Anda di halaman 1dari 5

Residensi Bumi Pemuda Rahayu

Program residensi untuk seniman, penulis, dan peneliti di Bumi Pemuda Rahayu (BPR) ditujukan untuk mendukung proses: Berkarya dengan lingkungan, yaitu ekologi dan komunitas. Berkarya dengan menggunakan energi minimal atau terbarukan. Kolaborasi di antara sesama residen. Kreativitas dan penciptaan pengetahuan oleh generasi muda.

bumipemudarahayu.org | rujak.org

Undangan Proposal Residensi


Periode Residensi 15 Oktober 2013-15 Desember 2013 Residen 5 seniman/penulis/peneliti Persyaratan Berusia 18-35 tahun. Bersedia tinggal dan berkarya di BPR selama periode residensi. Bersedia terlibat dalam semua kegiatan publik dan program pertukaran dengan warga setempat. Surat dan Berkas Lamaran Pernyataan tujuan mengikuti program residensi BPR. Lembar riwayat hidup dan pengalaman berkarya. Contoh karya (tulisan, gambar, foto) dalam format PDF, JPG atau DOC tidak lebih dari 5 megabit. Rekomendasi dari dua orang yang relevan dengan bidang kerja pelamar, serta mengenal pelamar. Dukungan Biaya perjalanan (pergi-pulang) dari tempat tinggal asal residen di Indonesia. Tempat tinggal dan bengkel/ruang kerja di BPR. Biaya hidup Rp 3.200.000/bulan. Subsidi biaya produksi karya. Sepeda motor untuk dipakai bersama. Jadwal Proses Batas akhir penyampaian proposal: 15 September 2013. Proses administratif: 15-22 September 2013. Rapat penyeleksi: 21-22 September 2013. Pengumuman hasil seleksi: 23 September 2013. Tenggat Surat dan berkas lamaran dikirimkan selambatnya 15 September 2013, dikirim melalui surat elektronik ke alamat: info@rujak.org Penyeleksi Antariksa, Peneliti pada KUNCI Cultural Studies Center. Dian Tri Irawaty, Program Manager Rujak Center for Urban Studies (RCUS). Kristi Maya Monfries, Program Manager Bumi Pemuda Rahayu. Lilik Rahmad Ahmadi, Pengorganisasi Komunitas pada Arsitek Komunitas (Arkom) Yogyakarta. Muhammad Abduh Aziz, Ketua Pengurus Koalisi Seni Indonesia (KSI), pembuat film.

Bumi Pemuda Rahayu Pusat Pembelajaran Kelestarian


Bumi Pemuda Rahayu (BPR) adalah sebuah pusat pembelajaran kelestarian yang dibangun oleh Rujak Center for Urban Studies (RCUS) dan dikelola bersama dengan Arsitek Komunitas (Arkom) Yogyakarta. BPR terletak di Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lingkungannya adalah semi-pedesaan pada ketinggian 450 m di atas permukaan laut. BPR bertujuan mempertemukan orangorang muda dengan latar belakang berbeda untuk bersama menghasilkan pengetahuan dan praktik kreatif di berbagai bidang seperti arsitektur, urbanisme, seni, ilmu pengetahuan, humaniora dan lain-lain yang mendukung perubahan menuju kelestarian. Kegiatan yang didukung antara lain adalah: residensi bagi seniman/penulis/peneliti muda, kuliah, pertunjukan, pameran, kursus konstruksi dan desain bangunan lestari, lokakarya tentang praktik-praktik kelestarian dalam bangunan, pertanian dan lain-lain. Fasilitas ini dibangun di atas sebidang tanah seluas 3.600 m, 1.000 m bangunan yang terdiri dari:

BPR bertujuan mempertemukan orang-orang muda dengan latar belakang berbeda untuk bersama menghasilkan pengetahuan dan praktik kreatif di berbagai bidang yang mendukung perubahan menuju kelestarian.
Ruang serbaguna dari bambu seluas 7X25 m. Joglo berukuran 8x9 m untuk lokakarya dan pertunjukan. Sebuah teater terbuka "Teater Pohon" dengan panggung berukuran 6x10m dan tempat duduk untuk 100 orang. Akomodasi maksimal untuk 48 orang. Bangunan bengkel seluas 8x12 m. Pelengkap (dapur, toilet, dan lain-lain). Kebun di sekitar dan di antara bangunanbangunan yang akan berfungsi juga sebagai tempat pembelajaran bagi warga dan tamu. Kebun ini juga dilengkapi instalasi daur ulang air limbah, yang sebagiannya dirancang sebagai kolam terbuka dengan tanaman air.

Bumi Pemuda Rahayu terletak di dalam lingkungan yang sudah memiliki hutan bambu. Masyarakat di sana sudah memiliki keterampilan dalam pengerjaan bambu. Terdapat sejumlah besar remaja di usia berkembang yang memiliki waktu luang cukup. Ada kebutuhan, potensi dan tantangan untuk mengembangkan kegiatan ekonomi lestari bagi masyarakat. Lokasi tersebut dipilih karena rekan-rekan kami di Arsitek Komunitas (Arkom) Yogyakarta memiliki sejarah bekerja dengan penduduk di desa tersebut. Setelah gempa bumi tahun 2006 dan letusan Gunung Merapi pada tahun 2010, banyak rumahrumah penduduk desa rusak atau hancur. Dihubungkan oleh dua bencana tersebut, penduduk desa dari Selatan (menderita gempa bumi) dan Utara (menderita letusan gunung berapi) sangat membutuhkan dukungan dan bantuan dari arsitek. Saat ini, warga desa tersebut sudah banyak menghasilkan produk seperti jendela kayu, kusen, dan keranjang anyaman bambu dan tikar.

Bumi Pemuda Rahayu

Informasi Praktis Akomodasi di Bumi Pemuda Rahayu


Suhu di Bumi Pemuda Rahayu (BPR) umumnya dingin, tetapi tidak pernah terlalu dingin, dan tidak pernah terlalu panas. Busana kasual akan cukup. Jaket ringan, sweater, atau sarung dianjurkan. Akomodasi terbatas pada perlengkapan/ furnitur minimum untuk mengurangi dampak ekologis. Tidak tersedia ranjang. Kasur akan ditempatkan pada tikar pandan di lantai. Residen akan mendapatkan kamar berukuran 3x4,2 m. Kamar mandi dan toilet bersama terpisah dari kamar. Tidak diperkenankan membawa orang lain menginap di BPR. Sarapan, makan siang, dan makan malam dapat diminta disediakan oleh warga sekitar, atau dimasak sendiri. Warung makan terdekat terletak sekitar 10-15 menit dari BPR. BPR memilah sampah. Sampah organik akan diolah di dalam lahan BPR. Sampah non-organik akan menempuh berbagai jalur yang sesuai agar tidak menjadi pencemar. Pada dasarnya sampah plastik tidak diterima di BPR, namun apabila terpaksa membawanya ke BPR, dipersilahkan membuang sampah plastik ke Yogya atau kota-kota lain di mana terdapat fasilitas pengolahan limbah plastik. Pada prinsipnya BPR adalah lingkungan bebas rokok dan alkohol. Hanya satu tempat disediakan untuk merokok, yaitu di bagian depan dekat pintu masuk. Filter rokok dianggap plastik dan harus dikumpulkan untuk dibuang ke Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai