Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Forecasting adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan
di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas,
waktu dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan
barang ataupun jasa. Atau diartikan juga sebagai ramalan tentang apa yang
akan terjadi dimasa yang akan datang. Forecast Demand atau peramalan
permintaan menjadi dasar yang sangat penting dalam perencanaan suatu
keputusan manajemen. Teknik peramalan sangat dibutuhkan untuk
meramal permintaan yang terjadi di pasar. Perusahaan atau industri sangat
memerlukan teknik ini karena tidak mudah memprediksikan atau
memperkirakan perubahan permintaan secara terus menerus, dengan
metode input-output bisa didapat hasil yang baik dari peramalan yang teliti
dengan menyediakan pedoman yang dapat diandalkan dan tingkat
ketelitian yang baik dalam membuat keputusan.
Banyak hal yang membutuhkan peramalan dalam sebuah
perusahaan, industri, ataupun juga dalam banyak hal lainnya. Antara lain:
jumlah penduduk, pendapatan perkapita, volume penjualan perusahaan,
konsumsi, dan sebagainya, yang selalu berubah – ubah dan sukar
diperkirakan secara tepat. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh berbagai
faktor, misalnya perubahan kebiasaan penduduk, perubahan gaya hidup
sesuai perkembangan zaman, dan banyak hal yang lainnya.
Untuk itulah diperlukan forecast untuk keperluaan ke depan, untuk
suatu perusahaan dan industri. Hal ini bertujuan memprediksikan
kemungkinan pasar bagi produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Demikian apabila kita terlebih dahulu mengetahui apa yang akan terjadi
pada masa datang, maka akan sangat bermanfaat bagi perusahaan atau
industri untuk menetapkan berbagai kebijakan. Kebijakan yang akan
diambil tentunya disesuaikan dengan hasil ramalan. Dalam hal ini ada
beberapa metode untuk melakukan Forecasting, salah satunya adalah

1
Forecast Dengan Metode Input dan Output, yang akan dipelajari lebih
lanjut di dalam makalah ini.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Permasalahan dalam makalah ini antara lain :
1. Bagaimana hubungan antar sektor industri dalam membuat
forecast dengan metode input – output?
2. Apa peranan pendekatan matrik dalam membuat forecast
dengan metode input – output?
3. Apakah kelebihan dan kelemahan forecast dengan metode input
– output?
4. Apa pengaplikasian metode input output di dunia nyata?

1.3 TUJUAN PENULISAN


Dari rumusan masalah yang dipaparkan diatas maka tujuan
penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui hubungan antar sektor industri sehingga kita bisa
membuat forecast dengan metode input – output.
2. Mengetahui fungsi pendekatan matrik untuk membuat forecast
dengan metode input – output.
3. Mengetahui kelebihan dan kelemahan forecast dengan metode
input – output.
4. Mengetahui pengaplikasian metode input output didunia nyata.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Forecast Dengan Metode Input – Output.
2
Metode input output merupakan bagian dari metode kausal, karena
metode ini menggunakan pendekatan sebab-akibat, dan bertujuan untuk
meramalkan keadaan di masa yang akan datang dengan menemukan dan
mengukur beberapa variabel bebas (independen) yang penting beserta
pengaruhnya terhadap variabel tidak bebas yang akan diramalkan. Dalam
metode input output yang digunakan adalah hubungan antara input dan
output untuk nantinya membuat sebuah forecast. Hasil suatu sektor
industri sebagian akan menjadi input bagi sektor lain, dan sebagian hasil
yang lain akan dibeli oleh pemakai akhir atau konsumen. Hubungan ini
dapat terlihat dengan persamaan sebagai berikut :
Xi = Xi1 + Xi2 + Xi3 + … + Xin + Ci.
Keterangan :
Xi : nilai output sektor i.
Xij : hasil industri i yang dibutuhkan oleh industri j.
C : pembelian oleh pemakai akhir yang akan diproses lebih lanjut
Jadi jika suatu sektor i menghasilkan output berupa barang atau jasa i yang
bernilai Xi, maka output ini digunakan oleh sektor 1 sebanyak Xi1,
kemudian digunakan oleh sektor 2 sebanyak Xi2, digunakan oleh sektor 3
sebanyak Xi3 dan sampai dengan sektor n menggunakan sebanyak Xin, dan
sebagian dibeli oleh pemakai akhir (Ci).

