Anda di halaman 1dari 3

1.

PENDAHULUAN Tanaman Andalas (Morus macraura) adalah tanaman endemik Pulau Sumatera yang merupakan maskot Propinsi Sumatera Barat. Sekarang populasi tanaman ini sudah sangat berkurang, karena kayu Andalas banyak diperlukan oleh masyarakat sehingga pohonnya banyak ditebangi tanpa upaya penanaman kembali. Tidak banyak masyarakat yang tahu tentang buah dan biji tanaman ini. Mereka juga tidak mengenal cara terbaik untuk perbanyakan tanaman tersebut, sehingga upaya penanaman kembali tanaman ini sangat jarang sekali dilakukan sementara penebangannya tetap berlangsung. Kondisi ini merupakan salah satu faktor penting penyebab punahnya tanaman Andalas (Anonimous, 2007). Disamping itu kandungan senyawa kimia di dalam tanaman Andalas diantaranya triterpen asam betulinat yang diisolasi dalam kadar yang cukup tinggi mempunyai aktivitas sebagai anti HIV. Dan banyak senyawa fenol yang telah berhasil diisolasi dari spesies ini, seperti jenis stilben oksiresveratrol, dihidrostilben lunularin, dua senyawa baru jenis dimer stilben yakni andalasin-A, dan andalasin-B (Soekamto et al., 2003). Menurut Hakim (2006) beberapa senyawa kimia dari tanaman Andalas juga penting sebagai anti-tumor. Dalam rangka menemukan obat-obatan untuk menyembuhkan berbagai penyakit banyak senyawa kimia alami yang berasal dari tumbuhan andalas atau morus macroura. Kelompok tumbuhan ini merupakan sumber senyawa fenol golongan stilben, termasuk turunan resveratrol (3,5,4 -trihidroksi-trans-stilben) dan oksiresvaatrol (2,4,3 ,5 -tetrahidroksi-trans-stilben) yang sang at potensial dalam bioindustri kosmetik. Penyelidikan terhadap ekstrak tumbuhan Andalas, berhasil menemukan sejumlah senyawa turunan stilben. Dari tumbuhan Andalas atau M. macroura diperoleh tunman oksiresveratrol, seperti oksiresveratrol (1), lunularin (2), dall dua senyawa baru dimer oksiresveratrol yang diberi nama andalasin A (3) dan andalasin B (4).

Biotransformasi oksiresveratrol, sedangkan andalasin A, telah dilaporkan sebelumnya, merupakan inhibitor tirosinase yang kuat, yang sangat berguna dalam industri kosmetika. (Pengarang), hr 2. ISI

Tanaman Andalas Salah satu famili Moraceae adalah Morus dikenal dengan murbey, genus ini terdiri dari 10 spesies, hidup di hutan tropis Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia tercatat hanya tumbuh dua spesies. Morus yakni Morus alba dan Morus Macroura. Morus macroura Miq. merupakan tumbuhan endemik Indonesia. Menurut (Hakim, 2006) berbeda dengan spesies Morus yang lainnya yang biasanya berbentuk perdu, pohon andalas merupakan pohon tinggi lurus bisa mencapai 40 m dengan diameter sampai 1,5 m. Kualitas kayunya sangat kuat dan tahan rayap, oleh karena itu banyak digunakan sebagai bahan bangunan atau perabot rumah tangga (Anonimous, 2006). Klasifikasi dari Tanaman Andalas : (Boer dan Sosef, 1987). Divisi Sub Divisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledonae : Uticales : Moraceae : Morus : Morus macraura Miq.

Pohon Andalas (Morus macraura Miq.) merupakan flora identitas daerah Sumatera Barat yang termasuk ke dalam famili Moraceae. Untuk kawasan Malesia penyebarannya hanya pada

beberapa lokasi di Sumatera. Di daerah Sumatera Barat tanaman ini terdapat di sekitar lembah antara gunung Merapi, Singgalang, dan gunung Sago (Dahlan, 1993). Komposisi kandungan kimia dari tanaman Andalas juga sangat berguna dalam pengobatan, sehingga sangat penting bagi kita untuk memperbanyak tanaman ini. Salah satunya yaitu dengan teknik kultur jaringan, dengan melakukan teknologi biji sintetik pada tanaman Andalas. Menurut Hakim, (2006) kandungan di dalam Morus macraura diantaranya triterpen asam betulinat yang diisolasi dalam kadar yang cukup tinggi mempunyai aktivitas sebagai anti HIV dan beberapa senyawa kimia dari Morus macroura juga penting sebagai antitumor. Kelangkaan spesies Andalas ini, juga merupakan alasan kenapa perlunya kita melakukan teknologi biji sintetik tanaman Andalas. Menurut Dahlan (1994) populasi tanaman Andalas pada saat ini sudah sangat sedikit karena tanaman ini belum dibudidayaka. Pohon Andalas mempunyai bunga jantan dan bunga betina yang terpisah satu sama lainnya. Hal ini merupakan faktor sukarnya perbanyakan tanaman secara seksual. Menurut (Pemda Tingkat I Sumbar, 1991 cit. Dahlan 1993) mengingat populasi tanaman ini di daerah penyebarannya sangat terbatas, maka dikhawatirkan pohon ini akan punah jika tidak diusahakan pelestariannya.

Anda mungkin juga menyukai