Anda di halaman 1dari 65

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN MENIRAN

(Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI


Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa





SKRIPSI





Oleh :

ROUDLOTUL HUSNA
02520021












JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MALANG
2007



PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa




SKRIPSI








Diajukan kepada:
Universitas Islam Negeri Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana Sains (S.Si)









Oleh :

ROUDLOTUL HUSNA
NIM : 02520021









JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
2007
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TUMBUHAN MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa




SKRIPSI




Oleh :

ROUDLOTUL HUSNA
NIM: 02520021





Telah Disetujui Oleh :
Dosen Pembimbing




Dra. Ulfah Utami, M.Si
NIP . 150 291 272



Tanggal, 5 J uni 2007


Mengetahui
Ketua J urusan Biologi




drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si
NIP . 150 229 505

LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TANAMAN MENIRAN
(Phyllanthus niruri L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus DAN Pseudomonas aeruginosa



SKRIPSI


Oleh :

ROUDLOTUL HUSNA
NIM : 02520021

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi dan
Dinyatakan Diterima Sebagai Salah Satu Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains ( S. Si)


Tanggal, 20 Juni 2007


Susunan Dewan Penguji TandaTangan


1. Penguji Utama : Dra. Retno Susilowati, M.Si ( )

2. Ketua Penguji : Kiptiyah, M.Si ( )

3. Sekretaris : Dra. Ulfah Utami, M.Si ( )







Mengetahui dan Mengesahkan
Dekan Fakultas Sains dan Teknologi



Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc.
NIP. 130 809 123




4 W-u4O4C O)
^O-
E4u-4^ OgOg }g`
]7 uEe CjO ^_
Ep) O) ElgO LO4CE W
4`4 4p~ -+O4^
4-gLg`uG` ^g


" Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah
banyaknya kami tumbuhkan di bumi itu pelbagai macam
tumbuh-tumbuhan yang baik?
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
suatu tanda kekuasaan Allah. dan kebanyakan mereka tidak
beriman "
(Asy Syu'ara 7-8)















Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT,
karya sederhana ini kupersembahkan kepada orang-orang yang selalu dekat di hati

" Ayah dan Ibunda tercinta "
Yang senantiasa mencurahkan jerih payahnya, mendidik dan menyayangi aku dan tak henti-
hentinya mendo'akan aku dengan setulus hati dalam setiap langkahku. Semoga Alloh SWT
senantiasa melimpahkan kasih sayang Nya kepadamu.
Hormat dan baktiku tiadalah arti, jika dibandingkan dengan kasih sayang yang telah kau
berikan.

" Adik-Adikku Tersayang "
yang telah memberi aku motivasi dalam meniti masa depan dan selalu memberikan canda
tawanya selama ini, hilang rasa jenuhku ketika bersama kalian.
" Ustadz Marzuqi Mustamar dan Umi Sayyidatul Mustaghfi "
Yang telah mebimbingku selama di PP. Syabilur Rosyad

" Semua sahabat sahabatku di PP. Sabilur Rosyad, "
Special To:
(Yu riend, ijah, Richo dll yang telah memberi motifasi, takkan aku lupakan kebersamaan q-ta)

" Semua Teman-temanku Senasib dan Seperjuangan "
(Ira-Thul, Yu rien-dhut, binthi, nyak, bapak, mbak Dian, fathur rahman dll)
yang telah mebantu dalam penelitian, suka duka q-ta tetap bersama n tetap semangat

" Semua Sahabatku Biologi Angkatan '02 "
(yang tidak aku sebutkan namanya satu persatu)
takkan ku lupakan kebersamaan Q-ta selama di bangku kuliah

" Calon Imamku yang selalu memberi motifasi dalam setiap langkahku "
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, karena
atas kelimpahan rahmat, taufiq serta hidayah Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul " Pengaruh Pemberian Ekstrak
Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa" sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Sains (S.Si).
Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan oleh Alloh SWT kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarganya dan sahabat
sahabatnya yang telah memberi jalan bagi seluruh alam.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari
uluran tangan semua pihak yang telah membentu dalam penyelesaian penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu iringan do'a dan ucapan terima kasih yang sebesar
besarnya penulis sampaikan, utamanya kepada :
1. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku Rektor Universitas Islam Negeri Malang
2. Prof. Dr. Sutiman Bambang Sumitro, SU., DSc. selaku Dekan Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
3. drh. Bayyinatul Muchtaromah, M.Si selaku Ketua J urusan Biologi Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN) Malang
4. Dra. Ulfah Utami, M.Si selaku dosen pembimbing, karena atas bimbingan,
bantuan, kesabaran serta arahan yang sangat berharga bagi penulis demi
terselesainya penulisan skripsi ini
5. Bapak dan Ibu dosen Biologi yang telah membimbing dan memotifasi penulis
dalam menuntut ilmu di bangku kuliah
6. Ayah dan Ibunda tercinta serta segenap keluarga yang dengan tulus hati telah
memberikan bimbingan, do'a serta pengorbanan baik material maupun
spiritual selama penulis menempuh studi ini
7. Sahabat sahabat mahasiswa BIOLOGI terutama angkatan 2002 beserta seluruh
pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini
Semoga segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis dapat menjadi
amal shaleh, semoga Alloh SWT memberikan balasan yang sepantasnya dan
skripsi ini dapat bermanfaat serta menambah khasanah ilmu pengetahuan. Amiin
Ya Robbal 'Alamiin.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb


Malang, 6 J uni 2007

Penulis





DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI........................ .......................................................................... iii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. vii
ABSTRAK...................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 4
1.4 Hipotesis Penelitian.......................................................................... 5
1.5 Manfaat Penelitian............................................................................ 5
1.6 Batasan Masalah............................................................................... 5
1.7 Penegasan Istilah.............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Umum Tentang Tumbuhan Meniran..................................... 7
2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Tumbuhan Meniran........................... 7
2.1.2 Morfologi Tumbuhan Meniran................................................... 8
2.1.3 Zat Antimikroba Tumbuhan Meniran......................................... 9
2.2 Tinjauan Tentang Bakteri Uji............................................................ 12
2.3 Bakteri Staphylococcus aureus ......................................................... 13
2.3.1 Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus.................................. 13
2.2.2 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus............................. 14
2.3.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis Bakteri
Staphylococcus aureus................................................................ 15
2.4 Bakteri Pseudomonas aeruginosa..................................................... 16
2.4.1 Morfologi Bakteri Pseudomonas aeruginosa ............................ 16
2.4.2 Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa ........................ 17
2.4.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis Bakteri
Pseudomonas aeruginosa .......................................................... 17
2.5 Tinjauan Bahan Antimikroba............................................................ 18
2.6 Cara Kerja Zat Antimikroba.............................................................. 19
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimikroba................... 21
2.8 Pengujian Bahan Antimikroba.......................................................... 23


BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian........................................................................ 26
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 26
3.2 Variabel Penelitian ........................................................................... 26
3.4 Obyek Penelitian............................................................................... 27
3.5 Alat dan Bahan.................................................................................. 27
3.6 Prosedur Kerja................................................................................... 27
3.6.1 Sterilisasi ..................................................................................... 28
3.6.2 Pembuatan Media........................................................................ 28
3.6.3 Penyiapan Bakteri ....................................................................... 29
3.6.4 Proses Ekstraksi Tumbuhan Meniran.......................................... 30
3.6.5 Proses Destilasi ........................................................................... 31
3.6.6 Uji Pendahuluan.......................................................................... 31
3.6.7 Pengenceran Ekstrak Tumbuhan Meniran.................................. 32
3.6.8 Pengujian Aktifitas Tumbuhan Meniran..................................... 32
3.7 Pengumpulan Data............................................................................ 33
3.8 Teknik Analisis Data......................................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri
L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa ................................................................. 35
4.2 Konsentrasi Efektif Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa ................................................................. 41

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan....................................................................................... 46
5.2 Saran.................................................................................................. 47

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 48

LAMPIRAN.................................................................................................... 51













DAFTAR TABEL


No J udul Halaman

4.1 Data pengukuran zona hambat (mm) bakteri
Staphylococcus aureus................................................................... 35

4.1 Data pengukuran zona hambat (mm) bakteri
Pseudomonas aeruginosa .............................................................. 36

4.1 Ringkasan Anava ekstrak tanaman meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus....................................................... 36

4.1 Ringkasan Anava ekstrak tanaman meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan
bakteri Pseudomonas aeruginosa .................................................. 36

4.2 Notasi BNT ekstrak tanaman meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus....................................................... 40

4.2 Notasi BNT ekstrak tanaman meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan
bakteri Pseudomonas aeruginosa .................................................. 41




















DAFTAR GAMBAR


No Gambar Halaman

1...Morfologi Tanaman Meniran............................................................ 7
2. Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus........................................ 13
3. Morfologi bakteri Pseudomonas aeruginosa.................................... 16
4. Grafik Diameter Zona Hambat Bakteri Staphylococcus aureus....... 40
5. Grafik Diameter Zona Hambat Bakteri Pseudomonas aeruginosa... 41
6. Alat dan Bahan.................................................................................. 55
7. Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
dalam media padat ............................................................................ 56
8. Zona Hambat Pemberian Ekstrak Meniran Terhadap Pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa......... 56
















DAFTAR LAMPIRAN


No J udul Halaman

Lampiran 1. Prosedur Kerja Penelitian......................................................... 49

Lampiran 2. Penghitungan Analisis Variansi Dalam RAL........................... 50

Lampiran 3. Penghitungan Analisis Variansi Menggunakan
SPSS for Windows 12.0........................................................... 53
Lampiran 4. Gambar Alat dan Bahan........................................................... 55