Secara lebih lengkap hubungan input dengan output ini dapat


ditulis sebagai berikut :
X1 = X11 + X12 + X13 + … + X1n + C1.
X2 = X21 + X22 + X23 + … + X2n + C2. .
.
Xn = Xn1 + Xn2 + Xn3 + … + Xnn + Cn.
Persamaan – persamaan di atas menunjukkan alokasi output suatu
industri yang digunakan oleh industri lain dan konsumen akhir. Juga dapat
3
disusun persamaan yang menunjukkan penggunaan input untuk
menghasilkan output suatu industri yang berupa input dari hasil produksi
industri lain dan input primer sebagai berikut :
X1 = X11 + X12 + X13 + … + P1.
X2 = X21 + X22 + X23 + … + P2.
X3 = X31 + X32 + X33 + … + P3.
.
Xn = Xn1 + Xn2 + Xn3 + … + Pn.
Untuk lebih mudahnya, dalam metode input – output ini digunakan
koefisien teknologi. Koefisien teknologi adalah persentase nilai suatu
macam input terhadap nilai outputnya. Biasanya koefisien teknologi ini
diberi simbol aij, yang artinya persentase nilai input i untuk menghasilkan
output j. Kalau dinyatakan dalam simbol sebagai berikut :
aij = ; sehingga Xij = aij . Xj
X ij
Xj

Jika dalam persamaan yang menunjukkan alokasi output di atas


kita rubah dengan menggantikan Xij dengan aij. Xj maka akan menjadi
sebagai berikut :
X1 = a11X1 + a12X2 + a13X3 + … + a1nXn + C1.
X2 = a21X1 + a22X2 + a23X3 + … + a2nXn + C2.
X3 = a31X1 + a32X2 + a33X3 + … + a3nXn + C3.
..
Xn = an1X1 + an2X2 + an3X3 + … + annXn + Cn.

4
BAB III
PERAMALAN DENGAN METODE INPUT - OUTPUT
3.1 Pemakaian Hubungan Antar Industri
Adanya hubungan yang sangat kompleks antar industri
mengakibatkan terjadinya kesulitan dalam melakukan forecasting.
Misalnya kalau permintaan akhir terhadap barang 1 bertambah sebanyak
1,00 (berarti C1+1), apakah untuk memenuhi tambahan ini produksi sektor
1 hanya ditambah dengan 1,00 saja?. Tentu tidak, karena kalau permintaan
akhir bertambah dengan 1,00 maka kita harus menghasilkan tambahan
produksi sektor 1 sebesar 1,00 ditambah input 1 yang digunakan untuk
menghasilkan tambahan tadi. Ini akan berpengaruh pada sektor 1, sektor 2,
sektor 3 dan sektor – sektor yang lain, yang pengaruhnya akan selalu
menaikkan produksi sektor 1 sehingga sangat komplek.
Hubungan tersebut sangat komplek, sehingga kalau dicari
berdasarkan hubungan satu persatu akan sangat rumit. Oleh karena itu
digunakan pendekatan matriks

3.2 Pendekatan Matriks

5
Biasanya koefisien teknologi diberi simbol aij, yang artinya
presentase nilai input i untuk menghasilkan output j. kalau dinyatakan
dengan simbol sebagai berikut:
aij = ; sehingga Xij = aij . Xj
X ij
Xj

Berdasarkan persamaan yang sudah ada sebelumnya, jika


persamaan tersebut diubah lagi dengan menggeser nilai disebelah kiri
tanda sama dengan maka diperoleh sebagai berikut:
X1 - a11X1 - a12X2 - a13X3 - … - a1nXn = C1.
X2 - a21X1 - a22X2 - a23X3 - … - a2nXn = C2.
X3 - a31X1 - a32X2 - a33X3 - … - a3nXn = C3.
.
Xn - an1X1 - an2X2 - an3X3 - … - annXn = Cn.
Persamaan di atas dapat dirubah dalam bentuk matrik sebagai berikut :

=
(1 − a11 ) − a12 − a13 ... − a1n   X 1   C1 
 −a (1 − a22 ) − a23 ... − a2 n   X 2  C 
 21  2
 − a31 − a32 (1 − a33 ) ... − a3n   X 3   C3 
    
 :  :   : 
 − an1 − an 2 − an 3 ... (1 − ann )  X n  Cn 

Matriks yang terdepan biasanya disebut dengan matrik yang


[1 − A]
berasal dari dua matrik :

1 0 0 ... 0  a11 a12 a13 ... a1n 


0
 1 0 ... 0 a21 a22 a23 ... a2 n 
0 0 1 ... 0 − a31 a32 a33 ... a3n 
   
:   : : 
0 0 0 ... 1 an1 an 2 an 3 ... ann 

6
Yaitu matrik identitas dikurangi dengan matrik koefisien teknologi.

Sedang matrik kedua sering disebut matrik dan matrik ketiga


[X]
disebut matrik C. Sehingga dalam bentuk notasi matrik dapat dituliskan
sebagai berikut :

