Anda di halaman 1dari 12

BEBERAPA TEKNIK EKSPLORASI

Tracing Float

Float adalah fragmen-fragmen atau pecahan-pecahan (potongan-potongan) dari


badan bijih yang lapuk dan tererosi. Akibat adanya gaya gravitasi dan aliran air,
maka float ini ditransport ke tempat-tempat yang lebih rendah (ke arah hilir).
Pada umumnya, float ini banyak terdapat pada aliran sungai-sungai (lihat
gambar di bawah).

Pel
pua
kan mine
pad ralis
a s asi
ing
kap
an
onaz

ter Fragm
min
era en-fra
si lis g
isa zon asi y men Fragmen batuan termineralisasi
eral a m ang bat yang tertransport ke sungai
n
mi ine t ua
rali erero n
na sebagai FLOAT
Zo sas si d
i ari

Sungai

Sketsa proses terbentuknya float

Tracing (penjejakan ≈ perunutan) float ini pada dasarnya merupakan kegiatan


pengamatan pada pecahan-pecahan (potongan-potongan) batuan seukuran
kerakal s/d boulder yang terdapat pada sungai-sungai, dengan asumsi bahwa
jika terdapat pecahan-pecahan yang mengandung mineralisasi, maka
sumbernya adalah pada suatu tempat di bagian hulu dari sungai tersebut.
Dengan berjalan ke arah hulu, maka diharapkan dapat ditemukan asal dari
pecahan (float) tersebut.

Intensitas, ukuran, dan bentuk butiran float yang mengandung mineralisasi


(termineralisasi) dapat digunakan sebagai indikator untuk menduga jarak float
terhadap sumbernya. Selain itu sifat dan karakteristik sungai seperti kuat arus,
banjir, atau limpasan juga dapat menjadi faktor pendukung.
Selain dengan tracing float, dapat juga dilakukan tracing dengan pendulangan
(tracing with panning). Pada tracing float, material yang menjadi panduan
berukuran kasar (besar), sedangkan dengan menggunakan dulang ditujukan
untuk material-material yang berukuran halus (pasir s/d kerikil). Secara
konseptual tracing dengan pendulangan ini mirip dengan tracing float.

Pada gambar di bawah dapat dilihat sketsa pengerjaan metode tracing float atau
tracing with panning tersebut, dimana pengecekan dilakukan untuk semua
cabang (anak) sungai. Oleh sebab itu, informasi (peta) jaringan sungai menjadi
media utama untuk metode ini.

ZONA
MINERALISASI

Float (konsentrat dulang)


yang tidak termineralisasi
Float (konsentrat dulang)
yang termineralisasi

Sketsa konseptual pengerjaan metode tracing float dan tracing with panning

Informasi-informasi yang perlu diperhatikan adalah:


∫ Peta jaringan sungai.
∫ Titik-titik (lokasi) pengambilan float.
∫ Titik-titik informasi dimana float termineralisasi/tidak termineralisasi.
∫ Titik-titik informasi kuantitas dan kualitas float.
∫ Lokasi dimana float mulai hilang.

Pada lokasi dimana float mulai hilang, dapat diinterpretasikan bahwa zona
sumber float telah terlewati, sehingga konsentrasi penelitian selanjutnya dapat
dilakukan pada daerah dimana float tersebut mulai hilang. Secara teoritis, pada
daerah dimana float tersebut hilang dapat dilakukan penelitian lanjutan dengan
menggunakan uji paritan (trenching) dan uji sumuran (test pitting).

Trenching

Trenching (pembuatan paritan) merupakan salah satu cara dalam observasi


singkapan atau dalam pencarian sumber (badan) bijih/endapan.
∫ Pada pengamatan (observasi) singkapan, paritan uji dilakukan dengan cara
menggali tanah penutup dengan arah relatif tegak lurus bidang perlapisan
(terutama pada endapan berlapis). Informasi yang diperoleh antara lain ;
jurus bidang perlapisan, kemiringan lapisan, ketebalan lapisan, karakteristik
perlapisan (ada split atau sisipan), serta dapat sebagai lokasi sampling.
∫ Sedangkan pada pencarian sumber (badan) bijih, parit uji dibuat berupa
series dengan arah paritan relatif tegak lurus terhadap jurus zona badan
bijih, sehingga batas zona bijih tersebut dapat diketahui. Informasi yang
dapat diperoleh antara lain; adanya zona alterasi, zona mineralisasi, arah
relatif (umum) jurus dan kemiringan, serta dapat sebagai lokasi sampling.
Dengan mengkorelasikan series paritan uji tersebut diharapkan zona
bijih/minerasisasi/badan endapan dapat diketahui.

