Anda di halaman 1dari 53

MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 1



STRUKTUR ORGANISASI LABORATORIUM
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 2

SISTEM KOMUNIKASI
2012-2013

Pembina Laboratorium : DharuArseno, ST.,MT
Siskom Transtel

Koordinator Asisten : Wisnu Hendra Pratama 111101189

Divisi Praktikum : Yudho Prayogo 111101208
Ronny Handoko 111101214
Gryaningrum Widi Pangestuti 111100174

Divisi Alat : Fina Maharani 111138522
Syifa Aulia 111100047
Adhi Hidayatullah 111100119

Divisi Administrasi : Nurita Amalina 111100123
Fonizza Popy Wijaya 111104229

Divisi HRD : Desi Ananda Sari 111101209
Sherly Puspita Rahman 111138513

Divisi Riset : Sandria Abhiseka 111101197
Hartanto 111111284


Mengetahui,
Pembina Laboratorium Sistem Komunikasi



____________________




MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 3

TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM

I. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Praktikan harus hadir sebelum praktikum dimulai sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
2. Praktikan yang terlambat lebih dari 20 menit (Waktu Laboratorium Siskom) tidak
diijinkan mengikuti praktikum yang bersangkutan.
3. Peserta praktikum harus membawa kartu praktikum yang sudah berfoto. Jika tidak,
maka dianggap tidak terdaftar sebagai praktikan.
4. Praktikum berlangsung maksimal 2,5 jam.
5. Praktikum dimulai setelah diijinkan oleh asisten.
6. Hal-hal yang tidak boleh dilakukan praktikan selama praktikum antara lain :
- Mengubah konfigurasi meja praktikum, memindah, mengambil, ataupun menukar
peralatan tanpa seijin asisten
- Meninggalkan ruangan tanpa seijin asisten
- Berbicara tidak sopan sesama praktikan dan asisten
- Membuat gaduh (keributan), melakukan hal yang dapat mengganggu sesama
praktikan
- Tidur saat pelaksanaan praktikum
7. Praktikan harus mengkondisikan HP-nya pada saat praktikum berlangsung.
8. Tukar jadwal bisa dilaksanakan secara perorangan. Tukar jadwal dilakukan paling
lambat sehari sebelum pelaksanaan praktikum praktikan yang bersangkutan.
9. Praktikum susulan tidak akan diselenggarakan kecuali dapat izin dari laboran.
10. Wajib mengenakan seragam IT Telkom (kemeja + bawahan biru dongker), dan tidak
boleh menggunakan jeans.
11. Jika ada alat-alat praktikum yang rusak, maka praktikan harus bertanggung jawab
terhadap kerusakan tersebut.
12. Jika ada praktikan yang melanggar peraturan praktikum, maka asisten berhak
memberikan sanksi sesuai dengan kebijaksanaan laboratorium.
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 4


II. TUGAS PENDAHULUAN
1. Tugas Pendahuluan (TP) bersifat wajib untuk memperoleh nilai.
2. TP dapat didownload di siskom.lab.ittelkom.ac.id
2. Jika tidak mengumpulkan TP boleh mengikuti praktikum, dan nilai TP nya dianggap
nol.
4. TP dikerjakan secara perorangan.
5. TP yang diberi nilai adalah TP yang telah distempel Lab. Siskom.
6. Soal dan jawaban TP wajib ditulis di buku praktikum.
Format dan cover buku praktikum dapat didownload di siskom.lab.ittelkom.ac.id
7. Waktu pengumpulan TP hari senin jam 08.00-10.00 di N210.


III. TEST AWAL
1. Test Awal dilakukan secara serentak dan dilakukan secara lisan.
2. Test Awal diadakan selama 20 menit.
3. Praktikan yang terlambat, diperbolehkan mengikuti TA dengan sisa waktu yang masih
tersedia.



IV. JURNAL PRAKTIKUM
1. Jurnal dikerjakan secara perorangan.
2. Asisten berhak memberikan tugas tambahan apabila diperlukan.





MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 5

V. PENILAIAN PRAKTIKUM
1. Tugas Pendahulan : 20 %
2. Test Awal : 20 %
3. Pelaksanaan Praktikum : 30 %
4. Jurnal Praktikum : 30 %

VI. SYARAT KELULUSAN
1. Praktikan wajib mengikuti praktikum semua modul.
2. Praktikan dinyatakan lulus praktikum Siskom jika nilai akhir tiap modul 60.


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 6

MODUL I
MODULASI ANALOG

Tujuan Praktikum
1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Amplitude Modulation (AM) dan
Frequency Modulation (FM).
2. Dapat menganalisa jenis-jenis index modulasi pada AM DSB-FC.
3. Dapat menganalisa keluaran demodulator AM menggunakan detektor selubung.
4. Dapat menganalisa perubahan frekuensi sinyal pemodulasi terhadap sinyal termodulasi
FM.
5. Dapat menganalisa perubahan index modulasi terhadap spektrum sinyal FM.

1. MODULASI ANALOG
Modulasi analog merupakan proses penumpangan sinyal informasi yang berupa sinyal
anolog kedalam sinyal pembawa. Secara umum modulasi analog ada tiga jenis, yaitu
Amplituda Modulasi,Frekuensi Modulasi dan Phasa Modulasi

1.1 Amplitude Modulation (AM)
Modulasi amplitude merupakan proses modulasi dimana amplituda sinyal carrier
akan berubah-ubah sesuai dengan sinyal informasi. Modulasi amplitude terdapat tiga
jenis: AM DSB SC, AM SSB, AM DSB FC





Gambar sinyal pemodulasi (V
LF
)





Gambar sinyal carrier (V
HF
)
t
V
LF
(t)
t
V
HF
(t)
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 7






Gambar sinyal modulasi Amplitudo

1.1.1 AM DSB SC
Dilihat dalam komponen domain frekuensi, nilai daya dari frekuensi carriernya
ditekan sehingga dianggap bernilai 0. Hal menjadikan AM DSB SC dapat menghemat
daya hingga 66,7% dari total daya yang ditransmisikan.








