penulis kiranya tidak salah kalau Karl May ikut berlomba menulis dengan tema dunia baru. Tema tentang merantau ke dunia baru itu tentunya tidak berlebihan mengingat di paruh kedua abad 19 tercatat 2 juta orang Jerman yang beremigrasi ke Amerika mengadu nasib dengan berbagai macam alasan termasuk ekonomi

dan politik. Meskipun pemerintah kaisar Willem II tidak terlalu getol untuk ikut berlomba mendapatkan koloni baru, tapi sikap bahwa ours is better atau kami lebih baik, tentunya tidak lepas dari sikap orang yang pindah ke tempat baru yang dianggap kurang berbudaya, termasuk tentunya: Amerika dan Dunia Timur. Superioritas ras itu bagaimanapun tentu menonjol di tulisan May dan atau penulis sejaman lainnya. Namun demikian, May menyatakan bahwa orang Jerman atau Eropah pun pada kejadian dan hal-hal tertentu haruslah tetap belajar dari kearifan dunia baru itu. Ini sejalan politik kolonial waktu itu yang sampai tahap tertentu masih memelihara tradisi atau keahlian teknis lokal. Dari itu, si hero narator akhirnya harus banyak belajar dari tokoh si Indian, sebagai local genius, atau bersahabat dengan suku-suku Arab untuk mendalami adat istiadatnya. Seri Amerika: Seri Amerika adalah menceritakan seorang pemuda (Jerman tentu, meskipun May sendiri menyebutkan tidak harus seorang Jerman!), yang merantau ke Amerika untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dalam perantauannya, si narator itu alter ego atau lebih tepatnya juru bicara May- mendapati kenyataan bahwa bangsa kulit putihlah sebenarnya yang merampas tanah milik Indian dengan cara kekerasan. Bangsa kulit putihlah yang merusak lingkungan, yang antara lain berperan aktif memusnahkan ratusan ribu atau jutaan bison dan mustang hanya demi memenuhi kesenangan mereka berburu semata. Sedang binatang itu sebenarnya adalah bahan makanan para Indian itu, dan hanya diambil secukupnya saja. Orang kulit putih juga membeli kuda orang kulit merah dan membayarnya dengan air api sehingga menyebabkan mereka kecanduan alkohol, yang akhirnya si kulit merah ini mencuri kuda milik suku lainnya, demi motivasi air api ini. Dan yang paling fatal, bangsa kulit putihlah yang tidak memberikan kesempatan beradaptasi bagi kulit merah untuk menyesuaikan diri dengan kebudayaan Barat sehingga menyebabkan percepatan proses pemusnahan orng kulit merah. Hal itu lebih dipercepat lagi dengan berbagai penyakit yang dibawa oleh orang kulit putih. (Winnetou I, 1893) .Tema-tema seperti itu jelas tidak populer di mata orang Amerika. Namun, data di Encyclopedia Britannica menyebutkan belakangan betapa ketentuan-ketentuan yang dibuat oleh Washington misalnya ketentuan tentang penggantian tanah, ternyata tidak dilakukan dengan baik oleh aparat bawahan di Wild West itu. Tak pelak lagi ini adalah pembelaan May atas genicode yang dilakukan oleh orang Amerika pendatang atas Amerika penduduk asli . Jika diruntut kebelakang, kematian atas ketua suku Indian ternama seperti Cochise (1874) memicu Karl May untuk melantunkan suatu pembelaan atas nasib ras mereka. Cerpennya yang pertama keluarlah di 1875 dengan judul Inn-nu-woh yang menjadi cikal bakalnya Winnetou. Cochise si Indian pencinta damai itu, tak pelak lagi direpresentasikan sebagai tokoh Winnetou, dan tak usah heran, kalau May kemudian menulis tahun kematian Winnetou yang sama dengan tahun kematian Cochise. Pada 1877 Crazy Horse terbunuh, dan May lebih produktif lagi menulis tentang mereka. Pada 1886, ketika Geronimo tokoh Indian lainnya- menyerah, buku May tentang para Indianpun mulailah diterbitkan. Hal yang penting dicatat di seri Amerika: penokohan noble savage melalui figure Winnetou ini sedemikian rupa sehingga bahkan si Eropahpun harus belajar banyak dari si local genius ini. Di semua buku seri Amerika, selalu saja dijelaskan betapa si Indianlah yang running the show dalam kondisi dan situasi yang bagaimanapun juga. Si Eropah hanya mungkin mampu menguasai ilmu tentang kehidupan di Barat, kalau dia mau belajar dari si penduduk asli. Pesan ini sangat berlawanan sekali dengan kenyataan yang ada! Sedemikian rupa kesan yang ditimbulkan oleh May terhadap penokohan atas native American dan para Yankee, sehingga banyak orang Amerika yang jelas tidak mengenal May terheran-heran mengapa ada perasaan tersendiri yang cenderung negative dari orang Jerman atas mereka, yang jika diruntut kebelakang ternyata disebabkan oleh cerita-cerita May atas keburukan Yankee. Para Yankee juga terheran-heran melihatnya banyaknya club Indian di Jerman. Lebih heran lagi, karena para cowboy itu sendiri menguasai sekali geografi Amerika Serikat bagian Barat Daya, seperti daerah Llano Estacado, meskipun ternyata penggambarannya keliru dan tidak sesuai dengan kenyataan, tapi sudah keburu dipercaya! Dari dua hal di atas, baik versi fiktif maupun sejarah, menjadi tanya kita sekarang apakah tulisan May itu masih relevan? Dengan adanya kasus Aborigin di Australia atau penyerobotan tanah di