Lampiran 5. Gambar Zona Hambat Pemberian Ekstrak Meniran................. 56






























ABSTRAK

Husna, Roudlotul. 2006. Pengaruh Pemberian Ekstrak Tumbuhan Meniran
(Phyllanthus niruri L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
Pembimbing : Dra. Ulfah Utami, M.Si

Kata Kunci : Ekstrak meniran, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa

Dewasa ini masyarakat Indonesia dalam situasi dan kondisi perekonomian
yang kurang menguntungkan, sehingga mempengaruhi berbagai struktur
kehidupan, khususnya dalam pemeliharaan kesehatan yang menjadikan kita untuk
menengok kembali potensi alam nabati dalam menanggulangi berbagai penyakit
dan penanggulangan kesehatan yang mungkin timbul (Back to Nature).
Peningkatan ini di dukung oleh semakin meningkatnya harga obat dan terbatasnya
daya beli masyarakat, adanya kebiasaan keluarga, kecocokan dan bahan yang
mudah didapatkan, menjadikan obat tradisional semakin luas penggunaannya
sebagai suatu alternatif untuk menjaga kesehatan maupun pengobatan sendiri,
karena penggunaan tumbuhan berkhasiat obat mempunyai resiko yang lebih
ringan daripada penggunaan obat modern.
Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan salah satu jenis tumbuhan
yang dapat digunakan sebagai obat. Tumbuhan ini rasanya pahit, baunya
aromatik, sifatnya menyejukkan, berkhasiat sebagai antidiare. Meniran
(Phyllanthus niruri L.) mengandung senyawa bioaktif yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri (antibakteri) dan membunuh bakteri. Berdasarkan latar
belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi
ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan konsentrasi efektif
tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Universitas
Muhammadiyah Malang dan untuk ekstraksi tumbuhan meniran (Phyllanthus
niruri L.) dilaksanakan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah
Malang. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa yang di dapat dari Laboratorium Mikrobiologi
Universitas Brawijaya Malang. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan
menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 9 perlakuan yang terdiri
dari konsentrasi ekstrak 0%, 55%, 60%, 65%, 70%, 75%, 80%, 85% dan 90%
dengan 3 kali ulangan pada masing-masing bakteri.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan Anava
Tunggal dan Uji lanjut menggunakan BNT 5%. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa dan konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran yang efektif
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah 60% sedangkan
konsentrasi yang efektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas
aeruginosa adalah 70%
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat Indonesia dalam situasi dan kondisi perekonomian
yang kurang menguntungkan, sehingga mempengaruhi berbagai struktur
kehidupan khususnya di bidang pemeliharaan kesehatan yang telah menjadikan
kita untuk menengok kembali potensi alam nabati dalam menanggulangi berbagai
penyakit dan penanggulangan kesehatan yang mungkin timbul. Sebagaimana
dinyatakan oleh Pudjiastuti dan Hendarti (1999) bahwa masyarakat Indonesia
harus berusaha melestarikan budaya bangsa terutama dalam meningkatkan
penggunaan tanaman obat dengan semboyan Back to Nature (kembali ke alam).
Peningkatan ini didukung oleh semakin meningkatnya harga obat dan terbatasnya
daya beli masyarakat, adanya kebiasaan keluarga, kecocokan dan bahan yang
mudah di dapatkan, menjadikan obat tradisional semakin luas penggunaannya
sebagai suatu alternatif untuk menjaga kesehatan maupun pegobatan sendiri,
karena penggunaan tumbuhan berkhasiat obat mempunyai resiko yang lebih
ringan daripada obat modern.
Tumbuhan obat dapat diartikan sebagai tumbuhan yang mempunyai
kemampuan menyembuhkan penyakit. Di Indonesia dapat dijumpai 7500 jenis
tanaman yang berkhasiat obat. Pemakaian tanaman berkhasiat obat sebagai salah
satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapkan jauh
sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obat modern menyentuh
masyarakat ( Rukmana, 1994). Meniran (Phyllanthus niruri L.) adalah salah satu
jenis tumbuhan yang sering digunakan untuk obat. Tumbuhan ini berasal dari
daerah tropis yang tumbuh di ladang, kebun maupun pekarangan rumah dan
tumbuh subur di tempat yang lembab pada dataran rendah sampai ketinggian 1000
m di atas permukaan laut ( Syukur, 2005).
Menurut Zulkifli (2005), meniran dapat dipakai untuk mengobati penyakit
tuberkolosis (Tb). Ekstrak meniran juga digunakan sebagai Immunomodulation
atau obat yang mampu memperbaiki sistem imun. Rasanya pahit, baunya
aromatik, sifatnya menyejukkan. Seluruh bagian tanaman digunakan sebagai anti
radang, anti demam, membersihkan hati, peluruh dahak, peluruh haid dan
penambah nafsu makan (Anonymous, 2002). Ditambahkan dalam Intisari (2006)
meniran telah dimanfaatkan untuk berbagai keluhan penyakit radang dan batu
ginjal, susah buang air kecil, disentri, penyakit liver sampai rematik. Sedangkan
menurut Achyat dan Rosidah (2005) meniran dimanfaatkan sebagai obat
sariawan, nyeri gigi, malaria, disentri, diare, radang selaput lendir mata, dan
hepatitis virus. Ditambahkan oleh Maat (1997) bahwa tumbuhan meniran
(Phyllanthus niruri L.) digunakan sebagai antibakteri E. coli yang merupakan
salah satu bakteri penyebab diare.
Menurut Supardi (1999) E. coli merupakan flora normal di dalam saluran
pencernaan hewan dan manusia yang menghasilakan enterotoksin dan dapat
menyebabkan diare. Selain bakteri E. coli, bakteri penyebab diare yang lain
adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif yang biasa ditemui
pada makanan. Staphylococcus aureus menghasilkan enterotoksin yang
menyebabkan diare hebat, muntah-muntah dan sakit perut ( Volk, 1988). Menurut
Supardi (1999) enterotoksin pada umumnya diproduksi oleh Staphylococcus
aureus di dalam makanan basah yang sudah dimasak atau dipanaskan (bakteri ini
resisten pada suhu 100 C). Pengaruh enterotoksin dapat terlihat pada seluruh
bagian saluran usus. Selama keracunan, tubuh melakukan reaksi mengeluarkan
cairan dari semua jaringan tubuh, mengalami gangguan dalam keseimbangan
kadar garam di dalam darah dan cairan tubuh, akibatnya menjadi lemah dan
pingsan, kadang-kadang pula dapat menyebabkan kematian.
Pseudomonas aeruginosa merupakan bakteri gram negatif yang biasa
ditemukan di dalam saluran usus penderita diare atau enteritis akut, dan pada
Asymptomatic Carriers. Bakteri ini berkembang di dalam saluran usus. Dengan
mengkonsumsi suspensi 10
6
sel atau lebih, bakteri ini akan dikeluarkan secara
terus menerus pada fesesnya sampai jangka waktu 6 hari setelah engkonsumsi
bakteri tersebut. Pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat enteropatogenik dan
dapat memproduksi dua macam enterotoksin yaitu bersifat tahan panas dan yang
tidak tahan panas (Supardi,1999).
Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian dengan judul
Pengaruh Pemberian Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa".

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus
niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa ?
2. Pada konsentrasi berapakah ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri
L.) paling efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa ?

1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa
2. Untuk mengetahui konsentrasi paling efektif ekstrak tumbuhan meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa

1.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang melandasi penelitian ini adalah :
1. Ada pengaruh pemberian ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri
L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa
2. Ada konsentrasi efektif dari pemberian konsentrasi ekstrak tumbuhan
meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa

1.5 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini barmanfaat untuk :
1. Memperkaya ilmu pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan adanya
daya antimikroba dalam suatu tanaman.
2. Memberikan informasi bahwasannya ekstrak tanaman meniran
(Phyllanthus niruri L.) dapat digunakan sebagai zat antimikroba alami.

1.6 Batasan Masalah
1. Tumbuhan meniran yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman
yang masih segar dan tidak terserang oleh penyakit.
2. Bakteri uji yang digunakan adalah bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.
3. Pengamatan hanya dilakukan pada daya antimikroba ekstrak tanaman
meniran (Phyllanthus niruri L.) yang ditunjukkan dengan adanya zona
hambat terhadap mikroorganisme.
4. Konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang
digunakan dalam penelitian ini adalah konsentrasi 0%, 55%, 60%, 65%
70%, 80%, 85% dan 90%.

1.7 Penegasan Istilah
1. Daya antimikroba adalah kemampuan suatu zat untuk mencegah
pertumbuhan atau aktifitas metabolisme mikroba
2. Zona hambat adalah daerah berbentuk lingkaran pada medium yang tidak
ditumbuhi oleh mikroorganisme akibat pemberian zat antimikroba
3. Daya hambat adalah kemampuan suatu substansi untuk menghambat
pertumbuhan suatu mikroorganisme























BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Umum Tentang Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)
2.1.1 Tinjauan Umum Tentang Tumbuhan Meniran
Tumbuhan meniran merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah tropis
yang tumbuh liar di tempat yang lembab dan berbatu, serta tumbuh di hutan,
ladang, kebun-kebun maupun pekarangan halaman rumah, pada umumnya
tanaman ini tidak dipelihara kerena dianggap tumbuhan rumput biasa. Tumbuhan
ini mempunyai nama yang berbeda di setiap antar daerah. Di Indonesia dikenal
dengan nama meniran (J awa), Gosau na Dungi (Ternate), Dukong Anak, Gosau
Mandungi Rosiha, Child Pick a Back (Inggris), Kilanelli (India), Zhen Chu Cau,
Ye Xia Zhu (Cina) ( Syukur, 2005). Menurut Hyne (1987) tanaman ini disebut
meniran karena mempunyai buah yang seperti menir (remukan butiran beras).

