Anda di halaman 1dari 43

LABORATORIUM KOMPUTER DAN MULTIMEDIA

Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom


Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto
Status Revisi

00

Tanggal Pembuatan

25 September 2016

MODUL MATA KULIAH


PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI

Disusun Oleh :
Muhammad Sobirin, S.T., M.T.
Dodi Zulherman, S.T., M.T.
Sarah Devi Anggraini, Amd
Raizal Dzil Wafa
Muhamad Syaiful Majid
Muhammad Rizhanif Indraquranabiem

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM


JL. D.I. PANJAITAN 128
PURWOKERTO

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI
Materi :

Unit I

: Amplitude Modulation (AM)

Unit II

: Frequency Modulation (FM)

Unit III

: Modulasi BPSK dan DPSK

Unit IV

: Modulasi QPSK dan M-PSK

Unit V

: Pulse Amplitude Modulation (PAM)

Unit VI

: Pulse Code Modulation (PCM)

Telah disetujui dan disahkan untuk dipergunakan sebagai pedoman pelaksanaan


praktikum di Laboratorium
Purwokerto, 27 September 2016
Mengesahkan,

Ketua Program Studi


S1 - Teknik Telekomunikasi

Kaur. Laboratorium
Komputer dan Multimedia

Gunawan Wibisono, S.T., M.T.

Agus Priyanto, M.Kom.

ii

Tata Tertib Laboratorium


1.
2.
3.

4.
5.
6.

Mahasiswa wajib mengenakan seragam yang telah ditentukan pihak kampus


dan dilarang menggunakan kaos dan sandal.
Mahasiswa tidak diperkenankan membawa makanan atau minuman dan
makan atau minum didalam ruang laboratorium.
Laboratorium digunakan untuk aktivitas praktikum, workshop, pengujian alat
tugas akhir dan segala kegiatan yang berhubungan laboratorium. Untuk kegiatan
selain hal tersebut tidak diperbolehkan terkecuali mendapat ijin dari pengelola
laboratorium.
Pengguna dilarang mengambil atau membawa keluar alat/bahan yang ada
di laboratorium tanpa seijin pengelola laboratorium.
Menjaga kebersihan laboratorium dan membuang sampah pada tempatnya.
Mematuhi segala prosedur yang ditentukan pengelola laboratorium.

Tata Tertib Praktikum di Laboratorium

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.
2.
3.
4.

5.

A. Sebelum Praktikum
Praktikan wajib mematuhi tata tertib laboratorium yang berlaku.
Praktikan harus menyediakan sendiri alat-alat tulis/gambar yang diperlukan.
Praktikan harus menguasai dasar teori dari unit modul yang akan dilakukan.
Praktikan akan diberi dan briefing pre-test oleh asisten atau dosen
pengampu praktikum.
Praktikan melakukan pendaftaran mata kuliah praktikum yang diambil pada
KRS sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan laboratorium.
Praktikan diperbolehkan melakukan tukar-jadwal dengan praktikan lain
setelah konfirmasi ke asisten praktikum dan mengisi formulir tukar-jadwal
yang telah disediakan.
Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Bila keterlambatan melebihi 10 menit maka yang
bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan baginya tidak
diberikan praktikum susulan.
B. Selama Praktikum
Setiap unit modul sudah disediakan alat, tempat, dan bahan sendiri yang tidak
boleh diubah, diganti, atau ditukar kecuali dengan sepengetahuan asisten.
Praktikan wajib membaca petunjuk langkah kerja dan mencatat hasil kerja
praktikum yang tercantum dalam modul praktikum ataupun sesuai arahan
asisten atau dosen pengampu.
Apabila menjumpai kesalahan, kerusakan, atau ketidaksesuaian dengan
langkah kerja praktikum, praktikan harus segera melapor pada asisten.
Khusus untuk praktikum yang berhubungan dengan sumber arus atau
tegangan, setelah selesai menyusun rangkaian sesuai langkah kerja, praktikan
harus melapor kepada asisten, dan dilarang menghubungkan rangkaian
dengan sumber tegangan atau arus tanpa seijin asisten.
Segala kerusakan yang terjadi karena kelalaian ataupun kesalahan praktikan

iii

6.

7.
8.