tanah air yang masih juga terjadi hingga hari, bukankan tema-tema seperti ini masih mempunyai arti? Bukan hanya di situ saja, May juga mengatakan betapa dalam perang orang kulit putih pun orang Indian pun ternyata diadu domba (Winnetou II, 1893) . Ini terjadi semasa perang Mexico , beberapa saat setelah perang Saudara berakhir (1861 1865 ) ketika pasukan Benito Juarez membawa-bawa suku Apache, sedang Maximillian membawa-bawa suku Comanche. Tidak penting benar, apakah hal itu memang terjadi dalam sejarah , meskipun Juarez maupun Maximillian adalah tokoh sejarah, tapi tema adu domba ini juga tidak luput dari imaji May, dan tetap akan relevan dalam psikologi konflik dan adu domba, kapan saja dan di belahan manapun dunia ini. Tidak selamanya seri Amerika ini menyangkut nasib Indian. Sebagian besar sebenarnya adalah tentang manusia dan kemanusiaan, namun dibungkus dalam cerita petualangan. Mulai dari tema yang sederhana, seperti orang yang kecanduan narkoba hingga menghacurkan kehidupan saudaranya (Winnetou II, 1893), atau ketamakan manusia akan emas di jaman demam emas Goldrush -yang disebut May sebagai deadly dust debu maut)- yang banyak jadi tema penulis western (Winnetou III, 1893) , hingga tema atheisme karena keputus asaan dalam menghadapi cobaan hidup yang kemudian tentu saja- tersadar (Seri Old Surehand , 3 buku, 1896), hingga dominannya nafas keagamaan bahkan pada judulnya sendiri meskipun tetap berlatang belakang kehidupan Barat Jauh (Natal, 1897). Namun demikian, betapapun perkasanya si tokoh Indian dalam pandangan May, dia haruslah dimatikan. Meskipun dia adalah si hero. Ini tentu sangat kontroversi, dan mengingatkan akan The Last Mohican nya Cooper. Tapi May menyatakan bahwa kematian ini perlu, untuk melambangkan bahwa pada akhirnya suku bangsa Indian itu akan punah. Untuk itulah si Winnetou harus digugurkan pada usia yang muda, yaitu 34 tahun. Tepatnya lahir tahun 1840 dan meninggal tanggal 2 September 1874. Yang unik, meskipun mati-matian May membela nasib bangsa Indian yang nyaris dan kini sudah punah itu, tak luput dia juga menyalahkan sikap mereka yang tidak mempunyai keinginan untuk maju. Kemajuan di mata May dilambangkan dengan terbang. Di Winnetou IV (1909), buku terakhir tentang Wild West, dia menulis: Tetapi bagaimanapun kasih sayang saya kepada bangsa kulit merah itu dan bagaimanapun besarnya keinginan saya hendak menceritakan yang baik-baik dan yang bagus-bagus saja tentang mereka itu, tetapi dengan berterus terang harus saya katakan, bahwa bangunan itu bagi saya buruk kelihatannya dan tidak ada bentuknya. Bentuk dan cara Indian benar-benar.Orang Indian tidak mempunyai menara! Mereka itu tidak mengerti akan bisikan pohon yang tinggi-tinggi dan besar-besar, tidak mendirikan mesjid atau gereja. Itu sebabnya maka kecerdasannya tidak pula membubung tinggi. Mereka itu melihat burung terbang di udara, ingin mempunyai bulunya, tapi tak pernah timbul keinginannya untuk meniru burung itu, untuk terbang pula di udara membentangkan sayapnya dengan bebas di angkasa yang segar dan sehat hawanya itu! Belajar terbang! Barangsiapa yang tidak ada keinginannya untuk itu, ia akan tetap tinggal di bawah saja. Dan demikian pulalah nasib orang Indian itu nanti, jika ia tidak mulai dari sekarang belajar terbang. (Winnetou IV, 1908) Simbolisme yang kental inilah contoh dari dari Karya Akhir Karl May Keberanian May untuk meramalkan nasib Indian juga dengan beraninya dia sampaikan. Meskipun cerita fiktif, dia berani menyebut sumber berita yang ada saat itu. Pada hari Paskah tahun 1910, ketika saya mengakhiri cerita ini, istri saya meletakkan selembar koran Jerman bertanggal 23 Maret di muka saya, yang memuat sebuah berita berkepala : Sebuah Patung Untuk Bangsa Indian. Si narator menyampaikan bahwa di pelabuhan New York, patung Columbus (sic) yang besar itu akan mendapat teman baru yaitu sebuah patung Indian. Ide berasal dari Tuan Rodman Wanamaker dan sudah disetujui Presiden Taft. Lanjut si narator: Patung ini merupakan seorang Indian yang sedang berdiri mengulurkan kedua belah tangannya, seperti sikapnya dahulu waktu ia mengucapkan selamat datang kepada orang kulit putih yang mula-mula sekali menginjakkan kakinya di pantai Amerika. Dan sejarah mencatat patung itu tidak pernah ada! Tapi requiem mana yang paling tepat pernah dibuat penulis lain tentang Indian Amerika kalau tidak ungkapan Karl May yang memilukan ini? Perhatikan:

Demikianlah surat wasiat orang Apache itu lenyap, seperti juga yang membuatnya telah berpulang ke asalnya dan seperti seluruh bangsa kulit merah akan lenyap jua dari muka bumi. Terserak seperti cabikan-cabikan surat wasiat itu, orang kulit merah mengembara di prairi yang dahulunya tanah mereka sendiri tidak tentu arah yang ditujunya, tiada tentu pula apa yang dikejarnya. Tapi barang siapa berdiri di muka kuburan orang Apache di pegunungan Gros Ventre, di tepi sungai Metsur itu, maka kepadanya akan dikatakannya : "Di tempat inilah Winnetou terkubur, ia berkulit merah tapi dia orang besar!" Dan bila carik kertas yang penghabisan telah terpendam oleh lumpur dan daun-daun, maka berkatalah bangsa yang berpikiran sehat serta berhati tulus : "Di savana dan prairi inilah bangsa kulit merah beristirahat untuk selama-lamanya; bangsa itu tidak berkembang biak, karena tidak diizinkan berkembang" (Winnetou III, 1893) Patut dicatat, meskipun sudah ada penulis Jerman yang pernah menulis tentang Wild West, tulisan Karl May ini boleh dibilang sepenuhnya adalah hasil imajinasinya, karena minimumya data literature yang ada sebelumnya, kecuali beberapa kamus Indian yang dipakai May dan sedikit laporan perjalanan sesungguhnya. Seri Timur: Berbeda dengan seri Amerika, seri Timur (Orient) niscaya penuh dengan data yang diambil oleh May dari para scholar mengenai Timur lainnya. Dari segi waktu, penulisan Seri Timur dibuat sebelum atau bersamaan dengan seri Amerika. Sumber dimaksud bukan saja dari para Orientalis pada umumnya, tapi juga dari catatan perjalanan para penjelajah ke tempat-tempat jauh, seperti halnya Kurdistan. Namun demikian, data itu kemudian dicampur dengan ide-ide May sendiri sehingga narasi menjadi demikian hidup dan nyata. Lagi pula pandangan orientalis itu kemudian juga dibantah oleh May sendiri dengan argumen-argumen khususnya tentang perdamaian yang menjadi tema-tema buku Karl May. Khusus untuk seri ini, definisi Timur di sini May membatasi sebagai jajahan kekaisaran Usmaniyah, sedang May menyebut bangsa Turki sedang bangsa yang sedang sakit. Untuk mampu menulis negeri-negeri jauh di Timur itu, May menggunakan library research yang relatif maju pada jamannya. Dia mempunyai ratusan buku referensi yang mungkin bisa membuat iri penulis lain di jamannya. Dia juga berlangganan, jurnal, harian, mingguan , bulanan, sedemikian rupa hingga penulisan tentang negeri jauh itu bisa tepat. Literatur yang dia baca dari berbagai sumber termasuk yang digunakan pemerintah kolonial, dan para orientalis. Patut diduga May juga membaca Kuran , dan membaca fonetik Arab dan Turki . Untuk tumbuhan saja di memakai beberapa buku, termasuk buku botani abad 15, sedang dunia Islam didapati dari Barth , Petermann, dan tentu saja juga C. Snouck Hurgronje. Sesuai dengan adagium garbage in garbage out, ketidak-tepatan tentunya tidak luput keluar dari ceritanya. Untuk seri Timur, tulisannya tentang Islam mencampur adukkan antara ajaran agama dengan tradisi dan istiadat setempat yang kebetulan beragama Islam. Mungkin ini diambil dari pandangan orientalis itu yang keliru. Istilah Haji dan Umrah dicampur adukan, atau bahkan istilah Umrah itu sendiri barangkali tidak dia kenal. Ini karena referensi yang dipakai tidak pernah pula menjelaskannya. Kata Giaour yang menurut May berarti kafir, orang yang tidak beriman, atau bukan non muslim, ternyata setelah diruntut asal muasal katanya berasal dari kata Turki, tapi di sepanjang bukunya diucapkan juga oleh orang Arab.. Berdasarkan latar belakang itulah buku May tentang Timur ini dibuat. Banyak orang menganggap bahwa di seri Timur Karl May melakukan penghinaan atau pelecehan terhadap Islam atau minimum orang Arab atau Turki. Padahal kalau ditelaah baik-baik justru yang selalu jahat adalah pejabat pemerintah Turki yang korup. Di Timur, makin tegas kita bertindak, makin ramah-tamah kita diperlakukan. Di Timur, kata Bachschisch (uang pelicin) kata yang mengandung pengaruh ajaib. Menurut adat istiadat Timur, orang tidak segera bertanya tentang keadaan si tamu, melainkan berbicara dari Barat ke Timur. Tiga kalimat pelajaran dasar tentang Dunia Timur ini: bahwa kekerasan/kekuatan itu sesuatu yang effektif, dunia tidak berjalan tanpa uang pelicin atau ketidak efisienan dalam suatu proses pengambilan keputusan akibat kebiasaan berbicara panjang lebar sebelum masuk ke pokok tujuan, niscaya sesuatu bahan untuk mawas diri apakah di abad 21 ini orang Timur harus tetap mempertahankan sikap atau tradisi itu.

