Anda di halaman 1dari 6

Catatan Perjalanan : Pantai Marbella Anyer Mercusuar Anyer

Halo halo, selamat pagi dunia *angop Hari ini hari Selasa, dan saya pulang kuliah, dan hari ini panas banget, saya belum makan dan terdampar di depan laptop, dan catper lama ini pun akhirnya saya lanjutkan. Aih, udah dua bulan yang lalu.. ckck *buka buku

Pantai Marbella Anyer Beberapa waktu yang lalu saya jalan-jalan ke Anyer. Menggunakan bis jurusan Jakarta-Merak, saya dan pacar tersayang meninggalkan Jakarta di Sabtu pagi sekitar pukul 06.30 menuju Cilegon. Karena masih pagi, dan kebanyakan arus weekend arahnya menuju Puncak, perjalanan menuju Cilegon relatif lancar. Tarif bis Jakarta-Merak 20 ribu, padahal dari itin yang saya baca tarifnya hanya 17 ribu. Salah saya juga sih langsung membayar tanpa sok-sok nawar dulu. Total lama perjalanan Jakarta-Cilegon hanya memakan waktu dua setengah jam perjalanan. Penumpang yang menuju CIlegon, diturunkan di terminal bayangan PCI yang ada di bagian luar Kota Cilegon. Di pinggiran jalan, angkot-angkot ungu sudah ngantri menunggu penumpang. Uniknya, supirnya malah duduk-duduk di luar dan hanya satu dua angkot yang sudah standby alias ada supirnya. Ketika sudah naik, saya baru sadar kalau ada perbedaan antara supir angkot di PCI dengan di Jakarta. Kalau di Jakarta, semua siaga dan berebut penumpang, tapi kalau di PCI, satu angkot ditunggu penuh dulu baru angkot lain beroperasi. Jadi pernah inget ungkapan kayak gini nih, Bersatu di pangkalan, bersaing di jalanan. Benar-benar bersatu di pangkalan dah mereka. Salut! Dari PCI, kami menuju Simpang Tiga Cilegon. Tarifnya tiga ribu rupiah. Dari Simpang Tiga Cilegon, lanjut naik angkot warna silver yang menuju Anyer. Ingat!. Jangan lupa tanya dulu ke supirnya apakah menuju Anyer atau tidak, karena dari beberapa itin lain, ada angkot silver yang

tidak lewat Anyer. Kan nggak keren kalau udah naik terus terpaksa turun lagi gara-gara salah angkot. Wkwkk Sepanjang perjalanan menuju Anyer, kami disuguhi pemandangan ala kawasan industri. Pabrikpabrik besar, alat-alat berat, hilir mudik truk-truk yang keluar masuk pabrik, jalanan yang rusak berlubang sana sini, dan semua melebur jadi satu bersama dengan debu-debu industri yang terlihat coklat ketika dilewati angin. Kombinasi tepat antara daerah pantai dengan kawasan industri hanya bisa digambarkan dalam satu kata. Panas! Kalau udah di Marbella bilang ya.. Asem! Akhirnya lihat laut!. Lepas dari kawasan industry, tepatnya setelah melewati pasar Anyer, pemandangan berubah menjadi lebih menyenangkan. Villa-villa, pohon kelapa, pantai, dan semilir bau laut. Hmmm Pantai tujuan kami adalah pantai Marbella, yang terletak di Jln. Raya Karang Bolong KM 135, Desa Bandulu, Anyer. Disebut Marbella karena pantai itu ada tepat di belakang hotel Sol Ellite Marbella Anyer, salah satu hotel berbintang lima di daerah tersebut. Saya pun bilang ke kernetnya, bos, kalau udah nyampe Marbella bilang ya. Tak ada masalah. Dancuknya, ketika sudah dekat Marbella, si kernet yang udah keliatan mesumnya sejak awal naik, teriak ke supirnya. Bapak sama ibu mau nginep di Marbella. Kalau udah di Marbella, bilang ya. Aseem.. lu kiraa -____Tarif Cilegon-Marbella delapan ribu. Lagi-lagi lebih mahal dari itin yang saya baca, yaitu enam atau tujuh ribu rupiah. Pintu masuk ke pantai Marbella ada di sebelah kiri hotel. Hanya sebuah gang kecil, dan pengunjung pantai ini pastilah dari pengunjung hotel atau penduduk sekitar saja. Kalau pengunjung jauh yang pakai bis sih sepertinya nggak bakal deh nyentuh pantai ini. Nggak ada parking area soalnya. Tidak ada tarif masuk untuk menikmati pantai Marbella. FREE!. Tapi kualitas pantainya itu loh, absolutely nice. Pantainya landai dan bersih. Walaupun berbatasan langsung dengan apartemen, tetapi bibir pantai tidak dicaplok semuanya dan masih banyak space luas. Dan tidak seperti pantai di Anyer yang pernah saya kunjungi sebelumnya ketika Jalan-jalan Karisma, di sini jauh lebih terawat. Walaupun weekend, pantai Marbella siang itu terlihat sepi. Saking sepinya, pengunjung yang ada sepertinya masih bisa dihitung dengan jari tangan. Belasan lapak berjajar-jajar di pinggir. Ada yang jualan pernak-pernik pantai, pakaian pantai, makanan, minuman, seniman temporary tattoo, persewaan papan seluncur air, dan ada juga banana boat.