Titik A ()

Titik E Vc cos (
c
t + )
Titik B Sc (t) = Vc cos
c
t Titik F

( cos (2 + ) cos
) m(t)
Titik C=D S
DSB-SC
(t) = m (t) . Sc (t) Titik G

()

Gambar spektum frekuensi AM DSB SC:
Titik A Titik C

Vm


f f
0 fm 0 fc-fm fc fc+fm


V
AM
(t)
t
H
h
G
m(t) D
E
F
mixer
Local oscilator
m(t) A
B
C
mixer
Local oscilator
LPF

Demodulator di
samping merupakan
demodulasi dengan
menggunakan
detektor sinkron.
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 8

1.1.2 AM SSB
Sinyal AM SSB menekan salah satu sideband dengan menggunakan filter, sehingga
akan dihasilkan sinyal SSB-LSB dan sinyal SSB-USB. Dari masing-masing single sideband
bila ditransmisikan akan dapat menghemat daya hingga 83,3% dari total daya yang
seharusnya ditransmisikan.








Titik A ()

Titik B ()


Titik C

[ (

) (

) ]
Untuk blok demodulator sama dengan AM-DSB-SC.

Gambar spektum frekuensi AM SSB-LSB:
Titik A Titik D
V(volt) P(Watt)
Vm


f f
0 fm 0 fc-fm fc fc+fm

1.1.3 AM DSB FC

S
DSB-FC
(t)=V
c
[1+k
a
m(t)]cos e
c
t




cos e
c
t+
0


A
m(t)
B
C
mixer
Local oscilator
BPF USB
D A
m(t)
B
C
mixer
Local oscilator
BPF LSB
D

E
Local oscilator
A
m(t)
B
C
mixer
D
Adder

MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 9

[(

) ]

[(

) ]
Sinyal keluaran untuk tiap titik adalah sebagai berikut :
Titik A :


Titik B :

)
Titik C :

)
Titik D : V
amp
= Vc cos (
c
t +
0
)
Titik E : V
AM-DSB-FC
= Vc [1 +

m(t)] cos
c
t ,



Keterangan :
VLF = Persamaan sinyal info VHF = Persamaan sinyal carrier
Vm = Amplitude sinyal info Vc = Amplitude sinyal carrier
Vamp = Persamaan sinyal keluaran amplifier VAM = Persamaan sinyal AM DSB
FC
k
a
= konstanta modulasi
0
= Pergeseran sudut phasa


a. Spektum Frekuensi AM DSB FC (Pita Satu Sisi)
V
AM-DSB-FC
= Vc [1 + ka m(t)] cos
c
t
Dengan persamaan trigonometri dapat disampaikan sebagai berikut :


V(volt)

Vc


f
0 fc-fm fc fc+fm








MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 10

b. Daya Sinyal pada Beban
V(volt)



f
0 fc-fm fc fc+fm



c. Indeks modulasi AM
Persamaan V
AM
dapat pula dinyatakan sebagai berikut :


Ket : Vc = Amplitude carrier
m = Indeks modulasi
Indeks modulasi merupakan suatu nilai yang menunjukan kualitas modulasi.
Berdasarkan besarnya indeks modulasi (m), kondisi modulasi dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Under Modulation ( m < 1 )




2. Critical Modulation ( m = 1 )
V(volt)




H
h
V(volt)
t
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 11

3. Over Modulation ( m>1 )





Harga indeks modulasi untuk (m) < 1 dan indeks modulasi (m)= 1 adalah sebagai berikut :
H = V
c
( 1 + m )
h = V
c
( 1 - m )


Harga indeks modulasi untuk (m) > 1.
H = V
c
( 1 + m )
h = V
c
( 1 m )


Ket.: H = amplitude tinggi
h = amplitude rendah
Untuk sinyal AM-DSB-SC dan AM-SSB hanya memiliki 1 jenis index modulasi yaitu m=1
sedangkan untuk AM-DCB-FC memiliki ketiganya.

1.1.4 Demodulasi AM
Demodulasi AM merupakan proses pemulihan sinyal pemodulasi dari sinyal
termodulasi. Detektor selubung merupakan teknik demodulasi paling sederhana, namun
tidak cocok dipakai untuk sinyal dalam keadaan Over Modulation ( m>1 ).
Prinsip kerja detektor selubung (detektor asinkron) :
1. Dioda : berfungsi sebagai penyearah
2. Arus yang lewat dioda mengakibatkan terjadi proses pengisian muatan di kapasitor
sehingga V katoda naik. Saat V katoda = V anoda maka dioda off dan terjadi proses
pengosongan dari kapasitor ke resistor,sehingga V katoda akan turun lagi dan begitu
seterusnya berulang-ulang.




Gbr.keluaran detector selubung
t
H
h
V(volt)
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 12

S(t) = V
c
cos [2f
c
t + ( sin (2f
m
t))
]

Selain detector selubung (asinkron), demodulasi dapat juga dilakukan dengan detector sinkron.
Seperti gambar berikut :
[Vc (1+m cos
m
t)] x Vc cos
c
t

Vc (1+m cos
m
t)] cos
c
t (Vm.Vc/2) cos
m
t




Vc cos
c
t

Prinsip dari detektor sinkron adalah menggunakan sinyal carrier yang sama pada transmitter
dan receiver. Detektor sinkron bisa digunakan untuk semua indeks modulasi, namun rangkaian
yang digunakan lebih rumit daripada detector selubung.

1.2 Frequency Modulation (FM)
Frequency Modulation adalah modulasi analog dimana Frekuensi sinyal termodulasi
berubah sesuai dengan sinyal info.


Dimana :
m
f
m
m f
m
m
f f
V k
f
kV
A
= = =
t
|
2

m
f
f
V
k
k
A
= =
t 2

2
min max
f f
f

= A
= Indeks modulasi FM Vm = Amplitudo modulasi
k
f
= Sensitivitas modulasi (Hz/Volt) f
m
= Frekuensi modulasi
k = Sensitivitas modulasi (rad/Volt) f
max
= Frekuensi maksimum

f
= Deviasi frekuensi sinyal FM f
min
= Frekuensi minimum






MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 13

1.2.1 Pembentukan Sinyal FM


a. Daya sinyal dan bandwidth FM
Dengan menggunakan pendekatan fungsi Bessel, maka besar daya sinyal FM yaitu :
P
FM
=
2
2
2
r
C
J
R
V E
= | | ) ... ( 2
2
2
3
2
2
2
1
2
0
2
+ + + + J J J J
R
V
C





MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 14

Tabel Fungsi Bessel
J
0
() J
1
() J
2
() J
3
() J
4
() J
5
()
2 0.224 0.577 0.353 0.129 0.034 0.007
2.4 0 0.52 0.43 0.20 0.06 0.02
3 -0.260 0.339 0.486 0.309 0.132 0.043
4 -0.397 -0.066 0.364 0.430 0.281 0.132
dengan | | ) ... ( 2
2
3
2
2
2
1
2
0
+ + + + J J J J 1 maka : P
FM
=
R
V
C
2
2
E


b. Spektrum frekuensi dan Bandwidth FM
Gambar spektrum frekuensi sinyal FM adalah sebagai berikut :

BW sinyal FM dapat dihitung dengan menggunakan BW Carson.


