Anda di halaman 1dari 20

Kromatografi kertas

Pada awalnya kromatografi dianggap semata-mata sebagai bentuk partisi cairancairan. Serat selulosa yang hidrofilik dari kertas tersebut dapat mengikat air, setelah disingkapkan ke udara yang lembab, kertas saring yang tampak kering itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi, katakan 20 % (bobot/bobot) akan lebih. Jadi kertas itu sebenarnya dapat mengandung air dengan persentase tinggi dan kertas itu dipandang sebagai analog dengan sebatang kolom yang berisi stasioner berair. Zat-zat terlarut itu padahal fase geraknya dapat campur dengan air akan dalam beberapa kasus, malahan fase geraknya adalah larutan itu sendiri (Day & Underwood, 1980). Susunan serat kertas membentuk medium berpori yang bertindak sebagai tempat untuk mengalirkannya fase bergerak. Berbagai macam tempat kertas secara komersil tersedia adalah Whatman 1, 2, 31 dan 3 MM. Kertas asam asetil, kertas kieselguhr, kertas silikon dan kertas penukar ion juga digunakan. Kertas asam asetil dapat digunakan untuk zatzat hidrofobik (Khopkar, 1990). Selain kertas Whatman dalam teknik kromatografi dapat pula digunakan kertas selulosa murni. Kertas selulosa yang dimodifikasi dan kertas serat kaca. Untuk memilih kertas, yang menjadi pertimbangan adalah tingkat dan kesempurnaan pemisahan, difusivitas pembentukan spot, efek tailing, pembentukan komet serta laju pergerakan pelarut terutama untuk teknik descending dan juga kertas seharusnya penolak air. Seringkali nilai Rf berbeda dari satu kertas ke kertas lainnya. Pengotor yang terdapat pada kertas saring adalah ion-ion Ca2+, Mg2+, Fe3+, Cu2+ (Basset, 1994).

Dalam kromatografi, komponen-komponen terdistribusi dalam dua fase yaitu fase gerak dan fase diam. Transfer massa antara fase bergerak dan fase diam terjadi bila molekul-molekul campuran serap pada permukaan partikel-partikel atau terserap. Pada kromatografi kertas naik, kertasnya digantungkan dari ujung atas lemari sehingga tercelup di dalam solven di dasar dan solven merangkak ke atas kertas oleh daya kapilaritas. Pada bentuk turun, kertas dipasang dengan erat dalam sebuah baki solven di bagian atas lemari dan solven bergerak ke bawah oleh daya kapiler dibantu dengan gaya gravitasi. Setelah bagian muka solven selesai bergerak hampir sepanjang kertas, maka pita diambil, dikeringkan dan diteliti. Dalam suatu hal yang berhasil, solut-solut dari campuran semula akan berpindah tempat sepanjang kertas dengan kecepatan yang berbeda,

untuk membentuk sederet noda-noda yang terpisah. Apabila senyawa berwarna, tentu saja nodanodanya dapat terlihat (Day & Underwood, 1990). Harga Rf mengukur kecepatan bergeraknya zona realtif terhadap garis depan pengembang. Kromatogram yang dihasilkan diuraikan dan zona-zona dicirikan oleh nilai-nilai Rf. Nilai Rf didefinisikan oleh hubungan:

Rf = Jarak (cm) dari garis awal ke pusat zona : Jarak (cm) dari garis awal ke garis depan pelarut Pengukuran itu dilakukan dengan mengukur jarak dari titik pemberangkatan (pusat zona campuran awal) ke garis depan pengembang dan pusat rapatan tiap zona. Nilai Rf harus sama baik pada descending maupun ascending. Nilai Rf akan menunjukkan identitas suatu zat yang dicari, contohnya asam amino dan intensitas zona itu dapat digunakan sebagai ukuran konsentrasi dengan membandingkan dengan noda-noda standar (Khopkar, 1990). Proses pengeluaran asam mineral dari kertas desalting. Larutan ditempatkan pada kertas dengan menggunakan mikropipet pada jarak 23 cm dari salah satu ujung kertas dalam bentuk coretan garis horizontal. Setelah kertas dikeringkan, ia diletakan didalam ruangan yang sudah dijenuhkan dengan air atau dengan pelarut yang sesuai. Terdapat tiga tehnik pelaksanaan analisis. Pada tehnik ascending; pelarut bergerak keatas dengan gaya kapiler. Sedangkan ketiga dikenal dengan cara radial atau kromatografi kertas sirkuler (Basset, 1994). Kromatografi bergantung pada pembagian ulang molekul-molekul campuran antara dua fase atau lebih. Tipe-tipe kromatografi absorpsi, kromatografi partisi cairan dan pertukaran ion. Sistem utama yang digunakan dalam kromatografi partisi adalah partisi gas, partisi cairan yang