1.
2.
3.

akibat tidak mengikuti langkah kerja praktikum ditanggung oleh praktikan


yang bersangkutan dan wajib untuk dilakukan penggantian paling lambat 1
(satu) minggu setelah terjadinya kerusakan.
Praktikan yang berhalangan praktikum, wajib memberitahukan kepada dosen
praktikum maksimal 1 hari sebelum praktikum diadakan dengan menyertakan
surat alasan tidak hadir saat praktikum dan bagi yang sakit menyertakan
surat dokter (terkecuali bagi yang mendadak hari disaat praktikum yang
bersangkutan sakit, ada pertimbangan tersendiri). Jika tidak, maka bagi
yang bersangkutan diberikan praktikum susulan.
Praktikan tidak diperkenankan bersenda gurau dan atau meninggalkan
ruangan praktikum tanpa seijin asisten atau dosen pengampu, serta bersikap
tidak sopan terhadap para asisten atau dosen pengampu.
Praktikan diwajibkan mengembalikan alat-alat yang digunakan dan dilarang
meninggalkan ruangan praktikum sebelum mendapat izin dari asisten atau
pengampu praktikum.
C. Setelah Praktikum
Lembar data praktikum wajib mendapatkan persetujuan atau tanda tangan
dari asisten, bila tidak maka data tersebut akan dinyatakan tidak sah.
Laporan praktikum dikumpulkan ke asisten sesuai dengan aturan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
Praktikan akan diberi pos-test oleh asisten praktikum atau dosen pengampu.

iv

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

UNIT I
AMPLITUDE MODULATION (AM)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Peserta dapat memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi
Amplitude Modulation (AM);
2. Peserta dapat menganalisis pengaruh index modulasi pada AM;
3. Peserta dapat menganalisis keluaran demodulator AM;
4. Peserta dapat menganalisis pengaruh dari Adaptive White Gaussian Noise
terhadap sinyal hasil demodulasi;
5. Peserta dapat menganalisis pengaruh dari filter terhadap sinyal hasil modulasi;
6. Peserta dapat mempergunakan Software MATLAB.

II. DASAR TEORI


Modulasi amplitude merupakan proses modulasi dimana amplituda sinyal
carrier akan berubah-ubah sesuai dengan sinyal informasi. Modulasi amplitude
terdapat tiga jenis: AM DSB SC, AM SSB, AM DSB FC

Gambar sinyal pemodulasi (VLF)

Gambar sinyal carrier (VHF)


Laboratorium Komputer dan Multimedia

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

Vam(t)
H
h

Gambar sinyal modulasi Amplitudo


A. AM DSB DC
Dilihat dalam komponen domain frekuensi, nilai daya dari
frekuensi carriernya ditekan

sehingga

dianggap

bernilai

0.

Hal

ini

menjadikan AM DSB SC dapat menghemat daya hingga 66,7% dari total


daya yang ditransmisikan.

Titik A ( )

Titik E Vc cos (c t + )

Titik B Sc (t) = Vc cos c t

Titik F

Titik C=D SDSB-SC (t) = m (t) . Sc (t)

Demodulator
di samping
merupakan
demodulasi
menggunakan
deteckor
sinkron.

( cos (2 + ) cos ) m(t)

Titik G

()

Gambar spektum frekuensi AM DSB SC:

Laboratorium Komputer dan Multimedia

Unit I

Laboratorium Komputer dan Multimedia

Amplitude Modulation (AM)

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

AM SSB
Sinyal

AM

SSB

menekan

salah

satu

sideband

dengan

menggunakan filter, sehingga akan dihasilkan sinyal SSB-LSB dan sinyal


SSB-USB. Dari masing-masing single sideband bila ditransmisikan akan
dapat menghemat daya hingga 83,3% dari total daya yang seharusnya
ditransmisikan.
mixer

mixer
m(t) A

BPF USB

m(t) A

Local oscilator

Local oscilator

Titik A ( )

Titik C

BPF
LSB

Titik B

( )

) ]

Untuk blok demodulator sama dengan AM-DSB-SC.