[1 − A].[ X ] = [ C ]
Untuk mencari nilai maka baik bagian kiri maupun bagian kanan
[X]

persamaan harus dikalikan dengan , sehingga diperoleh


[1 − A] −1
=
[1 − A] −1 [1 − A] [X] [1 − A] −1 [ C ]
=
[X] [1 − A] −1 [ C ]
Sebagai contoh misalnya keadaan ekonomi di Negara Tunas hanya
terdapat sektor industry pertanian, peternakan, dan perikanan. Sektor
pertanian menghasilkan barang sebesar 1770 digunakan sektor pertanian
sendiri 410, digunakan sektor peternakan 460, sektor perikanan 500, dan
dipakai konsumen 400.
Sektor peternakan menghasilkan 1620, digunakan sendiri 485 dipakai
pertanian 345, perikanan 425, dan pemakai akhir 365.
Sektor perikanan menghasilkan 1610, digunakan sendiri 360, dipakai
pertanian 430, peternakan 350, dan dipakai konsumen 470.
Jika konsumen menghendaki system perekonomian di Negara Tunas naik
di sektor pertanian 40 sektor peternakan 35 sektor perikanan 47.
Forecastlah berapa yang harus diproduksi oleh masing-masing sektor
dengan metode input-output sesuai dengan perubahan konsumsi tersebut.
Untuk menjawab permasalahan diatas kita buat telebih dahulu table
hubungan antara input dengan output

7
Economi Pertania Peterna Perikan Pemakai Jumlah
c n kan an akhir (C) Output
Activitie
s
Pertania 410 460 500 400 1770
n
Peternak 345 485 425 365 1620
an
Perikana 430 350 360 470 1610
n
Input 585 325 325 1235
primer
Jumlah 1770 1620 1610 1235 6235
Input
Dari tabel tersebut terlihat bahwa sektor pertanian menghasilkan
barang senilai 1770. Kalau tabel tersebut dibaca kekanan hasil ini
digunakan sendiri oleh sektor pertanian sebesar 410, digunakan sektor
peternakan sebanyak 460, sektor perikanan 500 dan dibeli oleh pemakai
akhir sebesar 400. Untuk alokasi sektor peternakan dan perikanan
penjelasannya mirip dengan sektor pertanian. Pada baris dibawah sektor
perikanan ada input primer yaitu input yang langsung disedikan oleh alam.
Kalau tabel dibaca kebawah akan kita ketahui input-input yang
dipakai oleh suatu sektor untuk menghasilkan barang atau jasa tadi.
Misalnya kalau tadi dijelaskan bahwa sektor pertanian menghasilkan
1770, maka jumlah ini harus sesuai dengan jumlah semua input yang
diperlukan untuk menghasilkannya, pada kolom sektor pertanian baris
terakhir sebesar 1770.
Dari table diatas kita mempunyai hubungan koefisien teknologi sebagai
berikut (yang kita perhatikan hanya hubungan antar industri saja tidak
termasuk input primer).
A=4101770460162050016103451770485162042516104301770
35016203601610

Matriks [1-A] dapat dicari sebagai berikut:


1-A=100010001-
410177046016205001610345177048516204251610430177035
016203601610

8
=0,768-0,284-0,311-0,1950,701-0,264-0,243-0,2160.776
1-A-1=1,9711,1641,1840,8722,1101,0660,8600,9511,955
Padahal [X] = [1-A]-1 [C]
Dan C pada table 400365470
Maka produksi masing-masing sektor sebagai berikut:
X=1,9711,1641,1840,8722,1101,0660,8600,9511,955×4003654
70
X=177016201610
Ternyata hasilnya sama dengan kolom output yang ada pada table.
Karena konsumen menghendaki konsumsi barang hasil sektor pertanian
bertambah 40, sektor peternakan bertambah 35, dan sektor peternakan
bertambah 47. Berapakah yang harus diproduksi oleh masing-masing
sektor setelah kenaikan?
Kita akan menghitung dulu jumlah konsumsi setelah kenaikan:
C1C2C3=400365470+403547=440400517
Maka nilai [X] baru menjadi:
X1X2X3=1,9711,1641,1840,8722,1101,0660,8600,9511,955×44
0400517
=1945,251778,841769,57
Hubungan antara kenaikan konsumsi akhir (C) dengan produksi masing-
masing sektor (X) dapat dilihat pada table dibawah
Economic Kenaikan Produksi
Activities konsumsi Awal Setelah Jumlah
(C) kenaikan kenaikan

Pertanian 40 1770 1945 175


Peternakan 35 1620 1779 159
Perikanan 47 1610 1770 160

Dari table diatas jelas terlihat bahwa kenaikan konsumsi sektor pertanian
40, peternakan 35, dan perikanan 47, akan mengakibatkan kenaikan
produksi sektor pertanian 175, peternakan 159, dan perikanan 160. Hal ini
disebabkan karena adanya hubungan antar industry.
3.3 Kelemahan-kelemahan Metode Input-Output