menggunakan alas tak bergerak (misalnya komatografi kolom), kromatografi kertas dan lapisan tipis ( Svehla, 1979). Distribusi dapat terjadi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat alir bergerak yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan, fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan pada suatu pendukung, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastik (Basset, 1994).

HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Metode yang digunakan (ascending, descending Jenis dari kertas Pemilihan eluen Kesetimbangan dalam bejana yang dipilih Pembuatan cuplikan Waktu pengembangan Metode deteksi dan identifikasi Muh. Firdaus, S.Farm.201.KROMATOGRAFI KERTAS.available online at: .http://daushalogen.blogspot.com/2011/03/kromatografi-kertas.html atau horizontal)

Kromatografi Kolom

Kromatografi kolom merupakan metode kromatografi klasik yang masih banyak digunakan. Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kolom kromatografi atau tabung untuk pengaliran karena karena gaya tarik bumi (gravitasi) atau sistem bertekanan rendah biasanya terbuat dari kaca yang dilengkapi dengan keran jenis tertentu pada bagian bawahnya untuk mengatur aliran pelarut. Sifat, derajat, atau tingkat keaktifan penjerap, dan ukuran partikelnya sangat penting dalam pengembangan sistem kromatografi. Penjerap dapat diubah dan diperlakukan sedemikian untuk mengubah sifat dan kapasitasnya, usaha yang terpenting adalah tata kerja tingkat keaktifan Brockmann (sifat penjerap tergantung pada pH dan tingkat keaktifannya). Ukuran penjerap untuk kolom biasanya lebih besar daripada untuk KLT. Kemasan kolom biasanya 63-250m, untuk kolom yang dijalankan dengan gaya tarik bumi. Kolom yang dijalankan dengan gaya tarik bumi, kolom yang dijalankan dengan tekanan, apakah menggunakan udara atau pompa, biasanya mengandung partikel 40-63m atau lebih halus. Untuk kromatografi kolom dari larutan dibutuhkan tabung pemisah tertentu yang diisi dengan bahan sorpsi dan juga pelarut pengembang yang berbeda. Tabung pemisah yang diisi dengan bahan sorpsi disebut kolom pemisah. Tergantung dari masalah bahan pemisahan dapat digunakan tabung filter dengan gelas berpori yang pada ujung bawah menyempit (tabung Allihn) atau tabung gelas, yang pada ujung bawah menyempit dan dilengkapi dengan kran. Tabung bola jarang digunkan. Perbandingan panjang tabung terhadap diameter pada umumnya adalah 40:1. Harga 20 berlaku sebagai batas bawah. Pengisisan tabung pemisah dengan adsorben, yang juga disebut kemasan kolom, harus dilakukan secara hati-hati, harus rata. Aluminium oksida atau silika gel dapat diisikan kering ke

dalam tabung pemisah. Agar pengisian rata, tabung setelah diisi divibrasi, diketok-ketok atau dijatuhkan lemah pada pelat kayu. Adsorben lainnya harus diisikan sebagai suspensi, terutama jika zat ini menggelembung dengan pelarut pengembang. Yang umum dilakukan adalah, adsorben dibuat seperti bubur dengan pelarut elusi, kemudian dimasukkan ke dalam tabung pemisah. Sebagai bahan sorpsi digunakan bahan yang sama dengan kromatografi lapis titpi yaitu silika gel, aluminium oksida, poliamida, selulosa, selanjutnya juga arang aktif dan gula tepung. Tergantung dari cara pengembangan dapat dibedakan kromatografi elusi, kromatografi garis depan dan kromatografi pendesakan. Kolom kromatografi berkerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal.