Untuk antropologi May lebih terlihat hitam putih dalam menjabarkan suku bangsa yang dipotretnya. Bagaimanapun, dalam menyikapi pandangan May terhadap Timur ada hal-hal sensitif karena ada akidah keagamaan atau tradisional yang barangkali tidak sesuai dengan akidahakidah yang sudah dikenal atau dianggap benar oleh orang Islam. Untuk itu , dalam penerjemahan versi asli buku May, editor kelihatannya harus bekerja ekstra hati-hati apabila karya May diterjemahkan ke negara yang mayoritasnya muslim. Ada ungkapan-ungakapan atau potonganpotongan data yang diambil May dari literatur yang sudah ada, yang oleh orang Islam bisa saja dianggap menghina atau merendahkan Islam, sementara May sendiri dengan entengnya dan tanpa beban menyitirnya hanya sekedar untuk memberikan ilustrasi ke pembacanya (yang Jerman) dengan kutipan-kutipan yang ada. Ketika pembantu si narator dengan sepenuh hati mencoba meyakinkan si narator agar beralih ke Islam dan memberikan gambaran tentang Surga dimana mengalir susu, anggur, kopi dan madu tanpa henti, si narator dengan enteng membatin: Meskipun deskripsi tentang konsep surga ini menawan, saya harus mencatat bahwa Mohammad mengambil penggambaran Kristen dan dibentuk ulang untuk konsumsi Badui nomad (Menjelajah Gurun, 1892) Dalam uraian panjang lebar tentang agama Islam yang beberapa lembar (mengingat pembacanya rakyat Jerman abad 19 yang tidak tahu menahu tentang Islam), May dengan enteng juga menulis : Ketika berusia dua puluh lima tahun dia bekerja pada Khadija, seorang janda kaya pedagang, dan melayani dia dengan penuh kepercayaan sehingga Khadija menyukai dia dan menjadikan dia suaminya. Tapi kemudian rugi dan menghabiskan kekayaan yang banyak itu. Sampai dengan usia 40 dia adalah pedagang . Kalimat seperti ini yang meskipun bukan kalimat asli si pengarang, tapi referensi yang harus dipertanggung-jawabkannya, tentu bisa jadi urusan besar di negara tertentu. Imajinasi yang tanpa batas , juga menyebabkan dia dengan gampang saja menyebut gelar si narator yang Kristen dengan gelar Haji , hanya semata si narator sudah pernah ke Mekah. Ketidak mengertian seperti itu, sudah tentu dari sudut pandang imajinasi cerita petualangan syah-syah saja, tapi sangat boleh jadi akan menyebabkan pihak-pihak tertentu merasa tidak enak Dari dua kutub yang berbeda ini, di satu pihak ada jalinan cerita yang memikat dan sambung menyambung tiada akhir, di lain pihak beberapa detil teknis yang keliru karena sumbernya yang mengatakan demikian, maka sempurnalah rangkaian cerita seribu satu malam yang disajikan May ini, sebagai suatu sarana pelepasan bagi orang-orang memimpikan dongeng peri, tanpa bermaksud mempelajari tentang antropologi apalagi tentang religi atau sesuatu yang dogmatis lainnya.

Tentang Indonesia/Asia Kalau kiranya May memasukkan Indonesia (Hindia Belanda lebih tepatnya) dalam melengkapi nilai eksotisitas karyanya , ini tentunya masuk akal, meskipun mengejutkan pembaca Indonesia, karena tidak pernah diungkap hingga 100 tahun kemudian. Mungkin ada beberapa hal yang menyebabkan dia menulis tentang Indonesia, antara lain karena Hindia Belanda di bawah administrasi Kerajaan Belanda , tetangga Jerman, yang secara sosio-politis tidak terlalu asing. Hal lain yang masih berupa hipotesa- May membaca tulisan-tulisan Adolf Bastian yang beberapa kali berkunjung ke Indonesia, bahkan memperkenalkan kembali nama Indonesia , mengingat Bastian hidup sejaman dengan May. Selanjutnya, dengan menulis tentang Indonesia, data tentang geografis dan hal lainnya tentu sudah tersedia dari literatur terbitan Belanda. Dengan lengkapnya literatur, maka tidak terlalu sulitlah bagi May untuk mereka-reka kehidupan orang Melayu atau Jawa dan Sunda. Disebutkan pula, May sebagai seorang language freak pada jamannya, menguasai bahasa Melayu dan beberapa indiom Sunda. Tentunya fakta ini harus dimengerti dengan catatan tertentu. Tercatat empat buku yang memakai latar belakang Hindia-Belanda: Pulau Permata tentang petualangan di Samudara Hindia (1882), Kapten Perompak, tentang petualangan di Kalimantan Timur (1882), Di Jembatan Macan/Di Lautan Teduh (1894) dan yang paling penting dan monumental adalah Dan Damai di Bumi (1901/1904). Disebut monumental, karena inilah satusatunya buku perjalanan yang ditulis oleh Karl May yang benar-benar berdasarkan kunjungan ke lokasi yang sebenarnya di negara itu. Buku ini niscaya sangat relevan bagi orang Indonesia karena

