Anda di halaman 1dari 13

Pengembangan Teknologi Proses Upgrading Batubara Peringkat Rendah (Coal Drying & Briquetting)

Teknologi upgrading batubara merupakan pemanfaatan batubara peringkat rendah dengan jalan menurunkan kandungan air sehingga secara langsung akan menaikkan nilai kalori batubara tersebut. Dengan naiknya nilai kalor batubara tersebut maka kebutuhan pasar terutama pembangkit listrik yang telah ada ataupun untuk diekspor guna menambah cadangan devisa negara dapat terpenuhi sehingga industri pertambangan batubara di Indonesia dapat terus tumbuh memberikan kontribusinya sebagai pemasok energi dalam negeri dan meningkatkan ekspor di masa mendatang. Tujuan penelitian proses CDB skala laboratorium adalah mendapatkan kondisi operasi yang optimal untuk digunakan sebagai parameter proses CDB skala pilot. Sedangkan untuk proses CDB skala pilot adalah mendapatkan kondisi operasi yang stabil dan produk CDB berkandungan air total rendah dengan nilai kalor cukup tinggi dan kuat tekan yang cukup bagus. Metodologi penelitian pengembangan proses CDB dilaksanakan dalam dua tahap, tahap pertama adalah penelitian pendahuluan di laboratorium dengan tahapan preparasi batubara, pengeringan dengan menggunakan oven dan pembriketan. Adapun parameter percobaan skala laboratorium adalah jenis batubara, temperatur pengeringan dan lamanya proses pengeringan. Parameter percobaan yang optimal dari hasil penelitian skala laboratorium ini dijadikan sebagai parameter kondisi operasi penelitian skala pilot. Tahap kedua adalah penelitian skala pilot menggunakan fasilitas pilot plant. Adapun peralatan yang digunakan, yaitu preparasi batubara, pengeringan batubara, dan pembriketan. Batubara setelah dipreparasi, kemudian diumpankan ke dalam unit pengering dengan beberapa kecepatan yang berbeda setelah batubara dikeringkan kemudian dibriket. Adapun parameter percobaan proses

CDB adalah ukuran partikel batubara, kecepatan umpan batubara ke dalam proses pengeringan, temperatur pengeringan, dan kondisi pembriketan.

Gambar 1. Bagan Alir Proses CDB Sebagai tahapan persiapan penelitian CDB skala laboratorium dan pilot maka telah dilakukan pemilihan contoh batubara yang digunakan. Dalam persiapan penelitian CDB juga telah dilakukan peninjauan lokasi tambang dan pengambilan contoh batubara di lokasi. Dari hasil percobaan CDB dapat diketahui bahwa proses CDB dapat menurunkan kandungan air total batubara dari 60,20% dan 46% menjadi 10,3% dan 7,10%, yang secara otomatis dapat menaikkan nilai kalor batubara tersebut dari 2.113 kal/g (ar) dan 3.238 kal/g (ar) menjadi 5.300 kal/g (ar) dan 5.684 kal/g (ar). Berdasarkan hasil uji kuat tekan, produk CDB cukup aman untuk proses transportasinya. Pada proses CDB skala pilot, air yang terkandung di dalam batubara berubah menjadi uap dan dibawa oleh recycle gas nitrogen melalui bag filter sehingga partikel batubara halus yang terikutkan akan terpisah, kemudian uap air akan dikondensasikan sehingga berubah kembali menjadi fase cair. Adapun

recycle gas nitrogen dimaksudkan agar uap air yang terbentuk tidak terkondensasi di dalam dryer. Batubara hasil proses CDB dikirim ke dalam hopper untuk dibriket melalui screw conveyor dan flight conveyor. Tujuan pembriketan adalah mengubah produk menjadi bentuk yang kompak sehingga akan memudahkan dalam proses transportasinya terutama untuk user yang jaraknya jauh dari CDB plant. Akan tetapi, jika usernya dekat dengan CDB plant tidak perlu dibriket, sehingga akan mengurangi ongkos produksi dari plant tersebut.

Berbagai teknologi pengeringan batubara :


Keberadaan batubara di indonesia memang melipah namun 60 % dari total itu merupakan batubara kelas rendah atau mengandung kadar air yang tinggi berkisar >20% bahkan mencapai 80% serta nilai kalori yang rendah dengan berbagai karakteristik yang tidak menguntungkan jika dimanfaatkan seperti mudah terjadi swabakar, kadar abu yang tinggi, serta banyak mengandung mineral pengotor. Keberadaan batubara peringkat rendah yang melimpah merupakan potensi bagi indonesia hanya saja batubara tersebut harus dilakukan up-grading atau peningkatan kualitas, salah satu teknologi peningkatan kualitas batubara adalah teknologi yang mengurangi kadar air yang terdapat pada batubara. Pengurangan kadar air ini dapat dilakukan dengan pengeringan atau drying yang disebut dengan teknologi pengeringan batubara. Teknologi ini tidak hanya bersifat mengurangi kadar air namun juga bersifat meningkatkan nilai kalori dari suatu batubara tersebut. Berbagai metode dan teknologi telah banyak digunakan untuk

mengeringkan batubara baik itu buatan asli indonesia maupun buatan asing dan dari semua teknologi yang ada memiliki satu tujuan yaitu menciptakan teknologi

batubara bersih, meningkatkan nilai kalori serta mengurangi kadar air ada yang menggunakan cara pemanasan, dicampurkan dengan berbagai larutan, dibakar tanpa O2,dll. Berikut ini akan dijelaskan berbagai teknologi pengeringan batubara serta penelitian-penelitian mengenai pengeringan dan upgrading batubara yang sudah ada saat ini.

1. Teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) Beberapa penelitian untuk mengurangi kadar air telah dilakukan sejak tahun 1920-an di Amerika Serikat, Australia, Jepang, dan lain-lain (Suwono, 2000). Salah satu di antaranya adalah teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) yang merupakan teknologi peningkatan kualitas (upgrading) batubara peringkat rendah melalui penurunan kadar air total yang dikembangkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang. Keuntungan teknologi ini antara lain karena proses berlangsung pada temperatur dan tekanan rendah. Untuk mencegah masuknya kembali air ke dalam batubara, maka dalam proses ditambahkan minyak residu untuk melapisi pori-pori pada partikel batubara. Berdasarkan penelitian proses UBC skala labratorium di Puslitbang tekMIRA (Datin, 2002) dan skala bench di Kobe Steel Ltd., Kakogawa, Jepang, (Shigehisa, 2000), beberapa batubara peringkat rendah yang berasal dari Indonesia dapat ditingkatkan kualitasnya. Dalam proses UBC, batubara dibuat slurry dengan menggunakan minyak tanah yang dicampur dengan minyak residu, kemudian dipanaskan pada temperatur 150C dan tekanan sekitar 3,5 atm (Deguchi,1999). Batubara hasil proses dipisahkan, dikeringkan, dan dibuat briket. Campuran minyak tanah dan residu dapat digunakan kembali untuk proses selanjutnya. Penambahan minyak residu diperlukan untuk menutup pori-pori batubara yang terbuka sehingga air yang telah keluar tidak akan terserap kembali. Air yang terkandung dalam batubara terdiri atas air bebas (free moisture) dan air bawaan (inherent moisture). Air bebas adalah air yang terikat secara mekanik dengan batubara pada permukaan dalam rekahan atau kapiler yang

mempunyai tekanan uap normal. Sedangkan air bawaan adalah air yang terikat secara fisik pada struktur pori-pori bagian dalam batubara dan mempunyai tekanan uap yang lebih rendah daripada tekanan normal. Kandungan air dalam batubara, baik air bebas maupun air bawaan, merupakan faktor yang merugikan karena memberikan pengaruh yang negatip terhadap proses pembakarannya. Penurunannya kadar air dalam batubara dapat dilakukan dengan cara mekanik atau perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik efektif untuk untuk mengurangi kadar air bebas dalam batubara basah, sedangkan penurunan kadar air bawaan harus dilakukan dengan cara pemanasan. Salah satu proses dengan cara ini adalah UBC (Upgraded brown coal) yang diperkenalkan oleh Kobe Steel Ltd., Jepang. Bagan air proses UBC (Kobelco, Ltd., 2000).

Gambar 2. Bagan Alir Proses UBC Proses UBC dilakukan pada temperatur sekitar 150C sehingga pengeluaran air dari batubara belum sempurna. Untuk itu perlu ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan batubara, seperti kanji, tetes tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan minyak residu. Untuk proses UBC, sebagai aditif digunakan minyak residu yang merupakan senyawa organik yang beberapa sifat kimianya mempunyai kesamaan dengan batubara. Dengan kesamaan sifat kimia tersebut, minyak residu yang masuk ke dalam pori-pori batubara akan kering, kemudian bersatu dengan batubara. Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat menempel pada waktu yang cukup lama sehingga batubara dapat disimpan di tempat yang terbuka untuk jangka waktu yang cukup lama (Couch, 1990). Gambar 3 menunjukan sifat permukaan batubara sebelum dan sesudah proses pengeringan.

