Anda di halaman 1dari 15

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Sistem Persamaan Linear dan Sistem Pertidaksamaan Linear

Persamaan linear adalah bentuk kalimat terbuka yang memuat variabel

dengan derajat tertinggi adalah satu. Sedangkan sistem persamaan linear

adalah beberapa buah persamaan linear yang mempunyai hubungan satu sama

lainnya dalam nilai-nilai variabelnya (Priyatna, Dudung dkk. 2007).

Suatu persamaan linear dalam n peubah adalah persamaan dalam bentuk:

a1X1 + a2X2 + . . . + anXn = b

dimana a1, a2, . . . , an dan b adalah bilangan real dan X1, X2, . . . , Xn adalah

peubah. Dengan demikian suatu sistem persamaan linear dari m persamaan

dalam n peubah adalah suatu sistem berbentuk:

a11X1 + a12X2 + . . . + a1nXn = b1

a21X1 + a22X2 + . . . + a2nXn = b2

: : :

am1X1 + am2X2 + . . . + amnXn = bm

dimana aij dan bi semuanya adalah bilangan-bilangan real.

(Leon, Steven J. 2001)

Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang memuat salah satu dari

tanda ketidaksamaan seperti: lebih dari (>), lebih dari sama dengan ( ≥ ),

kurang dari (<), kurang dari sama dengan ( ≤ ). Sedangkan pertidaksamaan

linear adalah suatu pertidaksamaan yang didalamnya memuat n variabel dan

5
6

masing-masing variabel itu berderajat satu. Jadi sistem pertidaksamaan linear

terbentuk dari dua atau lebih pertidaksamaan dengan variabel-variabel yang

sama (Wirodikromo, Sartono. 2006).

Suatu pertidaksamaan linear dalam n peubah berbentuk:

a. a1X1 + a2X2 + . . . + anXn > b

b. a1X1 + a2X2 + . . . + anXn ≥ b

c. a1X1 + a2X2 + . . . + anXn < b

d. a1X1 + a2X2 + . . . + anXn ≤ b

dimana a1, a2, . . . , an dan b adalah bilangan real dan X1, X2, . . . , Xn adalah

peubah. Dengan demikian suatu sitem pertidaksamaan linear dari m

pertidaksamaan dalam n peubah adalah suatu sistem berbentuk:

a11X1 + a12X2 + . . . + a1nXn (<, >, ≤ , ≥ ) b1

a21X1 + a22X2 + . . . + a2nXn (<, >, ≤ , ≥ ) b2

: : : :

am1X1 + am2X2 + . . . + amnXn (<, >, ≤ , ≥ ) bm

Dimana aij dan bi semuanya adalah bilangan-bilangan real dan tidak boleh

sama dengan nol. Tanda pertidaksamaan hanya berlaku salah satu (Sriyanto,

2009).

B. Model Matematik dan Langkah-langkah Analisis

Dalam riset operasi dikenal beberapa model yang menggambarkan

karakteristik dan bentuk sistem suatu permasalahan. Salah satunya adalah

model matematik. Model matematik mencakup model-model yang mewakili


7

situasi riil sebuah sistem yang berupa fungsi matematik. Sebelum menerapkan

dan mempelajari persoalan riset operasi, diperlukan langkah-langkah dalam

proses pemecahan masalah riset operasi sebagai berikut:

1. Mendefinisikan masalah

Pada langkah ini terdapat tiga unsur utama yang harus diidentifikasi:

a. Fungsi tujuan: penetapan tujuan untuk membantu mengarahkan upaya

memenuhi tujuan yang akan dicapai.

b. Fungsi batasan/kendala: batasan-batasan yang mempengaruhi

persoalan terhadap tujuan yang akan dicapai.

c. Variabel keputusan: variabel-variabel yang mempengaruhi persoalan

dalam pengambilan keputusan.

2. Mengembangkan model

Mengumpulkan data untuk menaksir besaran parameter yang berpengaruh

terhadap persoalan yang dihadapi. Taksiran ini digunakan untuk

membangun dan mengevaluasi model matematis dari persoalannya.

3. Memecahkan model

Dalam memformulasi persoalan ini biasanya digunakan model analitis,

yaitu model matematis yang menghasilkan persamaan, sehingga dicapai

pemecahan yang optimum.