di buku inilah dia tegas-tegas mengutuk peperangan, militerisme dan kolonialisme, termasuk Perang Aceh. Khusus di buku Dan Damai di Bumi May mulai memasukkan nilai perdamaian dunia dengan lebih prosa lagi, dan menghilangkan perlambang-perlambang yang biasa dipakai. Perhatikan bagaimana dia mengajak orang Eropa untuk memandang orang di luar Eropah dengan kutipan ini: Sejak usia kanak-kanak dan di sekolah dasar, sekolah lanjutan, dan bahkan sampai di perguruan tinggi kita selalu mendengar bahwa orang Tionghoa tidak lain daripada manusia kocak dan aneh yang dalam sejarah peradaban kita bernasib buruk, yaitu selalu diolok-olok. Tidak terhitung bukubuku, surat kabar dan terbitan-terbitan lainnya yang menyebarluaskan pendapat sembarangan ini. Pandangan ini masuk ke dalam udara yang dihirup waktu bernapas; ditelan mentah-mentah, dilumat dan dicerna, menjadi zat makanan yang masuk sumsum tulang, menjadi darah dan daging dan menjadi bagian keberadaan kami yang tidak dapat dimusnahkan. Tidak terpikir oleh kita untuk bertanya, apakah anggapan itu benar dan patut. Boleh kiranya saya mendahului jalan pikiran saya dengan pernyataan bahwa orang Cina pun mempunyai pandangan yang sama mengenai kita; dari usia kanak-kanak sampai usia tua, satu-satunya yang berulang kali diajarkan kepada mereka adalah, bahwa kita orang-orang aneh dan mengherankan. Ditinjau dari pemahaman mereka tentang sejarah dunia, mereka sebenarnya tidak mengerti, kita ini mau apa, karena terhadap mereka kita mempermaklumkan diri sebagai orang-orang terpilih yang ditugaskan memimpin dunia, sedangkan bangsa-bangsa lain sama sekali tidak ada gunanya. Dengan perkataan lain, orang-orang Tionghoa memandang kita juga sebagai orang-orang ganjil dan aneh tepat seperti kami memandang mereka (Dan Damai di Bumi) Lantas, bagaimana pandangan May terhadap Melayu, atau Indonesia pada umumnya? Dia melaporkan betapa ras Melayu mempunyai literatur yang independen dan banyak sekali sambil menyebut ras Melayu di Filipina, Indonesia bahkan hingga Malagasi, dengan judul contoh karyakaryanya baik prosa dan puisi. Referensi ensiklodis ini niscaya tidak ada artinya dan hanya akan jadi data beku belaka, kalau kemudian tidak dicomot May dan dimasukkan dalam buku populer yang kemudian dibaca oleh orang banyak. Kiranya orang Melayu harus berterima kasih atas promosi ini. May juga mengatakan ke pembaca bahwa beberapa ratus tahun yang lalu orang Melayu sudah bisa membuat buku tentang hukum laut . Bagi orang Indonesia tertentu hal ini barangkali hal yang biasa saja, tapi ketika ini disampaikan oleh seorang Jerman di awal abad 20 untuk konsumsi masyarakat setempat, jelas ini suatu kegiatan lintas budaya yang disampaikan dengan cara populer dan effektif untuk saling mengenal suku-suku atau bangsa-bangsa yang ada diluar mereka. Warna-warna politik dan perdamaian Berbicara tentang dunia di luar Eropah bagi May tak luput dari politik. Dan ini bagi May adalah berbicara tentang perdamaian dan kesetaraan bangsa-bangsa di dunia. Dengan berlandaskan misi perdamaian, maka tanpa pandang bulu diapun akan mengganyang semua pihak yang dianggap tidak mendukung usaha perdamaian ini. Dalam kegiatan politik yang mendukung perdamaian dan membenci peperangan, May bisa saja mengutuk siapapun bahkan orang Jerman yang nota bene bangsanya sendiri atau Kristen yang agamanya sendiri atau Belanda yang mempunyai hubungan yang baik dengan Jerman di waktu itu. Ketika si narator dalam petualangannya di Balkan, menemui seorang pembangkang yang naik ke gunung karena berontak terhadap penjajah Turki, berikut adalah pandangan May terhadap kolonialisme yang juga dilakukan oleh pemerintah Prusia atau Jerman: (Pembangkang): Tetapi harus tuan perbedakan antara undang-undang negara dan orang -orang yang menjalankan undang-undang itu. Undang-undang negara kita memang bagus, dan baik pula maksudnya . Tetapi orang-orang yang menjalankan dan orang-orang yang mempertahankan undang-undang itu, buruk benar. Tuhan memberikan kepada kita undang-undang yang baik dan lembaga-lembaga yang berguna, tetapi pemberian Tuhan itu diputar balikkan oleh orang-orang yang memegang kuasa dan yang wajib mengamalkan kehendak Tuhan itu. Bukankan kerap tuan

dengar orang mengatakan agama Islam merintangi kemajuan dan peradaban? (Narator) "Ya, ada juga orang berkata demikian". "Bukankah celaan itu datang dari orang yang tidak percaya kepada Allah dan Rasulnya?" "Betul" "Padahal, orang yang berkata demikian itu tidak tahu akan agama Islam dan orang Turki. Agama Islam tidak menentang kemajuan masyarakat, melainkan kekuasaan yang diberikan oleh Tuhan jatuh ke tangan orang yang jahat. Demikian juga halnya bangsa Turki. Bangsa Turki adalah bangsa yang baik, setia lagi jujur. Jika diantaranya yang kurang baik, siapakah yang menyebabkannya?" (Pembangkang) "Bangsa Turki merampas negeri ini. Hal ini cukuplah alasan untuk mengusir mereka dari sini? Coba, katakan pendapat tuan, Effendi!" (Narator) "Lanjutkan perkataan tuan. Keluarkan lagi pikiran tuan." "Bukankah bangsa Inggris, Jerman, Rusia dan bangsa lain merampas negeri yang didiami sekarang ini? Baru-baru ini orang Prusia merampas tanah orang. Negerinya menjadi besar oleh karena meriam, sangkur senapan dan pedang. Barangkali oleh kecerdikan para diplomatnya juga. Tetapi nyatalah bangsa-bangsa itu sedianya tidak mempunyai jajahan atau tanah sebesar sekarang ini. Apa gerangan kata orang Amerika jika orang-orang Turki datang kesana lalu berkata: kamu harus pergi dari sini, sebab tanah ini kepunyaan bangsa Indian! Tentulah orang Turki itu akan ditertawakannya. Apa sebabnya mereka harus pergi dari negerinya. (Di Pelosok Balkan, 1892)

Adu domba yang dilakukan oleh pemerintah Barat yang kebetulan beragama Kristen yang dalam hal ini diwakili orang seorang oknum Yunani tidak luput dari dampratannya: Orang Turki sebenarnya adalah orang-orang jujur, tidak macam-macam. Kalau ternyata kemudian mereka tidak begitu, engkaulah yang harus disalahkan. Engkau, yang mengaku beragama Kristen, lebih brengsek daripada orang yang tidak beragama yang paling jelek. Di Turki, kapan saja ada penipuan atau tindakan kekejaman terjadi, selalu ada seorang Yunani yang tangannya kotor di permainan ini.. Kenapa engkau menabur kebencian diantara suku-suku? Kenapa engkau menghasut, terkadang Turki terhadang Persia melawan satu sama lainnya? Dan ini semua dilakukan oleh orang Kristen? Yang lainnya, yang benar-benar mengikuti ajaran Juru Selamat menyampaikan kata-kata kasih dan pengampunan di tanah ini. Tapi engkau menyebarkan lumut di antara gandum sehingga mencekik, dan benih celaka itu berkembang ribuan kali. Larilah ke Pausmu, kiranya beliau memohon maaf atas namamu.(Menjelajah Gurun). Adalah mengejutkan bahwa di seri Timur, ketika ada pihak yang menganggap May menjelekkan Islam, ternyata tokoh penjahat besarnya adalah termasuk dua bersaudara dari Armenia yang nota bene beragama Kristen dan terkadang mengaku Islam atau sebaliknya, demi keselamatan mereka. Agaknya tipe orang yang berpindah agama adalah sangat dibenci May. Keberanian membuat setting cerita seperti ini jelas sangat riskan di jamannya. Yang juga seru , dan berkenaan dengan kolonialisme di Indonesia adalah adegan di Aceh (Dan Damai di Bumi). Kolonial Belanda tanpa harus menyebut demikian- kena damprat juga: Saya punya koran lama Handelsblad Padangs dimana tercantum singkat dan jelas: Hingga sekarang, perang Belanda melawan Sultan Aceh telah memakan beaya 45.600.000 gulden. Dari situ, lebih 400.000 penduduk setempat telah ditembak mati, berarti masing-masing mereka senilai 1.140 gulden. Belum lagi serdadu Belanda yang gugur di peperangan, cacat atau musnah karena penyakit yang mematikan di rawa-rawa. Kalau saja kita beli tanah seharga 1.140 gulden per hektar, kita akan punya tanah yang paling subur tidak kurang dari 40.000 hektar , dengan cara yang paling damai, dan tanpa rasa bersalah atas kematian orang sebanyak 6.000 jiwa. Itu tertulis 27 tahun yang lalu di koran Belanda yang dicetak di Sumatra. Kita bahkan tidak mau mencoba untuk menghitung pertambahan angka yang ada sekarang Misi membudayakan pribumi seperti yang didengung dengungkan oleh para kolonialis dihantam habis-habisan oleh May. Menurut dia misi orang Eropah untuk membudayakan itu tak lebih dari kegiatan meneror. Bisa kiranya disimpulkan bahwa tanpa memandang dimanapun letak geografis dari tokoh-tokoh atau negara, May berpendapat bahwa baik ataupun buruk bisa terjadi di mana saja. Pada akhirnya terpulang kepada manusianya yang bagaimanapun sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Dengan berbagai perbedaan itu, dia menganjurkan perdamaian bangsa-bangsa, dan menjadikan kemuliaan