1.2.2 Demodulasi FM
Suatu Demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari sinyal FM dengan operasi
yang berlawanan dengan cara kerja modulator FM.
Blok demodulasi FM
A B C D E

Keluaran untuk tiap-tiap titik adalah sebagai berikut :
Di A : sinyal FM yang bercampur noise dan distorsi amplitudo.
t
V(t)


( )

)

LIMITTER DET. SELUBUNG BPF DIFERENSIATOR
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 15

Di B : Sinyal FM yang amplitudonya di stabilkan (dikonstankan) karena akibat noise
t
V(t)


Di C : Sinyal FM untuk rentang frekuensi tertentu sesuai dengan filter BPF.
t
V(t)

Di D : Sinyal di D dapat dipandang sebagai sinyal AM-FM (untuk lebih jelasnya lihat
karakteristi diferensiator FM di atas).
V(t)
t

Di E : Outputan detektor selubung akan berupa sinyal informasi yang dikirim.
V(t)
t

1.3 Phasa Modulation (PM)
Modulasi phasa merupakan proses modulasi dimana phasa dari sinyal pembawa
divariasikan dengan amplitudo dari sinyal informasi.







Gambar sinyal temodulasi PM
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 16

1.4 Osiloskop
Osiloskop adalah alat ukur elektronika yang berfungsi memproyeksikan bentuk sinyal
listrik agar dapat dilihat dan dipelajari. Osiloskop dilengkapi dengan tabung sinar
katode.Peranti pemancar elektron memproyeksikan sorotan elektron ke layar tabung
sinar katode.Sorotan elektron membekas pada layar. Suatu rangkaian khusus dalam
osiloskop menyebabkan sorotan bergerak berulang-ulang dari kiri ke
kanan.Pengulangan ini menyebabkan bentuk sinyal kontinyu sehingga dapat dipelajari.









Gbr.Osiloskop

1.5 Spectrum Analyzer
Spectrum Analyzer adalah alat untuk menampilkan distribusi energi sepanjang spektrum
frekuensi dari suatu sinyal listrik yang diketahui. Dari penyelidikan ini diperoleh informasi yang
sangat berharga mengenai lebar bidang frekwensi (bandwidth), rapat daya sinyal, efek berbagai
jenis modulasi, pembangkitan sinyal interferensi dan begitu juga pada semua manfaatnya dalam
perencanaan dan pengujian rangkaian RF dan pulsa. Alat yang ditampilkan dalam domain
frekuensi ini biasa dipergunakan untuk analisis sinyal elektromagnetik pada rentang frekuensi
tertentu apabila ada sumber gangguan pada perangkat wireless, seperti Wi-Fi dan wireless
router.

Contoh gambar bentuk sinyal yang terdapat di layar Spectrum Analyzer
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 17


Gbr. Spectrum Analyzer


1.6 Matlab
Matlab adalah singkatan dari Matrix Laboratory, yaitu sebuah program yang
dikembangkan dengan keunggulan penanganan operasi terkait dengan matematika.
Matlab menggunakan bahasa pemrograman yang sangat optimal untuk komputasi
matriks. Karena dalam toolbox matlab terdapat tool yang dapat digunakan untuk
mendesain suatu system dan mensimulasikannya sehingga seorang engineer bisa
mendapatkan data tanpa perlu melakukan eksperimen. Dengan menggunakan matlab
kita juga diberi kemudahan untuk mendesain sebuah program aplikasi berbasis grafik
user interface/GUI. Dengan menggunakan GUI, pengguna program aplikasi yang kita
buat dapat lebih mudah mengoperasikannya.


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 18

1.7 Simulink
Simulink merupakan salah satu toolbox bawaan Matlab sebagai pelengkap yang
dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan. Salah satunya adalah
berkomunikasi dengan peralatan eksternal. Komunikasi dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara, diantara salah satunya adalah dengan port serial. Dengan
menggunakan toolbox simulink, kita dapat mengakuisisi data tanpa perlu berurusan
dengan rumitnya coding. Simulink dapat di gunakan untuk membuat desain atau model
yang bersifat dinamis ataupun tertanam, simulasi ditujukan untuk mengukur kinerja
dari suatu desain atau model sistem yang telah dirancang yang sesuai hasil yang
diinginkan.





MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 19

PROSEDUR PRAKTIKUM MODULASI ANALOG

A. Amplitude Modulation
Peralatan Praktikum AM
1.PC disertai software matlab R2012b dengan Simulink

Analisis dalam Praktikum AM
1. Menghitung indeks modulasi
2. Menganalisis perubahan V
info
terhadap m (indeks modulasi)
3. Menggambarkan bentuk sinyal AM DSB FC untuk berbagai nilai m (indeks modulasi)
4. Menggambarkan bentuk sinyal info dan sinyal termodulasi untuk kondisi dua frekuensi
5. Membandingkan sinyal hasil demodulasi AM yang menggunakan detektor selubung (1
frekuensi)
6. Menghitung daya sinyal AM
7. Menggambarkan bentuk spectrum sinyal AM untuk kondisi indeks modulasi yang
berbeda-beda


Gbr.blok diagram modulasi AM DSB FC






MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 20

Langkah Praktikum

1. Buka Matlab R2012b
2. Ketikkan simulink pada command window, atau klik icon untuk menampilkan
Simulink Library Browser.
3. Lalu pilih File>New>Model atau klik icon pada Simulink Library Browser, untuk
membuat/menampilkan model baru.
4. Transmitter AM pada Simulink
- Buat 2 blok sine wave pada Libraries DSP Toolbox > Sources, kedua buah blok
tersebut akan kita gunakan untuk membuat sinyal info dan sinyal carrier. Atur nilai
amplitude info dan frekuensi info :
+Klik pada blok sine wave atur frekuensi info 10 Hz, tegangan sebesar 3 V.
Atur nilai amplitude carrier dan frekuensi carrier:
+Klik pada blok sine wave yang difungsikan sebagai sinyal carrier, atur nilai frekuensi
carier 100 Hz dan tegangan sebesar 3 V.
