Pembuatan trenching (paritan) ini dilakukan dengan kondisi umum sebagai


berikut :
∫ Terbatas pada overburden yang tipis,
∫ Kedalaman penggalian umumnya 2–2,5 m (dapat dengan tenaga manusia
atau dengan menggunakan eksavator/back hoe),
∫ Pada kondisi lereng (miring) dapat dibuat mulai dari bagian yang rendah,
sehingga dapat terjadi mekanisme self drainage (pengeringan langsung).

Test Pit

Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya suatu
deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan dapat
dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal.

Sumur uji ini umum dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang


berhubungan dengan pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
∫ Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan
kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi litologi atap dan lantai,
ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi endapan secara vertikal, serta
dapat digunakan sebagai lokasi sampling. Biasanya sumur uji dibuat
dengan kedalaman sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang
dicari, misalnya batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
∫ Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau
residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-batas
zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan masing-
masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada deretan
sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.

Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m dengan
kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur uji. Pada endapan
lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat mencapai 30 m atau sampai
menembus batuan dasar.

Pengeboran

Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan


kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat
penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari
permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi
dari permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat
dihentikan jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan
mineralisasi bawah permukaan secara menyeluruh.

Dalam melakukan perencanaan pemboran, hal-hal yang perlu diperhatikan dan


direncanakan dengan baik adalah :
∫ kondisi geologi dan topografi,
∫ tipe pemboran yang akan digunakan,
∫ spasi pemboran,
∫ waktu pemboran, dan
∫ pelaksana (kontraktor) pemboran.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan alat pemboran :


∫ tujuan (open hole – coring),
∫ topografi dan geografi (keadaan medan, sumber air),
∫ litologi dan struktur geologi (kedalaman pemboran, pemilihan mata bor),
∫ biaya dan waktu yang tersedia, serta
∫ peralatan dan keterampilan.

Hasil yang diharapkan dari pemboran eksplorasi, antara lain :


∫ identifikasi struktur geologi,
∫ sifat fisik batuan samping dan badan bijih,
∫ mineralogi batuan samping dan badan bijih,
∫ geometri endapan,
∫ sampling, dll.
BEBERAPA METODE SAMPLING

Sampel (conto) merupakan satu bagian yang representatif atau satu bagian dari
keseluruhan yang bisa menggambarkan berbagai karakteristik untuk tujuan
inspeksi atau menunjukkan bukti-bukti kualitas, dan merupakan sebagian dari
populasi stastistik dimana sifat-sifatnya telah dipelajari untuk mendapatkan
informasi keseluruhan.

Secara spesifik, conto dapat dikatakan sebagai sekumpulan material yang dapat
mewakili jenis batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) dalam arti kualitatif
dan kuantitatif dengan pemerian (deskripsi) termasuk lokasi dan komposisi dari
batuan, formasi, atau badan bijih (endapan) tersebut. Proses pengambilan conto
tersebut disebut sampling (pemercontoan).

Sampling dapat dilakukan karena beberapa alasan (tujuan) maupun tahapan


pekerjaan (tahapan eksplorasi, evaluasi, maupun eksploitasi).
∫ Selama fase eksplorasi sampling dilakukan pada badan bijih (mineable
thickness) dan tidak hanya terbatas pada zona mineralisasi saja, tetapi juga
pada zona-zona low grade maupun material barren, dengan tujuan untuk
mendapatkan batas yang jelas antara masing-masing zona tersebut.
∫ Selama fase evaluasi, sampling dilakukan tidak hanya pada zona endapan,
tapi juga pada daerah-daerah di sekitar endapan dengan tujuan
memperoleh informasi lain yang berhubungan dengan kestabilan lereng
dan pemilihan metode penambangan.
∫ Sedangkan selama fase eksploitasi, sampling tetap dilakukan dengan
tujuan kontrol kadar (quality control) dan monitoring front kerja (kadar pada
front kerja yang aktif, kadar pada bench open pit, atau kadar pada umpan
material).