manusia di atas segala-galanya. Paling tidak itulah pidatonya yang dihadiri 2000 orang termasuk Bertha Stuttner pemenang Nobel tahun 1905 - di Wina, beberapa hari sebelum ajal menjemputnya di Maret 1912. Konon menurut yang empunya cerita, salah satu dari pendengar itu adalah seorang seniman muda yang gagal, yang bernama Adolf Hitler. Banyak tuduhan yang menyatakan bahwa Maylah salah seorang yang menumbuhkan bakat rasis dari Hitler, mengingat tokoh tokoh May selalu Jerman yang tak terkalahkan. Para pengamat May menilai , bahwa kalau memang benar demikian, May patut diacungi jempol luar biasa, kalau sampai karyanya bisa menghasilkan akibat sehebat itu. Mereka berpendapat, bahkan Karl May lah yang sebenarnya jadi korban Hitler. Paling tidak banyak bukunya yang diubah oleh pemerintah Nazi . Abad 19, adalah jaman nasionalisme di Eropah , dimana masing-masing bangsa memandang bangsa mereka lebih tinggi dari bangsa lain, termasuk disini juga May. Tetapi buku May berbicara tentang perdamaian, persaudaraan , persahabatan dan persamaan antar ras dan bangsa. Si pembaca adalah dari berbagai macam usia dan golongan, bukan hanya Hitler, tapi juga Goet he, Schiller, Gerstcker, London. Tokoh-tokoh May tidak selalu menang. Kalah menang, kalah menang, adalah alur utama dari petualangannya. Untuk mendapatkan kemenangan, si tokoh harus berjuang demi tercapainya kemenangan itu. Banyak tokoh heronya yang kalah dan atau mati. Sedang apakah betul tokohnya rasis dan senang menekan lawannya dengan cara mengancam halhal yang berkenaan dengan kepercayaannya, misalnya orang Indian diancam akan dibakar jimatnya, orang Tionghoa diancam di potong kuncirnya, atau orang Arab diancam dipotong rambut dan jenggotnya, tentunya ini perlu ditinjau dari sudut pandang lain. Sebagai seorang yang cultured narator tidak menyukai pertumpahan darah atau pembunuhan. Agama juga dijadikan alasan di argumentasi ini. Dari sinilah narator mempertahankan diri atau berusaha mengalahkan lawanlawannya dengan jalan non violence tactic, keahlian strategi, atau pendeknya dengan akal. Namun demikian di akhir cerita, perdamaian selalu saja terjadi. Tidak harus di buku yang sama, terkadang juga di buku mendatang. Masih dalam konteks itulah penyelewengan karyanya sangat berperan sekali dalam memperkeruh nuansa rasis ini, khususnya di buku yang diterbitkan sesudah 1912, yaitu tahun kematiannya. Kata penutup Simbolisme dalam tulisan May terlebih di Karya Akhir sangatlah pekat. Tiap kata dan tindak yang dilakukan kini sengaja ditulis dengan memanfaatkan simbolisme. Seratus tahun yang lalu, alam globalisasi sudah dirintisnya dan perdamaian dunia yang didambakannya, sayangnya tidak juga kunjung terjadi. Setelah kematiannya, bahkan terjadi Dua Perang Dunia yang (untunglah) tidak sempat disaksikannya. Perang-perang yang lain atau keributan di negara yang dikunjungi masih juga terjadi di 2001 ini, baik di Sudan, Irak, Palestina, Kurdi , Srilangka, kasus aborigin, dan juga Aceh. Mereka tidak peduli akan kutipan May di awal tulisan ini. Mereka juga tak hirau akan simbolisme perdamaian berikut ini: Kemudian, kami duduk bersama hingga lewat tengah malam. Si Tionghoa, Amerika, Jerman atau Asia , Amerika dan Eropah, dalam keselarasan dan kedamaian di tanah Afrika. Membicarakan yang baik-baik, mulia, indah , agung, dan bukan masalah perbedaan agama, perbedaan kepentingan nasional, atau hak mendasar kebangsaan yang berbeda. Malam itu benar benar tidak bisa saya lupakan. (Dan Damai di Bumi). -- 0 -Bintaro Jaya Juni 2001 Catatan penjaga Wigwam: Naskah ini menjadi acuan sewaktu diadakan diskusi mengenai Karl May di Teater Utan Kayu , Jakarta, tanggal 12 Juni 2001. Apabila disetujui, akan dimuat di Jurnal "Kalam".

Mencari Kearifan Masa Lalu - (Emil Salim)