Kromatografi kolom digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa dalam jumlah yang banyak berdasarkan adsorpsi dan partisi. Kemasan adsorben yang sering digunakan adalah silika gel G-60, kieselgur, Al2O3, dan Diaion. Cara pembuatannya ada dua macam : Cara kering yaitu silika gel dimasukkan ke dalam kolom yang telah diberi kapas kemudian ditambahkan cairan pengelusi. - Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom Cara basah yaitu silika gel terlebih dahulu disuspensikan dengan cairan pengelusi yang akan digunakan kemudian dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom secara kontinyu sedikit demi sedikit hingga masuk semua, sambil kran kolom dibuka. Eluen dialirkan hingga silika gel mapat, setelah silika gel mapat eluen dibiarkan mengalir sampai batas adsorben kemudian kran ditutup dan sampel dimasukkan yang terlebih dahulu dilarutkan dalam eluen sampai diperoleh kelarutan yang spesifik. Kemudian sampel dipipet dan dimasukkan ke dalam kolom melalui dinding kolom sedikit demi sedikit hingga masuk semua, dan kran dibuka dan diatur tetesannya, serta cairan pengelusi ditambahkan. Tetesan yang keluar ditampung sebagai fraksi-fraksi Untuk kolom gaya tarik bumi yang memakai penjerap berukuran 60230 mesh (63-250 m), umumnya laju aliran sekitar 10-20 mL/cm2 penampang kolom/jam. Untuk partikel yang lebih kecil dari 200 mesh diperlukan semacam pemompaan atau sistem bertekanan. Kemudian laju dapat ditingkatkan sampai 2 mL atau lebih setiap menitnya, atau sampai batas sistem tekanan. Keterbatasan kromatografi kolom-terbuka klasik ialah sebagai berikut :

a. Pemisahan lambat b. Penjerapan linarut yang tidak bolak-balik c. Tidak dapat dipakai jika partikel terlalu kecil. Kombinasi antara kromatografi kolom kering dan kromatografi cair vakum memiliki kelebihan dimana laju pengelusian lebih tinggi dan memperpendek waktu kontak linarut dengan penjerap.

Kromatografi Cair (Liquid Chromatography)

Terdapat dua model operasional yang didasarkan pada polaritas relatif dari fase diam dan fase bergerak. 1. Normal phase Chromatograpy : Fase diam bersifat polar kuat dan fase gerak bersifat non-polar Misalnya : Silika = fase diam , n-hexane = fase gerak 2. Reversed phase Chromatography: Fase diam bersifat non-polar dan fase gerak bersifat polar. Misal : Hydrocarbon = fase diam, air = fase gerak Gambar 18.21. menggambarkan kedua teknik tersebut menunjukkann elusi komponen sampel dengan polaritas berbeda.

Gambar 18.21. Ilustrasi kromatografi cair yang normal dan reversed phase.

Fase gerak dapat dipompakan ke dalam kolom dengan tiga cara : 1. Isokratik:aliran tetap (konstan) dan ketetapan komposisi dari fase gerak tetap berlaku. 2. Gradient Elution:aliran konstan dan perubahan komposisi dari fase gerak terjadi. 3. FlowProgram:aliran bervariasi dan ketetapan komposisi dari fase gerak terjadi.

Kromatografi Cair Vakum Kromatografi cair-vakum merupakan kromatografi kolom yang dikemas kering biasanya dengan penyerap mutu kromatografi lapis tipis 10-4 g pada kondisi vakum, fase gerak digerakkan dengan kondisi vakum sehingga prosesnya berlangsung cepat. Kolom kromatografi dikemas kering dalam keadaan vakum agar diperoleh kerapatan maksimum. Setelah diperoleh kemasan yang maksimum, kemudian vakum dihentikan dan pelarut yang kepolarannya rendah dituangkan ke dalam permukaan penjerap lalu divakum lagi, kolom dihisap sampai kering dan kolom sekarang siap dipakai. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Walaupun KCV memerlukan jumlah sampel yang lebih banyak dari pada kromatografi lapis tipis (KLT), KCV tetap ekonomis dalam sisi biaya. Salah satu cara pemisahan adalah kromatografi cair vakum, kromatografi cair vakum adalah kromatografi kolom yang dipercepat dan bekerja pada kondisi vakum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3, sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi 2,5cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk bersalut dilarutkan dalam pelarut organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak tersebut ditambahkan adsorben dengan bobot sama dengan bobot ekstrak. Campuran ini digenis sampai homogen, dikeringkan dan dimasukkan ke