Meskipun metode input – output ini terlihat sangat teliti, akan


tetapi mempunyai beberapa kelemahan seperti berikut :

9
1. Menggunakan anggapan Linear Production Function :
Di dalam model ini digunakan anggapan linier production function,
yaitu :
X1 = X11 + X21 + … + Xn1 + P1.
Jadi kalau ada tambahan satu unit nilai output diperlukan tambahan
nilai input secara proporsional. Padahal dalam kenyataan hal ini
jarang terjadi, karena faktor – faktor efisiensi, elastisitas harga, dan
sebagainya.
2. Koefisien teknologi (aij) dianggap tetap :
aij = (nilai input i dibagi input j)
X ij
Xj

Padahal Xij dan Xj adalah nilai, yaitu kuantitas dikalikan harga.


Kalau Q mewakili kuantitas dan P mewakili harga, maka
persamaan di atas bisa diubah menjadi sebagai berikut :
aij =
Qij × pij Qij Pij
= ×
Qj × pj Qj Pj

Kalau ada perubahan teknologi maka imbangan kuantitas input (Qij


Qj) berubah, tentu saja aij juga akan berubah. Di samping itu kalau ada
perubahan harga, baik harga input, harga output maupun kedua – duanya,
maka Pij / Pj juga akan berubah, akibatnya aij akan berubah.
3.4 Aplikasi Metode Input - Output Di Dunia Nyata
Berdasarkan penjelasan yang dipaparkan diatas bisa kita ketahui
bahwa metode input-output ini memanfaatkan hubungan antara input
dan output untuk membuat forecast. Hasil dari suatu sektor industry
sebagian akan menjadi input bagi sektor lain, dan sebagian akan dibeli
oleh pemakai akhir.
Pada intinya metode input-output menggunakan pendekatan sebab-
akibat, dan bertujuan untuk meramalkan keadaan di masa yang akan
datang dengan menemukan dan mengukur beberapa variabel bebas
(independen) yang penting beserta pengaruhnya terhadap variabel
10
tidak bebas yang akan diramalkan. Sehingga di dunia nyata metoda
input output biasa digunakan untuk perencanaan ekonomi nasional
jangka panjang. Contohnya: meramalkan pertumbuhan ekonomi
seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) untuk beberapa periode
tahun ke depan 5-10 tahun mendatang.
Meskipun demikian metode ini menggunakan anggapan linier
production function. Jadi kalau ada tambahan satu unit nilai output
diperlukan tambahan nilai input secara proporsional. Padahal dalam
kenyataan hal ini jarang terjadi, karena faktor – faktor efisiensi,
elastisitas harga, dan sebagainya. Oleh karena itu pengaplikasian
forecast atau pembuatan rencana dari hasil yang telah diperoleh dengan
metode input output harus disesuaikan dengan kondisi realdi lapangan
atau masyarakat, agar bisa memperkecil faktor – faktor efisiensi
harga, elastisitas harga dan sebagainya.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1. Hubungan masing-masing sektor industry dalam forcasting dengan
metode input output sangatlah kompleks. Karena jika salah satu sektor
mengalami perubahan maka sektor yang lain juga akan ikut
terpengaruh.
2. Didalam metode peramalan dengan metode input output pendekatan
matrik sangta berperan karena masing-masing industry memiliki
hubungan yang sangat erat, sehingga kalau dicari berdasarkan
hubungannya satu per satu akan sangat sulit oleh karena itu digunakan
pendekatan matriks.
3. Metode input output memiliki beberapa kelemahan yaitu:
– Jika ada tambahan satu unit pada nilai output maka diperlukan
tambahan nilai input secara proporsional, padahal di dunia nyata
hal ini jarang terjadi, karena foktor efisiensi, elastisitas harga, dsb.

11
– Koefisien teknologi dianggap tetap, padahal jika ada perubahan
pada input ataupun output maka koefisien teknologi juga akan
berubah.
4. Metoda input output biasa digunakan untuk perencanaan ekonomi
nasional jangka panjang. Contohnya: meramalkan pertumbuhan
ekonomi seperti pertumbuhan domestik bruto (PDB) untuk beberapa
periode tahun ke depan 5-10 tahun mendatang.