Written by Administrator

Wednesday, 17 December 2003

Di Lahat, sebuah kota kecil di pinggir sungai Lematang, Sumatera Selatan saya masuk sekolah dasar. Di sekeliling kota masih tumbuh hutan lebat. Dan pohon duren tumbuh bebas di pinggir jalan dan dalam hutan. Tiap kali sehabis hujan deras dengan angin kencang, bersama teman-teman kami masuk hutan mencari buah duren yang banyak berjatuhan ditimpa angin. Pada tiap hari Sabtu guru kelas saya di Sekolah Dasar suka mengajak murid-muridnya berjalanjalan masuk hutan, di kaki bukit Serelo yang tersohor di daerah. Sambil berjalan di hutan, guru menjelaskan berbagai peranan pacet penghisap darah manusia, yang rupanya juga berguna bagi manusia sebagai penunjuk arah matahari karena sifat kepala pacet selalu mencari kehangatan. Dan dengan mengetahui letak arah matahari, sekaligus kita memiliki kompas alami penunjuk jurus Utara-Timur-Barat-Selatan. Guru juga mengajak muridnya belajar "minum madu" dari sejenis bunga sebagai pengganti air bila kita tersesat. Dan mencari sisa makanan beruk di tanah untuk memperoleh petunjuk jenis buah mana bisa dimakan manusia. Karena apa yang bisa dimakan monyet dapat pula dimakan manusia. Dan sambil bertualang guru bercerita tentang hutan sehingga dalam alam fikiran saya hutan itu menjadi buku pembuka rahasia alam. Secara selang seling pada hari-hari Sabtu berikutnya guru membacakan buku pada jam pelajaran terakhir. Guru pandai membawakan suaranya sehingga pelaku dalam buku terasa hidup. Guru suka membacakan isi buku Karl May menceritakan petualangan Old Shatterhand dengan kawan karibnya Winnetou, kepala Suku Appachen. Tetapi guru saya ini cerdik. Ia mengambil adegan dalam bab yang mengasyikkan dan seru. Pada sa'at cerita mencapai klimaksnya dan Winnetou tertembak lalu guru berhenti membaca dan mempersilahkan kita membaca sendiri. Bisalah dibayangkan bahwa kita berebutan mencari buku, tidak saja dalam perpustakaan sekolah tetapi juga di toko-toko buku. Akibat pengaruh gurulah saya menjadi "kutu buku" membaca semua buku karangan Karl May dan mengenal tokoh-tokoh Old Shatterhand, Winnetou, Kara-ben-Nemsi dan lain-lain. Lalu bersama teman-teman di waktu libur kita menjelajahi hutan di sekitar Bukit Serelo dan sepanjang sungai Lematang untuk berlaku-gaya sebagai Old Shatterhand. Daging semur dari dapur kita bungkus untuk dipanggang di hutan meniru gaya para Indian membakar daging. Kami bikin tanda-tanda sepanjang jalan yang dilalui agar tidak sesat di hutan nanti. Kami mencoba menghidupi daya khayal cerita bacaan menjadi kenyataan. Dan hidup terasa begitu tenteram mengasyikkan. Karena benang merah yang ditonjolkan dalam buku-buku Karl May adalah "kedamaian, keikhlasan, keadilan, kebenaran dan ketuhanan." Setelah selesai saya membaca buku "Kematian Winnetou" saya termenung dan air mata meleleh. Alangkah agungnya pribadi Winnetou, kepala suku Indian Appachen ini. Puluhan tahun kemudian, ketika saya ditugaskan mengembangkan lingkungan hidup di tanah-air, ingatan pada cerita Karl May bangkit kembali. Hutan tidak lagi dilihat sebagai obyek pengusaha HPH, tetapi sebagai "rumah besar" bagi segala makhluk yang hidup. Maka terbayang di mata saya peranan pacet, bunga pemberi madu, monyet dll. Terpampanglah keterkaitan antara hubungan manusia dengan hutan sebagaimana tergambarkan pada besarnya peranan hutan bagi Winnetou dan suku Apachennya. Tapi hidup di abad "modern" telah "memakan" hutan alami untuk disubstitusi dengan "hutan buatan manusia." Namun bisakah "hutan buatan manusia" ini masih menumbuhkan keterkaitan akrab antara manusia dengan alam-buatan ini? Akan mungkinkah "kedamaian, keihlasan, keadilan, kebenaran dan ketuhanan" ini ditumbuhkan dalam hutan buatan manusia? Akan mungkinkah tumbuh sosok tubuh seperti Winnetou yang mempersonifikasikan berbagai ciri-ciri kehidupan asri ini? Dalam bergelut dengan tantangan permasalahan ini, ingatan saya kembali pada "dunia alamnya" Old Shatterhand, Winnetou dan Kara-ben-Nemsi. Mencari kearifan di masa lalu untuk bekal menanggapi tantangan masa depan. (15 September 2000)

Kisah-Kisah Karl May Adalah Anugrah Tuhan Yang Luar Biasa Thursday, 17 November 2005

Saya juga ingin membagi pengalaman saya dalam membaca buku-buku petualangan Karl May, dua puluh tahunan yang lalu. Saya mengenal buku-buku cerita Karl May ini dari rekomendasi ayah saya pada saat saya masih kelas 1 SMP di Solo, tahun 1981. Ini kayaknya karena ayah saya dulu juga mengenal dengan baik buku-buku ini di tahun 50-an. Sebelum itu, saya melahap cerita-cerita Enid Blyton mengenai Lima Sekawan dan Sapta Siaga. Karena ayah saya tahu saya suka sekali membaca, saya diberi tahu kalau ada buku cerita yang bagus juga, yaitu buku-buku petualangan Old Shatterhand dan Winnetou ketua suku Apache. Saya sudah nggak ingat lagi bagaimana saya mendapatkan buku Karl May yang pertama, apakah membeli sendiri atau dibelikan ayah saya. Seingat saya dibelikan, karena saya nggak "mudheng" waktu itu, belum mengenal sama sekali. Alam pikiran saya masih didominasi Lima Sekawan dan Sapta Siaga yang juga mengasyikkan. Di Solo, pada saat itu hanya Toko Buku Sekawan (kecil) di depan Keraton Mangkunegaran yang menjual terbitan Pradnya Paramita (PP). Toko buku ini sampai sekarang masih ada. Natalan kemarin saya sempat mampir ke situ. Saya mulai membaca cerita pertama, kalau nggak salah judulnya pakai "...di Danau Perak..", kemudian disambung dengan "Winnetou Gugur", "Old Shatterhand Sebagai Detektif" dan seterusnya, termasuk yang seri Asianya Kara Ben Nemsi Affandi itu. Buku-buku itu biasanya dikemas 3 jilid tiap judulnya, dan dibungkus plastik. Jadi sekali membeli, kita harus membeli 3 buku sekaligus. Memang kalau dilihat dari kronologi cerita yang saya baca tidak berurutan, tapi tetap saja sangat mengasyikkan. Imajinasi saya bisa berkelana ke prairie, Pegunungan Rocky Mountain, sungai Rio Grande, Rio Pesos, dan di perkemahan suku-suku Indian dan pueblo-pueblo (kalau nggak salah ingat yang di Amerika Tengah/Selatan begini istilahnya). Benar-benar sangat mengasyikkan mengikuti Old Shatterhand mengendap-endap, bersembunyi di bawah air sungai di tengah perkemahan suku Sioux. Juga persahabatannya yang sentimental dengan Winnetou. Terutama liburan panjang sekolah bulan Juni, banyak judul yang saya baca untuk mengisi sisa waktu liburan di rumah, setelah mengunjungi eyang di Klaten, bude dan pakde dan saudarasaudara di Jogja. Cerita-cerita Karl May benar-benar menghibur, mendidik, menambah wawasan dan sekaligus membentuk watak. Dan sangat memberikan contoh-contoh kepahlawanan yang menonjol. Bahkan sampai sekarang saya masih ingat bau buku-buku ini yang sangat khas kertasnya. Selebihnya, pada saat hari-hari sekolah biasa, saya juga terus membaca judul-judul yang lain sampai semua judul yang sudah diterbitkan oleh PP terbaca. Saya juga share dengan ibu saya untuk ikut membaca. Ibu saya punya kebiasaan untuk membaca semua buku cerita yang selesai saya baca. Saya sangat bersyukur dan beruntung karena tidak ada pembatasan untuk membeli dan membaca buku-buku itu. Tiap kali mengajak ibu untuk membeli buku baru, selalu diiyakan. Sampai sekarang, kalau saya bercakap-cakap dengan Ibu saya, kadang-kadang topik Karl May ini masih terselip dalam pembicaraan. Terus terang saja, seperti pengalaman KM-er yang lain, kacamata minus saya juga semakin tebal karena banyak membaca cerita Karl May. Bahkan pernah, dalam setahun, minusnya bertambah 3/4. Tapi untung setelah itu saya bisa berdisiplin untuk membaca tidak sambil tiduran. Saya juga share dengan teman di sebelah rumah. Sambil bermain monopoli, sepeda, atau sepakbola di depan rumah sepulang sekolah, kami membahas cerita-cerita itu. Yang paling berkesan adalah "Old Shatterhand sebagai Detektif". Sejak itu, setiap ada artikel mengenai suku Indian, Wild West, atau Karl May di Kompas, Sinar Harapan, atau Intisari, saya selalu mengikutinya dengan seksama. Kalau nggak salah, semua buku Karl May sudah terbaca sebelum saya lulus SMP. Sampai akhirnya kira-kira satu setengah tahun yang lalu, sambil iseng buka-buka internet, saya memasukkan nama Karl May di search engine, dan ketemulah situs Pak Pandu ini. Saya senang menemukan ternyata banyak teman-teman lain yang juga pembaca dan penggemar. Dan saya