dalam corong G-3 kemudian diratakan. Permukaan lapisan adsorben ditutup dengan kertas saring. Elusi diawali dengan pelarut non polar dilarutkan dengan kombinasi pelarut dengan polaritas meningkat. Jumlah pelarut yang digunakan setiap kali elusi adalah sebagai berikut: untuk bobot ekstrak sampai lima gram diperlukan 25 ml pelarut, untuk 10-30 g ekstrak diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal ini diameter corong dipilih sedemikian rupa sehingga lapisan ekstrak dipermukaan kolom setipis mungkin dan rata. Masing-masing pelarut dituangkan ke permukaan kolom kemudian dihisapkan pompa vakum. Masing-masing ekstrak ditampung dalam wadah terpisah sehingga menghasilkan sejumlah fraksi. Kromatografi cair vakum dapat digunakan untuk fraksinasi dan memurnikan fraksi. Metode KCV digunakan karena lebih efektif dan efisien dalam pemisahan dibandingkan kromatografi kolom gravitasi. Kromatografi cair vakum (KCV) pertama kali diperkenalkan oleh para ilmuwan dari Australia untuk mengatasi lamanya waktu yang dibutuhkan untuk separasi menggunakan kolom kromatografi klasik. Pada dasarnya metode ini adalah kromatografi lapis tipis preparatif yang berbentuk kolom. Aliran fase gerak dalam metode ini diaktifkan dengan bantuan kondisi vakum. Kromatografi cair vakum pada awalnya digunakan untuk separasi senyawaan steroid dan produk-produk natural dari laut. Kromatografi cair vakum terdiri dari suatu corong Buchner yang memiliki kaca masir. Corong Buchner ini diiisi dengan fase diam yang tingkat kehalusannya seperti yang umumnya dipakai dalam kromatografi lapis tipis (70-230 mesh). Corong Buchner yang berisi fase diam ini digunakan dalam kondisi vakum/bertekanan, yang berakibat pada kemampuan yang dihasilkan oleh kromatografi cair vakum akan sama dengan kromatografi gravitasi namun

diperlukan waktu yang lebih singkat. Cara asli yang diperkenalkan oleh Coll menggunakan corong Buchner kaca masir atau kolom pendek, sedangkan Targett menggunakan kolom yang lebih panjang untuk meningkatkan daya pisah. Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang banyak, berdasarkan absorpsi dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan suatu pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi. Kromatografi Kolom Isap terbagi atas beberapa yaitu: A. Suction Colomn Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang banyak, berdasarkan absorpsi dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan suatu pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi. B. Rapid-Sigel Isolasi komponen kimia dalam jumlah yang sedikit berdasarkan absorpsi dan partisi, dimana kolom diisi dengan fase diam divakumkan dengan suatu pompa vakum agar eluen dapat turun mengelusi komponen kimia yang selanjutnya keluar sebagai fraksi-fraksi. C. Press Colomn Kromatografi kolom sederhana di mana fase gerak bergerak dengan cepat karena penggunaan tekanan positif dari tabung nitrogren. Udara yang ditekan mengandung O2 dan uap air yang dapat menyebabkan peruraian produk dari ekstrak dan berubah saat pemisahan kromatografi.

Gambar kromatografi kolom vakum Kromatografi Vakum Cair mempunyai keuntungan yang utama dibandingkan dengan kolom konvensional yaitu : - Konsumsi fase gerak KCV hanya 80% atau lebih kecil dibanding dengan kolom konvensional karena pada kolom mikrobor kecepatan alir fase gerak lebih lambat (10-

100l/menit) Adanya aliran fase gerak lebih lambat membuat kolom mikrobor lebih ideal jika digabung dengan spectrometer massa Sensitivitas kolom mikrobor ditingkatkan karena solute lebih pekat karenanya jenis kolom ini sangat bermanfaat jika jumlah sampel terbatas missal sampel klinis Kerugian KCV (Kromatogravi Vakum Cair) : Membutuhkan waktu yang cukup lama

Sampel yang dapat digunakan terbatas.