SARAN
1. Setiap perusahaan sebaiknya memanfaatkan metode-metode forecast
dalam membuat forecast tujuannya untuk meminimumkan kesalahan
memprediksi atas masa mendatang.
2. Dari beberapa metode forecast yang ada gunakanlah metode
peramalan yang paling baik yaitu metode yang mampu menghasilkan
kesalahan atau selisih perbedaan antara yang diramal dengan hasil
yang diharapkan sekecil mungkin.
3. Usahakanlah dalam menetapkan berbagai kebijakan yang akan
diambil hendaknya disesuaikan dengan hasil ramalan, tetapi juga
harus disesuaikan dengan kondisi real di lapangan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Gitosudarmo, Indriyo, TEORI PROYEKSI BISNIS, BPFE, Yogyakarta, 1998.
Makridakis, Spyros dan Wheelwright, steven C, Metode dan Aplikasi Peramalan,
Erlangga, Jakarta, 1995.
Subagyo, Pangestu, Forecasting Konsep dan Aplikasi (edisi kedua), BPFE,
Yogyakarta, 1986.
http://en.wikipedia.org/wiki/input/output model
www.dickyrahardi.com
www.ittelkom.ac.id
www.lovera.wordpress.com

13
LAMPIRAN
Cara Mencari Inverse Matrik Secara Manual
Pencarian matriks yang berukuran bersar (R x C). Yang dimaksud dengan
invers yang berukuran besar (R x C) disini adalah matriks yang ukuranya lebih
dari 2 x 2. Cara untuk mencari inversnya agak berbeda. Matriks A kalau
dinyatakan dalam simbol sebagai berikut :

 a11 a12 a13 ... a1n 


a a 22 a 23 ... a 2 n 
 21
A =  a 31 a32 a 33 ... a3n 
 
 : : 
 a n1 an2 a n3 ... a nn 

Untuk mencari invers dari matriks itu ada 2 cara, yaitu merubah matriks menjadi
identitas matriks dan dengan memakai adjoint dan determinan.
a. MENGHITUNG INVERS DENGAN MERUBAH NILAI BARIS DAN
KOLOM
Cara untuk mencari nilai invers dari suatu matriks dengan menggunakan
ketentuan sebagai berikut :
Tambahkanlah suatu identitas matriks di sebelah kanan matriks yang akan
kita cari inversnya, ukuran identitas matriks itu sama dengan ukuran
matriks yang akan dicari inversnya.

14
 a11 a12 a13 ... a1n 1 0 0 ... 0
 
a 21 a 22 a 23 ... a 2 n 0 1 0 ... 0
 a31 a32 a33 ... a3n 0 0 1 ... 0
 
 : : :
a an 2 an3 ... a nn 0 0 0 1
 n1

Ubahlah sedemikian rupa sehingga nilai matriks yang di cari inversnya itu
menjadi identitas matriks, tentu saja tambahan bagian kanan matriks ikut
berubah. Setelah bagian kiri menjadi identitas matriks maka bagian kanan
itulah invers dari matriks yang kita cari. Cara merubahnya dengan
mengurangi suatu baris dengan baris yang lain atau membagi angka-angka
suatu baris dengan suatu angka tertentu atau memindahkan letak suatu
baris.
Contoh :
Kita akan mencari inverse dari matriks A di bawah ini :
A = 266276277
Tambahkanlah identity matriks sehingga menjadi sebagai berikut :
A = 266276277100010001
Kita harus mengusahakan agar matriks yang sebelah kiri diagramnya berisi
nilai 1 dan di luar diagonal itu berisi nilai 0. Langkahnya bebas, asal sesuai
dengan ketentuan di atas tadi (Cara merubahnya dengan mengurangi suatu
baris dengan baris yang lain atau membagi angka-angka suatu baris
dengan suatu angka tertentu atau memindahkan letak suatu baris). Tentu
saja dipilih yang paling cepat bisa kita lakukan. Misalnya andaikata kita
pilih langkah – langkah perubahan itu sebagai berikut :
Merubah nilai baris ke pertama :
Nilai a11 harus kita usahakan sebisa mungkin agar menjadi 1. Oleh karena
itu salah satu langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan mengalikan baris
pertama dengan 0,5 . Sehingga baris pertama berubah sebagai berikut :
266276277100010001×0,5~~

15
Sehingga matriks berubah menjadi sebagai berikut :
1332762770,500010001

Merubah nilai baris kedua:


Untuk merubah agar nilai a21 menjadi 0, maka bisa dilakukan dengan baris
kedua dikurangi 2 kali baris pertama, sebagai berikut :
1332762770,500010001~- 2 B1~

Sehingga matriksnya berubah menjadi :


1330102770,500-110001

Kalau baris ketiga dikurangi 2 kali baris pertama


1330102770,500-110001~~-2B1

Sehingga matriks berubah menjadi :


1330100110,500-110-101

Kalau baris ketiga dikurangi baris kedua


1330100110,500-110-101~~-B2

Maka matriks menjadi :


1330100010,500-1100-11

Kalau baris pertama dikurangi tiga kali baris kedua


1330100010,500-1100-11B1-3B2~~

Maka matriks berubah menjadi :


1030100013,5-30-1100-11

Selanjutnya baris pertama dikurngi tiga kali baris ketiga


1030100113,5-30-110-101B1-3B3~~

Maka matrik berubah menjadi


1000100013,50-3-1100-11

Karena bagian disebelah kiri sekarang sudah menjadi identity matriks,


maka inverse dari matriks A di atas seperti terlihat di bagian kanan,
sehingga :