4. Menguji keabsahan model

Menentukan apakah model yang dibangun telah menggambarkan keadaan

nyata secara akurat. Jika belum, perbaiki atau buat model baru.
8

5. Implementasi hasil akhir

Menerjemahkan hasil studi atau perhitungan kedalam bahasa sehari-hari

agar mudah dimengerti.

(Aminudin,2005)

C. Kendala Optimasi

Di dalam masalah optimasi, tujuanya adalah mengoptimumkan

(maksimum atau minimum) sebuah fungsi. Fungsi ini dinamakan fungsi

tujuan. Misalnya fungsi yang akan dimaksimumkan adalah penerimaan dalam

suatu produksi pesawat televisi, atau ingin meminimumkan fungsi jika

fungsinya adalah ongkos persatuan produksi kamera jenis tertentu.

Pada sebagian besar masalah optimasi fungsi tujuan bergantung pada

beberapa peubah X1, X2, . . . , Xn

peubah-peubah ini dinamakan peubah kendali, sebab kita dapat

mengendalikan atau mengontrolnya, artinya menentukan nilai-nilainya.

Misalnya, hasil suatu proses kimiawi mungkin tergantung pada tekanan (X1)

dan suhu (X2).

Teori optimasi mengembangkan berbagi metode untuk pemilihan

optimal X1, X2, . . . , Xn yang memaksimumkan (meminimumkan) fungsi

tujuan. Dengan kata lain mengembangkan metode untuk menentukan nilai-

nilai optimal X1, X2, . . . , Xn.

Di dalam permasalahan optimasi, pemilihan nilai-nilai X1, X2, . . . , Xn

tidak seluruhnya bebas melainkan dikenai suatu kendala (constrain), yaitu


9

syarat atau kondisi tambahan yang berasal dari sifat alamiah masalah itu

sendiri dan peubah-peubahnya. Misalnya X1 adalah ongkos produksi, maka

X1 ≥ 0, yang hanya mungkin mengambil nilai-nilai tidak negatif. Kendala juga

mungkin mengambil bentuk sebuah persamaan (alih-alih pertidaksamaan).

(Kreyszig, Erwin. 1993)

D. Program Linear

Program linear merupakan suatu model umum yang dapat digunakan

dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber yang terbatas secara

optimal. Simbol-simbol yang digunakan dalam masalah program linear adalah

sebagai berikut:

m = macam batasan-batasan sumber atau fasilitas yang tersedia.


n = macam kegiatan-kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas
tersebut.
i = nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia (i=1,2,3,..,m)
j = nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas
yang tersedia (j=1,2,3,..,n)
Xj = tingkat kegiatan ke-j (j=1,2,3,...,n)
aij = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk menghasilkan setiap unit
keluaran kegiatan j (i=1,2,3,..,m) dan j (j=1,2,3,..,n)
bi = banyaknya sumber i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit
kegiatan (i=1,2,3...n)
Z = nilai yang dioptimalkan (maksimum atau minimum)
Cj = kenaikan nilai Z apabila ada penambahan tingkat kegiatan xj dengan
satuan unit, atau merupakan sumbangan setiap satuan keluaran
kegiatan j terhadap nilai Z.
10

Apabila disusun dalam tabel akan menjadi:

Tabel 1.1 Simbol dalam Program Linear


Kegiatan Pemakaian sumber per unit
Kapasitas
kegiatan (keluaran)
sumber
Sumber 1 2 3 .................... n
1 a11 a12 a13 .................... a1n b1
2 a21 a22 a23 …………… a2n b2
3 a31 a32 a33 …………… a3n b3
: : : : : :
m am1 am2 am3 …………… anm bm
Δ Z pertam-
bahan tiap unit C1 C2 C3 ..................... Cn
Tingkat
kegiatan X1 X2 X3 .................... Xn

Atas dasar tabel di atas kemudian dapat disusun suatu model matematis yang

digunakan untuk mengemukakan suatu permasalahan program linear sebagai

berikut:

Fungsi tujuan:

Maks Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ... + CnXn

Dengan kendala:

a11X1 + a12X2 + a13X3 + ... + a1nXn ≤ b1

a21X1 + a22X2 + a23X3 + ... + a2nXn ≤ b2

a31X1 + a32X2 + a33X3 + ... + a3nXn ≤ b3

. . . . . .