Pemilihan metode sampling dan jumlah conto yang akan diambil tergantung
pada beberapa faktor, antara lain:
∫ Tipe endapan, pola penyebaran, serta ukuran endapan.
∫ Tahapan pekerjaan dan prosedur evaluasi,
∫ Lokasi pengambilan conto (pada zona mineralisasi, alterasi, atau barren),
∫ Kedalaman pengambilan conto, yang berhubungan dengan letak dan
kondisi batuan induk.
∫ Anggaran untuk sampling dan nilai dari bijih.

Beberapa kesalahan yang mungkin terjadi dalam sampling, antara lain :


∫ Salting, yaitu peningkatan kadar pada conto yang diambil sebagai akibat
masuknya material lain dengan kadar tinggi ke dalam conto.
∫ Dilution, yaitu pengurangan kadar akibatnya masuknya waste ke dalam
conto.
∫ Erratic high assay, yaitu kesalahan akibat kekeliruan dalam penentuan
posisi (lokasi) sampling karena tidak memperhatikan kondisi geologi.
∫ Kesalahan dalam analisis kimia, akibat conto yang diambil kurang
representatif.

Grab Sampling

Secara umum, metode grab sampling ini merupakan teknik sampling dengan
cara mengambil bagian dari suatu material (baik di alam maupun dari suatu
tumpukan) yang mengandung mineralisasi secara acak (tanpa seleksi yang
khusus). Tingkat ketelitian sampling pada metode ini relatif mempunyai bias yang
cukup besar.
Beberapa kondisi pengambilan conto dengan teknik grab sampling ini antara
lain :
∫ Pada tumpukan material hasil pembongkaran untuk mendapatkan
gambaran umum kadar.
∫ Pada material di atas dump truck atau belt conveyor pada transportasi
material, dengan tujuan pengecekan kualitas.
∫ Pada fragmen material hasil peledakan pada suatu muka kerja untuk
memperoleh kualitas umum dari material yang diledakkan, dll.

Bulk Sampling

Bulk sampling (conto ruah) ini merupakan metode sampling dengan cara
mengambil material dalam jumlah (volume) yang besar. Pada fase sebelum
operasi penambangan, bulk sampling ini dilakukan untuk mengetahui kadar pada
suatu blok atau bidang kerja. Metode bulk sampling ini juga umum dilakukan
untuk uji metalurgi dengan tujuan mengetahui recovery (perolehan) suatu proses
pengolahan. Sedangkan pada kegiatan eksplorasi, salah satu penerapan metode
bulk sampling ini adalah dalam pengambilan conto dengan sumur uji.
Chip Sampling

Chip sampling (conto tatahan) adalah salah satu metode sampling dengan cara
mengumpulkan pecahan batuan (rock chip) yang dipecahkan melalui suatu jalur
yang memotong zona mineralisasi dengan menggunakan palu atau pahat. Jalur
sampling tersebut biasanya bidang horizontal dan pecahan-pecahan batuan
tersebut dikumpulkan dalam suatu kantong conto. Kadang-kadang pengambilan
ukuran conto yang seragam (baik ukuran butir, jumlah, maupun interval) cukup
sulit, terutama pada urat-urat yang keras dan brittle (seperti urat kuarsa),
sehingga dapat menimbulkan kesalahan seperti oversampling (salting) jika
ukuran fragmen dengan kadar tinggi relatif lebih banyak daripada fragmen yang
low grade.

Channel Sampling

Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan


membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih
(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm,
kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan
lapisan.

Ada beberapa cara atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam


mengumpulkan fragmen-fragmen batuan dalam satu conto atau melakukan
pengelompokan conto (sub-channel) yang tergantung pada tipe (pola)
mineralisasi, antara lain :
∫ Membagi panjang channel dalam interval-interval yang seragam, yang
diakibatkan oleh variasi (distribusi) zona bijih relatif lebar. Contohnya pada
pembuatan channel dalam sumur uji pada endapan laterit atau residual.
∫ Membagi panjang channel dalam interval-interval tertentu yang diakibatkan
oleh variasi (distribusi) zona mineralisasi.
∫ Untuk kemudahan, dimungkinkan penggabungan sub-channel dalam satu
analisis kadar atau dibuat komposit.
∫ Pada batubara atau endapan berlapis, dapat diambil channel sampling per
tebal seam (lapisan) atau ply per ply (jika terdapat sisipan pengotor).
PENENTUAN KADAR CONTO

Pada suatu kegiatan pengambilan conto (sampling) dan penentuan kadar rata-
rata dari lokasi pengambilan conto, dilakukan penentuan kadar dengan
menggunakan pembobotan kadar. Secara umum ada 2 (dua) metode
pembobotan dalam penentuan kadar, yaitu :
∫ Pembobotan aritmetik sederhana, yang digunakan jika interval pengambilan
conto seragam dan homogenitas dari masing-masing interval diasumsikan
tinggi (besar).
∫ Pembobotan oleh lebar (tebal), panjang, luas, volume, dan SG (specific
gravity), jika interval pengambilan conto tidak seragam dan diasumsikan
bahwa karakteristik material pada masing-masing interval tidak sama
(bervariasi).