16
A=266276277

A-1=266276277-1

A-1=3,50-3-1100-11

b. MENGHITUNG INVERSE BERDASARKAN ADJOINT DAN


DETERMINANT
Prosedur untuk menghitung inverse suatu matriks dengan cara ini adalah
sebagai berikut :

• Merubah matriks A menjadi matriks C


Dari :

 a11 a12 a13 ... a1n 


a a 22 a 23 ... a 2 n 
 21
[ A] = a31 a32 a 33 ... a3 n 
 
 : : 
a n1 an2 a n3 ... a nn 

Menjadi :

 c11 c12 c13 ... c1n 


c c 22 c 23 ... c 2 n 
 21
[ C ] = c31 c32 c33 ... c3n 
 
 : : 
c n1 cn2 cn3 ... c nn 

Nilai cij pada matriks C dihitung berdasarkan nilai – nilai dalam


matriks A yang di luar kolom i dan baris j. Misalnya nilai c 11 dihitung
berdasarkan nilai – nilai matriks A di luar kolom 1 dan baris 1, nilai c 23,
dihitung berdasarkan nilai matriks A di luar kolom 2 dan baris 3. untuk
menentukan tanda negatif atau positifnya, angka tersebut dikalikan
dengan (-1) pangkat (i+j). Untuk lebih jelasnya untuk menghitng c11
digunakan nilai a yang tidak dicoret di bawah ini :

17
 a11 a12 a13 ... a1n 
a a22 a23 ... a2 n 
 21
a31 a32 a33 ... a3n 
 
 : : 
an1 an 2 an3 ... ann 

Jadi nilai c11 sebagai berikut:


C11= (-1)
( 1+1)
 a22 a23 a24 ... a2 n 
a a33 a34 ... a3n 
 32
 a42 a43 a44 ... a4 n 
 
 : : 
an 2 an 3 an 4 ... ann 

Untuk menghitung nilai c23 digunakan nilai a yang tidak dicoret :

 a11 a12 a13 ... a1n 


a a22 a23 ... a2 n 
 21
a31 a32 a33 ... a3n 
 
 : : 
an1 an 2 an3 ... ann 

Jadi nilai c23 adalah :


c23 = (-1)(2+3) =
 a11 a12 a14 ... a1n 
a a32 a34 ... a3n 
 31
a41 a42 a44 ... a4 n 
 
 : : 
 an1 an 2 an 3 ... ann 

• Menghitung adjoint matriks A :


Adjoint matriks A sama dengan matriks C di transfore. Transpose
adalah merubah letak angka – angka dalam matriks, yang mula – mula
kolom menjadi baris dan yang mula – mula baris menjadi kolom.
Kalau matriks C di atas ditranspose maka menjadi sebagai berikut :

18
Ct =
 c11 c12 c13 ... c1n 
c c23 ... c2 n 
 21 c22
c31 c32 c33 ... c3n 
 
 : : 
c1n cn 2 cn 3 ... cnn 

Hitung determinant dari matriks A :


Determinant matriks A =
A=  a11 a12 a13 ... a1n 
a a22 a23 ... a2 n 
 21
 a31 a32 a33 ... a3n 
 
 : : 
 an1 an 2 an3 ... ann 

Untuk menghitung determinant ini mula – mula di sebelah kanan matriks


itu ditambahkan kolom pertama sampai dengan kolom ke j-1. Kemudian
jumlahkanlah perkalian angka – angka yang letaknya serong ke kanan
bawah dikurangi dengan jumlah perkalian angka – angka yang letaknya
serong ke kiri bawah. Misalnya dalam matriks 3 x 3 di bawah ini :

 a11 a12 a13 a11 a12 


 
a 21 a 22 a 23 a 21 a 22 
 a31 a32 a33 a31 a32 

Det. A = = (a11a22a33 + a12a23a31 + a13a21a32) – (a13a22a31 + a11a23a32 +


A

a12a21a33)
Hitung invers matriks A dengan :

Adjo int_ matriks _ A


A=
Deter min ant _ A

Contoh :
Kita hitung invers matriks A, seperti pada contoh sebelumnya :
19
A = 266276277
Kita hitung nilai cij sebagai berikut :

7 6  2 6
c11 = (−1)1+1  =7 c 23 = (−1) 2+3   = −2
7 7  2 7

2 6  6 6 
c12 = (−1)1+ 2   = −2 c31 = (−1)1+3   = −6
2 7  7 6 

2 7   2 6
c13 = (−1)1+3  =0 c32 = (−1) 3+ 2  =0
2 7   2 6

6 6  2 6
c 21 = (−1) 2+1  =0 c33 = ( −1) 3+3  =2
7 7  2 7 

2 6 
c 22 = (−1) 2+ 2  =2
2 7 

Sehingga diperoleh matriks sebagai berikut :