- Buat blok product, blok ini akan kita fungsikan sebagai mixer
- Buat blok sum, yang akan berfungsi sebagai adder
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 21

- Buat blok slider gain dan dihubungkan antara source sinyal carriernya dengan adder
sum.
- Buat 3 blok vector scope, blok ini akan kita gunakan untuk melihat sinyal dalam domain
waktu (sebagai oscilloscope)

- Setelah semua blok transmitter tersedia lalu hubungkan masing-masing blok tersebut
(ingat persamaan umum AM)









Tips: gunakan search dengan isi kolom enter search term
untuk mencari block toolbox yang diperlukan


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 22

- Buat blok FFT yang akan kita fungsikan sebagai spectrum analyzer


- Buatlah Noise di media transmisi udara yaitu AWGN, search AWGN channel













5. Receiver AM pada Simulink
- Buat blok zero-order hold, Discrete Zero Order Hold.
Zero Order Hold berfungsi untuk merubah sinyal dalam bentuk sample ke dalam bentuk
frame agar terbaca dalam spectrum scoope dan dipasang setelah melewati AWGN
channel.
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 23

- Buat blok abs, blok ini akan kita fungsikan sebagai dioda yaitu penyearah setengah
gelombang.
- Buat blok analog filter design, atur parameter sebagai berikut blok ini akan kita
fungsikan untuk melewatkan sinyal informasi

- Buat 1 buah blok vector scope yang akan menampilkan sinyal info setelah proses
demodulasi. (setingan sama dengan vector scope yang di blok Transmitter)
- Hubungkan tiap blok seperti pada gambar blok diagram

6. Menggambarkan bentuk sinyal AM untuk berbagai nilai m (indeks modulasi)

7. Mengamati Pembentukan sinyal AM dan menentukan nilai indeks modulasi (m)
- Amati bentuk sinyal AM dengan melihat gambar hasil keluaran vector scope
- Ubah nilai tegangan sinyal info sehingga didapatkan sinyal AM dengan m < 1, catat
tegangan infonya
- Ubah nilai tegangan sinyal info sehingga didapatkan sinyal AM dengan m > 1, catat
tegangan infonya
8. Menganalisis perubahan V
info
terhadap m (indeks modulasi)

11. Membandingkan sinyal hasil demodulasi AM dengan detektor selubung untuk beberapa
nilai indeks modulasi
- Atur tegangan info pada sinyal informasi sehingga diperoleh indeks modulasi < 1
- Bandingkan sinyal info pada sinyal informasi dari blok sine wave dengan sinyal info
keluaran demodulator yaitu keluaran blok low pass filter
- Lakukan tiga langkah diatas pada m = 1 dan m > 1
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 24


11. Menggambarkan sinyal info dan sinyal AM untuk kondisi frekuensi sinyal info lebih dari 1
frekuensi

12. Mengamati bentuk spectrum sinyal AM
- Ubah indeks modulasi untuk kondisi m = 1, m <1, m >1
- Gambar spectrum sinyal AM

13. Menghitung daya sinyal AM
- Hitunglah daya sinyal AM total dengan menggunakan rumus:














B. Frequency Modulation
Peralatan praktikum FM
1. PC disertai dengan software matlab R2011b dengan simulink
Analisis dalam Praktikum FM
1. Membandingkan output demodulator FM dengan sinyal informasi (pemodulasi)
2. Menggambarkan spectrum frekuensi FM
3. Mencari nilai sensitivitas modulsi untuk beberapa nilai null carier
4. Membandingkan bentuk spectrum FM dengan indeks modulasi yang berbeda

MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 25

Gbr.blok diagram modulasi FM

Langkah Praktikum

1. Buka Matlab R2012b
2. Ketikkan simulink pada command window, atau klik icon untuk menampilkan
Simulink Library Browser.
3. Lalu pilih File>New>Model atau klik icon pada Simulink Library Browser, untuk
membuat/menampilkan model baru.

4. Transmitter AM pada Simulink
- Buat 1 blok sine wave pada Libraries DSP Toolbox > Sources, kedua buah blok
tersebut akan kita gunakan untuk membuat sinyal info. Atur nilai amplitude info dan
frekuensi info :
+Klik pada blok sine wave atur frekuensi info 10 Hz, tegangan sebesar 1 V.
- Atur nilai sample time juga minimal 1/1000 semakin besar maka akan semakin bagus
sehingga sinyal diskret nampak seperti sinyal analog
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 26





- Untuk modulator buka communication Blockset Modulation Analog Passband
Modulation FM Modulator Passband, atur parameter yaitu frekuensi carrier 1000 Hz
dan deviasi frekuensi = minimal 2x lebih besar dari frekuensi info. *(ingat teorema
Nyquist)

MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 27

+sinyal carrier sudah terdefinisi di dalam FM modulator, sehingga tidak perlu kita buat
blok sine wave lagi
- Buat 2 blok vector scope, blok ini akan kita gunakan untuk melihat sinyal dalam domain
waktu (sebagai oscilloscope)

- Buat blok FFT, buka Signal Processing Blockset Signal Processing Sinks
Spectrum Scope. FFT ini digunakan untuk merubah sinyal termodulasi dalam ke dalam
domain frekuensi

- Hubungkan tiap blok seperti pada gambar blok diagram FM
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 28



5. Blok Receiver
- Buat blok demodulator, buka communication Blockset Modulation Analog
Passband Modulation FM Demodulator Passband.