. . . . . .

am1X1 + am2X2 + am3X3 + ... + amnXn ≤ bm

dan

X1 ≥ 0, X2 ≥ 0, X3 ≥ 0, . . . . . . . , Xn ≥ 0
11

Terminologi umum untuk model program linear yang diuraikan di atas dapat

diringkas sebagai berikut:

1. Fungsi yang akan dimaksimumkan: C1X1 + C2X2 + C3X3 + ... + CnXn

disebut fungsi tujuan.

2. Fungsi-fungsi batasan dapat dikelompokan menjadi dua macam yaitu;

a. Fungsi batasan fungsional, yaitu fungsi-fungsi batasan sebanyak m

(am1X1 + am2X2 + am3X3 + ... + amnXn)

b. Fungsi batasan non-negatif, yaitu fungsi-fungsi batasan yang

dinyatakan dengan Xn ≥ 0.

3. Variabel Xj disebut variabel-variabel keputusan.

4. aij, bi dan Cj, yaitu masukan-masukan konstan, disebut sebagai parameter

model.

Kriteria yang harus dipenuhi dalam membuat formulasi model matematis

program linear adalah:

1) Proportionality

Berarti bahwa naik turunnya nilai Z dan penggunaan sumber atau fasilitas

yang tersedia akan berubah secara sebanding dengan perubahan tingkat

kegiatan.

2) Additivity

Berarti bahwa nilai tujuan tiap kegiatan tidak saling mempengaruhi.

3) Divisibility

Menyatakan bahwa keluaran yang dihasilkan oleh setiap kegiatan dapat

berupa bilangan pecahan. Demikian pula dengan nilai Z yang dihasilkan.


12

4) Deterministik

Menyatakan bahwa semua parameter yang terdapat dalam model program

linear(aij,bi,Cj) dapat diperkirakan dengan pasti, meskipun jarang dengan

tepat.

(Subagyo, Pangestu dkk,1983)

E. Metode Simplex

Metode simplex merupakan pengembangan metode aljabar yang hanya

menguji sebagian dari jumlah solusi dalam bentuk tabel. Tabel simplex hanya

menggambarkan masalah program linear dalam bentuk koefisiennya saja, baik

koefisisen fungsi tujuan maupun koefisien setiap kendala. Langkah-langkah

yang dapat dilakukan dalam penggunaan metode simplex adalah:

1) Merubah masalah program linear kedalam bentuk standar.

Bentuk standar secara umum adalah sebagai berikut:

Maks Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + ... + CnXn

Dengan kendala:

a11X1 + a12X2 + a13X3 + ... + a1nXn + S1 = b1

a21X1 + a22X2 + a23X3 + ... + a2nXn + S2 = b2

a31X1 + a32X2 + a33X3 + ... + a3nXn + S3 = b3

. . . . . .

. . . . . .

am1X1 + am2X2 + am3X3 + ... + amnXn+ Sn = bm


13

Bila menghadapi pertidaksamaan dapat diubah menjadi persamaan dengan

menambahkan slack variabel atau mengurangkannya dengan surplus

variabel. Jika fungsi tujuannya adalah minimum maka diubah menjadi

maksimum dengan cara dikalikan dengan minus satu.

Misal:

Min Z = C1X1 + C2X2 + C3X3

Dengan kendala:

a11X1 + a12X2 + a13X3 ≤ b1

a21X1 + a22X2 + a23X3 ≥ b2

diubah menjadi bentuk persamaan sebagai berikut:

Maks (–Z) = –C1X1 – C2X2 – C3X3

Dengan kendala:

a11X1 + a12X2 + a13X3 + S1 = b1

a21X1 + a22X2 + a23X3 – S2 = b2

2) Memeriksa apakah setiap kendala memiliki variabel basis. Jika tidak,

tambahkan satu variabel basis semu yang bertindak sebagai variabel basis,

misal Q yang jumlahnya sesuai dengan kebutuhan. Jika terdapat variabel

basis semu, maka koefisien fungsi tujuan diberi nilai yang sangat besar

yaitu – M untuk tujuan maksimum atau + M untuk tujuan minimum.