bapak ini nyewain papan seluncuran Satu-satunya cacat yang kami temui adalah ketersediaan kamar mandi bagi pengunjung. Satusatunya kamar mandi atau setidaknya tempat untuk ganti pakaian hanyalah kamar mandi milik pengawas pantai. Dan ampuun baunya, kotoran bersliweran. Terpaksa harus ngguyur-ngguyur tak karuan dulu agar baunya sedikit lebih manusiawi. Orang tua sering berkata, kalau jadi orang baik maka akan dipertemukan dengan orang baik. Udah nawar mie rebus sampai harganya sama kaya di warung indomie sebelah kampus, nitip-nitip barang seenaknya, minta bikinin ini itu, ngotorin kursi gara-gara bekas pasir, eh belakangnya digratisin teh anget dan nggak ada sewa penitipan. Haha, makasih ya ibu penjaga warung. Baik pisaaan >.<

hehe Mercusuar Cikoneng = Mercusuar Anyer

Mercusuar Anyer alias Mercusuar Cikoneng Tujuan selanjutnya adalah Mercusuar Anyer. Sempat rada bingung untuk menuju ke sana. Karena tanya supir angkot yang pertama, dia malah nggak tau Mercusuar Anyer ada di mana. Loh,gimane critanye?. Setelah tanya-tanya lagi, akhirnya ketemu juga tuh Mercusuar Anyer alias Mercusuar Cikoneng. Mercusuar Anyer dibangun pada tahun 1885 pada masa pemerintahan Hindia Belanda oleh Raja ZM Willem III. Mercusuar ini berbahan besi baja dengan tebal sekitar 20-35 cm. Bangunan ini berbentuk segi 10 dengan bentuk semakin ke atas semakin kecil diameternya. Terdapat 17 lantai dengan 268 anak tangga. Total ketinggian sekitar 60 meter dan pada puncaknya dikelilingi oleh kaca dan di sana terdapat lampu yang cukup besar. Oiya, menara dengan nama resmi Menara Suar Cikoneng DSI 2260 ini ternyata masih bekerja dan digunakan sebagai alat bantu navigasi kapal laut yang melintasi selat Sunda. Tak jauh dari mercusuar, terdapat monumen titik 0 km jalan raya Anyer-Panarukan. Sebuah saksi bisu kekejaman zaman penjajahan dulu.

0 km anyer-panarukan Di pinggir pantai yang sudah dibeton, terdapat beberapa tempat duduk. Lumayan lah buat ngadem menikmati semilir angin laut.

Untuk menuju lantai teratas mercusuar, dikenakan biaya 5 ribu rupiah per orang. Kayaknya itu pungli deh, soalnya ada juga yang bilang kalau tarifnya Cuma 2 ribu rupiah. Lantai demi lantai dinaiki, dan sampailah di puncak mercusuar, house of lamp. Lantainya berdindingkan kaca dan di tengah ruangan terdapat sebuah lampu yang berukuran cukup besar. Oiya, di lantai 16 terdapat akses menuju teras mercusuar. Melihat pemandangan pantai Anyer dari lantai 16 itu subhanallah banget. Kalau malam pasti bakal tambah keren tuh pemandangannya. Recommended!

pemandangan dr ruang lampu

tangga mercusuar

Pemandangan dr lantai 16

Pulang Jakarta Lalu perjalanan pulang ke Jakarta dengan cara ngeteng seperti perjalanan berangkat. Pertama naik angkot warna silver yang lewat di depan kompleks Mercusuar, melewati lagi kompleks pabrikpabrik pada jam pulang kerja. Tetap saja berdebu, hahah. Tarif 7500 per orang dan sampailah kami di Simpang Tiga Cilegon. Perjalanan dilanjutkan menuju PCI dengan angkot ungu dengan tarif yang sama seperti ketika berangkat, 3000 rupiah. Sesampai di PCI, sholat Maghrib di mushola terminal, dan kemudian lanjut dengan bis Merak-Jakarta yang lagi ngetem di PCI. Tarif 20 ribu. At least, setelah 3 jam perjalanan, kami pun sampai di Kp. Rambutan, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai