ke
dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis). Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial mengacu pada pembagian para anggota masyarakat ke dalam tingkatan atau strata yang berkaitan dengan sikap dan karakteristik masing-masing anggota atau kelompok. Stratifikasi
bukanlah suatu sub sistem dalam masyarakat, lain halnya dengan ekonomi, pendidikan atau keluarga yang merupakan sub-sistem
masyarakat. Stratifikasi adalah suatu aspek umum dari struktur dalam sistem sosial yang kompleks. Dalam hal ini akan dibahas masalah hubungan antara stratifikasi sosial dalam berbagai bentuk di dalam industri dan masyarakat luas.
Teori Stratifikasi dan Industri Teori stratifikasi dan teori kelas sosial telah mengalami cukup banyak kemajuan. Kita telah mengenal bagaimana ketidaksamaan dalam bidang ekonomi yang diciptakan, tetapi teori tentang perbedaan-perbedaan nilai, ideologi dan pola tingkah laku antar kelas sedikit sekali dikembangkan. Pemikiran terhadap teori stratifikasi Inggris telah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap pengembangan teori perbedaan antar kelas. Pada tahun 1945, Davis dan Moore mengetengahkan teori mereka tentang stratifikasi. Mereka mengatakan bahwa ada suatu kebutuhan universal untuk membentuk suatu stratifikasi dalam masyarakat. Stratifikasi muncul disebabkan oleh perbedaan posisi yang kemudian menimbulkan perbedaan tingkat fungsional dalam masyarakat. Di lain pihak, orang-orang yang berbakat dan berpendidikan relatif sedikit, sehingga masyarakat terpaksa menawarkan posisi yang lebih tinggi kepada orang-orang yang memiliki bakat dan kemampuan yang dibutuhkan agar masyarakat tersebut mampu mempertahankan eksistensinya. Dalam tahun 1948, Davis melakukan modifikasi terhadap teori-teori itu dengan menambahkan bahwa mobilitas orang-orang yang lebih berbakat dan berkemampuan lebih tinggi sering dihambat oleh latar belakang status keluarganya. Jadi kesimpulannya stratifikasi adalah suatu hal yang tidak terhindarkan Teori stratifikasi sosial berdasarkan 3 postulat, yaitu : 1. Imbalan yang tidak sarna yang dikaitkan dengan perbedaan posisi adalah penyebab mobilitas individu untuk mendapatkan posisi tertentu . 2. Eksistensi dan operasi keluarga adalah penyebab timbulnya status.
3. Terbatasnya stratifikasi.
tenaga-tenaga
bermutu
menyebabkan
timbulnya
Perbedaan Status Perbedaan di dalam penentuan suatu status boleh saja disebabkan adanya analisa terhadap sumber-sumber status yang berbeda. Misalnya, suatu pekerjaan dapat memberikan suatu status dikarenakan imbalan yang diberikannya (baik secara ekonomis atapun psikologis), atau karena prestise, kekuasaan dan pentingnya fungsi pekerjaan terse but dalam masyaralait (Pellegrin dan Bates, 1959). Ke empat sumber status tersebut mungkin memiliki tingkat yang sama, mungkin juga tidak, hal ini tergantung pada pandangan masyarakat terhadap pekerjaannya itu sendiri. Jika seseorang memiliki status yang tinggi dalam suatu pekerjaan, misalnya dikarenakan imbalannya yang tinggi, bisa saja merasa rendah diri bila pekerjaan tersebut memiliki nilai prestise yang rendah. Hal semacam itu menyebabkan "suatu tekanan terhadap persamaan dari atribut-atribut status".
kedalam faktor
beberapa situasi
strata
merupakan
suatu
problematika. Strata didalam masyarakat maupun industri tidak berada di dalam masyarakat. Eksistensi stratifikasi dalam masyarakat terletak pada mayoritas anggotanya yang melegalisir perbedaan didalam wewenang atas kekuasaan pada setiap strata. Posisi puncak pada strata tertinggi (manajer atau pemimpin) tidak mungkin ada tanpa dukungan mayoritas strata paling bawah (tenaga pelaksana, bawahan dan sebagainya).
Menurut Astrid S. Susanto menentukan pelapisan sosial berdasarkan ukuran pekerjaan sebagai berikut: 1. Elit adalah orang kaya dan orang-orang yang menempati kedudukan yang oleh masyarakat sangat dihargai 2. Profesional orang yang berijazah serta bergelar di dunia pendidikan yang berhasil 3. Semi-profesional seperti pegawai kantor, pedagang, teknisi berpendidikan menengah dan mereka yang tidak berhasil mencapai gelar 4. Tenaga terampil misalnya orang-orang yang mempunyai keterampilan mekanik, pekerja pabrik yang terampil dan pemangkas rambut 5. Tenaga semi terampil misalnya pekerja pabrik tanpa keterampilan, dan pelayan restoran 6. Tenaga tidak terlatih atau tidak terdidik misalnya pembantu rumah tangga, tukang kebun dan penyapu jalan.
Dengan mengkaji stratifikasi sosial, kita akan menemukan makna bahwa kita akan lebih bijak sana dalam menilai orang lain itu sehingga kita akan lebih menghargai orang lain karena suatu saat kadang kita ada di atas atau di bawah dalam kehidupan.
Sumber: http://jendeladuniaprima.blogspot.com/2011/07/sosiologi-industri-sr-parker.html
Disusun oleh Y Rossanda Fajar Ade Putera D2D009069 Administrasi Bisnis 2009 FISIP UNDIP Mata kuliah Sosiologi Industri