Gambar spektum frekuensi AM SSB-LSB:

B. AM DSB FC
mixer
m(t)

Adder

SDSB-FC(t)=Vc[1+kam(t)]cos ct

B
D
Local oscilator

cos ct+0
Laboratorium Komputer dan Multimedia

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

Sinyal keluaran untuk tiap titik adalah sebagai berikut :


Titik A :
(

Titik B :

)
(

Titik C :

Titik D : Vamp = Vc cos (c t + 0)


Titik E : VAM-DSB-FC = Vc [1 +

m(t)] cos c t ,

Keterangan :
VLF = Persamaan sinyal info

VHF

= Persamaan sinyal carrier

Vm

Vc

= Amplitude sinyal carrier

Vam

= Persamaan sinyal AM DSB

= Pergeseran sudut phasa

= Amplitude sinyal info

Vamp = Persamaan sinyal keluaran


FC
amplifier
Ka

= Konstanta modulasi

a. Spektum Frekuensi AM DSB FC (Pita Satu Sisi)


VAM-DSB-FC = Vc [1 + ka m(t)] cos c t
Dengan persamaan trigonometri dapat disampaikan sebagai berikut :

V(volt)

Vc

f
0

fc-fm fc

Laboratorium Komputer dan Multimedia

fc+fm

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

b. Daya Sinyal pada Beban


V(volt)

f
0

fc-fm fc

fc+fm

c. Indeks modulasi AM
Persamaan VAM dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
(
Ket :

Vc = Amplitude carrier
m

= Indeks modulasi

Indeks modulasi merupakan suatu nilai yang menunjukan kualitas


modulasi. Berdasarkan besarnya indeks modulasi (m), kondisi
modulasi dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.

Under Modulation ( m < 1 )

V(volt
)

2.

Critical Modulation ( m = 1 )
V(volt)

Laboratorium Komputer dan Multimedia

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

3. Over Modulation ( m>1 )


V(volt)
H
h

Harga indeks modulasi untuk (m) < 1 dan indeks


modulasi (m)= 1 adalah sebagai berikut :
H = Vc ( 1 + m )
h = Vc ( 1 - m )
Harga indeks modulasi untuk (m) > 1.
H = Vc ( 1 + m )
h = Vc ( 1 m )
Ket.: H = amplitude tinggi
h = amplitude rendah
Untuk sinyal AM-DSB-SC dan AM-SSB hanya memiliki 1
jenis index modulasi yaitu m=1 sedangkan untuk AM-DCBFC memiliki ketiganya.
C. Demodulasi AM
Demodulasi AM merupakan proses pemulihan sinyal pemodulasi dari
sinyal termodulasi. Detektor selubung merupakan teknik demodulasi
paling sederhana, namun tidak cocok dipakai untuk sinyal dalam keadaan
Over Modulation ( m>1 ).
Prinsip kerja detektor selubung (detektor asinkron) :
1. Dioda : berfungsi sebagai penyearah
2. Arus yang lewat dioda mengakibatkan terjadi proses pengisian
muatan di kapasitor sehingga V katoda naik. Saat V katoda = V
anoda maka dioda off dan terjadi proses pengosongan dari
kapasitor ke resistor,sehingga V katoda akan turun lagi dan begitu
seterusnya berulang-ulang.

Laboratorium Komputer dan Multimedia

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

Selain detector selubung (asinkron), demodulasi dapat juga


dilakukan dengan detector sinkron. Seperti gambar berikut :

[Vc (1+m cos


Vc (1+m cos

mt)]

cos

mt)]

x Vc

ct

Vc cos

(Vm.Vc/2) cos

mt

ct

Prinsip dari detektor sinkron adalah menggunakan sinyal


carrier yang sama pada transmitter dan receiver. Detektor sinkron
bisa digunakan untuk semua indeks modulasi, namun rangkaian
yang digunakan lebih rumit daripada detector selubung.

III. PROSEDUR PRAKTIKUM AMPLITUDE MODULATION


1. Buka file modulasi_am.m di folder praktikum Siskom
2. File modulasi_am.m mempunyai konfigurasi sebagai berikut :
modulasi_am(fc,fm,ma,of) dengan
a. fc : frekuensi carrier sinyal pembawa, default = 20
Hz
b. fm : frekuensi sinyal informasi : default = 5 Hz
c. ma : indeks modulasi : default = 0.7
d. of : orde filter lowpass : default = 5
3. Tekan F5 di Editor MATLAB untuk save dan run file .m tersebut, atau
ketik modulasi_am() di Command Window MATLAB untuk menjalankan
program tersebut dengan nilai konfigurasi default.
Laboratorium Komputer dan Multimedia

Unit I

Amplitude Modulation (AM)