2.1.2 Morfologi Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)






Gambar 6. Morfologi tumbuhan meniran (Riana, 2005).
Meniran (Phyllanthus niruri L.) merupakan tumbuhan semak, semusim
serta merupakan tumbuhan daerah tropis yang tumbuh liar di hutan, kebun, ladang
atau pekarangan halaman rumah. Tumbuhan ini tumbuh subur di tempat yang
lembab pada ketinggian1000 m diatas permukaan laut. Meniran merupakan
tumbuhan tegak, tinggi 30-50 cm, batangnya berwarna hijau pucat (Phyllanthus
niruri L.) dan berwarna hijau kemerahan (Phyllanthus urinaria L.) berbentuk
bulat dan basah. Daun tunggal, letak berseling, helaian daun bundar telur sampai
bundar memanjang, ujung tumpul, pangkal membulat, permukaan bawah
berbentuk kelenjar, tepi rata, panjang 1,5 cm, lebar sekitar 7 mm, berwarna hijau
(Achyad dan Rasyidah, 2000). Ditambahkan oleh Dalimartha (2002) dalam satu
tanaman, meniran mempunyai bunga jantan dan betina yang berwarna putih.
Bunga jantan keluar di bawah ketiak daun, sedangkan bunga betina keluar di atas
ketiak daun. Buahnya bulat, licin, bergaris tengah 25 mm. Bijinya kecil keras
dan berwarna cokelat.
Perbanyakan tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dapat dilakukan
dengan menggunakan biji. Meniran dapat dirawat dengan disiram dengan air yang
cukup, dijaga kelembapan tanahnya dan dipupuk dengan pupuk organik (Hariana,
2005).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Zulkifli (2006) bahwa
seluruh tumbuhan meniran digunakan sebagai obat anti Tb (tuberkulosis).
Ditambahkan oleh Achyat dan Rosidah (2005) meniran dimanfaatkan sebagai
obat sariawan, nyeri gigi, malaria, disentri, diare, radang selaput lendir mata, dan
hepatitis virus. Ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Maat (1997) dalam sebuah
penelitiannya bahwa tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) digunakan
sebagai antibakteri E. coli yang merupakan salah satu bakteri penyebab diare.
Secara empiris penelitian yang telah dikakukan adalah dengan menggunakan
ekstrak seluruh tumbuhan meniran, hal tersebut karena dalam tumbuhan meniran
terdapat kandungan senyawa kimia aktif yang sama, diantaranya adalah flavonoid,
tanin dan saponin ( Riana, 2006).

2.1.3 Zat Anti Mikroba Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) mengandung berbagai macam
senyawa kimia aktif yaitu flavonoid, tanin dan saponin ( Riana, 2006).
1. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa polar yang umumnya mudah larut dalam
pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, aseton dan lain-lain (Markham,
1988) dalam (Zulaikha, 2006). Flavonoid umumnya terdapat pada tumbuhan,
terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid (Harbourne, 1996).
Adanya gula yang terikat pada flavonoid (bentuk yang umum ditemukan)
cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air. Ini sebagaimana
dinyatakan oleh Markham (1988) bahwa campuran pelarut di atas dengan air
merupakan pelarut yang lebih baik untuk glikoksida. Sebaliknya aglikon yang
kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan
kloroform.
Flavonoid merupakan golongan terbesar dari senyawa fenol (Harbourne,
1996). Naim (2002) menyatakan bahwa senyawa fenol mempunyai sifat efektif
terhadap virus, bakteri dan fungi. Ditambahkan oleh Nurachman (2002) senyawa-
senyawa flavonoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah
digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan.
Senyawa flavonoid dan turunannya memiliki dua fungsi fisiologi tertentu,
yaitu sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai
antimikroba atau antibakteri) dan antivirus bagi tanaman ( Nurachman, 2002).
Ditambahkan oleh De Padua et al (1999) dalam Zulaikha (2006) bahwa
flavonoid mempunyai bermacam-macam efek fisiologi tertentu yaitu antitumor,
anti HIV, immunostimilant, analgesic, antiradang, antifungal, antidiare,
antihepatoksik dan sebagai vasodilator. Ditambahkan oleh Naczk dan Sahidi
(2002) flavonoid berperan sebagai antioksidan karena dapat menangkap radikal
bebas (Free Radical Scavengers) dengan melepaskan atom hydrogen dari gugus
hidroksilnya.
2. Tanin
Tanin merupakan senyawa organik yang terdapat dalam beberapa buah-
buahan dan sayur-sayuran maupun tanaman lain, bahkan mungkin dihasilkan dari
hasil sistesis. Pada buah-buahan dan sayuran tersebut tanin memberikan rasa
tertentu seperti rasa sepat pada teh dan anggur (Hin, 1992) dalam (Zulaikha,
2006). Dalam jumlah yang melebihi ambang batas yaitu 35 miligram tiap
kilogram berat badan, tanin lebih bersifat toksik dan karsinogen. Kerugian yang
mungkin ditimbulkan adalah gangguan pada reproduksi dan pada pencernaan
(Lewis, 1991) dalam Zulaikha (2006). Tanin banyak dimanfaatkan dalam proses
pencoklatan (memberi warna coklat) pada industri kayu, pewarna kain, sebagai
bahan perekat dan bahan pengganti fenol. Pada proses pengawetan kayu, tanin
akan bereaksi dengan gelatin (perekat untuk menutupi pori-pori kayu, sehingga
kayu menjadi lebih awet (Hunt, 1986) dalam Zulaikha (2006).
Menurut Hara (1993) senyawa tanin dapat dipakai sebagai antimikroba
(bakteri dan virus), dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan pada lemak dan
minyak goreng agar lemak dan minyak goreng tidak mudah rusak. Selain itu
tannin juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan antiseptik serta antioksidan dalam
makanan (Hawley, 1973) dalam Zulaikha (2006). Diatambahkan oleh Tjay dan
Rahardjo (2002) bahwa tanin bersifat mengendapkan protein dan berkhasiat
sebagai adstringensia, yaitu dapat meringankan diare dengan mengecilkan atau
menciutkan lender usus. Oleh karena merangsang lambung (rasa mual, muntah-
muntah) maka tanin hanya digunakan senyawanya yang tidak melarut yakni
tanalbumin. Zat ini lebih efektif dan tidak memberikan efek samping tersebut di
atas.
Menurut (Winarno, 1988) tanin merupakan senyawa terkondensasi yang
didasarkan pada flavonoid terpolarisasi. Tanin disebut juga asam tanat, asam
golatanat, tidak berwarna sampai berwarna kuning atau cokelat. Tanin mudah
larut dalam air, gliserol, alkohol, alkali encer dan aseton, serta tidak larut dalam
eter dan benzena (Wilseon, 1971) dalam Aziz (2004). Tanin bersifat fenol
mempunyai rasa sepat dan mempunyai kemampuan menyamak kulit. Tanin
terhidrolisiskan berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna cokelat kuning dan
larut dalam air (terutama air panas) membentuk koloid (Robinson, 1995).
Siswandono (1995) menyebutkan bahwa senyawa fenol dan turunannya
ketika berinteraksi dengan sel bakteri pada kadar rendah akan terbentuk komplek
protein yang bisa menyebabkan denaturasi protein dan merusak membran sel.
3. Saponin
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat yang
menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah
sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai
antimikroba dan saponin tertentu menjadi penting karena dapat diperoleh dari
beberapa tumbuhan dengan hasil yang baik dan digunakan sebagai bahan baku
untuk sintetis hormon steroid yang digunakan dalam bidang kesehatan. Saponin
merupakan glikosida yang larut dalam air dan etanol, tetapi tidak larut dalam eter
(Robinson, 1995).

2.2 Tinjauan Tentang Bakteri Uji
Bakteri dapat dibedakan antara bakteri gram positif dan bakteri gram
negatif. Atas dasar teknik pewarnaan diferensial yang disebut pewarnaan gram,
kedua kelompok bakteri ini dibedakan terutama mengenai dinding selnya (Volk
dan Wehler, 1996). Perbedaan nyata dalam komposisi dan struktur dididing sel
antara bakteri gram positif dan bakteri gram negatif penting untuk dipahami
karena diyakini bahwa dinding sel itulah yang menyebabkan perbedaan kedua
kelompok bakteri ini memberikan respons. Bakteri gram negatif mengandung
lipid, lemak atau substansi seperti lemak dalam pesentase lebih tinggi daripada
yang dikandung bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif juga lebih
tipis daripada dinding sel bakteri gram positif. Dinding sel bakteri gram negatif
mengandung peptidoglikan jauh lebih sedikit, dan peptidoglikan ini mempunyai
ikatan silang yang jauh kurang ekstensi dibandingkan dengan yang dijumpai pada
dinding sel bakteri gram positif. Pada saat pewarnaan dengan ungu kristal
pertumbuhan bakteri gram positif lebih dihambat dengan nyata daripada bakteri
gram negatif, demikian juga dengan kerentanan terhadap antibiotik, bakteri gram
positif lebih rentan terhadap penisilin daripada bakteri gram negatif (Pelczar dan
Chan, 1986).

2.3 Bakteri Staphylococcus aureus
2.3.1 Morfologi Bakteri Staphylococcus aureus


Gambar 2 : Morfologi bakteri Staphylococcus aureus (Wikipedia, 2006).