Pembobotan aritmetik sederhana


∫ hitungan kadar rata-rata yang sederhana,
∫ endapan homogen (variasi kecil), dan
∫ ukuran blok dan interval sampling seragam,
k 1 + k 2 + k 3 + ..... + k n n k
Persamaan : k = = ∑ i
n i=1 n

Pembobotan tebal-lebar-panjang
Jika semua blok mempunyai luas dan SG relatif sama (seragam)
t1.k 1 + t 2 .k 2 + t 3 .k 3 + ..... + t n k n n t .k
Persamaan : k = = ∑ i i
t1 + t 2 + t 3 + .... + t n i = 1 ti

Pembobotan luas
Jika semua blok mempunyai ketebalan dan SG relatif sama (seragam)
t 1.A 1 + t 2 .A 2 + t 3 .A 3 + ..... + t n A n n A .k
Persamaan : k = = ∑ i i
A 1 + A 2 + A 3 + .... + A n i =1 Ai

Pembobotan volume
Jika semua blok mempunyai SG relatif sama (seragam)
t 1.V1 + t 2 .V2 + t 3 .V3 + ..... + t n Vn n V .k
Persamaan : k = = ∑ i i
V1 + V 2 + V3 + .... + Vn i=1 V i
Pembobotan tonase
Jika semua blok mempunyai tonase yang berbeda-beda
t 1.T1 + t 2 .T2 + t 3 .T3 + ..... + t n Tn n T .k
Persamaan : k = = ∑ i i
T1 + T2 + T3 + .... + Tn i = 1 Ti

Untuk penyederhanaan, masing-masing pembobotan (weighting) dapat


ditentukan terlebih dahulu, sehingga membentuk persamaan linier dalam
penentuan kadar rata-rata.
Contoh :
Pembobotan dengan tebal dan SG
Interval Tebal SG Kadar
1 t1 SG1 k1
2 t2 SG2 k2
3 t3 SG3 k3
Maka :
t .SG 1.k 1 + t 2 .SG 2 .k 2 + t 3 .SG 3 .k 3
k= 1
t 1.SG 1 + t 2 .SG 2 + t 3 .SG 3
Dapat ditulis kembali :
k = W 1.k 1 + W 2 .k 2 + W 3 .k 3
Disini Wi disebut sebagai faktor pembobot.
KOMBINASI CORE DAN SLUDGE

Core adalah inti bor yang ditampung dalam core barrel dimana ukuran inti sangat
tergantung dengan ukuran mata bor. Sedangkan sludge adalah hancuran batuan
yang diangkat (terbawa) oleh fluida bor, dan biasanya sludge ditampung dalam
sludge tank. Gambar di bawah menunjukkan sketsa pendefinisian antara core
dan sludge.

Sludge
100 - i
100

Core

Sketsa pendifinisian core dan sludge

Dalam pengambilan conto dari inti bor (core recovery), harus diperhatikan
reabilitas dari conto. Seperti terlihat pada Gambar di bawah, conto 1, 2, dan 3
harus dipisahkan, karena segmen conto dipisahkan oleh bagian yang hancur
(conto 2).

1 2 3

Reabilitas sample (conto)

Berikut ini dapat dilihat beberapa rumus yang dapat digunakan dalam penentuan
kadar sampling dengan penggabungan core dan sludge.
Rumus Long Year :
(C x vol.C) + (S x vol.S)
k=
vol.C + vol.S

Rumus Proportional Weight :


(C x Weight. C) + (S x Weight. S)
k=
Weight.C + Weight.S

Jika sludge proportion > 100%, maka :


⎡ Weight S teoritis ⎤
(C x Weight C) + ⎢ x Assay S⎥
k= ⎣Weight S yg diperoleh ⎦
Weight S teoritis
( Weight C + x Weight S teoritis )
Weight S yg diperoleh

Anda mungkin juga menyukai