4. Pahami tiap baris syntax bersama Asisten Praktikum/Dosen.


5. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi:
a. Grafik sinyal hasil modulasi
b. Grafik sinyal hasil modulasi + AWGN
c. Grafik sinyal hasil demodulasi
d. Grafik sinyal hasil demodulasi yang telah difilter
e. Grafik spektrum frekuensi sinyal informasi
f. Grafik spektrum frekuensi sinyal kirim ( hasil
modulasi+AWGN )
g. Grafik spektrum frekuensi untuk sinyal hasil
demodulasi setelah difilter

Kumpulkan ke 7 data-data tersebut untuk masing-masing konfigurasi


sebagai berikut :
a.

dan

default dan

berikan analisa

perbandingan ketiga data-data tersebut dengan kalkulasi secara teoritis


di laporan anda !
b. Untuk nilai

dan
dan

default, carilah data untuk


, berikan analisa perbandingan

ketiga data-data tersebut dengan kalkulasi secara teoritis di laporan


anda !
c. Untuk nilai

dan

, carilah data untuk

berikan analisa perbandingan keempat data-data tersebut


di laporan anda !

Laboratorium Komputer dan Multimedia

Unit II

Frequency Modulation (FM)

UNIT II
FREQUENCY MODULATION (FM)

I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Frequency
Modulation (FM)
2. Dapat menganalisa pengaruh index modulasi pada FM
3. Dapat menganalisa keluaran demodulator FM
4. Dapat menganalisa pengaruh dari Adaptive White Gaussian Noise
terhadap sinyal hasil demodulasi.
5. Dapat menganalisa pengaruh dari filter terhadap sinyal hasil modulasi.
6. Mengenalkan Software MATLAB
II. DASAR TEORI
Frequency Modulation adalah modulai analog dimana Frekuensi sinyal
termodulasi berubah sesuai dengan sinyal info.
S(t)

= Vc cos [2fct + ( sin


(2fmt)) ]

Dimana :

kVm k f Vm f

2f m
fm
fm

kf

f
k

2 Vm

f max f min
2

= Indeks modulasi FM

Vm = Amplitudo modulasi
kf

=Sensitivitas modulasi (Hz/Volt)

fm = Frekuensi modulasi
k

= Sensitivitas modulasi (rad/Volt)

fmax= Frekuensi maksim


f

= Deviasi frekuensi sinyal FM

fmin = Frekuensi minimum

Laboratorium Komputer dan Multimedia

10

Unit II

Frequency Modulation (FM)

A. Pembentukan Sinyal FM

a. Daya sinyal dan Bandwidth FM


Dengan menggunakan pendekatan fungsi Bessel, maka besar daya
sinyal FM yaitu :
V
V
PFM= C J r 2 = C
2R
2R
2

J 0 2( J 1 J 2 J 3 ...)

Laboratorium Komputer dan Multimedia

11

Unit II

Frequency Modulation (FM)

Tabel Fungsi Bessel

J0()

J1()

J2()

J3()

J4()

J5()

0.224

0.577

0.353

0.129

0.034

0.007

2.4

0.52

0.43

0.20

0.06

0.02

-0.260

0.339

0.486

0.309

0.132

0.043

-0.397

-0.066

0.364

0.430

0.281

0.132

dengan J 0 2( J 1 J 2 J 3
2

V
...) 1maka : PFM= C
2R

b. Sprektrum frekuensi dan Bandwidth FM


Gambar spektrum frekuensi sinyal FM adalah sebagai berikut :

BW sinyal FM dapat dihitung dengan menggunakan BW Carson

B. Demodulasi FM
Suatu Demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari
sinyal FM dengan operasi yang berlawanan dengan cara kerja
modulator FM.
Blok demodulasi FM
A

LIMITTER

BPF

D
DIFERENSIATOR

E
DET. SELUBUNG

Keluaran untuk tiap-tiap titik adalah sebagai berikut :


Di A

: sinyal FM yang bercampur noise dan distorsi amplitudo.


V(t)

Di B

: Sinyal FM yang amplitudonya di stabilkan (dikonstankan)


karena akibat noise

Laboratorium Komputer dan Multimedia

12

Unit II

Frequency Modulation (FM)

V(t)

Di C

: Sinyal FM untuk rentang frekuensi tertentu sesuai dengan


filter BPF.
V(t)

Di D

: Sinyal di D dapat dipandang sebagai sinyal AM-FM


(untuk lebih jelasnya lihat karakteristi diferensiator FM di
atas).
V(t)

Di E

: Outputan detektor selubung akan berupa sinyal informasi


yang dikirim.
V(t)