Nama Staphylococcus aureus berasal dari kata Staphele yang berarti
kumpulan dari anggur dan kata Aureus dalam bahasa latin yang berarti emas.
Nama tersebut berdasarkan bentuk dari sel-sel bakteri yang berwarna keemasan.
Ciri-ciri bakteri ini adalah merupakan bakteri gram positif yang berbentuk
berbentuk bulat (cocus) dengan ukuran diameter sekitar 1 m dan tersusun dalam
kelompok yang tidak beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-
selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakan cair
mungkin terdapat secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad
(jumlahnya 4 sel) dan berbentuk rantai dan koloninya berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua (J awetz, 1996). Sedangkan menurut Bonang (1982) metabolisme
bakteri ini adalah aerob dan anaerob, katabolisme positif membentuk asam dari
hidrat arang tanpa gas, fakultatif anaerob dan koloninya berwarna abu-abu sampai
kuning emas tua.

2.3.2 Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
Bakteri Staphylococcus aureus mudah tumbuh pada berbagai pembenihan
dan mempunyai metabolisme aktif, meragikan karbohidrat, serta menghasilkan
pigmen yang bervariasi dari putih sampai kuning tua. Bakteri ini dapat tumbuh
dengan baik pada suhu 37 C, tapi membentuk pigmen yang paling baik pada suhu
kamar (20 C 25 C). Koloni pada pembenihan padat berbentuk bulat, halus,
menonjol dan berkilau (J awetz, 1996). Sedangkan menurut Supardi (1999) suhu
optimum untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 35 C 37 C, dengan suhu
minimum 6,7 C dan suhu maksimum 45,5 C.
Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada kisaran pH 4,0 - 9,8 dengan pH
optimum sekitar 7,0 - 7,5. Pertumbuhan pada pH 9,8 hanya mungkin bila
substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini
membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya
dengan adanya tiamin. Untuk pertumbuhan optimum diperluakn 11 asam amino.
Bakteri ini tidak dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam
amino atau protein (Supardi, 1999). Menurut J awetz (1996) Staphylococcus
aureus relatif resisten terhadap pengeringan, panas (bakteri ini tahan terhadap
suhu 50 C selama 30 menit), dan terhadap natrium klorida 9% tetapi mudah
dihambat oleh zat-zat kimia tertentu, seperti heksaklorofen 3%.
Pada umumnya Staphylococcus aureus dapat tumbuh dengan baik pada
media perbenihan biasa dan BAP (Blood Agar Plate) (Bonang, 1892).

2.3.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis Bakteri Staphylococcus aureus
Manusia merupakan salah satu inang untuk bakteri Staphylococcus aureus,
Menurut Supardi (1999) bakteri ini biasa ditemukan dalam makanan dan
mempunyai toksin yang disebut enterotoksin sehingga dapat menyebabkan
gastroenteritis atau inflamasi pada saluran usus. Keracunan makanan oleh
Staphylococcus aureus dapat menyebabkab diare yang hebat (Volk, 1996).
Sebagai penyebab penting keracunan makanan, enterotoksin khususnya
dihasilkan bila bakteri ini tumbuh pada makanan karbohidrat dan protein.
Enterotoksin mengakibatkan muntah-muntah dan diare pada manusia. Keracunan
makanan yang disebabkan oleh enterotoksin Staphylococcus ditandai oleh masa
inkubasi yang pendek (1-8) jam, nausea hebat, muntah-muntah, diare dan
konvalesen yang cepat (J awetz, 1986)
Menurut Supardi (1999) Staphylococcus aureus memproduksi
enterotoksin yang terdapat pada makanan basah yang sudah pernah dimasak atau
dipanaskan. Meskipun telah dimasak, makanan tersebut masih mungkun
mengalami kontaminasi misalnya oleh tangan atau lingkungan selama
penyimpanan sebelum dikonsumsi. Pengaruh enterotoksin dapat terlihat pada sel
bagian saluran usus, besar kecilnya gejala keracunan tergantung pada dosis yang
tertelan. Gejala tersebut meliputi perasaan letih, muntah, diare, mual, kejang
ringan maupun berat, kadang mengalami penurunan suhu badan.

2.4 Bakteri Pseudomonas aeruginosa
2.4.1 Morfologi Bakteri Pseudomonas aeruginosa


Gambar 3 : Morfologi bakteri Pseudomonas aeruginosa (Wikipedia, 2005).

Ciri ciri bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah gram negatif berbentuk
batang, bergerak aktif dengan flagella pada ujung sel, flagel bersifat monotrih atau
multitrih, berukuran sekitar 0,12 m, terlihat sebagai bakteri tunggal,
berpasangan, kadang membentuk rantai pendek, secara umum koloninya
mempunyai permukaan yang rata berwarna hijau kebiruan, serta berbau seperti
buah anggur (J awetz, 1996). Sedangkan menurut Supardi (1999) bakteri
Pseudomonas aeruginosa berbentuk batang lurus atau melengkung, non sporulasi,
tidak berkapsul, bersifat aerobik obligat dan oksidase positif.

2.4.2 Pertumbuhan Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa tumbuh baik pada suhu 37 C 42 C.
Pertumbuhan pada suhu 42 C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri ini
adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan
biakan, kadang kadang menghasilkan bau yang manis menyerupai anggur. Semua
spesies Pseudomonas dapat tumbuh baik dalam simple nutrient agar dan dalam
kebanyakan media selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc Conkey
Agar ( J awetz, 1996).

2.4.3 Patogenesis dan Gambaran Klinis Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Pseudomonas aeruginosa ditemukan di dalam saluran usus penderita diare
atau enteritis akut. Bakteri ini sering ditemukan pada penderita gastroenteritis,
maka bakteri ini digolongkan ke dalam patogen enterik. Dengan menelan suspensi
10
6
sel atau lebih, bakteri ini akan dikeluarkan secara terus menerus pada
fesesnya sampai jangka waktu 6 hari setelah mengkonsumsi makanan yang
mengandung bakteri tersebut. Pseudomonas aeruginosa mempunyai sifat sifat
enteropatogenik dan bakteri ini dapat memproduksi dua macam enterotoksin yaitu
bersifat tahan panas dan yang tidak tahan panas.
Makanan yang mungkin terkontaminasi oleh bakteri Pseudomonas
aeruginosa misalnya salad, dan bahan pembuat salad seperti tomat, seledri,
wortel, kubis, ketimun, bawang merah, selain itu bakteri ini juga ditemukan pada
susu.

2.5 Tinjauan Bahan Anti Mikroba
Menurut Pelczar (1988) bahan antimikroba dapat diartikan sebagai bahan
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme mikroba. Zat-zat
antimikroba dapat bersifat bakteriostatik (menghambat perkembangan bakteri),
bakterisidal (membunuh bakteri), fungisidal (membunuh kapang), fungistatik
(mencegah pertumbuhan kapang) ataupun germisidal (menghambat germinasi
spora bakteri) (J awetz, 1996). Volk dan Wehler (1998) menyatakan bahwa
antimikroba merupakan komposisi kimia dan berkemampuan dalam menghambat
pertumbuhan atau mematikan mikroorganisme.
Pemakaian bahan antimikroba merupakan suatu usaha untuk mengendalikan
mikroorganisme. Pengendalian adalah segala kegiatan yang dapat menghambat,
membasmi atau menyingkirkan mikroorganisme. Menurut Pelczar (1988) tujuan
untuk pengendalian mikroorganisme adalah :
1. Mencegah penyakit dan infeksi
2. Membasmi mikroorganisme pada inang yang terinfeksi
3. Mencegah pembusukan dan kerusakan bahan oleh mikroorganisme.


2.6 Cara Kerja Zat Antimikroba
Zat antimikroba dalam melakukan efeknya, harus dapat mempengaruhi
bagian-bagian vital sel seperti membran sel, enzim-enzim dan protein struktural.
Menurut Pelczar (1988) cara kerja zat antimikoba dalam melakukan efeknya
terhadap mikroorganisme adalah sebagai berikut :
1. Merusak Dinding Sel
Pada umumnya bakteri memiliki suatu lapisan luar yang kaku disebut
dengan dinding sel. Dinding sel ini berfungsi untuk mempertahankan bentuk dan
menahan sel, dinding sel bakteri tersusun oleh lapisan peptidoglikan yang
merupakan polimer komplek terdiri atas asam N-asetil dan N- asetilmuramat yang
tersusun bergantian, setiap asam N - asetilmuramat dikaitkan tetrapeptida yang
terdiri dari empat asam amino, keberadaan lapisan peptidoglikan ini menyebabkan
dinding sel bersifat kaku dan kuat sehingga mampu menahan tekanan osmotik
dalam sel yang kaku.
Kerusakan pada dinding sel dapat terjadi dengan cara menghambat
pembentukannya, yaitu penghambatan pada sintetis dinding sel atau dengan cara
mengubahnya setelah selesai terbentuk. Kerusakan pada dinding sel akan
berakibat terjadinya perubahan-perubahan yang mengarah pada kematian sel.
2. Mengubah Permeabilitas Membran Sel
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh suatu selaput yang dibatasi
membran sel yang mempunyai permeabilitas selektif, membran ini tersusun atas
fosfolipid dan protein. Membran sel berperan sangat fital yaitu mengatur transport
zat keluar atau ke dalam sel, melakukan pengangkutan aktif dan mengendalikan
susunan dalam diri sel. Proses pengangkutan zat-zat yang diperlukan baik ke
dalam maupun ke luar sel dimungkinkan kerena di dalam membran sel terdapat
protein pembawa (carrier), di dalam membran sitoplasma juga terdapat enzim
protein untuk mensintetis peptidoglikan komponen membran luar. Dengan
rusaknya dinding sel bakteri secara otomatis akan berpengaruh pada membran
sitoplasma, beberapa bahan antimikroba seperti fenol, kresol, deterjen dan
beberapa antibiotik dapat menyebabkan kerusakan kerusakan pada membran sel
sehingga fungsi permeabilitas membran mengalami kerusakan. Kerusakan pada
membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya
sel.
3. Kerusakan Sitoplasma
Sitoplasma atau cairan sel terdiri atas 80% air, asam nukleat, protein,
karbohidrat, lipid, ion organik dan berbagai senyawa dengan bobot melekul
rendah. Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul-molekul
protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Konsentrasi tinggi beberapa
zat kimia dapat mengakibatkan kuagulasi dan denaturasi komponen-komponen
seluler yang fital.