- Buat vector scope(dengan setingan sama seperti sebelumnya, jadi bias copy paste saja)
- Buat blok FFT, Spectrum Scope. (dengan setingan juga sama seperti sebelumnya)
- Hubungkan tiap blok seperti pada gambar blok FM

6. Membandingkan output demodulator FM dengan sinyal informasi (pemodulasi)
7. Menggambarkan spectrum frekuensi FM
8. Mencari nilai indeks modulasi
- Hitung indeks modulasi dengan menggunakan persamaan :
m
m f
f
V k
= |


9. Menggambarkan spectrum frekuensi FM dengan indek smodulasi yang berbeda dengan nilai
indeks modulasi 2,4; 5,6; dan 8,6


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 29

MODUL II
MODULASI DIGITAL
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital
2. Mengetahui jenis-jenis format data coding
3. Mampu memahami sistem komunikasi digital jenis BPSK, DPSK dan 8PSK
4. Mengamati dan menelusuri proses modulasi dan demodulasi BPSK, DPSK dan 8PSK
5. Mengamati keluaran sinyal pada outputan masing-masing modulator dan demodulator
serta dapat mengerti jalannya proses tersebut

1. Modulasi digital
Sinyal digital hanya mengenal dua keadaan yaitu biner (0 dan 1). Modulasi digital
merupakan proses penumpangan sinyal digital ke dalam sinyal pembawa. Dengan teknik
modulasi ini, sinyal digital dapat diubah menjadi sinyal analog untuk dikirimkan dan setelah
sampai ke penerima akan diubah kembali menjadi sinyal digital. Teknik demodulasi adalah
teknik untuk mengubah sinyal analog menjadi sinyal digital.
Perbedaan mendasar antara modulasi analog dan digital terletak pada bentuk sinyal
informasinya. Pada modulasi analog, sinyal informasinya berbentuk analog dan sinyal
pembawarnya analog. Sedangkan pada modulasi digital, sinyal informasinya berbentuk
digital dan sinyal pembawanya analog
- Kelebihan dan kekurangan modulasi digital dibandingkan modulasi analog adalah
sebagai berikut:
1. Teknologi digital mempunyai suatu sinyal dalam bentuk digital yang mampu
mengirimkan data yang berbentuk kode binari (0 dan 1),
2. Sinyal digital juga mampu mengirimkan data lebih cepat dan tentunya dengan
kapasitas yang lebih besar dibandingkan sinyal analog
3. Memiliki tingkat kesalahan yang kecil, dibanding sinyal analog
4. Data akan utuh dan akan lebih terjamin pada saat dikirimkan atau ditransmisikan di
bandingkan modulasi analog
5. Lebih stabil dan tidak terpengaruh dengan pengaruh cuaca

- Kelemahan modulasi digital ini adalah sebagai berikut:
1. Modulasi digital termasuk yang mudah error
2. Bila terjadi gangguan maka sistemnya akan langsung berhenti


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 30

2. Data Coding
2.1 NRZ
Sinyal non return to zero adalah format yang paling mudah untuk dihasilkan
karena hampir sama dengan bentuk sinyal masukannya. Sinyal NRZ tidak kembali ke
level nol sesuai clock. Pengkodean NRZ biasa digunakan untuk komunikasi dengan
kecepatan rendah dengan interface transmisi sinkronus dan asinkronus.
NRZ Unipolar : NRZ Bipolar :

JENIS-JENIS SINYAL NRZ :
- NRZ L
Nonreturn-to-zero level (NRZL = tingkat NRZ-L) suadu bentuh coding yang
merepresentasikan bit nol dengan 0 level tinggi dan bit 1 = level rendah
- NRZ I
Suatu kode di mana suatu transisi (low ke high atau high ke low) pada awal
suatu bit time akan dikenal sebagai biner 1 untuk bit time tersebut. Tidak ada
transisi berarti biner 0. Sehingga NRZI merupakan salah satu contoh dari
differensial encoding.





Kelebihan dan kekurangan NRZ :
- Kelebihan : mudah dan efisien
- Kekurangan : komponen DC
- Kurang kemampuan singkronisasi
- Digunakan untuk perekaman magnetik digital


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 31

0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0
2.2 RZ

Sinyal dengan format Return to Zero (RZ) kembali ke level tegangan nol sesuai
dengan clock. Pada pengkodean RZ dapat berupa unipolar ataupun bipolar.
RZ Unipolar : RZ Bipolar


1.3 Bipolar AMI
Format BIPOLAR - AMI (Alternate Mark Inversion) adalah alternate 1 inversion atau
pembalikan 1 yang berganti-ganti. Dengan kata lain suatu kode dimana bit nol atau 0
diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan bit 1 diwakili oleh suatu pulsa positif atau
negatif..




1.4 Manchaster
Suatu kode di mana ada suatu transisi pada setengah dari periode tiap bit,
transisi low ke high mewakili 1 dan high ke low mewakili 0.



2. Modulasi Digital
2.1 Phase Shift Keying
M-Phase Shift Keying (M-PSK) merupakan salah satu bentuk modulasi dengan
cara mengubah phasa dari frekuensi pembawa sesuai dengan informasi yang berupa
data biner. Tipe modulasi PSK ditentukan oleh nilai M, dimana M =

; n = 1, 2, 3, 4,
dst.
1 1 0 0 0 1
1
0 0 1
0
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 32

Jika n = 1 Tipe modulasi BPSK (Binary Phase Shift Keying)
n = 2 Tipe modulasi QPSK (Quadrature Phase Shift Keying)
n = 3 Tipe modulasi 8 PSK
n = 4 Tipe modulasi 16 PSK dst...
2.1.1 Modulasi BPSK
Jadi pada modulasi BPSK informasi yang dibawa akan mengubah fasa sinyal
pembawa. Proses pembentukan sinyal BPSK dapat dijelaskan sebagai berikut:
Data
0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0
Data NRZ-L
t
Carrier 1
t
Carrier 2
t
Sinyal BPSK
t


Proses modulasi BPSK
Pada modulasi BPSK, tiap sinyal info berganti bit (dari bit 0 ke 1 atau
sebaliknya) maka bentuk sinyal keluaran modulator juga mengalami pembalikan fasa
sebesar

.
2.1.2 Demodulasi BPSK
Pada rangakaian demodulator BPSK, balance modulator kembali digunakan, seperti
terlihat pada gambar berikut ini :


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 33

+



-
Sbpsk=X(t) cos (w
c
t+Q) multiplier voltage comparator
Carrier recovery - output
Vref
R(t)


Sinyal BPSK

Sin to square conversion


Squaring loop

Divided by 2

Data


Proses demodulasi BPSK
Keterangan :
- Pada proses sin to square mengubah sinyal sinusoidal menjadi sinyal kotak
- Pada proses squaring loop sinyal nya dikuadratkan sehingga frekuensinya menjadi
dua kali frekuensi sebelumnya.
X
LPF
Sin
to
squ
are
^2 /2
Simbol
timing
recovery
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 34

- Pada proses divided by 2 frekuensi dari sinyal yang berasal dari squaring loop
dibagi dua sehingganya nantinya didapat data yang sesuai dengan data masukan.
2.2 DPSK
DPSK yaitu Differential Phase Shift Keying, hampir serupa dengan teknik
modulasi BPSK. Hanya saja dalam DPSK runtun biner d(t) pertama-tama dikodekan
secara diferensial menggunakan rangkaian logic XOR kemudian dimodulasi
menggunakan modulator BPSK dengan cara meng-XOR kan d(t) dengan b(t-Tb)
dengan asumsi awal nilai b(t-Tb) 0 yang kemudian akan menghasilkan nilai b(t) lalu
nilai b(t) tersebut masuk menjadi nilai b(t-Tb).