Gambar 3. Permukaan Batubara Sebelum dan Sesudah Proses Pengeringan Saat ini telah dibangun pilot plant proses UBC di palimanan, Cirebon, dengan kapasitas 5 ton/hari. Fungsi pilot plant UBC ini adalah sebagai : a. Sarana Penelitian, b. Sarana pengujian batubara untuk perancangan pabrik skala yang lebih besar, c. Sarana pelatihan bagi operator baru untuk skala komersial. Pilot plant UBC terdiri atas peralatan utama dan peralatan pendukung. Peralatan utama terbagi dalam lima seksi (section) utama, yaitu seksi 100 (coal preparation), seksi 200 (slurry dewatering), seksi 300 (coal-oil separation), seksi 400 (oil recovery) dan seksi 500 (briqueting). Sedangkan peralatan pendukung adalah utility dan sistem kontrol. Peralatan Utama Teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) 1. Seksi 100; penyiapan batubara (coal preparation) Seksi 100 mempunyai fungsi menggerus batubara ke dalam ukuran yang diinginkan, penyimpanan batubara halus, dan penyediaan batubara halus untuk seksi 200. Batubara curah sebagai raw material digerus dengan menggunakan hammer mill melalui belt conveyor. Batubara halus hasil penggerusan berukuran lebih kecil dari 3 mm ditransfer ke coal bunker (Y101) dengan menggunakan sistem pneumatik conveyor. Coal bunker berfungsi sebagai penyimpanan sementara dan siap untuk mensuplai batubara ke seksi 200. Selanjutnya batubara halus dari coal bunker ditransfer ke seksi 200 (V202) dengan menggunakan sistem pneumatik conveyor melalui weight hopper (Y102) untuk diketahui beratnya terlebih dahulu.

2. Seksi 200; penghilangan air (slurry dewatering) Seksi 200 mempunyai fungsi membuat slurry, penghilangan kandungan air dalam batubara, dan penyediaan slurry batubara yang hilang sebagian airnya untuk seksi 300. Batubaa halus didalam V202 dicampur dengan campuran minyak tanah dan residu yang disuplai dari V201 untuk menghasilkan slurry batubara. Kemudian over flow slurry di dalam V202 ditransfer ke V203 melalui evaporator (E201) untuk dihilangkan kandungan airnya. Selanjutnya over flow slurry yang telah dihilangkan airnya di dalam V203 ditransferkan ke V204, yang berfungsi sebagai penyimpanan sementara dan siap untuk mensuplai seksi 300. Air dan sebagian minyak tanah yang teruapkan dari V203 dan sebagian kecil dari V204 akan dikondensasikan dan ditampung dalam V205 untuk dipisahkan antara minyak tanah dam air berdasarkan perbedaan berat jenisnya. 3. Seksi 300; pemisahan batubara minyak (coal oil separation) Seksi 300 mempunyai fungsi memisahkan minyak dari slurry batubara dengan menggunakan alat screw decanter. Alat ini akan memproses minyak hasil pemisahan apabila diperlukan dan penyediaan cake batubara untuk seksi 400. Slurry yang telah hilang airnya dari V204 ditransfer ke decanter (Z301) untuk memisahkan minyak tanah dari slurry dengan metode sentrifugal. Slurry yang telah dipisahkan minyak tanahnya akan berbentuk cake dan ditransfer ke seksi 400. Minyak tanah hasil proses pemisahan Z301 akan ditransfer ke V301, sebagai penyimpanan sementara. Minyak tanah di dalam V301, apabila kandungan batubaranya tinggi, sebelum ditransfer ke V201 akan diproses terlebih dahulu di dalam V302 untuk dipisahkan batubaranya. Namun jika kandungan batubaranya rendah, maka dapat langsung ditransfer ke V201. 4. Seksi 400; rekoveri minyak (oil recovery) Seksi 400 mempunyai fungsi mendapatkan batubara halus yang telah meningkat kualitasnya melalui proses recovery minyak di dalam cake batubara yang disediakan dari seksi 300 dengan menggunakan alat rotating steam tube dryer (D401). Cake dari seksi 300 disimpan didalam Y401, sebagai penyimpanan sementara. Prinsip kerja alat rotating steam tube dryer adalah batubara yang lewat