Kromatografi gas cair Definisi Kromatografi Gas Cair(GC), adalah jenis umum dari kromatografi digunakan dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa yang dapat menguap tanpa dekomposisi. Fungsi Fungsi menggunakan kromatografi gas cair adalah pengujian kemurnian suatu zat tertentu, atau memisahkan berbagai komponen campuran (jumlah relatif dari komponen tersebut juga dapat ditentukan). Dalam beberapa situasi,kromatografi gas cair GC dapat membantu dalam mengidentifikasi senyawa. Dalam kromatografi preparatif,kromatografi gas cair dapat digunakan untuk mempersiapkan senyawa murni dari campuran.

Prinsip Kromatografi Gas Dalam kromatografi gas, fase bergerak (atau fase gerak) adalah pembawa gas, biasanya sebuah inert gas seperti helium atau tidak reaktif gas seperti nitrogen . Fase diam adalah lapisan mikroskopik dari cairan atau polimer pada inert solid mendukung, dalam sepotong kaca atau logam tubing disebut kolom (penghormatan kepada kolom fraksionasi digunakan dalam penyulingan). Alat yang digunakan untuk melakukan kromatografi gas cair disebut kromatografi gas (atau aerograph, gas pemisah). Senyawa gas yang dianalisis berinteraksi dengan dinding kolom, yang dilapisi dengan fasa diam yang berbeda. Hal ini menyebabkan setiap senyawa elusi pada waktu yang berbeda, dikenal sebagai waktu retensi dari senyawa tersebut. Perbandingan waktu retensi adalah apa yang memberikan manfaat analitis GC. Prinsip kerja Dalam kromatografi gas-cair, fase gerak adalah gas seperti helium dan fase diam adalah cairan yang mempunyai titik didih yang tinggi diserap pada padatan. Bagaimana kecepatan suatu senyawa tertentu bergerak melalui mesin, akan tergantung pada seberapa lama waktu yang dihabiskan untuk bergerak dengan gas dan sebaliknya melekat pada cairan dengan jalan yang sama. Diagram alir kromatografi gas-cair

Sejumlah kecil sampel yang akan dianalisis diinjeksikan pada mesin menggunakan semprit kecil. Jarum semprit menembus lempengan karet tebal (Lempengan karet ini disebut septum) yang mana akan mengubah bentuknya kembali secara otomatis ketika semprit ditarik keluar dari lempengan karet tersebut. Injektor berada dalam oven yang mana temperaturnya dapat dikontrol. Oven tersebut cukup

panas sehingga sampel dapat mendidih dan diangkut ke kolom oleh gas pembawa misalnya helium atau gas lainnya. Ada dua tipe utama kolom dalam kromatografi gas-cair. Tipe pertama, tube panjang dan tipis berisi material padatan; Tipe kedua, lebih tipis dan memiliki fase diam yang berikatan dengan pada bagian terdalam permukaannya. Untuk menyederhanakan, kita akan melihat pada kolom terpadatkan. Kolom biasanya dibuat dari baja tak berkarat dengan panjang antara 1 sampai 4 meter, dengan diameter internal sampai 4 mm. Kolom digulung sehingga dapat disesuakan dengan oven yang terkontrol secara termostatis. Kolom dipadatkan dengan tanah diatomae, yang merupakan batu yang sangat berpori. Tanah ini dilapisis dengan cairan bertitik didih tinggi, biasanya polimer lilin. Bagaimana pemisahan berlangsung pada kolom? Ada tiga hal yang dapat berlangsung pada molekul tertentu dalam campuran yang diinjeksikan pada kolom:

Molekul dapat berkondensasi pada fase diam. Molekul dapat larut dalam cairan pada permukaan fase diam Molekul dapat tetap pada fase gas Dari ketiga kemungkinan itu, tak satupun yang bersifat permanen. Senyawa yang mempunyai titik didih yang lebih tinggi dari temperatur kolom secara jelas cenderung akan berkondensasi pada bagian awal kolom. Namun, beberapa bagian dari senyawa tersebut akan menguap kembali dengan dengan jalan yang sama seperti air yang menguap saat udara panas, meskipun temperatur dibawah 100 oC. Peluangnya akan berkondensasi lebih sedikit selama berada didalam kolom. Sama halnya untuk beberapa molekul dapat larut dalam fase diam cair. Beberapa senyawa akan lebih mudah larut dalam cairan dibanding yang lainnya. Senyawa yang lebih mudah larut akan menghabiskan waktunya untuk diserap pada fase diam: sedangkan senyawa yang suka larut akan menghabiskan waktunya lebih banyak dalam fase gas. Anonim. 2001. Kromatografi gas. http://www.artikelkimia.info/apa-definisi-kromatografi-gasgc-59071314092011 Takeuchi, Yoshito.2009. Kromatografi. http://www.chem-is-try.org (diakses tanggal 23 April 2012) Clark, J. 2007. Kromatografi Gas Cair. Available online at www.chem-istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_gas_cair/ (diakses tanggal 23 April 2012)