langsung mengisi "buku tamu" di situ. Saya berterima kasih kepada Pak Pandu yang sudah memasukkan e-mail address saya di mailing list. Kalau boleh saya menutup tulisan ini, saya ingin menyampaikan kepada teman-teman semua bahwa menurut saya, kisah-kisah Karl May adalah salah satu anugerah Tuhan yang luar biasa. G. Edwin Dewayana Karl May Sang Penghayal Sejati Thursday, 17 November 2005 Saya pernah baca di artikel Intisari, KM mempunyai latar belakang yang kelam, dia adalah seorang pencuri yang sudah berulang kali keluar masuk penjara, hidup dalam kemiskinan membuatnya demikian dan lucunya penderitaan dalam penjara membuat imajinasinya terusik untuk menuliskan cerita yang dilhami dari kejadian hidupnya, imajinsainya mengembara ke padang prairi di amerika yang belum pernah dikunjunginya (kalau gak salah dia teh suka baca cerita buku yang di bar, jadi dia tau sedikit tentang amerika). Kejadian ketika dia ditangkap oleh polisi, di ubah kedalam tulisan yang menggambarkan perjuangan seorang koboy yang bebas membobol penjara. Dia juga menciptakan dewa-dewa indian yang mungkin di indian sendiri dewa itu tidak dikenal, seperti dewa manitou-nya suku Apache. Sebagian publik Jerman (mungkin juga dunia) menjuluki KM sebagai pembual sejati, dan gelar DR-nya sendiri merupakan rekaan sang KM sendiri, karena dia itu tidak mempunyai latar belakang sekolah formal (kalau gak salah). Ketika kehidupan ekonominya mulai membaik karena karyanya sudah populer, dia bersama istrinya berkeliling dunia untuk melihat lokasi yang selama ini hanya ada dalam khyalayannya saja. Dan tentu saja imajinasinya makin menggila, dan dia bawa oleh-oleh dari setiap lokasi yang mendekati dengan tokoh-tokoh khayalanya sebagai koleksi museum pribadinya, dan katanya, dia juga memesan kepada seseorang untuk membuat senapan perak (senapan legendaris Old Shaterhand) untuk di pajang dimuseumnya. Apapun yang terjadi, terlepas dari yang pro dan kontra tentang KM (karena masa lalaunya yang kelam dan dianggap pembual), KM adalah seseorang yang dianugerahi kemampuan mengekpresikan khyalanya ke dalam tulisan yang karyanya senantiasa di baca samapai saat ini. Mungkin banyak yang salah dari uraian saya diatas (saya bca intisarinya sudah lama, dan Intisarinya gak tau kemana), mungkin ada yang mau menambahkan Achmad Baehaqi Pembaca Karl May Yang "Murtad" Thursday, 17 November 2005

Terus terang walaupun saya salut (sampai rada-rada terharu...:-)) dengan semangat Mas Pandu ngomporin antusiasme anggota milis, saya jadi rada grogi buat ikutan nimbrung ke milis. Soalnya merasa sebagai fans Karl May yg murtad. Saya pernah nulis di buku tamu wigwam, gimana stroom saya dengan Karl May bereaksi lagi stlh mbaca artikel intisari mgi site yg Mas Pandu siapin. Langsung inget masa-masa menikmati karya Karl May di era 80-an..di kampung.. Mungkin dulu saya minjem buku-buku Karl May di perpustakaan karena buku-buku itu relatif selalu ada (saingan yg minjem sedikit...dibanding bukubuku sastra lokal yg diburu karena harus ngerjain pe-er bahasa indonesia). Bentuknya memang parah banget, kumuh..cover udah ganti karton coklat tebal diketik.. Tapi setelah baca satu judul lanjut terus... (saya ttp inget judul-judulnya, Winnetou Ketua suku..., Harta Terpendam..Kara Ben...Pemburu Hewan....) dan terbukti keasyikan mbacanya masih terasa sampe

sekarang. Cuma setelah perpustakaannya digusur dan pindah sekolah, saya nggak punya (dan nggak usaha cari) akses ke karya-karya Karl May. Waktu nerusin sekolah di Yogya ato kerja di Jakarta (yg mestinya lebih gampang aksesnya), saya juga tetap aja nggak tergerak untuk usaha. Ato' mungkin juga krn saya ketemu banyak buku menarik lain yg lbh gampang dikoleksi. Jujur aja.....kalau pas selintasan membaca artikel ttg Karl May...termasuk aksi tipu-tipunya (yg justru bikin saya makin salut), sempet juga kepikiran...masih ada nggak ya buku-bukunya? Sebatas itu saja..... Sementara kalau mampir di wigwam saya membaca usaha temen-temen berjibaku buat bisa ndapetin sisa-sisa peninggalan Karl May, yg demikian heroiknya... wah..berasa sekali kemurtadan saya :-( Boro-boro mau berbaik hati spt Mas Pandu...(ngurusin fans ritel yg banyak banget maunya...) usaha buat kesenangan sendiri aja males.. Tapi nggak masyalah...itu kan masa lalu..:-) Besok-besok saya mau lebih agresif mencari info .. Termasuk kalo ke pameran buku lebih teliti tengok-tengok stand peserta (supaya nggak lolos lagi seperti thn-thn sebelumnya). Semangat dehhhhhhh...seperti abis dopping.... Yanti Puisi Empat Bahasa Tuesday, 13 December 2005

Karl May, penulis petualangan Jerman, menulis buku berjudul: Dan Damai di Bumi! (KPG, 2002) dengan latar belakang Mesir, Srilanka, Aceh, dan Tiongkok. Yang Aceh ditulis berdasarkan kunjungannya ke Aceh dan Padang pada 1899. Buku Dan Damai di Bumi! adalah interaksi antar Islam, Kristen dan Confusius. Buku itu juga mengganyang kolonialisme dan militerisme (termasuk pendudukan Aceh oleh serdadu kolonial Belanda). Buku versi Indonesianya telah dicetak 3 kali (artinya telah beredar 9000 eks) sejak akhir 2002. Tidak jelek! Pembicara sewaktu bedah bukunya pada Oktober 2002 itu adalah Romo Mudji Sutrisno mewakili Kristen dan Ahmad Sahal TUK mewakili Islam. Penerjemah bahasa Indonesianya (dari Jerman) adalah Hendarto Setiadi. Sebagai seorang pacifist, berikut adalah puisinya yang tercantum di buku itu, dalam 4 bahasa termasuk Indonesia. Saya baru terima ini dari penggemar Karl May di Swis. gono http://indokarlmay.com ----- Original Message ----From: E-mail Protected To: E-mail Protected Sent: Thursday, June 23, 2005 2:23 PM Subject: Re-2: Question Dear Pandu, The text is from a little booklet, years ago printed. The text was also translated to french language.