dipanaskan dengan menggunakan steam yang dibantu dengan sirkulasi gas untuk membawa uap minyak yang dihasilkan. Cake dari dari Y401 ditransferkan ke rotating steam tube dryer (D401) melalui screw conveyor untuk menghilangkan minyak tanah yang masih terkandung di dalam cake. Cake yang keluar dari D401 akan berubah menjadi serbuk UBC dan ditransferkan ke dalam seksi 500 (Y501) melalui screw dan bucket conveyor. 5. Seksi 500; pembuatan briket (briquetting) Seksi 500 mempunyai fungsi membuat briket dengan menggunakan double roll briquetting machine (Z501). Serbuk UBC yang disimpan di dalam Y501 ditransfer ke dalam mesin briket (Z501) untuk dibriket melalui screw dan bucket conveyor . Briket yang dihasilkan dari Z501 disortir terlebih dahulu dengan menggunakan Z502. Briket yang disortir oleh Z502 dikirim kembali ke dalam Z501 untuk dibuat briket melalui return screw dan bucket conveyor . Peralatan Pendukung Teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) 1. Utility Utility berfungsi untuk mendukung proes UBC, terdiri atas bioler (steam), nitrogen generator (N2), cooling water supply (CWS), instrument air (IA), dan generator set. 2. Sistem kontrol pusat Sistem kontrol mempunyai fungsi untuk mengontrol kegiatan pada pilot plant, baik dalam proses maupun utulity. Sistem control ini mencakup distribusi arus listrik, instrumentasi, dan sistem data.

Hasil Percobaan Teknologi Upgraded Brown Coal (UBC) Dari beberapa percobaan yang telah dilakukan terhadap batubara peringkat rendah Indonesia diperoleh hasil sebagaimana tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis batubara sebelum dan setelah proses UBC Batubara hasil proses UBC dapat dikatakan kering jika air total sama dengan air lembab, sementara kondisi equilibrium moisture adalah kadar air setelah mencapai kesetimbangan. Kadar air lembab batubara hasil proses UBC turun secara signifikan sehingga nilai kalor menjadi naik menyamai batubara bituminous. Proses UBC tidak mengubah kandungan abu dan belereng dalam batubara tersebut. Hasil pengujian briket UBC dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil pengujian briket UBC Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kuat tekan briket batubara hasil proses UBC cukup tinggi, yaitu 60,4 kg/cm2. Sementara hasil pengujian drop shutter test

menunjukan, briket UBC cukup baik mengingat pecahan terbanyak didapat pada fraksi terbesar. 2. Teknologi Geo Coal Teknologi Geo Coal ini dikembangkan oleh Ir Harsudi Supandi, peneliti energi sekaligus Presiden Direktur Total Synergy International (TSI). Harsudi mengungkapkan, ada dua jenis batubara. Jenis pertama adalah batubara peringkat tinggi (high rank coal) yang punya kandungan air rendah, konten energi tinggi, kalori tinggi dan lebih efisien dalam pembakaran. Jenis kedua adalah batubara peringkat rendah. Batubara jenis ini memiliki kadar air tinggi atau hampir 80 persen, konten energi dan kalori yang rendah dan kurang efisien. Jenis low rank coal biasanya lunak, mudah pecah atau rekah, mudah menjadi bubuk dan mudah habis terbakar tak terkendali. Sepintas, mengolah batubara peringkat rendah seperti tak berprospek. Namun, bila ditilik lagi, batubara peringkat rendah ternyata punya kelebihan. Jumlah batubara peringkat rendah masih melimpah dan memiliki kandungan sulfur dan abu yang rendah. Saat ini berbagai negara berlomba untuk meng-upgrade batubara tingkat rendah sehingga bisa dimanfaatkan, terutama karena menipisnya cadangan minyak dan kekhawatiran akan energi nuklir. Teknologi Geo Coal yang dikembangkan Harsudi pada dasarnya merupakan proses meningkatkan kalori batubara peringkat rendah. Proses peningkatan tersebut dilakukan melalui beberapa tahap, meliputi persiapan, penghancuran batubara, pengeringan, setting, dan berakhir dengan pendinginan. Dalam proses penghancuran, batubara diubah menjadi ukuran lebih kecil, antara 5-50 cm. Sementara, pada proses pengeringan, kadar air dalam batubara peringat rendah dikurangi dengan menggunakan gassification burner. Setelah proses ini, dikatakan kadar air bisa berkurang 60-80 persen. Proses selanjutnya, yaitu setting, adalah inti dari proses upgrading ini Dalam proses ini, dilakukan modifikasi gabungan dari Hardgrove Grindability Index (HGI), konten materi yang mudah terbakar dan debu atau ash dari batubara.