Misal:

Max Z = C1X1 + C2X2 + C3X3

Dengan kendala:

a11X1 + a12X2 + a13X3 + S1 = b1


14

a21X1 + a22X2 + a23X3 – S2 = b2

Diubah menjadi persamaan berbentuk:

Max Z = C1X1 + C2X2 + C3X3 + 0S1 – 0S2 – MQ

Dengan kendala:

a11X1 + a12X2 + a13X3 + S1 = b1

a21X1 + a22X2 + a23X3 – S2 + Q = b2

3) Memasukan semua nilai kendala ke dalam tabel simplex.

Bentuk umum tabel simplex:

Tabel 1.2 Simplex


Vrb Cj C1 C2 C3 … Cj
CB
Basis bi a1 a2 a3 … aj
CB1 S1 b1 a11 a12 a13 … a1j
CB2 S2 b2 a21 a22 a23 … a2j
Z Z1–C1 Z2–C2 Z3–C3 … Zj–Cj

Keterangan tabel:
a) CB menggambarkan koefisien fungsi tujuan untuk variabel dalam
basis.
b) Kolom variabel dalam basis berisikan slack variabel yang akan
digantikan oleh variabel keputusan
c) Kolom bi berisikan konstanta ruas kanan setiap kendala.
d) Baris Cj berisikan koefisien fungsi tujuan setiap variabel keputusan.
e) Baris aj berisikan variable keputusan.
f) Baris Z–C berisikan angka hasil pengurangan Zj–Cj yang akan
memberikan informasi apakah tabel sudah optimal atau belum.

4) Memasukan nilai koefisien fungsi tujuan pada baris Zj–Cj, dengan rumus:

Zj–Cj = CB.Yj–Cj. Rumus ini hanya digunakan pada awal tabel simplex.

5) Menentukan kolom kunci, yaitu kolom yang memiliki nilai negatif

terbesar pada baris Zj–Cj pada fungsi tujuan maksimum. Sedangkan untuk

fungsi tujuan minimum yang telah diubah menjadi maksimum, dipilih nilai

positif terbesar. Jika terdapat dua nilai yang sama, dapat dipilih salah satu.
15

6) Menentukan baris kunci, yaitu nilai yang memiliki nilai indeks terkecil

dan bukan negatif, dengan menggunakan rumus:


Xbi
Min, , Yik ≥ 0
Yik
7) Mencari angka baru yang terdapat dalam baris kunci dengan cara membagi

semua angaka yang terdapat pada baris kunci dengan angka kunci. Angka

kunci adalah angka yang terdapat pada persilangan baris kunci dengan

kolom kunci.

8) Mencari angka baru pada baris yang lain dengan rumus:

Angka baru = nilai pada baris lama dikurangi dengan perkalian

koefisien pada kolom kunci dengan angka baru baris

kunci.

9) Apabila solusi optimal belum ditemukan, kembali ke langkah kelima di

atas sehingga nilai yang terdapat pada baris Zj–Cj ≥ 0

(Yamit, 1996: 88-122)

F. Dualitas

Tiap persoalan program linear disebut primal, mempunyai persoalan

sehubungan secara tunggal yang dinamakan persoalan dual. Kedua persoalan

ini berhubungan sangat erat, dimana persoalan yang satu dibentuk dari

persoalan yang lain, sehingga:

1) Keduanya menggunakan koefisien (data) yang sama meskipun dengan

urutan yang berbeda.

2) Keduanya mempersoalkan sumber-sumber yang sama.


16

3) Jawab optimal dari yang satu menghasilkan jawab optimal bagi yang lain.

4) Jika problem primal berbentuk maksimum maka problem dual berbentuk

minimum, demikian sebaliknya.

Jika terdapat rumusan program linear sebagai berikut:

Maks Z = C1X1 + C2X2 + . . . . . . . . . . + CnXn

Dengan kendala

a11X1 + a12X2 + . . . . . . . . . . + a1nXn ≤ b1

a21X1 + a22X2 + . . . . . . . . . . + a2nXn ≤ b2

: : :

am1X1 + am2X2 + . . . . . . . . . + amnXn ≤ bm

Xi ≥ 0, i = 1, 2, . . . . . , n

Maka rumusan di atas jika disajikan dalam bentuk tabulasi, sebagai berikut:

Tabel 1.3 Tabulasi Program Linear


Variabel primal X1 X2 ...................... Xn
a11 a12 ...................... a1n ≤ b1
a21 a22 ...................... a2n ≤ b2
Batasan Primal . . . .
. . . .
am1 am2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . amn ≤ bm
Fungsi tujuan Z
C1 C2 ...................... Cn
primal (max)

