Otot bekerja secara berpasangan untuk menghasilkan gerak. Ada dua macam pasangan yang terjadi yaitu antagonis dan sinergis. Pasangan otot yang melakukan gerak berlawanan terhadap otot yang sedang melakukan kontraksi disebut otot antagonis. Sebaliknya pasangan otot yang kerjanya saling menunjang disebut otot sinergis. Contoh otot sinergis yaitu otot pronator teres dan pronator kuadratus. Bila keduanya berkontraksi, telapak tangan akan menelungkup. Otot antagonis memiliki beberapa jenis gerak otot berikut. a. Ekstensi Fleksi Ekstensi adalah gerak meluruskan, sedangkan fleksi adalah gerak membengkokkan. Misalnya saat kita berdiri kaki dalam posisi lurus disebut ekstensi, sedangkan saat jongkok kaki dalam posisi menekuk disebut fleksi. Perhatikan Gambar 4.17.
b. Abduksi Adduksi Abduksi adalah gerakan menjauhi badan, sedangkan adduksi adalah gerakan mendekati badan. Contoh: gerak tangan sejajar bahu disebut abduksi, sedangkan gerak (sikap sempurna) disebut adduksi. Perhatikan Gambar 4.18.
c. Depresi Elevasi Depresi adalah gerak menurunkan, sedangkan elevasi adalah gerak mengangkat, misalnya gerakan menunduk dan menengadah. Perhatikan Gambar 4.18. d. Supinasi Pronasi Supinasi adalah gerak menengadahkan tangan, sedangkan pronasi adalah gerak menelungkupkan tangan. Kedua macam gerakan ini seperti gerakan melingkar satu sumbu sentral sehingga disebut juga rotasi. Perhatikan Gambar 4.18. Gerak Antagonis Contoh gerak antagonis yaitu kerja otot bisep dan trisep pada lengan atas dan lengan bawah. Otot bisep adalah otot yang mempunyai dua tendon ( dua ujung ) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian depan. Otot trisep adalah otot yang mempunyai tiga tendon ( tiga ujung ) yang melekat pada tulang dan terletak di lengan atas bagian belakang. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep berkontraksi dan otot bisep berelaksasi. Gerak Sinergis Gerak sinergis terjadi apabila ada 2 otot yang bergerak dengan arah yang sama. Contoh : gerak tangan menengadah dan menelungkup. Gerak ini terjadi karena kerja sama antara otot pronator teres dengan otot pro nator kuadratus. Contoh lain gerak sinergis adalah gerak tulang rusuk akibat kerja sama otot-otot antara tulang rusuk ketika kita bernapas.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara kebugaran fisik siswa yang diberi latihan di daerah pegunungan dengan dataran rendah. Hal ini disebabkan karena hubungan antara ketinggian dan kemampuan fisik/performance capacity adalah memberi pengaruh yang besar terhadap respon faal tubuh. Metabolisme otot skelet manusia selama latihan akan berubah pada ketinggian, dingin dan panas. Ada tiga aspek umum terjadi apabila tidak ada aklimatisasi individual. Individu, exhibit muscle glycogen breakdown,
glycolitic, dan lactate accu-mulation. Maximal oxygen intake menurun dengan meningkatnya ketinggian dari permukaan laut, lebih kurang 3% per 305 meter (Ryan, 1974). Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam rangka membina fisik atlet idealnya suatu program latihan diterapkan dengan memperhatikan lingkungan dimana atlet tersebut dibina. Pemilihan daerah pegunungan akan memberikan hasil yang lebih optimal dibandingkan daerah dataran rendah. Disamping itu, prinsip-prinsip latihan juga tidak boleh diabaikan.