10

Teknologi Geo Coal mampu meningkatkan kalori batubara hingga 50-100 persen. Selain itu, proses upgrading yang dilakukan juga bisa mempertahankan kadar sulfur dan ash tetap rendah sehingga batubara yang dihasilkan nantinya lebih ramah lingkungan. Teknologi Geo Coal yang dikembangkan berbeda dengan proses upgrading lain, seperti UBC (Upgrade Brown Coal). Harsudi mengatakan, "Kalau UBC itu kan intinya pada pengeringan dan briket. Sementara kalau Geo Coal ini intinya pada pengeringan dan setting." Dengan Geo Coal, upgrading batubara lebih efisien. pengeluaran hanya 10 juta dollar per ton produk. Rational cost-nya 4-5 dollar per ton produk dalam skala besar. Bisa dibandingkan sendiri kalau UBC berapa Geo coal memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi lain. Produknya lebih ramah lingkungan. Batubara peringkat tinggi itu kandungan sulfurnya sampai 12 persen, sementara peringkat rendah itu kurang jadi 1 persen. Jadi ini low polluting. 3. Penelitian Peningkatan Kualitas Batubara Peringkat Rendah Di Puslitbang Teknologi Mineral Dan Batubara, Bandung Penelitian peningkatan kualitas batubara peringkat rendah dilakukan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA) sejak tahun 1993. Pada mulanya penelitian ini dilakukan sebagai usaha untuk menurunkan kadar air bawaan sebagai persiapan pembuatan coal water mixture (CWM), yaitu campuran antara batubara halus dan air sebagai pengganti bahan bakar minyak terutama minyak berat di industri-industri yang biasa menggunakan boiler. Percobaan dilakukan dengan menggunakan batubara peringkat rendah yang berasal dari beberapa daerah sekitar Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan beberapa metoda pengeringan, yaitu dengan carbontec drying, hot water drying dan steam drying dengan maksud untuk mendapatkan teknologi dan kondisi optimum dengan beberapa variabel percobaan.

11

Tabel 3. Perbandingan Tiga Metode Pengeringan Batubara Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa proses pengeringan dengan hot water drying mampu menurunkan kadar air bawaan sampai 91,2% dan stabil sampai minggu ke 10. Begitu pula halnya dengan proses steam drying, kestabilannya cukup baik dan mampu menaikkan nilai kalor paling tinggi. Sedangkan proses carbontec drying mempunyai kestabilan yang paling buruk di antara ke tiga proses tersebut di atas, namun mempunyai keuntungan karena proses dilakukan pada tekanan atmosfir sehingga biaya dan resiko yang mungkin timbul paling kecil. Hal ini menunjukkan bahwa setiap proses pengeringan mempunyai keuntungan dan kekurangannya masing-masing. Teknologi UBC (upgraded brown coal) yang diperkenalkan pemerintah Jepang melalui JCOAL kepada tekMIRA, mempunyai keuntungan karena suhu dan tekanan yang lebih rendah, yaitu 150C dan 35 atm dengan penurunan kadar air yang cukup tinggi. Keberhasilan penelitian UBC diharapkan mampu meningkatkan pemanfaatan batubara peringkat rendah yang merupakan cadangan terbesar batubara Indonesia sehingga dapat memberikan kontribusinya untuk meningkatkan ekspor di masa mendatang.

12

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang ESDM, 2011. Pengembangan Teknologi Proses Upgrading Batubara Peringkat Rendah (Coal Drying & Briquetting). (online), (http://www.litbang.esdm.go.id/index.php? option=com_content&view=article&id=532, diakses 23 Desember 2012). Biantong, Mandeleyev Rapuan, 2012. Peningkatan Kualitas Batubara Kadar Rendah dengan Teknologi Upgraded Brown Coal (UBC). (online), (http://mandeleyevrapuan.blogspot.com/2012_06_01_archive.html, diakses 23 Desember 2012). Putra,Sudikin Mandala, 2011. Teknologi Pengeringan Batubara. (online), (http://blog.unsri.ac.id/sodikin/pengatahuan-batubara/teknologipengeringan-batubara/mrdetail/29669/, diakses 23 Desember 2012).

13

Anda mungkin juga menyukai