Sehingga rumusan persoalan dual dapat di tulis dalam bentuk Tabel 1.4

berikut:
17

Tabel 1.4 Rumusan Dual


Fungsi
Variabel
Batasan Dual Tujuan
dual
Dual
Y1 a11 a12 .................... a1n b1
Y2 a21 a22 .................... a2n b2
. . . . .
. . . . .
Ym am1 am2 .................... amn bm
≥ ≥ ......................
≥ Y
C1 C2 Cn (min)

Persoalan dual ini dapat dirumuskan dalam bentuk program linear sebagai

berikut:

Min Y = b1Y1 + b2Y2 + . . . . . . . . . . + bmYm

Dengan kendala

a11Y1 + a12Y2 + . . . . . . . . . . + am1Ym ≥ C1

a21Y1 + a22Y2 + . . . . . . . . . . + am2Ym ≥ C2

: : :

: : :

a1mY1 + a2mY2 + . . . . . . . . . . + amnYm ≥ Cn

Yj ≥ 0, j = 1, 2, . . . . . , m

dengan singkat dapat ditulis :

n
I. Primal : Maks Z = ∑ j =1
CjXj

n
Dengan kendala: ∑j =1
aijXj ≤ bi , i = 1, 2, . . . . . . . , m

Xj ≥ 0, j = 1, 2, . . . . . . . . , n
18

m
II. Dual : Min Y = ∑
i =1
biYi

m
Dengan kendala: ∑
i =1
aijYj ≥ Cj, j = 1, 2, . . . . . . . , n

Yi ≥ 0 , i = 1, 2, . . . . . . . , m

Dari rumus I dan II di atas, persoalan bentuk primal dual mempunyai

karakteristik sebagai berikur:

1) Setiap variabel dari persoalan yang satu bersesuaian dengan batasan dalam

persoalan yang lain.

2) Unsur-unsur diruas kanan dari batasan dalam persoalan yang satu sama

dengan koefisien dari fungsi tujuan dalam persoalan yang lain.

3) Persoalan yang satu mencari harga maksimum dan persoalan yang lain

mencari harga minimum fungsi tujuan.

4) Persoalan maksimum mempunyai batasan bertanda ( ≤ ) dan persoalan

minimum mempunyai batasan bertanda ( ≥ ).

5) Kedua persoalan mempunyai batasan tidak negatif bagi tiap variabel.

Karena persoalan dual adalah juga program linear, maka ia pasti

mempunyai bentuk dual yaitu primal, sehingga dapat dikatakan bahwa

bentuk dual dari persoalan dual adalah primal.

(Siagian, 2006: 131-133)

Aturan untuk memudahkan formulasi dari bentuk primal kedalam bentuk

dual pada persoalan program linear adalah sebagai berikut:

1) Menuliskan bentuk primal dalam bentuk kanonikal dengan ketentuan:


19

a) Mengubah semua kendala dalam bentuk hubungan lebih kecil atau

sama dengan ( ≤ ) jika fungsi tujuannya adalah maksimum.

b) Mengubah semua kendala dalam bentuk hubungan lebih besar atau

sama dengan ( ≥ ) jika fungsi tujuannya adalah minimum.

c) Apabila suatu persoalan mempunyai bentuk persamaan (sama dengan),

maka kendala ini harus diganti dengan dua kendala baru yang

berhubungan, yaitu:

(i) Satu kendala adalah lebih kecil sama dengan ( ≤ ).

(ii) Dan kendala yang lain adalah lebih besar sama dengan ( ≥ ).

Ini berarti salah satu ketidaksamaan harus dikalikan dengan minus satu

(–1) untuk membentuk kanonikal baru.

2) Mengubah koefisien fungsi tujuan primal menjadi konstanta sisi kanan

dual. Sebaliknya, konstanta sisi kanan primal menjadi koefisien fungsi

tujuan dual.

3) Mengubah elemen baris kendala primal menjadi elemen kolom dalam

dual. Sehingga elemen kolom primal menjadi elemen baris dual.

4) Membalik tanda pertidaksamaan.

5) Mengubah tujuan dari minimisasi (maksimisasi) dalam primal menjadi

maksimisasi (minimisasi) dalam dual.

(Mulyono, Sri. 2004)

Anda mungkin juga menyukai