4. Menghambat Kerja Enzim
Di dalam sel terdapat enzim dan protein yang membantu kelangsungan
proses-proses metabolisme, banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu
reaksi biokimia misalnya logam berat, golongan tembaga, perak, air raksa dan
senyawa logam berat lainnya umumnya efektif sebagai bahan antimikroba pada
konsentrasi relative rendah. Logam-logam ini akan mengikat gugus enzim
sulfihidril yang berakibat terhadap perubahan protein yang terbentuk.
Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya
sel.
5. Menghambat Sintetis Asam Nukleat dan Protein
DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting dalam sel,
beberapa bahan antimikroba dalam bentuk antibiotik misalnya cloramnivekol,
tetrasiline, prumysin menghambat sintetis protein. Sedangkan sintesis asam
nukleat dapat dihambat oleh senyawa antibiotik misalnya mitosimin. Bila terjadi
gangguan pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat
mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.7 Faktor Yang Mempengaruhi Aktifitas Zat Antimikroba
Banyak faktor dan keadaan yang mempengaruhi kerja zat antimikroba
dalam menghambat atau membasmi organisme patogen. Semua harus
diperimbangkan agar zat antimikroba tersebut dapat bekerja secara efektif.
Menurut Pelczar (1988) beberapa hal yang mempengaruhi kerja zat antimikroba
adalah sebagai berikut :
1. Konsentrasi Atau Intensitas Zat Antimikroba
Semakin tinggi konsentrasi zat antimikrobanya, maka banyak bekteri akan
terbunuh lebih tepat bila konsentrasi zat tesebut lebih tinggi.
2. J umlah Mikroorganisme
Semakin banyak jumlah mikroorganisme yang ada maka semakin banyak
pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya.
3. Suhu
Kenaikan suhu dapat meningkatkan keefektifan atau disinfektan atau
bahan mikrobial. Hal ini disebabkan zat kimia merusak mikroorganisme
melalui reaksi kimia dan laju reaksi kimia dapat dipercepat dengan
meninggikan suhu.
4. Spesies Mikroorganisme.
Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda
terhadap suatu bahan kimia tertentu.
5. Adanya Bahan Organik .
Adanya bahan organik asing dapat dapat menurunkan keefektifan zat
kimia antimikrobial dengan cara menonaktifkan bahan kimia tersebut.
Adanya bahan organik dalam campuran zat antimikobial dapat
mengakibatkan :
a. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk
produk yang tidak bersifat antimikrobial.
b. Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik
menghasilakan suatu endapan sehingga antimikrobial tidak
mungkin lagi mengikat mikroorganisme.
c. Akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi
suatu pelindung yang akan mengganggu kontak antar zat
antimikrobial dengan sel.
6. Keasaman (pH) atau Kebasaan (pOH)
Mikroorganisme yang hidup pada pH asam akan lebih mudah dibasmi
pada suhu rendah dan dalam waktu yang singkat bila dibandingkan dengan
mikroorganisme yang hidup pada pH basa.

2.8 Pengujian Bahan Antimikroba
Sebelum zat antimikroba digunakan untuk keperluan pengobatan maka
perlu diuji terlebih dahulu efeknya terhadap spesies bakteri tertentu. Aktifitas
antijasad renik diukur secara in vitro agar dapat ditentukan potensinya suatu zat
sebagai antijasad renik dalam larutan, konsentrasi zat terhadap jasad renik serta
kepekaan suatu jasad renik terhadap konsentrasi-konsentrasi bahan antimikroba
yang diberikan (J awetz, 1986).
Menurut Lay (1994) dalam Prasetyo (2004), bahan antimikroba bersifat
menghambat bila digunakan dalam konsentrasi kecil, namun bila digunakan
dalam konsentrasi tinggi dapat mematikan, untuk itu perlu diketahui MIC
(Minimum Inhibitori Concentration) dan MKC (Minimum Killing Concentration)
bahan antimikrobial terhadap terhadap mikroorganisme.
Penentuan nilai-nilai aktifitas jasad renik dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu metode sebagai berikut:
1. Cara Pengenceran Tabung
Tujuan dari cara pengenceran tabung ini adalah ini adalah untuk mendapat
jumlah bakteri 18
8
sel atau suspensi. Cara pengenceran tabung pada dasarnya
untuk menentukan secara kualitatif konsentrasi terkecil suatu bahan antimikroba
yang dapat menghambat perbanyakan bakteri. Pada dasarnya cara pengenceran
tabung ini adalah penghambatan perbanyakan bakteri dalam pembenihan cair oleh
suatu bahan antimikroba yang dicampur dalam pembenihan. Pembenihan yang
dipakai harus merupakan pembenihan yang dapat membunuh bakteri secara
optimum dan tidak menetralkan obat yang digunakan (Bonang dan Koeswardono,
1982).
Cara pengenceran tabung ini pada dasarnya dilakukan dengan
mengencerkan populasi bakteri yang ada pada stok sampai mencapai 10
8
sel atau
suspeensi. J umlah populasi tersebut dapat diketahui secara kualitas dengan
menggunakan larutan Mc. Farland sebagai indikator. Tujuan dari pengenceran
tersebut untuk mendapatkan konsentrasi yang diinginkan dan sesuai dengan
perlakuan.

2. Metode Disk Agar Diffusion
Metode Disk Agar Diffusion adalah pengujian bahan antimikroba dengan
menggunakan metode cakram kertas atau paper disk adalah didasarkan pada
pengamatan zona hambatan yang dihasilkan oleh difusi bahan antimikrioba.
Prinsip dari pengujian ini adalah menempatkan suatu kertas cakram yang
mengandung bahan antimikroba dengan konsentrasi tertentu secara hati-hati pada
lempengan agar yang ditanami biakan murni bakteri. Media agar ini kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu tertentu, setelah itu dilakukan pengamatan
mikroskopis, dilihat ada tidaknya daerah jernih di sekeliling kertas cakram.
Daerah jernih yang tampak di sekeliling kertas cakram menunjukkan bahwa
mikroorganisme atau bakteri uji peka terhadap bahan antimikroba maka semakin
luas daerah jernih yang terbentuk.
Bakteri yang sensitif terhadap bahan antimikroba akan ditandai dengan
adanya daerah hambatan di sekitar cakram, sedangkan bakteri yang resisten
terlihat tetap tumbuh pada tepi kertas cakram tersebut (J awetz, 1986).




































BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen
yaitu menguji konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)
dengan berbagai konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa untuk mengetahui daya antimikroba.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dengan semua kondisi perlakuan
yang dibuat sama, kecuali pemberian konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran
Phyllanthus niruri L. yang dibuat berbeda. Dengan demikian rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan
menggunakan 9 perlakuan dan 3 kali ulangan pada masing-masing bakteri.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Laboratorium Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
J anuari April 2007.

3.3 Variabel Penelitian
Variabel-variabel dalam penelitian ini meliputi:


1. Variabel Bebas
Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) 55%, 70%,75%, 80%, 85% dan
90%.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah diameter zona hambat bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
3. Variabel Terkendali
Variabel terkendali dalam penelitian ini adalah variabel yang diusahakan
sama untuk setiap perlakuan meliputi suhu inkubasi, waktu, pH dan media.

3.4 Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Mikrobiologi Universitas
Brawijaya Malang. Tumbuhan meniran Phyllanthus niruri L. didapatkan dari
pekarangan Desa Gasek Kecamatan Sukun Kabupaten Malang.

3.5 Alat dan Bahan
Alat yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah autoklaf, inkubator,
lampu spirtus, labu erlenmeyer 250 ml, cawan petri dengan diameter 9 cm, tabung
reaksi, paper disk, spet 3 ml, gelas ukur, mikro pipet, cutten buds, penumbuk,
pinset, timbangan, entkas, jangka sorong, jarum inokulan, pengaduk, kompor gas,
stirer, alumunium foil, kertas label, kertas cokelat, plastik werb, tissue dan alat
ekstrasi sokhlet dan destilasi.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.), biakan murni bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa, Muller Hinton Agar (MHA), media cair
Nutrient Broth (NB), aquades, etanol 95% dan alkohol 70%.