III. PROSEDUR PRAKTIKUM FREQUENCY MODULATION


1. Buka file modulasi_fm.m di folder praktikum Siskom
2. File modulasi_fm.m mempunyai konfigurasi sebagai berikut :
Laboratorium Komputer dan Multimedia

13

Unit II

Frequency Modulation (FM)

modulasi_fm(f,fc,fs,dev,of) dengan :
a. fc : frekuensi carrier sinyal pembawa, default = 40
Hz
b. f : frekuensi sinyal informasi : default = 5 Hz
c. dev : deviasi frekuensi : default = 20
d. fs : frekuensi sampling : default = 10*
e. of : orde filter lowpass : default = 10
3. Tekan F5 di Editor MATLAB untuk save dan run file .m tersebut, atau
ketik modulasi_fm() di Command Window MATLAB untuk menjalankan
program tersebut dengan nilai konfigurasi default
4. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi Tekan F5 di Editor
MATLAB untuk save dan run file .m tersebut, atau ketik modulasi_fm() di
Command Window MATLAB untuk menjalankan program tersebut
dengan nilai konfigurasi default.
5. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi :
a. Grafik sinyal hasil modulasi
b. Grafik sinyal hasil modulasi + AWGN
c. Grafik sinyal hasil demodulasi
d. Grafik sinyal hasil demodulasi yang telah difilter
e. Grafik spektrum frekuensi sinyal informasi
f. Grafik spektrum frekuensi sinyal kirim ( hasil
modulasi+AWGN )
g. Grafik spektrum frekuensi untuk sinyal hasil
demodulasi setelah difilter

Kumpulkan ke 7 data-data tersebut untuk masing-masing konfigurasi


sebagai berikut :
a.

dan

default dan

default berikan analisa

perbandingan ketiga data-data tersebut dengan kalkulasi secara teoritis


di laporan anda !

Laboratorium Komputer dan Multimedia

14

Unit II

Frequency Modulation (FM)

b. Untuk nilai

dan

default carilah data untuk

berikan analisa perbandingan keempat data-data tersebut


di laporan anda !
c. Buatlah variasi nilai SNR di modulasi_fm.m di baris 12 yaitu syntax
dy=awgn(y,25,'measured') , rubahlah nilai 25 tersebut menjadi 3
variasi sembarang dan berikan analisa hasil grafik perbandingan 3
data-data tersebut di laporan anda

REFERENSI
1. Laboratorium

Sistem

Komunikasi.

2013.Modul

Praktikum

Sistem

Komunikasi. Bandung

Laboratorium Komputer dan Multimedia

15

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

UNIT III
MODULASI BPSK DAN DPSK

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital
2. Mengetahui jenis-jenis format data coding
3. Mampu memahami sistem komunikasi digital jenis BPSK dan DPSK
4. Mengamati dan menelusuri proses modulasi dan demodulasi BPSK dan DPSK
5. Mengamati keluaran sinyal pada outputan masing-masing modulator dan
demodulator serta dapat mengerti jalannya proses tersebut

II. DASAR TEORI


Sinyal digital hanya mengenal dua keadaan yaitu biner (0 dan 1). Modulasi
digital merupakan proses penumpangan sinyal digital ke dalam sinyal pembawa.
Dengan teknik modulasi ini, sinyal digital dapat diubah menjadi sinyal analog
untuk dikirimkan dan setelah sampai ke penerima akan diubah kembali menjadi
sinyal digital. Teknik demodulasi adalah teknik untuk mengubah sinyal analog
menjadi sinyal digital.
Perbedaan mendasar antara modulasi analog dan digital terletak pada bentuk
sinyal informasinya. Pada modulasi analog, sinyal informasinya berbentuk analog
dan sinyal pembawarnya analog. Sedangkan pada modulasi digital, sinyal
informasinya berbentuk digital dan sinyal pembawanya analog.