Kromatografi pertukaran ion Kromatografi pertukaran ion adalah salah satu teknik pemurnian senyawa spesifik di dalam larutan campuran. Prinsip utama dalam metode ini didasarkan pada interaksi muatan positif dan negatif antara molekul spesifik dengan matriks yang barada di dalam kolom kromatografi. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh seorang ilmuwan bernama Thompson pada tahun 1850. Secara umum, teradapat dua jenis kromatografi pertukaran ion, yaitu:

Kromatografi pertukaran kation, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan positif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan negatif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus karboksil (-CH2-CH2CH2SO3- dan -O-CH2COO-). Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah asam sitrat, asam laktat, asam asetat, asam malonat, buffer MES dan fosfat. kromatografi pertukaran anion, bila molekul spesifik yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom kromatografi yang digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan biasanya berupa matriks dekstran yang mengandung gugus -N+(CH3)3, -N+(C2H5)2H, dan N+(CH3)3. Larutan penyangga (buffer) yang digunakan dalam sistem ini adalah Nmetil piperazin, bis-Tris, Tris, dan etanolamin.

Metode ini banyak digunakan dalam memisahkan molekul protein (terutama enzim). Molekul lain yang umumnya dapat dimurnikan dengan menggunakan kromatografi pertukaran ion ini antara lain senyawa alkohol, alkaloid, asam amino, dan nikotin. Clive Dennison (2002). A Guide to Protein Isolation. ISBN 0-792-35751-5. Frederick J. Dechow (1989). Seperation and Purification Techniques in Biotechnology. ISBN o8155-1197-3. Ion exchange chromatography. http://www.gelifesciences.com/aptrix/upp00919.nsf/Content/38290C2764AC28D6C1257628001 D5A77/$file/18114322AC.pdf

Fasa Diam Ada banyak macam penukar ion, tetapi penukar ion polisterina berikatan silang paling luas penggunaannya.Gambar 65. b menggambarkan struktur resina

penukar anion dengan matriks poliestirena berikatan silang yang sama, tetapi dengan gugus tetraalkilamonium. Resina poliestirena kering cenderung mengembang jika dimasukkan dalam pelarut. Air menetrasi ke dalam resina dan hidrasi, membentuk larutan sangat pekat dalam resina. Tekanan osmosa cenderung menekan air lebih banyak ke dalam resina dan padatan itu mengembang, jadi volumenya bertambah. Jumlah air yang diambil resina tergantung pada ion penukar dari resina dan menurundengan bertambahnya jumlah ikatan silang. Resina penukaran ion juga mengembang dalam pelarut organik, tetapi pengembangannya lebih kecil daripada dalam air.

Fase Gerak Kebanyakan pemisahan kromatografi penukar ion dilakukan dalam media air sebab sifat ionisasi dari air. Dalam beberapa hal, digunakan pelarut campuran sepertiair alkohol dan juga pelarut organik. Kromatografi penukar ion dengan fase gerak media air, reteni puncak dipengaruhi oleh kadar garam total atau kekuatan ionik dan oleh pH fasa gerak. Kenaikkan kadar garam dalam fasa gerak menurunkan retensi senyawa cuplikan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kemampuan ion cuplikan bersaing dengan ion fasa gerak untuk gugus penukar ion pada resina.Macam ion dalam fase gerak dapat berpengaruh nyata pada retensi molekulcuplikan, sebagai akibat dari perbedaan kemampuan ion fasa gerak berinteraksi dengan resina penukar ion. Urutan retensi dari berbagai aniom untuk resina penukar anion poliestirena berikatan silang konvensional adalah sebagai berikut;Sitrat > sulfat > oksalat > yodida > nitrat > kromat >bromida >sianida >klorida > format > asetat > hidroksida > fluorida.Untuk retensi ini bervariasi jika resina yang digunakan berbeda, tetapi urutan di atas merupakan petunjuk kualitatif dari kemampuan berbagai anion untuk berinteraksi dengan penukar anion kuat. Dalam urutan ini, sitrat terikat sangat kuatdengan resina sedangkan ion fluorida terikat paling rendah. Molekul