3.6 Prosedur Kerja
3.6.1 Sterilisasi
Sterilisasi alat dilakukan sebelum semua peralatan digunakan, yaitu
dengan cara membungkus semua peralatan dengan menggunakan kertas cokelat
kemudian di masukkan ke dalam autoklaf pada suhu 121 C dengan tekanan 15
psi (per square inci) selama 15 menit. Untuk alat yang tidak tahan panas tinggi
disterilisasi dengan zat kimia berupa alkohol 70 %.
3.6.2 Pembuatan media
Medium yang digunakan dalam penelitian ini adalah Medium Mueller
Hinton Agar (MHA) dan Medium Nutrient Cair (NA)
1. Medium Mueller Hinton Agar (MHA)
Media ini digunakan untuk pembiakan bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa, adapun caranya adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan bahan-bahan untuk medium yaitu dengan menimbang
media MHA kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer.
b. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil kemudian dipanaskan
diatas stirer hingga homogen, kemudian disterilkan ke dalam autoklaf
pada suhu 121 selama 15 menit.
c. Larutan MHA yang akan digunakan, dituang sebanyak 11 ml pada
cawan petri dan 5 ml pada medium miring kemudian ditutup dengan
kapas dan didiamkan sampai membeku.
d. Media MHA di simpan sampai membeku dan dimasukkan ke dalam
lemari es selama 24 jam.
2. Medium Cair Nutrient Broth (NB)
Media ini digunakan untuk pembiakan murni bakteri yang akan
diinokulasi pada medium lempeng. Adapun caranya adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan bahan-bahan untuk medium yaitu dengan menimbang
media NB kemudian dilarutkan dengan aquadest dalam erlenmeyer.
b. Erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil kemudian dipanaskan
diatas stirer hingga homogen, kemudian disterilkan ke dalam autoklaf
pada suhu 121 C selama 15 menit.
c. Larutan NB yang akan digunakan, dituang ke dalam tabung reaksi
sebanyak 10 ml kemudian ditutup dengan kapas dan alumunium foil.

3.6.3 Penyiapan Bakteri
1. Perbanyakan bakteri
a. Bakteri secara aseptik diinokulasikan dengan jarum inokulasi lurus
pada permukaan medium miring dengan arah lurus dari bawah ke atas.
b. Biakan tersebut diinkubasi dalam incubator pada suhu 37 C selama 24
jam.
2. Penyiapan biakan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa
a. Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa secara
aseptik diinokulasi dari medium miring ke dalam medium cair dengan
menggunakan jarum inokulasi berkolong sebanyak kurang lebih 1 ose.
b. Biakan medium cair diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37 C
selama 24 jam sebelum digunakan untuk pengujian.

3.6.4 Proses Ekstraksi Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) diperoleh dengan cara
sebagai berikut :
1. Meniran (Phyllanthus niruri L.) dibersihkan dengan cara dicuci, kemudian
di tiriskan.
2. Meniran (Phyllanthus niruri L.) dihaluskan dengan penumbuk.
3. Meniran (Phyllanthus niruri L.) hasil tumbukan ditimbang sebanyak 200
gram dan ditambahkan 200 ml etanol 95 %.
4. Bahan dimasukkan ke dalam kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam
sokhlet 250 ml.
5. Cairan etanol dibiarkan mengalir melalui pipa penghubung sehingga bahan
uji terendam etanol.
6. Memasang air pendingin pada kran, waterbath dihubungkan dengan
sumber listrik dan suhunya dinaikkan sekitar 40-50 C (sesuai dengan titik
didih etanol).
7. Proses ekstraksi dibiarkan berjalan selama 5 jam.

3.6.5 Proses destilasi
Setelah proses ekstraksi kemudian dilanjutkan dengan proses destilasi
dengan langkah sebagai berikut :
1. Alat destilasi dipasang pada tiang permanen agar dapat berdiri dengan baik
di meja percobaan.
2. Hasil ekstraksi dipindah ke dalam labu destilasi.
3. Waterbath dihubungkan dengan sumber listrik dan menaikkan suhunya
sekitar 40 C 50 C ( sesuai dengan titik didih etanol)
4. Membiarkan sirkulasi berjalan hingga hasil destilasi tertinggal dalam labu
pemisah.
5. Hasil ekstraksi ini yang digunakan dalam percobaan.

3.6.6 Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan yang telah dilaksanakan, yaitu menggunakan konsentrasi
0% sampai 100%. Adapun hasil dari uji pendahuluan, konsentrasi yang efektif
adalah konsentrasi sekitar 55% sampai 90%. Berdasarkan Uji pendahuluan
tersebut, maka konsentrasi yang digunakan untuk uji selanjutnya adalah
konsentrasi 55% sampai 90%.
3.6.7 Pengenceran ekstrak
Pengenceran hasil ekstraksi tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)
dalam berbagai konsentrasi dengan cara sebagai berikut :
Konsentrasi 0% ; 0 ml ekstrak tumbuhan meniran +10 ml aquades
Konsentrasi 55% ; 5,5 ml ekstrak tumbuhan meniran +4,5 ml aquades
Konsentrasi 60% ; 6 ml ekstrak tumbuhan meniran +4 ml aquades
Konsentrasi 65% ; 6,5 ml ekstrak tumbuhan meniran +3,5 ml aquades
Konsentrasi 70% ; 7 ml ekstrak tumbuhan meniran +3 ml aquades
Konsentrasi 75% ; 7,5 ml ekstrak tumbuhan meniran +2,5 ml aquades
Konsentrasi 80% ; 8 ml ekstrak tumbuhan meniran +2 ml aquades
Konsentrasi 85% ; 8,5 ml ekstrak tumbuhan meniran +0,2 ml aquades
Konsentrasi 90% ; 9 ml ekstrak tanaman meniran +1 ml aquades

3.6.8 Pengujian Aktivitas Ekstrak Terhadap Pertumbuhan Bakteri
1. Metode Difusi
Ekstrak yang sudah ada diujikan pada bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Media MHA padat yang telah dituang pada cawan petri kemudian
ditambahkan 1 ml bakteri biakan aktif pada media cair (Nutrient Broth),
setelah itu diratakan dengan menggunakan cutten bud sampai merata pada
permukaan media secara aseptik, kemudian biarkan agar mengering (10 -
15 menit)
b. Paper disk diletakkan pada medium lempeng sebanyak 3 buah dengan
jarak 1,5 cm dari tepi menggunakan pinset steril secara aseptik.
c. Meneteskan ekstrak tanaman meniran dengan menggunakan mikropipet ke
atas paper disk.
d. Medium lempeng yang telah diberi perlakukuan diinkubasi pada suhu
kamar selama 124 jam

3.7 Pengumpulan Data
Data diperoleh dengan cara mengukur diameter zona hambatan yang
terbentuk, pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Mengukur diameter zona hambatan dengan menggunakan jangka sorong.
Diameter zona penghambat adalah diameter yang tidak ditumbuhi oleh bakteri
disekitar paper disk dikurangi diameter paper disk.






Keterangan :
a. Diameter paper disk
b. Diameter daerah yang tidak ditumbuhi bakteri
c. Daerah yang ditumbuhi bakteri
b a =Diameter zona hambat

a





b
c
3.8 Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan:
1. Uji Anava Tunggal untuk membuktikan hipotesis 1 yaitu mengetahui ada
tidaknya pengaruh ekstrak tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.)
terhadap pertumbuhan bakteri. J ika Fhitung > Ftabel maka hipotesis 1
diterima. Ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh ekstrak tanaman
meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Karena Fhitung lebih
besar Ftabel maka dilakukan uji lanjut dengan Uji Beda Nyata Terkecil
(BNT).
2. Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
efektif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa . Uji ini dilakukan apabila dari hasil
Uji statistik Anava Tunggal terdapat pengaruh yang nyata (5%).









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Tumbuhan Meniran (Phyllanthus niruri
L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.

Data hasil pengamatan diameter zona hambat melalui pengukuran
dengan menggunakan jangka sorong setelah bakteri Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa diinkubasi selama 1x 24 jam pada suhu 37C
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Data pengukuran diameter zona hambat (mm) bakteri Staphylococcus
aureus
Bakteri Staphylococcus aureus
Ulangan
No

Konsentrasi
I II III
Total Rerata
1 0 % 0 0 0 0 0
2 55 % 2.30 3.45 2.25 8.00 2.667
3 60 % 7.10 5.45 5.60 18.15 6.05
4 65 % 2.95 3.35 3.20 9.50 3.167
5 70 % 4.40 4.40 4.50 13.3 4.434
6 75 % 5.85 4.35 6.30 16.5 5.50
7 80 % 5.60 4.95 5.80 16.35 5.45
8 85 % 6.35 4.75 5.95 17.05 5.684
9 90 % 7.65 7.20 8.05 22.9 7.634
121.75






Tabel 2. Data pengukuran diameter zona hambat (mm) bakteri Pseudomonas
aeruginosa
Bakteri Pseudomonas aeruginosa
Ulangan
No

Konsentrasi
I II III
Total Rerata
1 0 % 0 0 0 0 0
2 55 % 6.45 5.95 3.05 15.45 5.15
3 60 % 6.15 4.15 4.10 14.4 4.80
4 65 % 4.15 3.15 5.95 13.25 4.416
5 70 % 1.35 7.15 8.25 25.75 8.50
6 75 % 5.30 4.90 6.45 16.65 5.55
7 80 % 6.95 6.50 6.30 19.75 6.58
8 85 % 7.35 10.15 6.05 23.55 7.85
9 90 % 7.15 13.25 8.85 29.25 9.75
158.05

Data hasil pengukuran diameter zona hambat, dianalisis menggunakan
Analisis Variansi (Anava) satu jalur dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil Analisis variansi terlihat bahwa F hitung lebih besar F tabel.
Hal ini dapat dilihat pada ringkasan anava ekstrak tumbuhan meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Ringkasan Anava ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
SK db JK KT Fhit F5%
Perlakuan 8 122,747 15,343 40,007 2,51
Galat 18 6,903 384
Total 26 129,650


Tabel 4. Ringkasan anava ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa.
SK db JK KT Fhit F5%
Perlakuan 8 195,535 24,442 8,996 2,51
Galat 18 48,906 2,717
Total 26 244,440