Kelebihan dan kekurangan modulasi digital dibandingkan modulasi


analog adalah sebagai berikut:
1. Teknologi digital mempunyai suatu sinyal dalam bentuk digital yang
mampu mengirimkan data yang berbentuk kode binari (0 dan 1),
2. Sinyal digital juga mampu mengirimkan data lebih cepat dan
tentunya dengan kapasitas yang lebih besar dibandingkan sinyal
analog

Laboratorium Komputer dan Multimedia

16

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

3. Memiliki tingkat kesalahan yang kecil, dibanding sinyal analog


4. Data akan utuh dan akan lebih terjamin pada saat dikirimkan atau
ditransmisikan di bandingkan modulasi analog
5. Lebih stabil dan tidak terpengaruh dengan pengaruh cuaca

Kelemahan modulasi digital ini adalah sebagai berikut:


1. Modulasi digital termasuk yang mudah error
2. Bila terjadi gangguan maka sistemnya akan langsung berhenti

A. Data Coding
a. NRZ
Sinyal non return to zero adalah format yang paling mudah untuk
dihasilkan karena hampir sama dengan bentuk sinyal masukannya.
Sinyal NRZ tidak kembali ke level nol sesuai clock. Pengkodean NRZ
biasa digunakan untuk komunikasi dengan kecepatan rendah dengan
interface transmisi sinkronus dan asinkronus.

Jenis-jenis sinyal NRZ :

NRZ-L
Nonreturn-to-zero level (NRZL = tingkat NRZ-L) suadu bentuh
coding yang merepresentasikan bit nol dengan 0 level tinggi dan bit
1 = level rendah.

NRZ-I
Suatu kode di mana suatu transisi (low ke high atau high ke low)
pada awal suatu bit time akan dikenal sebagai biner 1 untuk bit time

Laboratorium Komputer dan Multimedia

17

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

tersebut. Tidak ada

transisi berarti biner 0. Sehingga NRZI

merupakan salah satu contoh dari differensial encoding.

Kelebihan dan kekurangan NRZ :


1. Kelebihan : mudah dan efisien
2. Kekurangan : komponen DC
3. Kurang kemampuan singkronisasi
4. Digunakan untuk perekaman magnetik digital
b. 2 RZ
Sinyal dengan format Return to Zero (RZ) kembali ke level tegangan nol
sesuai dengan clock. Pada pengkodean RZ dapat berupa unipolar
ataupun bipolar.

c. Bipolar AMI
Format BIPOLAR - AMI (Alternate Mark Inversion) adalah alternate 1
inversion atau pembalikan 1 yang berganti-ganti. Dengan kata lain suatu
kode dimana bit nol atau 0 diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan
bit 1 diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif.

Laboratorium Komputer dan Multimedia

18

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

d. Manchester
Suatu kode di mana ada suatu transisi pada setengah dari periode tiap
bit, transisi low ke high mewakili 1 dan high ke low mewakili 0.

B. Modulasi Digital
a. Phase Shift Keying
M-Phase Shift Keying (M-PSK) merupakan salah satu bentuk modulasi
dengan cara mengubah phasa dari frekuensi pembawa sesuai dengan
informasi yang berupa data biner. Tipe modulasi PSK ditentukan oleh
nilai M, dimana M = ; n = 1, 2, 3, 4, dst.
Jika n = 1 Tipe modulasi BPSK (Binary Phase Shift Keying)
n = 2 Tipe modulasi QPSK (Quadrature Phase Shift Keying)
n = 3 Tipe modulasi 8 PSK
n = 4 Tipe modulasi 16 PSK dst.
1. Modulasi BPSK
Jadi pada modulasi BPSK informasi yang dibawa akan mengubah
fasa sinyal pembawa. Proses pembentukan sinyal BPSK dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Laboratorium Komputer dan Multimedia

19

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

Proses modulasi BPSK


Pada modulasi BPSK, tiap sinyal info berganti bit (dari bit 0 ke 1
atau sebaliknya) maka bentuk sinyal keluaran modulator juga
mengalami pembalikan fasa sebesar .
2. Demodulasi BPSK
Pada rangakaian demodulator BPSK, balance modulator kembali
digunakan, seperti terlihat pada gambar berikut ini :

Laboratorium Komputer dan Multimedia

20

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

Proses Demodulasi BPSK


Keterangan :
a. Pada proses sin to square mengubah sinyal sinusoidal menjadi
sinyal kotak
b.Pada proses squaring loop sinyal nya dikuadratkan sehingga
frekuensinya menjadi dua kali frekuensi sebelumnya.
c. Pada proses divided by 2 frekuensi dari sinyal yang berasal dari
squaring loop dibagi dua sehingganya nantinya didapat data yang
sesuai dengan data masukan.
b. DPSK
DPSK yaitu Differential Phase Shift Keying, hampir serupa dengan
teknik modulasi BPSK. Hanya saja dalam DPSK runtun biner d(t)
pertama-tama dikodekan secara diferensial menggunakan rangkaian
logic XOR kemudian dimodulasi menggunakan modulator BPSK
dengan cara meng-XOR kan d(t) dengan b(t-Tb) dengan asumsi awal
Laboratorium Komputer dan Multimedia

21

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

nilai b(t-Tb) 0 yang kemudian akan menghasilkan nilai b(t) lalu nilai
b(t) tersebut masuk menjadi nilai b(t-Tb).