cuplikan biasanya lebih cepat terelusi dengan ion sitrat daripada dengan fluorida.Pemisahan senyawa-senyawa organik seperti asam-asam amino pun telahdapat dicapai dengan metode penukar ion. Metode ini juga digunakan dalam berbagai operasi seperti pelunakan air, menaikkan kadar logam, pemisahan logam. Pada awalnya penukar ion adalah silikat-silikat, tanah diatonema, aluminosilikat sintetis seperti zeolit. Penemuan ini adalah suatu kebetulan.Sintesis dan karakteristik penukar ion. Untuk memperoleh penukar anion, kopolimer styren dan divinil benzenadiaminasi kemudian diklorometilasikan untuk memperoleh produk seperti terlihat dalam gambar 10.3.

Berdasarkan pada keberadaan gugusan labilnya; resin penukar ion dapat secara luas diklasifikasikan dalam empat golongan, yakni : a. resin penukar kation bersifat asam kuat (mengandung gugusan HSO) b. Resin penukar kation bersifat asam lemah (mengandung gugusan COOH). c. Resin penukar anion bersifat basa kuat (mengandung gugusan aminatersier atau kuartener). d. Resin penukar anion bersifat basa lemah (mengandung OH sebagaigugusan labil).

Pemakaian penukar ion untuk pemisahan Pemisahan logam-logam secara penukar anion dilakukan pada berbagai media asam tergantung dari kapasitas logam-logam yang membentuk kompleks anion. Mediaklorida, nitrat, sulfat, flourida, fosfat dan karbonat digunakan untuk pembentukan kompleks anion dan menghasilkan pemisahan. Kromatografi pertukaran ion juga merupakan cara analisis dengan teknik

pemisahan.Pertukaran ion adalah proses substitusi atau penggantian satu jenis senyawa ionik dengan yang lain yang terjadi pada permukaan fase stasioner. Matriks penukar ion Untuk mempercepat proses difusi dalam partikel telah dibuat juga bentuk pellicular (c) dan superficially porous (d) dengan penyangga glass bead. Perhatian dalam preparasi kolom 1. Pemilihan dan preparasi resin Sifat-sifat yang perlu diperhatikan dalam membeli resin dalam perdaganganialah ukuran partikel (mesh), tingkat ikatan silang, dan kualitasnya (analitycal grade;AG). 2. Pembengkakan (swelling) Bila penukar ion, misalnya resin yang tersulfonasi diberi air, gugus SO3-danH+ seolah-olah terlarut dalam konsentrasi yang tinggi dalam matriks. Karenanya air bertendensi untuk mendifusi kedalam matriks 3. Kapasitas kolom Kapasitas penukar ion akan mempengaruhi banyaknya sampel maksimum yang dapat dianalisis dan dipakai untuk mengetahui stabilitas resin. 4. Cara deteksi Untuk hal-hal khusus digunakan : adsorbsi sinar, indeks refraksi, pH,radioaktivitas dan pengukuran polarografik. Penggunaan kromatografi penukar ion. 1. Untuk menghilangkan ion Untuk menghilangkan ion-ion keseluruhannya, air tersebut dapat dialirkan melalui penukar kation, kemudian dialirkan melalui penukar anion, yang akan menghilangkan semua anion dan diganti dengan ion hidroksida. Bila kedua resin tersebut (kation dan anion) dijadikan satu, penghilangan kedua jenis ion tersebut sekaligus dapat dikerjakan. 2. Mengkonsentrasikan komponen berkadar kecil Ion-ion yang jumlahnya kecil (trace element) dapat dikonsentrasikan dengan penukar ion. Setelah ion solut terikat dalam kolom, kemudian dielusi dengan jumlah eluen yang kecil. 3. Pemisahan asam-asam amino Pada suatu pH, Asam-asam amino dapat dipisahkan menjadi tiga golongan berdasarkan titik isoelektrisnya. Dengan demikian campuran asam-asam amino dapat dipisahkan dalam suatu