C = 7-2002-2602
Adjoint matriks A sama dengan transpose matriks C sebagai berikut :
Adj. A = Ct = 70-6-2200-22
Determinant matriks A :
266276277262727

Determinant A = (2.7.7 + 6.6.2 + 6.2.7 ) - (6.7.2+ 2.6.7 + 6.2.7) = 2


Inverse matriks A=Adj.ADet.A
=1Det.AAdj A

=1270-6-2200-22

=3,50-3-1100-11

MENGHITUNG INVERS MATRIKS DENGAN MICROSOFT EXCEL 2007

Misalnya kita akan mencari invers matrik A = 266276277


20
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. Buka Microsoft Excel 2007

2. Masukkan nilai matriks A

3. Gunakanlah formula ”minverse” untuk mencari inverse matriks A

4. Tekan Enter

Maka akan muncul inverse matrik A baris 1 kolom 1


5. Untuk memunculkan inverse matriks A pada baris dan kolom yang lainnya
maka blok inverse matrik A baris 1 kolom 1 tadi sehingga blok itu
membentuk matriks 3x3 seperti matriks A
21
6. Setelah diblok tekan ”F2” maka tampilan akan berubah

7. Setelah itu tekan ”Ctrl, Shift, Enter” secara bersamaan

8. Sehingga diperoleh
A-1 = 3,50-3-1100-11
Hasilnya sama dengan cara-cara sebelumnya.

SOAL – SOAL
1. Mengapa didalam forecast dengan metode input output hubungan antar
industry sangat kompleks? Jelaskan dan berikan contoh?!
2. Sebutkan dan jelaskan kelemahan Metode input output?!

22
3. Apa yang dimaksud dengan koefisien teknologi didalam forecast dengan
metode input output?
4. Keadaan perekonomian di Negara Maju Mundur terdapat 3 sektor yaitu
pariwisata, jasa, dan industry. Untuk sektor Pariwisata memproduksi
barang senilai $ 1150, digunakan oleh sektor pariwisata itu sendiri $ 500
digunakan sektor jasa $ 230, dan industry $ 170, digunakan pemakai akhir
$ 250.
Sektor jasa menghasilkan $ 940, digunakan sendiri $ 360, dipakai
pariwisata $ 160, dipakai industry $ 270, dan dipakai konsumen $ 150.
Sektor industry menghasilkan $ 1120, dipakai sendiri $ 310, dipakai
pariwisata $ 290, jasa $ 330, dipakai konsumsi $ 190.
Bila konsumen menghendaki system perekonomian di Negara Maju
Mundur sektor pariwisata naik $ 30, sektor jasa naik $ 20, dan sektor
industry naik $ 25.
Forecastlah dengan metode input – output berapakah yang harus
diproduksi masing-masing sektor sesuai dengan perubahan konsumsi
tersebut?

JAWABAN SOAL
1. Hubungan antar industry didalam metode input output sangat
kompleks karena jika salah satu sektor industry mengalami perubahan
baik output maupun inputnya maka sektor yang lain juaga akan
mengalami perubahan. Misalnya kalau permintaan akhir terhadap
barang 1 bertambah sebanyak 1,00 (berarti C1+1), apakah untuk
memenuhi tambahan ini produksi sektor 1 hanya ditambah dengan
1,00 saja?. Tentu tidak, karena kalau permintaan akhir bertambah
23
dengan 1,00 maka kita harus menghasilkan tambahan produksi sektor
1 sebesar 1,00 ditambah input 1 yang digunakan untuk menghasilkan
tambahan tadi. Ini akan berpengaruh pada sektor 1, sektor 2, sektor 3
dan sektor – sektor yang lain, yang pengaruhnya akan selalu
menaikkan produksi sektor 1 sehingga sangat komplek.
2. Kelemahan-kelemahan metode input output:
• Menggunakan anggapan linier production function, jadi kalau ada
tambahan satu unit nilai output diperlukan tambahan nilai input
secara proporsional. Padahal dalam kenyataan hal ini jarang terjadi,
karena faktor – faktor efisiensi, elastisitas harga, dan sebagainya.
– Koefisien Teknologi (aij) dianggap tetap
aij = (nilai input i dibagi input j)
X ij
Xj

Padahal Xij dan Xj adalah nilai, yaitu kuantitas dikalikan harga.