1. Modulasi DPSK

2. Demodulasi DPSK
Diagram blok dari penerima atau demodulator DPSK dapat
digambarkan seperti pada gambar di bawah ini :

Laboratorium Komputer dan Multimedia

22

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

III. PROSEDUR PRAKTIKUM


A. PROSEDUR PRAKTIKUM MODULASI BPSK
1. Buka file BPSK.mdl di folder praktikum Siskom
2. Tekan Ctrl+T di simulink model MATLAB untuk menjalankan simulasi
model tersebut dengan nilai konfigurasi default.
3. Pahami tiap blok bersama Asisten Praktikum/Dosen
4. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi :
a. Grafik sinyal hasil modulasi + AWGN
b. Grafik scatter plot
5. Ganti nilai SNR pada block AWGN channel menjadi 25, 0, -25 dB dan
jalankan simulasi dan analisa data untuk masing-masing SNR.
6. Buka file Modulasi_BPSK_AWGN.mdl di folder praktikum Siskom
7. Lakukan langkah (2) hingga (5).
8. Bandingkan dan analisa data yang diperoleh antara BPSK.mdl dengan
Modulasi_BPSK_AWGN.mdl
Laboratorium Komputer dan Multimedia

23

Unit III

Modulasi BPSK dan DPSK

B. PROSEDUR PRAKTIKUM MODULASI DPSK


1. Buka file DPSK.mdl di folder praktikum Siskom
2. Tekan

Ctrl+T

menjalankan

di

simulink

simulasi

model

model

MATLAB

tersebut

dengan

untuk
nilai

konfigurasi default.
3. Pahami tiap blok bersama Asisten Praktikum/Dosen
4. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi :
a. Grafik sinyal hasil modulasi + AWGN
b. Grafik scatter plot
5. Ganti nilai SNR pada block AWGN channel menjadi 25, 0, -25 dB dan
jalankan simulasi dan analisa data untuk masing-masing SNR.
6. Buka file Modulasi_DPSK_AWGN.mdl di folder praktikum Siskom
7. Lakukan langkah (2) hingga (5).
8. Bandingkan dan analisa data yang diperoleh antara DPSK.mdl dengan
Modulasi_DPSK_AWGN.mdl

C. PROSEDUR PEMBUATAN MODEL PADA SIMULINK


1. Klik icon Simulink pada Tool Bar

atau dapat dengan menuliskan

"Simulink" pada Command Windows MATLAB.


2. Pilih File => New => Model, kemudian akan muncul jendela Model
Simulink atau dapat juga menggunakan shortcut Ctrl + N.
3. Masukan seluruh blok yang diperlukan untuk membuat simulasi sistem.
4. Untuk menghubungkan setiap blok tarik tanda panah pada ujung blok
yang akan dihubungkan.
5. Setelah semua blok terhubung, simpan dengan menekan shortcut Ctrl + S.
6. Setelah semua blok terhubung, simpan dengan menekan shortcut Ctrl + S.
7. Jika berhasil maka akan diperoleh output dari Model yang telah dibuat.

Laboratorium Komputer dan Multimedia

24

Unit IV

QPSK dan M-PSK Modulation

UNIT IV
QPSK dan M-PSK Modulation

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital.
2. Mengetahui jenis-jenis format data coding.
3. Mampu memahami sistem komunikasi digital jenis QPSK dan M-PSK.
4. Mengamati dan menelusuri proses modulasi dan demodulasi QPSK dan
M-PSK.
5. Mengamati keluaran sinyal pada outputan masing-masing modulator dan
demodulator serta dapat mengerti jalannya proses tersebut.

II. DASAR TEORI


A. Modulasi 8-PSK
Salah satu jenis PSK adalah 8-PSK. Teknik modulasi 8-PSK dapat
dinyatakan dengan mentransmisikan data yang direpresentasikan dalam 3
bit setiap satu simbol. Karena = 8 maka ada 8 phasa yang berbeda sebagai
carriernya.

Sumbu horizontal sebagai basis cosine dan sumbu vertikal sebagai basis
sine.