Dari rangkuman analisis variansi (tabel 3 dan 4) dapat diketahui bahwa
Fhitung lebih besar dari Ftabel, sehingga H1 diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa perlakuan konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri
L.) berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa. Untuk perlakuan pada bakteri Staphylococcus
aureus F hitung adalah 40,06 dan F tabel adalah 2,51, sedangkan Fhitung pada
bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 8.996 dan Ftabel adalah 2,51 pada
taraf signifikansi 5%. Pemberian konsentrasi yang berbeda-beda
menunujukkan pengaruh yang berbeda pula terhadap zona hambatan yang
dihasilkan. Semakin luas daerah zona hambatan yang terbentuk di sekitar
paper disk, maka semakin besar pula daya antimikroba yang terdapat pada
ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.). Hal ini sejalan dengan
oleh J awetz (1986) yang menyatakan bahwa wilayah jernih disekitar zat
antimikroba merupakan kekuatan hambatan zat antimikroba terhadap
penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Ini ditunjukkan dengan adanya
zona hambatan atau daerah transparan di sekitar paper disk pada pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) mengandung zat
antibakteri sehingga dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri
(Maat, 1997). Zat yang terkandung dalam tumbuhan meniran bersifat
menghambat pertumbuahn bakteri, hal ini diketahui dari perlakuan ekstrak
tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dengan berbagai konsentrasi
berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dan Pseudomonas aeruginosa.
Zat antibakteri mempunyai berbagai cara dalam menghambat
pertumbuhan bakteri. Kerusakan pada salah satu struktur penyusun sel bakteri
dapat menyebabkan perubahan-perubahan struktur dan kerja bakteri. Hal ini
dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri terhambat bahkan mengakibatkan
kematian sel (J awetz, 1999). Membaran sitoplasma merupakan bagian terluar
sitoplasma yang terletak di bawah dinding sel, tersusun oleh senyawa protein,
lipida dan karbohidrat. Membran ini berperan untuk mengatur meteri-materi
yang keluar masuk sel seperti air dan garam-garam mineral yang dibutuhkan
sel. Bagian-bagian sel di daerah sitoplasma antara lain ribosom, nukleus,
granula dan mesosom. Ribosom berbentuk pertikel kecil yang terdiri dari
protein dan asam ribonukleat (RNA), yang berfungsi sebagai sintesis protein.
Nukleus mengandung asam dioksiribonukleat (DNA) sebagai pembawa
informasi genetik. Granula merupakan substansi kimia yang dapat berfungsi
sebagai cadangan makanan bagi sel. Mesosom merupakan lipatan membran
sitoplasma ke dalam sitoplasma. Sehubungan dengan hal tersebut, maka
kerusakan pada membran sel oleh zat antibakteri dapat mengakibatkan
pertumbuhan sel terhambat bahkan mengakibatkan kematian sel bakteri
(Pelczar dan Chan, 1988).

Gambar 6. Bentuk dan susunan sel bakteri (Champbell, 2002)
Kemampuan ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dalam
menghambat pertumbuhan bakteri disebabkan karena adanya kandungtan zat
kimia yang terdapat pada ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)
yaitu senyawa flavonoid, tanin dan saponin yang merupakan golongan
senyawa fenol dan alkohol. Senyawa fonol tumbuhan dan senyawa fenol pada
umumnya adalah golongan bahan yang mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan bakteri. Menurut Pelczar dan Chan (1988)
senyawa fenolat dapat bersifat bakterisidal atau bakteriostatik tergantung pada
konsentrasi yang digunakan. Hal ini diperkuat oleh (Naim, 2002) bahwa
flavonoid yang merupakan golongan fenol berpotensi dalam merusak
membran sitoplasma. Menurut Dwijosepetro (1998) bahwa pengerusakan
membran sitoplasma bakteri oleh senyawa fenol terjadi melalui pengendapan
protein membran. Akibat peristiwa ini menyebakan keluarnya metabolit
penting bagi pertumbuhan bakteri seperti enzim, protein, air, karbohidrat dan
ion-ion organik, hal ini mengakibatkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup sel tidak terpenuhi, sehingga pertumbuhan bakteri
terganggu. Harbourne (1987) menambahkan bahwa senyawa golongan fenol
dapat mendenaturasi protein sel termasuk protein membran sel, sehingga
fungsi semipermeabilitas mengalami kerusakan.
Turunan fenol dapat berinteraksi dengan dengan sel bakteri melalui
proses adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen, sehingga akan
mengakibatkan bakteri mengalami denaturasi protein sel dan merusak
membran sel sehingga semipermeabelitas membran mengalami kerusakan
(Siswandono, 1995). Kerusakan membran sel dapat menghambat masuknya
zat-zat ke dalam sel, dan zat-zat dalam sel seperti ion organik, enzim dan
asam amino dapat keluar dari sel. Enzim yang keluar dari sel bersama zat-zat
tersebut maka akan menghambat metabolisme sel. Hal ini ATP yang
dihasilkan akan menurun. Menurunnya ATP ini dapat menyebabkan
pertumbuhan bakteri terhambat dan terjadinya kematian sel (Pelczar dan Chan
1988).
Menurur J awetz (1999) zat antibakteri mempunyai berbagai cara
dalam menghambat pertumbuhan bakteri. Kerusakan pada salah satu struktur
penyusun sel bakteri dapat menyebabkan perubahan-perubahan struktur dan
kerja bakteri. Hal ini dapat mengakibatkan pertumbuhan bakteri terhambat
bahkan mengakibatkan kematian sel. Mekanisme kerja zat antibakteri dimulai
pada struktur sel terutama membran sel. Pelczar dan Chan (1988)
menambahkan bahwa membran sel merupakan bagian terluar sitoplasma yang
terletak dibawah dinding sel, tersusun oleh senyawa protein, lipid dan asam
nukleat. Membran ini berperan untuk mengatur keluar masuknya zat seperti
air dan garam mineral yang dibutuhkan sel.
4.2 Konsentrasi Efektif Ekstrak Tanaman Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa.

Berdasarkan hasil penghitungan analisis variansi dan uji lanjut BNT
pada taraf signifikan 5% menunjukkan ada konsentrasi efektif ekstrak
tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa.
Konsentrasi efektif merupakan konsentrasi terkecil yang mempunyai daya
hambat besar. Dengan adanya daya hambat yang besar merupakan petunjuk
kepekaan mikroorganisme terhadap antimikroba. Hal ini dapat dilihat pada
tabel notasi BNT pada masing-masing bakteri dibawah ini :
Tabel 5. Notasi BNT Ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)
terhadap Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
Keterangan: J ika rerata yang diberi huruf atau notasi yang berbeda maka
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dan jika rerata yang
diberi notasi yang sama maka menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang nyata konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran
(Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.








Konsentrasi Rerata (mm) Notasi BNT 5%
0 % 0.000 a
55% 2.667 b
65% 3.167 b
70% 4.434 c
80% 5.450 cd
75% 5.500 d
85% 5.684 d
60% 6.050 d
90% 7.634 e
Tabel 6. Notasi BNT ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Pseudomonas aeruginosa
Keterangan: J ika rerata yang diberi huruf atau notasi yang berbeda maka
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dan jika rerata yang
diberi notasi yang sama maka menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang nyata ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus
niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.


Pada tabel 5 dapat diketahui bahwa ada perbedaan yang nyata antara
perlakuan yang satu dengan perlakuan yang lain. Hal ini ditunjukkan bahwa
kontrol (0%) berbeda nyata dengan konsentrasi 55% dan 65%. Konsentrasi
55% berbeda nyata dengan 70% dan 80%. Konsentrasi 80% tidak berbeda
nyata dengan konsentrasi 60%, 75% dan 85%. Konsentrasi 90% berbeda nyata
dengan semua perlakuan konsentrasi.
Pada tabel 6 konsentrasi 0% berbeda nyata dengan konsentrasi 55%.
Konsentrasi 55% berbeda tidak nyata dengan konsentrasi 60%, 65%, 75% dan
80%. Konsentrasi 75% juga tidak berbeda nyata dengan konsentrasi 80% dan
85%, begitu juga konsentrasi 80% juga tidak berbeda nyata dengan
konsentrasi 70% dan 85%. Sedangkan pada konsentrasi 70% juga tidak
berbeda nyata dengan konsentrasi 85% dan 90% yang ditunjukkan dengan
notasi yang sama.
Konsentrasi Rerata (mm) Notasi BNT 5%