Kalau Q mewakili kuantitas dan P mewakili harga, maka persamaan
di atas bisa diubah menjadi sebagai berikut :
aij =
Qij × pij Qij Pij
= ×
Qj × pj Qj Pj

Kalau ada perubahan teknologi maka imbangan kuantitas input (Qij


Qj) berubah, tentu saja aij juga akan berubah. Di samping itu kalau
ada perubahan harga, baik harga input, harga output maupun kedua –
duanya, maka Pij / Pj juga akan berubah, akibatnya aij akan berubah
3. Koefisien teknologi adalah presentase nilai suatu macam input
terhadap nilai outputnya. Biasanya diberi symbol aij yang artinya
presentase niai input i untuk menghasikan output j.
4. Buat dulu table hubungan antara input dengan output

Economi Pariwisa Jasa Industri Pemakai Jumlah


c ta akhir (C) Output
Activitie
s
Pariwisat 500 230 170 250 1150
a
24
Jasa 160 360 270 150 940
Industri 290 330 310 190 1120
Input 200 20 370 590
primer
Jumlah 1150 940 1120 590 3800
Input

Dari table diatas diperoleh koefisien teknologi sebagai


berikut
A=0,4350,2450,1520,1390,3830,2410,2520,3510,277
Maka matrik 1-A bisa dicari
[1-A]=100010001-

0,4350,2450,1520,1390,3830,2410,2520,3510,277
[1-A]=0,565-0,245-0,152-0,1390,617-0,241-0,252-

0,3510,723
[1-A]-1=2,7011,7201,1401,2062,7681,1761,5271,9432,351

Padahal [X] = [1-A]-1 [C]


Dan C pada table 250150190
Maka produksi masing-masing sektor sebagai berikut:
X=2,7011,7201,1401,2062,7681,1761,5271,9432,351×2
50150190
X=11509401120
Ternyata hasilnya sama dengan kolom output yang ada pada table.
Karena konsumen menghendaki konsumsi barang hasil sektor
pariwisata bertambah 30, sektor jasa bertambah 20, dan sektor industri
bertambah 25. Berapakah yang harus diproduksi oleh masing-masing
sektor setelah kenaikan?
Kita akan menghitung dulu jumlah konsumsi setelah kenaikan:
C1C2C3=250150190+302025=280170215

Maka nilai [X] baru menjadi:


X1X2X3=2,7011,7201,1401,2062,7681,1761,5271,9432,
351×280170215
=1293,9491060,9221263,459

Economic Kenaikan Produksi


Activities konsumsi (C) Awal Setelah Jumlah
25
kenaikan kenaikan

Pariwisata 30 1150 1294 144


Jasa 20 940 1061 121
Industri 25 1120 1263 143

Dari table diatas jelas terlihat bahwa kenaikan konsumsi sektor


pariwisata 30, jasa 20, dan industri 25, akan mengakibatkan kenaikan
produksi sektor pariwisata 144, jasa 121, dan industri 143. Hal ini
disebabkan karena adanya hubungan antar industry.

DAFTAR NILAI TEST METODE PERAMALAN


FORECAST DENGAN METODE INPUT-OUTPUT
NO NIM NAMA NILAI
1 4151306001 Mohammad Thoha 85
2 4151306002 Bangkit Setyo Agustian 84
3 4151306004 Dwi Nuryaningsih 85
4 4151306006 Fitri Hapsari 85
5 4151306011 Martanto Eko Saputro
6 4151306019 Diyah Ayu Sundari 85
7 4151306028 Nur Sidik
8 4151306033 Iftah Noor Afthoni 87
9 4151306035 Arianto 85
10 4151306037 Elmi Sukmawati 85
11 4151306040 Tino Subekti 87
12 4151306041 Slamet Cahyono
13 4151306505 Ekha Jaya Prianjani
14 4151306512 Yanner Novian P 87
26
15 4151306513 Rhenif Oktoka
16 4151306535 Fatkhur Rohman 85
17 4151307001 Busyrol Hana 90
18 4151307002 Anni Shofyyati 83
19 4151307003 Kukuh Ilham Stiawan 78
20 4151307004 Khusnul Khotimah 80
21 4151307005 Afif Ardiansyah 78
22 4151307006 Kartika Martiani 83
23 4151307007 Liciana PDHR 83
24 4151307008 Dhanni Firdaus 80
25 4151307019 Yuni Ambarwati D 80
26 4151307020 Diah Kembara Sari 88
27 4151307021 Siti Nurhayati 88
28 4151307022 Ria Ariani 85
29 4151307024 Iryza Ambarwati 80
30 4151307025 Wulandari Purwaningseh 80
31 4151307026 Amirin Wahyu W 87
32 4151307027 Muntaha 80
33 4151307028 Lilik Nur Khamidah 83
34 4151307029 Nor Faizah 83
35 4151307030 Baqiatush Sholikhah 80
36 4151307031 Agus Ulinnuha 90
37 4151307032 Annisa Puspita Sari 80
38 4151307033 Muhamad Umam K 80
39 4151307034 Ratna Selfiana 80
40 4151307035 Nelly Wulandari 83
41 4151307036 Cicik Yustianing Putri 80

27

Anda mungkin juga menyukai