aliran fase mobil dengan secara gradual dengan merubah pH untuk elusi (gradient elution). Perubahan pH sering dikombinasikan dengan perubahan suhu. Penggunaan Penggunaan kromatografi penukar ion modern sekarang meliputi penggunaan yangluas, terutama untuk senyawa organik dalam sistem biokimia. Penyelidikan mendalam telah dilakukan pada asam nukleat, nukleosida dan nukleotida. Gambar 71 menunjukkan suatu pemisahan campuran berbagai nukleotida dalam sari hati mencit,dengan menggunakan suatu penukar ion berpori superfisial fasa terikat.

Banyak obat telah dianalisis dengan kromatografi penukar ion, meliputi benzimidazol tersubstitusi, isomer pirinda, dan berbagai formulasi obat. Gambar 72 menunjukkanpemisahan campuran sulfonamida dengan menggunakan penukar ion kation berpori superfisial.

Metode yang paling populer untuk pemurnian protein dan molekul lainnya yang dikenakan adalah pertukaran ion kromatografi. Pada kromatografi tukar kation bermuatan positif molekul tertarik pada suatu dukungan yang solid bermuatan negatif. Sebaliknya, dalam kromatografi pertukaran anion, molekul bermuatan negatif tertarik ke bermuatan positif dukungan yang solid. Untuk mengoptimalkan mengikat semua molekul dibebankan, fase mobile umumnya rendah untuk konduktivitas medium (konsentrasi garam) larutan. Adsorpsi molekul dukungan solid didorong oleh interaksi ionik antara dua moieties dan kapasitas mengikat adalah umumnya cukup

tinggi Kekuatan interaksi ditentukan oleh jumlah dan lokasi biaya pada molekul dan dukungan yang solid. Dengan meningkatkan konsentrasi garam (biasanya garam gradien linier) molekulmolekul dengan interaksi ionik terlemah terganggu pertama dan elute awal gradien garam. Mereka molekul yang memiliki interaksi ionik sangat kuat memerlukan konsentrasi garam lebih tinggi dan elute kemudian di gradien.PH buffer harus fase gerak antara PI atau pKa dari molekul dibebankan dan pKa kelompok dibebankan pada dukungan solid. Sebagai contoh, sebuah molekul dengan PI dari 8,2 dijalankan dalam buffer fase gerak pada pH 6,0 dengan pKa dukungan solid sebesar 1,2 dalam kromatografi tukar kation. Pada kromatografi pertukaranan ion molekul dengan PI sebesar 6,8 dijalankan dalam buffer fase gerak pada pH 8,0 dengan pKa dukungan yang solid pada 10.3. Biasanya, aturan ini dapat diubah tetapiada kasuskasus di mana ada pengecualian.Sebuah alternatif untuk menggunakan gradien linier adalah menggunakan gradien langkah. Ini memerlukan peralatan yang lebih rumit dan dapat sangat efektif jika konsentrasi garam yang sesuai diketahui, biasanya dari percobaan gradien linier. Banyak chromatographers juga menggunakan perubahan pH mempengaruhipemisahan sebuah Dalam kromatografi tukar kation, meningkatkan pH buffer fasegerak akan menyebabkan molekul menjadi kurang terprotonasi dan karenanya kurang bermuatan positif.. Hasilnya adalah bahwa protein tidak lagi memiliki kemampuan untuk membentuk interaksi ionik yang kuat dengan dukungan yang solid bermuatan negatif yang menyebabkan molekul untuk elute dari kromatografi kolom. Pada kromatografi pertukaran anion, menurunkan pH buffer fase gerak akan menyebabkan molekul menjadi lebih terprotonasi dan karenanya lebih bermuatan positif. Hasilnya adalah bahwa protein tidak lagi memiliki kemampuan untuk membentuk interaksi ionik yang kuat dengan dukungan yang solid bermuatan positif yang menyebabkan molekul untuk elute dari kromatografi kolom. arto_maryanto6748.2011. kromatografi penukar ion. http://www.scribd.com/doc/52817287/Kromatografi-Penukar-Ion-Anion

Anda mungkin juga menyukai