Gambar differential encoder
2.2.1 Modulasi DPSK
Clock
b(t) Mod out




Gambar DPSK modulator




Differential encoder
Carrier generator
Cos (2fct)
Carrier Modulator
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 35

2.2.2 Demodulasi DPSK
Diagram blok dari penerima atau demodulator DPSK dapat digambarkan seperti
pada gambar di bawah ini :

Gambar demodulator DPSK











2.3 8-PSK
Salah satu jenis PSK adalah 8-PSK. Teknik modulasi 8-PSK dapat dinyatakan dengan
mentransmisikan data yang direpresentasikan dalam 3 bit setiap satu simbol. Karena

= 8
maka ada 8 phasa yang berbeda sebagai carriernya.


Diagram konstelasi 8-PSK
Sumbu horizontal sebagai basis cosine dan sumbu vertikal sebagai basis sine.
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 36



2.3.1 Modulasi 8-PSK


Data dan clock sebagai sinyal input.

Sinyal carrier dengan empat fasa yang berbeda dalam bentuk squarewave.

Blok diagram modulator 8PSK adalah sebagai berikut :
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 37



2.3.2 Demodulasi 8-PSK

Menggunakan prinsip Coherent Detection / Synchronous Detection

- Receiver memanfaatkan pemahaman tentang fase carrier untuk mendeteksi
sinyal.
- Perlu estimasi fasa yang kuat (dan frekuensi juga).
- Performansi lebih tinggi (error data rate lebih kecil), tapi meningkatkan
kompleksitas.
- Sangat mirip dengan pengolahan matematis sinyal baseband, jika ruang sinyal
(signal space) yg digunakan.

Demodulasi dengan detector coherent

Contoh : data yang ditransmisikan 000, masuk ke receiver lalu pada output coherent
detector diukur tegangan X= 5 Volt dan Y = 2.5 Volt. Maka dikodekan sebagai 1101
berdasarkan tegangan threshold. Selanjutnya menggunakan decoder dikodekan kembali
menjadi 000 seperti semula.















MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 38


PROSEDUR PRAKTIKUM MODULASI DIGITAL

A. PROSEDUR PRAKTIKUM BPSK dan DPSK
Peralatan Praktikum
1. Kit praktikum: modul ADCL-01
2. Catu daya
3. Osiloskop
4. Jumper dan probe



Gbr. Kit praktikum BPSK dan DPSK

Analisis dalam Praktikum
1. Mengamati data coding dan mengukur nilai Vpp, bit rate, dan duty cycle
2. Mengukur nilai Vpp, frekuensi, dan duty cycle pada modulasi BPSK (sinyal carrier,
output modulator, dan output demodulator)
3. Mengukur nilai Vpp, frekuensi, dan duty cycle pada modulasi DPSK (sinyal carrier,
output modulator, dan output demodulator

Langkah Praktikum
1. Kalibrasi probe pada Osiloskop
2. Mengatur catu daya
- Hubungkan catu daya yang sesuai (digital) pada kit praktikum ADCL-01
3. Menentukan data pada S-DATA dan menentukan data coding yang digunakan
- Setting switch pada S-DATA dengan nilai bit yang diinginkan
- Amati nilai Vpp, bit rate, dan duty cycle (jumper 3)





MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 39

4. Mengamati data coding dan mengukur nilai Vpp, bit rate, dan duty cycle dari jenis data
coding NRZ- L
- Hubungkan NRZ-L OUT dengan osiloskop
- Amati nilai Vpp, bit rate (amati nilai frekuensinya), dan duty cycle

5. Mengamati sinyal carrier
- hubungan probe SIN 1, SIN 2 dengan osiloskop
- Catat dan analisis nilai Vpp dan frekuensi tiap- tiap carrier yang digunakan
(SIN1,SIN 2)


6. Mengamati modulasi dan demodulasi BPSK (sinyal info ,output modulator, dan
output demodulator)
- Hubungkan probe 1 pada keluaran DATA OUT dan probe 2 pada
keluaran PSK(MOD OUT), analisis hasilnya
- Hubungkan jumper DATA OUT dengan jumper C1
- Hubungkan probe 3 osiloskop dengan PSK OUT di block demodulator (jumper)
- analisis hasilnya

7. Mengamati data Differential Coded Data
- Hubungkan NRZ-L OUT dengan DATA IN pada differential encoder
- Hubungkan S-Clock dengan Clock IN pada differential encoder
- Amati sinyal keluaran DATA OUT (Vpp,frekuensi dan duty cycle)


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 40




8. Mengamati modulasi dan demodulasi DPSK (sinyal carrier ,output modulator, dan
output demodulator)
- Hubungkan probe 1 pada keluaran DATA OUT dan probe 2 pada
keluaran PSK(MOD OUT), analisis hasilnya
- Hubungkan jumper DATA OUT dengan jumper C1
- Hubungkan probe osiloskop dengan PSK OUT di block demodulator (jumper)
- analisis hasilnya
- Hubungkan probe osiloskop dengan output pada B(T) OUT di block
demodulator, terlebih dahulu tentukan decoding datanya. Analisis hasilnya

9. Mengamati Data Decoder DPSK
- Hubungkan B(t) OUT pada demodulator dengan B(t)IN pada DELAY SECTION
- Hubungkan B(t) IN pada Delay Section Dengan B(t) in pada Decicion Device
- Hubungkan B(t- Tb) OUT pada Delay Section Dengan B(t-Tb) IN pada
Decision Device
- Amati & Analisis Keluaran Data Out pada Decision Device














MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 41

B. PROSEDUR PRAKTIKUM 8 PSK

Peralatan Praktikum
1. Kit praktikum: 8- PSK TRANSMITTER RECEIVER
2. Catu daya
3. Osiloskop
4. Jumper dan probe






























Gbr. Kit praktikum 8-PSK












MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 42


































Analisis dalam Praktikum
1. Mengamati data coding encoder 3 to 4 bit
2. Mengamati Sinyal Carrier dari carrier generator
3. Mengamati nilai Vpp, frekuensi, dan duty cycle pada modulasi 8-PSK (sinyal carrier,output
modulator).
4. Mengamati proses Demodulasi 8- PSK

Langkah Praktikum
1. Kalibrasi probe pada Osiloskop
2. Mengatur catu daya
- Hubungkan catu daya yang sesuai pada kit praktikum 8-PSK TRANSMITTER-
RECEIVER


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 43

3. SW1 dalam kondisi posisi STEP
- Masukan 3 Bit Data yang diinginkan dengan cara tekan RESET untuk mengembalikan ke
Initial state.
- Tahan tombol DATA dengan tekan CLOCK 1 kali untuk bit 1
- Tekan Clock 1 kali untuk bit 0
- Lalu catat hasilnya berdasarkan output dari LED D3, D4 dan D5
- Analisislah keluaran dari decoder berdasarkan output LED D6, D7, dan D8
4. Mengamati Carier Generator dan mengukur nilai Vpp, bit r ate, dan duty cycle dari beberapa
Carrier Generator
- Hubungkan probe 1 ke port B5, B6, B7 dan B8.
- Catat dan analisis tiap-tiap carrier yang digunakan (COS wt, SIN wt, -SI N wt, - cos wt)


5. Mengamati keluaran dari sinyal hasil modulasi
- Hubungkan port B13 (Tx) ke Osiloskop
- Catat Vpp, Frekuensi dan Duty Cycle nya.
6. Mengamati Demodulasi 8-PSK (output coherent detector, output threshold, dan output decoder)
- Hubungkan port B16 dan B19 ke osiloskop, lalu catat Vpp-nya.
- Amati keluaran Bit dari threshold dar i LED D10,D11,D12,D13
- Amati keluaran 3 bit decoder dan bandingkan dengan data di pengirim






















MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 44


MODUL III PCM
(PULSE CODE MODULATI ON)
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui prinsip kerja PCM meliputi proses pencuplikan, kuantisasi, pengkodean
ADC dan DAC.
2. Mengetahui proses pada transmiter dan receiver PCM.
3. Mengamati proses pembentukan sinyal pada masing-masing tingkat serta dapat mengerti
dan menerangkan proses tersebut.
3.1 Transmitter PCM

Tx



Transmitter PCM
Pada transmitter PCM, prosesnya meliputi :
1. Sampling
Sampling merupakan proses pengambilan sample atau contoh besaran sinyal analog pada
titik tertentu secara teratur dan berurutan. Ada 3 jenis sampling, yaitu sampling ideal atau
impulse, natural, dan flat topped. Sampling natural mengambil nilai amplituda dari suatu sinyal
info pada suatu selang waktu, dan nilai amplituda tersebut nantinya akan mengikuti bentuk
gelombang sinyal info. Pada umumnya dan yang paling mudah diimplementasikan yaitu metode
sampling dengan menggunakan sampling dan holding. Proses ini disebut juga sampling flat
topped. Sampling flat topped mengambil amplituda pada selang waktu tertentu juga, akan tetapi
nilai amplitudanya ditahan setelah mencapai nilai amplituda tertentu dari suatu sinyal info.
Holding merupakan penahanan pada level tegangan tertentu sehingga sinyal hasil sampling
mempunyai nilai amplituda yang konstan. Keluaran proses sampling dan holding berupa
gelombang persegi dengan frekuensi tetap dan mempunyai amplitudo yang sesuai dengan sinyal
informasinya disebut sinyal Pulse Amplitude Modulation ( PAM ).

SINYAL
INPUT
(ANALOG)

SAMPLING


MULTIPLEXER

KUANTISASI
ENCODING
A/D
CONVERTER
TRANSMITTER
TIMING LOGIC
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 45

- Frekuensi sampling harus lebih besar dari 2 x frekuensi yang di-sampling
(sekurang-kurangnya memperoleh puncak dan lembah) [Teorema Nyquist]
fs > 2 fi Keterangan : fs = Frekuensi sampling
fi = Frekuensi informasi yang berharga maksimum
- Menurut teorema Nyquist bila frekuensi sampling lebih kecil dari frekuensi
informasi atau sumber maka akan terjadi penumpukan frekuensi/aliasing.
- Sampling ideal atau impulse, natural, dan flat topped dapat digambarkan seperti
di bawah ini.








Sinyal Info
Hasil sampling natural
Hasil sampling ideal
Hasil sampling flat topped
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 46

2. Multiplexing
Pada proses ini dilakukan multiplexing yaitu proses penggabungan dua sinyal
keluaran sampling dan holding yang berbentuk sinyal PAM melalui satu kanal sinyal
digital dengan aliran serial.

3. Kuantisasi
Pada proses kuantisasi hasil sampling dan holding diberikan level kuantisasi
tertentu (dihargakan pada level tegangan pembanding terdekat) untuk kemudian
dilakukan pengkodean menjadi bentuk digital.


Sebagai contoh pada pengkodean dengan 3 bit, maka akan terdapat 2
3
= 8 level
kuantisasi.



Berdasarkan perbedaan nilai V (step kuantisasi), kuantisasi dapat dibedakan
menjadi dua jenis yaitu:
- Kuantisasi uniform adalah jenis kuantisasi yang mengkodekan sinyal ke
dalam level-level tertentu dengan jarak yang sama antar level.
- Kuantisasi non-uniform adalah jenis kuantisasi yang mengkodekan sinyal
ke dalam level-level tertentu dengan jarak antar level yang tidak sama.
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 47











4. Pengkodean (Encoding)
Setelah keluaran proses kuantisasi, sinyal dilewatkan pada encoder PCM untuk
dikodekan dalam n bit untuk setiap level kuantisasinya. Untuk lebih jelasnya mari kita
lihat contoh proses pembentukan PCM-3 bit di bawah.