0 % 0.000 a
65% 4.416 b
60% 4.484 b
55% 4.800 b
75% 5.550 bc
80% 5.720 bcd
85% 7.850 cde
70% 8.500 de
90% 9.750 e
Berdasarkan tabel notasi BNT 5% pada tabel 5 dapat diketahui bahwa
konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) yang efektif
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah
konsentrasi 60% karena dibandingkan dengan perlakuan konsentrasi ekstrak
yang lainnya yaitu konsentrasi 80%, 75% dan 85% yang mempunyai nilai
rerata diameter masing-masing (5,450, 5,500 dan 5,684) maka konsentrasi
60% menunjukkan rerata diameter zona hambat yang lebih tinggi yaitu 6,050.
Hal ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 60% adalah konsentrasi yang
efektif karena merupakan konsentrasi terkecil yang paling efektif mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dibandingkan
dengan konsentrasi 80%, 75% dan 85% yang mempunyai notasi sama. Pelczar
dan Chan (1988) mengatakan bahwa bahan antimikroba yang baik adalah
dalam konsentrasi rendah dapat membunuh bakteri yang banyak tersedia
dalam jumlah besar.
Berdasarkan tabel notasi BNT 5% pada tabel 6 dapat diketahui bahwa
pada bakteri Pseudomonas aeruginosa konsentrasi yang efektif adalah
konsentrasi 70% yang mempunyai rerata lebih tinggi daripada konsentrasi
85% dan 90% yaitu 8,500, sehingga konsentrasi 70% merupakan konsentrasi
terkecil yang efektif mampu menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas
aeruginosa dibandingkan dengan konsentrasi 85% dan 90% yang mempunyai
notasi sama. Konsentrasi 70% mempunyai kemampuan yang lebih efektif
dibanding konsentrasi 75%, 80%, 85% dan 90%. Hal ini sejalan dengan (Volk
dan Wehler (1988) yang menyatkan bahwa beberapa bahan kimia sebagai
bahan antimikroba akan lebih baik di bawah konsentrasi 100% seperti alkohol.
Alkohol akan lebih baik apabila dijadikan disenfektan pada konsentrasi 70%,
karena pada konsentrasi tersebut alkohol dapat mendenaturasikan protein sel
dan merusak dinding sel sedangkan bagi pertumbuhan bakteri konsentrasi di
atas 70% akan mengkoagulasi protein. Kenyataan ini dimungkinkan bahwa
bahan antimikroba tumbuhan meniran mempunyai mekanisme seperti alkohol.
Kemungkinan lain disebabkan karena semakin pekatnya bahan antimikroba
maka akan berpengaruh pada proses difusi mikroorganime tersebut serta
kelemahan dari metode paper disk yaitu pada konsentrasi tinggi bahan
antimikroba akan memperkecil daya serap bahan antimikroba pada medium
yang ditumbuhi bakteri, akibatnya pengaruh bahan antimikroba kurang meluas
sehingga dihasilkan zona hambat kecil.
Menurut Siswandono (1995) senyawa fenol pada konsentrasi rendah
akan menyebabkan denaturasi protein dan pada kadar lebih tinggi bisa
menyebabkan koagulasi protein, dari hal tersebut dimungkinkan bahwa pada
konsentrasi 70% ekstrak meniran akan mengkoagulasi protein dinding sel.
Dengan adanya konsentrasi tersebut bahan antimikroba tidak akan menembus
ke dalam sel sehingga bagian dalam sel (sitoplasma) yang berisi protein (ADN
dan ARN) yang merupakan bagian terpenting dari sel tidak mengalami
kerusakan.
Berdasarkan uraian di atas bahwa terdapat perbedaan konsentrasi
efektif yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa. Konsentrasi ekstrak tumbuhan meniran
yang efektif mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus yaitu pada
konsentrasi 60% sedangkan pada Pseudomonas aeruginosa yaitu pada
konsentrasi 70%. Perbedaan konsentrasi ini diduga akibat komposisi dan
struktur dinding sel antara kedua bakteri tersebut. Hal ini didukung oleh
Pelczar dan Chan (1986) yang menyatakan bahwa bakteri gram positif
(Staphylococcus aureus) mempunyai kecenderungan lebih rentan terhadap
antibakteri dibandingkan dengan bakteri gram negatif (Pseudomonas
aeruginosa). Ditambahkan oleh Volk dan Wehler (1988) bahwa perbedaan
nyata dalam struktur dan komposisi dinding sel antara bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif diyakini menyebabkan kedua kelompok bakteri tersebut
memberikan perbedaan respon resistensi terhadap zat antimikroba.
Sebagaimana dinyatakan oleh (Pelczar dan Chan, 1986) bahwa bakteri gram
positif mempunyai struktur dinding sel lebih tebal (15-80 nm), terdapat asam
tekoat, mengandung lipid, lemak, atau substansi lemak dalam persentasi lebih
rendah (14%) serta mengandung peptidoglikan lebih banyak (lebih dari 50%
berat kering pada beberapa sel) daripada bakteri gram negatif dan strukturnya
lebih resisten terhadap gangguan fisik.






BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan tentang antibakteri ekstrak tanaman
meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ekstrak tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) mempunyai pengaruh
yang nyata terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.
2. Konsentrasi ekstrak tanaman meniran (Phyllanthus niruri L.) yang efektif
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus adalah
konsentrasi 60% dan untuk bakteri Pseudomonas aeruginosa adalah 70%.

5.2 Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian tentang antibakteri ekstrak tanaman
meniran (Phyllanthus niruri L.) trerhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa dapat dikemukakan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan waktu yang
lebih lama dalam melakukan pengamatan untuk mengetahui kemampuan
ekstrak tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) trerhadap pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa
2. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan jenis
tanaman obat lain yang berkhasiat sebagai bahan antimikroba.
3. Dapat dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode yang
berbeda serta menggunakan bakteri selain Staphylococcus aureus dan
Pseudomonas aeruginosa.


















DAFTAR PUSTAKA

Achyad, DE dan Rasyidah. 2000. Meniran.
http://www.asiamaya.com/jamu/isi/meniran phyllanthusurinaria. htm.
diakses pada tanggal 12 September 2006

ALS. 2002. Meniran. http://www.RingkasanMeniran.com diakses pada tanggal 13
September 2006

Amin, Zulkifli. 2005. Ekstrak Meniran Percepat Penyembuhan Pasien Tb.
http://www.ixoranet.com/indek2.php?option=com diakses pada tanggal
27 September 2006

Anonymous, 2006. Bukan Main Gerus. http://www.Intisari-
online.com/majalah.asp?tahun 2006&edisi512 diakses pada tanggal 27
September 2006

Aziz M, Nur. Pengaruh Ekstrak Akar Bakau (Rizophora mucronata) Terhadap
Pertumbuhan Bakteri (Vibrio harveyi) dan Pseudomonas fluorescens).
Malang: FMIPA

Bonang, Gerard dan Koeswardono, Enggar S. 1982. Mikrobiologi Kedokteran
Untuk Laboratorium dan Klinik. J akarta: PT. Gramedia

Chairul. 2003. Meniran Terlarang Bagi Ibu Hamil. http://www. Alat kesehatan.
com/ index 2. php ?=com diakses pada tanggal 13 September 2006

Dalimartha, Setiawan. 2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. J akarta : Trubus
Agriwidya

Dasuki, Undang A. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB
Dwijoseputro. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Surabaya : Djambatan
Ensiklopedia. 2006. Disentri. http://id.wikipedia.org/wiki/Disentri diakes pada
tanggal 3 Oktober 2006

Hariana, Arief. 2005. Tumbuhan Obat Dan Khasiatnya Seri 2. J akarta: Penebar
Swadaya

Hara. 1993. Daun Jambu Biji Untuk Sariawan.
http//www.suaramerdeka.com/harian/0206.15/ragam2htm. Diakses pada
tanggal 2 Nofember 2006
J awetz, E. Melnick, J .L dan Adelberg, E.A. 1996. Mikrobiologi Kedokteran.
Surabaya : Salemba

J awetz, E. Melnick, J .L dan Adelberg, E.A. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi
Kesehatan. J akarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran

J ohnson, A.G dan Ziegler, R. 1994. Mikrobiologi dan Imunologi Di Terjemahkan
Oleh E.S Yulius. J akarta: Binarupa Aksara

Maat, Suprapto. 1997. Meniran
(Phyllanthusniruri).http://www.tan.com/index.php?com diakses pada
tanggal 13 september 2006

Markham, K.R. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung: Penerbit. ITB
Naim, Rachman. 2002. Senyawa Antimikroba dari Tanaman.
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0409/15/sorotan/1265264.htm
diakses pada tanggal 13 September 2006

Naczk dan Sahidi. 2002. Kandungan Flafonoid Jadi Kekuatan Ampuh.
http://www.kompascybermedia. 2002. diakses pada tanggal 2 Oktober
2006

Pudjiastuti, Hendarti. 1999. Penelusuran Beberapa Tanaman Obat Berkhasiat
Sebagai Analgetik. Media Litbang Kesehatan

Pleczar, Michael J dan Chan. 1986. Dasar-Dasar Mukrobiologi (J ilid 1). J akarta:
Universitas Indonesia Press

---------. 1988. Dasar-Dasar Mukrobiologi (J ilid 2). J akarta: Universitas Indonesia
Press

Riana, Selvy. 2002. Khasiat Tanaman/ Herbal Indonesia.
http://www.webapauner.com/users/nusaherbal. diakses pada tanggal 11
Oktober 2006

Rukmana, R. 1994. Kunyit. Yogyakarta : Kanisius
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organic Tumbuhan Tinggi. Bandung:
Penerbit. ITB

Sastrosupadi, Adji. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian.
Yogyakarta: Kanisius
Siswandono dan Soekardjo, Bambang. 1995. Kimia Medisinal. Surabaya:
Airlangga university Press

Syukur, Cheppy. 2005. Tanaman Obat Indonesia. IPTEKnet

Supardi, Imam dan Sukamto. 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan
Keamanan Pangan. Bandung : Penerbit Alumni

Tjay, Tanhoan dan Raharjo, Kirana. 2002. Obat-Obat Penting. J akarta: PT.
Eleksmedia Komputindo Gramedia

Volk, W.A dan Wehler, M.F. 1988. Mikrobiologi Dasar ( J ilid 2). Surabaya :
Erlangga

Winarno, F.G. 1988. Kimia Pangan dan Gizi. J akarta: PT. Gramedia
Winarno, F.G dan Aman. 1974. Fisiologi Lepas Panen Fatemeta. Bogor: IPB
Zein, Umar. 2004. Diare Akut Infeksi Pada Dewasa.
http://library.usu.ac.id/modules.php?op diakses pada tanggal 2 Oktober
2006

Zulaikha, Siti. 2006. Uji Daya Antimikroba Ekstrak Akar Tanaman Kucing-
Kucingan (Achalypha indica L.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Shigella dysentriae dan Vibrio cholerae. Malang: F MIPA

Anda mungkin juga menyukai