The german text from Karl May: Tragt euer Evangelium hinaus, doch ohne Kampf sei es der Welt beschieden!

Und seht ihr irgendwo ein Gotteshaus, so steht es fr euch im Vlkerfrieden! ... Gebt Liebe nur, gebt Liebe ganz allein; lasst ihren Puls durch alle Lnder flieen! Und Friede auf Erden, 1904

The english translation: Carry out your gospel, but without fight it should be granted to the world! And if you see a house of god anywhere, then it stands for you in the peace of the nations! ... Only give love, give love completely alone; let her pulse flow through all countries! And peace on earth, 1904

The french translation: Faites connatre votre vangile; que le monde en prenne conscience sans conflit. Et si vous voyez une glise quelque part, qu' il soit symbole pour la paix entre les peuples! . Donnez votre amour - uniquement votre amour; Faites circuler son haleine dans tous les pays! Et paix sur la Terre, 1904

And last but not least in bahasa indonesia: Bawalah warta gembira ke seantero dunia Tetapi jangan mengangkat pedang tombak, Dan jika engkau bertemu rumah-ibadah, Jadikanlah ia perlambang damai antarumat Berilah yang engkau bawa, tetapi bawalah kasih semata Agar denyutnya mengalir ke semua negara.

Dan Damai di Bumi, 1904 Wasalam Michael Adolf Hitler pun Menggemarinya Monday, 19 December 2005 Terkutuklah, dan seribu terkutuklah bangsa yang menumpahkan darah serta seratus ribu nyawa, dan hanya bisa menganugerahkan sebuah bintang jasa kepada seorang ksatria yang setengah remuk." Itu bagian dari surat Karl May kepada temannya, Sascha Schneider. Dari kata- kata itu tercermin sudah bahwa pria berbangsa Jerman itu tidak suka perang, seperti tokoh rekaannya, Winnetou, kepala suku Apache yang bijaksana. Siapa Karl May dan bagaimana perjalanan hidupnya? Pandu Ganesha, Ketua Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI), menjelaskan bahwa Karl Friedrich May dilahirkan buta pada tahun 1842, dan selama empat tahun pertama kehidupannya dilaluinya dalam kegelapan. Namun, pada umur lima tahun dia bisa melihat. Karl adalah satu-satunya anak lelaki dari lima bersaudara pasangan Heinrich August May dan Cristiane Wilhelmine Weise. Ayahnya adalah seorang penenun yang miskin. Pada saat Karl dilahirkan, Jerman dilanda musim kemarau, di mana hujan tidak kunjung turun, sehingga panen banyak yang gagal. Akibatnya harga makanan menjadi mahal, dan keluarga May semakin terpuruk dalam kemiskinan. Kemiskinan membuat Heinrich menjadi sangat keras terhadap keluarganya. Didikkan yang keras dan merasa diperlakukan tidak adil, menyebabkannya Karl mengidap gangguan kejiwaan, berupa kepribadian ganda (multi personality disorder) atau disebut juga dissosiative identity disorder (DID). Penyakit kejiwaan itu membawa May keluar masuk penjara karena pelanggaran pidana. Pelanggaran hukum yang sering dilakukan May adalah penyamaran atau mengaku sebagai orang lain. Pada saat May menjalankan vonis tujuh tahun kurungan, Karl mengisi hari-harinya dengan berimajinasi di dalam selnya. Semakin lama ide-ide itu semakin tertata, membentuk cerita, dan mengarahkannya pada karirnya sebagai penulis. Keluar dari penjara pada usia 32 tahun (1874), Karl bekerja sebagai editor pada beberapa penerbitan. Di dalam media masa yang dikerjakannya itulah Karl May mulai menulis cerita pendek dan panjang. Setahun bekerja, lahirlah tokoh bernama Inn-nu-woh, yang belakangan dikenal dengan Winnetou. Kisah kepala suku Apache itu terus dikembangkannya, namun baru pada usia Karl ke-50 petualangan di tanah para Indian itu dibukukan. Seorang penerbit, Fehsenfeld, setuju untuk menerbitkan karya-karyanya. Tiga tahun kemudian Karl May membeli sebuah rumah yang dinamakannya "Villa Shatterhand", yang diambil dari nama tokoh imajinasinya. Sementara, seorang editor PKMI, Agustinus mengatakan bahwa Karl May merupakan tokoh utama dalam setiap cerita yang ditulisnya. Penggunaan nama tokoh utama itu selalu berganti-ganti. Old Shatterhand untuk petualangan di negeri barat yang liar (wild west); dan Kara Ben Nemsi, tokoh petualangan di gurun.

Dalam setiap bukunya, May menyebutkan bahwa cerita itu adalah kisah nyata. Namun pada kenyataannya, cerita yang ditulis May tersebut adalah fiktif dan penuh khayalan. "Karyanya yang berjudul Menjelajah Gurun, Karl May mengaku seorang haji. Padahal agamanya yang sebenarnya adalah Kristen. Lokasi-lokasi dalam ceritanya pun belum pernah disinggahinya," kata Agustinus sambil mengatakan bahwa Karl May juga belum pernah ke Wlid West di mana karya- karyanya berlokasi. Meskipun kisahnya fiksi, alur cerita karya Karl May mudah dicerna oleh banyak orang, dari berbagai kelas. Baik jelata maupun bangsawan, proletar maupun borjuis, membaca petualangan Karl May. Konon, Adolf Hitler muda pun keranjingan membaca karya Karl May. Bahkan tak sedikit orang yang mengatakan bahwa ide yang tertanam dalam otak Hitler merupakan inspirasi dari Karl May. Yang membuat unik karya Karl May ini adalah ceritanya yang terlalu mengada- ada. "Soalnya Karl May mempunyai penyakit jiwa jenis double personality (kepribadian ganda). Karena gangguan kejiwaan itu, sudah pasti cerita yang dituangkannya terpengaruh oleh imajinasi-imajinasinya itu," kata Agustinus. Pesan positif Meski demikian, kata Agustinus, banyak sisi positif yang bisa diambil dari cerita- cerita itu, karena cerita-cerita tersebut bermuatan pesan moral yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dunia, dan keagungan setiap ras yang ada dimuka bumi tanpa adanya pembedaan. Karl May yang menulis novel sebanyak 80 judul, meninggal dunia pada 30 Maret 1912, di usia 70 tahun. Dia tidak memiliki anak dari dua perkawinannya. Dua minggu sebelum kematiannya, dia berpidato di Wina, yang dihadiri pemenang nobel perdamaian 1905, Bertha von Suttner. May memberi judul thesisnya Membubung Menuju Kawasan Kemanusiaan. Ah, damai sekali mendengarnya. (m7)

Anda mungkin juga menyukai