3.2 Timing dan Sinkronisasi PCM
Untuk mensinkronkan semua tahapan tersebut diperlukan sinyal pewaktu yang
sinkron. Untuk mendapatkan kembali informasi dari aliran data yang dikirim,
transmitter dan receiver sinkronisasinya harus sempurna. Sinkronisasi diantara
transmitter dan receiver dibagi menjadi 2 bagian:

1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 48

- Sinkronisasi bit : agar penerima mengetahui dengan tepat bit mana yang
merupakan data sinyal yang dikirim. Jika mayoritas bit di suatu perioda sampling
(sepanjang slot pada laju bit pengirim) cenderung ke bit tertentu, maka dianggap
bit tersebut yang diterima.
- Sinkronisasi frame : Data dikirim dalam bentuk blok-blok yang disebut frame.
Oleh karena itu, awal dan akhir suatu frame harus jelas.

3.3 Receiver PCM



Rx data PCM
Out


Pada receiver PCM prosesnya ialah kebalikan dari pengiriman PCM. Data yang
diterima berupa sinyal digital aliran serial kemudian diubah dulu ke analog
menggunakan D/A Converter. Selanjutnya dilakukan proses demultiplexing untuk
memisahan beberapa sinyal dari satu aliran serial menjadi beberapa aliran paralel yang
sesuai dengan kanal sinyal informasi. Setelah itu, sinyal melalui filter untuk proses
pembentukan kembali (rekontruksi) untuk mendapatkan kembali sinyal informasi.













DECODER
D/A
CONVERTER

DEMULTIPLEXER

FILTER
Receiver
Timing
Logic
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 49

PROSEDUR PRAKTIKUM PCM
Peralatan praktikum
1. Modul PCM DCL-03 (Transmitter) dan PCM DCL-04 (Receiver)
2. Power Supply
3. Osiloskop
4. Kabel jumper

Analisis dalam Praktikum
1. Mengukur nilai Vpp, frekuensi dari sinyal informasi
2. Menganalisis sinyal hasil sampling dan holding serta multiplexing
3. Menganalisis pengaruh sinkonsasi thd TXDATA berdasarkan keluaran data dan PRBS
4. Menganalisis pengaruh TXCLK terhadap TXSYNC
5. Menganalisis sinyal keluaran demultiplexer


Gbr. PCM-TX
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 50


Gbr.PCM-RX


MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 51



Gbr. PCM menggunakan sinkronisasi bit

Gbr. PCM menggunakan sinkronisasi frame

MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 52

Langkah Praktikum

1. Kalibrasi probe pada Osiloskop
2. Mengatur catu daya
- Hubungkan catu daya pada kit praktikum DCL-03 dan DCL-04
3. Mengukur nilai Vpp, frekuensi, dan duty cycle dari sinyal informasi
- Hubungkan P3 dan P4 pada FUNCTION GENERATOR (jumper 1 dan 2)
dengan osiloskop
- Atur P3 dan P4 pada tegangan 3.6 Vpp (P3 sebagai sinyal input 1 dan P4 sebagai
sinyal input 2)
- Amati nilai Vpp, frekuensi, dan duty cycle dari kedua sinyal tersebut
4. Menganalisis sinyal hasil sampling dan holding serta multiplexing
- Hubungkan probe 1 dengan P3 dan dan probe 2 pada OUT 0 (jumper 3) di
osiloskop
- Analisis perbedaannya
- Hubungkan probe 1 dengan P4 dan dan probe 2 pada OUT 1 (jumper 4) di
osiloskop
- Analisis perbedaannya
- Hubungkan blok SAMPLE AND HOLD dengan MULTIPLEXER seperti
gambar 3.2
- Hubungkan probe 1 osiloskop pada OUT 1 dan probe 2 osiloskop pada MUX
OUT di MULTIPLEXER
- Amati dan analisis sinyal pada MUX OUT tersebut
5. Menganalisis proses data transmit
- Hubungkan DATA, PRBS, TX DATA, TX SYNC, dan TX CLK pada PRBS
GENERATOR dengan osiloskop secara bergantian
- Amati sinyal-sinyal tersebut
- Bandingkan keluaran TX SYNC dan DATA kemudian analisis
- Bandingkan keluaran TX SYNC dan PRBS kemudian analisis
- Analisis hubungan antara TX SYNC, DATA, PRBS, dan TX DATA
6. Menganalisis sinyal keluaran demultiplexer dan keluaran PCM RX dengan sinkronisasi
frame
- Rangkailah kit PCM TX dan RX dengan Sinkronisasi Frame seperti gambar 3.2
MODUL PRAKTIKUM 2013/2014

COMMUNICATION SYSTEM LABORATORY 2013/2014 Page 53

- Hubungkan probe 1 dengan MUX OUT di PCM TX dan Probe 2 dengan DAC
OUT pada PCM RX (jumper 9)
- Analisis dan bandingkan kedua sinyal tersebut diosiloskop
- Hubungkan probe 1 dan 2 osiloskop dengan CH 0 dan CH 1 di keluaran
Demultiplexer
- Analisis dan bandingkan kedua sinyal tersebut di osiloskop
- Hubungkan probe 1 dan 2 osiloskop pada OUT 1 (jumper 11) dan OUT 0
(jumper 10) di PCM RX (keluaran Filter)
- Analisis dan bandingkan kedua sinyal tersebut di osiloskop
- Bandingkan juga sinyal pada OUT 0 dan OUT 1 di PCM RX dengan sinyal pada
P3 dan P4 di PCM TX
7. Menganalisis sinyal keluaran demultiplexer dan keluaran PCM RX dengan sinkronisasi
bit
- Rangkailah kit PCM TX dan RX dengan Sinkronisasi Bit seperti gambar 3.1
- Hubungkan probe 1 dengan MUX OUT di PCM TX dan Probe 2 dengan DAC
OUT pada PCM RX (jumper 9)
- Analisis dan bandingkan kedua sinyal tersebut diosiloskop
- Hubungkan probe 1 dan 2 osiloskop dengan CH 0 dan CH 1 di keluaran
Demultiplexer
- Analisis dan bandingkan kedua sinyal tersebut di osiloskop
- Hubungkan probe 1 dan 2 osiloskop pada OUT 1 (jumper 11) dan OUT 0
(jumper 10) di PCM RX (keluaran Filter)
- Analisis dan bandingkan kedua sinyal tersebut di osiloskop
- Bandingkan juga sinyal pada OUT 0 dan OUT 1 di PCM RX dengan sinyal pada
P3 dan P4 di PCM TX

Anda mungkin juga menyukai