Komputer dan Multimedia

Unit IV

QPSK dan M-PSK Modulation

Data dan clock sebagai sinyal input.

Sinyal carrier dengan empat fasa yang berbeda dalam bentuk squarewave.
Blok diagram modulator 8PSK adalah sebagai berikut :

Komputer dan Multimedia

Unit IV

QPSK dan M-PSK Modulation

B. Demodulasi 8-PSK
Menggunakan prinsip Coherent Detection / Synchronous Detection
a. Receiver memanfaatkan pemahaman tentang fase carrier untuk
mendeteksi sinyal.
b. Perlu estimasi fasa yang kuat (dan frekuensi juga).
c. Performansi lebih tinggi (error data rate lebih kecil), tapi
meningkatkan kompleksitas.
d. Sangat mirip dengan pengolahan matematis sinyal baseband, jika
ruang sinyal (signal space) yang digunakan.
a. Demodulasi dengan detector coherent

Contoh : data yang ditransmisikan 000, masuk ke receiver lalu pada


output coherent detector diukur tegangan X= 5 Volt dan Y = 2.5 Volt.
Maka dikodekan sebagai 1101 berdasarkan tegangan threshold.
Selanjutnya menggunakan decoder dikodekan kembali menjadi 000
seperti semula.
C. QPSK
Pada modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK), sebuah sinyal
pembawa sinusoidal diubah-ubah fasenya dengan menjaga tetap konstan
amplitudo dan frekuensinya. Dalam QPSK ada 4 fasa keluaran yang
berbeda, maka harus ada 4 kondisi masukan yang berbeda. Karena
masukan digital ke modulator QPSK adalah sinyal biner, maka untuk
menghasilkan 4 kondisi masukan yang berbeda harus dipakai bit masukan
lebih dari 1 bit tunggal. Menggunakan 2 bit, ada empat kondisi yang

Komputer dan Multimedia

Unit IV

QPSK dan M-PSK Modulation

mungkin yaitu: 00, 01, 10 dan 11. Gambar dibawah ini menunjukkan
bentuk sinyal hasil modulasi QPSK.

Sinyal Hasil Modulasi QPSK


Apabila digambarkan dalam sebuah diagram konstelasi, maka
kedudukan setiap kemungkinan kombinasi data masukan terpisah sejauh
90 sebagaimana terlihat pada gambar 1.5. Kedudukan masing-masing
simbol adalah (1,1); (-1,1); (-1,-1); dan (1,-1). Untuk normalisasi daya
bernilai 1, maka tempat kedudukan setiap simbol dikalikan dengan nilai
(1/2 ).

Konstelasi Modulasi QPSK


III. Prosedur Praktikum
A. Modulasi QPSK

Komputer dan Multimedia

Unit IV

QPSK dan M-PSK Modulation

1. Buka file QPSK.mdl di folder praktikum Siskom


2. Tekan Ctrl+T di simulink model MATLAB untuk menjalankan
simulasi model tersebut dengan nilai konfigurasi default.
3. Pahami tiap blok bersama Asisten Praktikum/Dosen
4. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi
a. Grafik sinyal hasil modulasi + AWGN
b. Grafik scatter plot
5. Ganti nilai SNR pada block AWGN channel menjadi 25, 0, -25 dB
dan jalankan simulasi dan analisa data untuk masing-masing SNR.
6. Buka file Modulasi_QPSK_AWGN.mdl di folder praktikum Siskom
7. Lakukan langkah (2) hingga (5).
8. Bandingkan dan analisa data yang diperoleh antara DQPSK.mdl
dengan Modulasi_QPSK_AWGN.mdl

B. Prosedur Praktikum Modulasi M-PSK


Lakukan Prosedur (A) untuk tipe modulasi M-PSK dengan M = 8.

C. Prosedur Pembuatan Model Pada Simulink


1. Klik icon Simulink pada Tool Bar

atau dapat dengan menuliskan

"Simulink" pada Command Windows MATLAB.


2. Pilih File => New => Model, kemudian akan muncul jendela Model
Simulink atau dapat juga menggunakan shortcut Ctrl + N.
3. Masukan seluruh blok yang diperlukan untuk membuat simulasi
sistem.
4. Untuk menghubungkan setiap blok tarik tanda panah pada ujung blok
yang akan dihubungkan.
5. Setelah semua blok terhubung, simpan dengan menekan shortcut Ctrl
+ S.
6. Untuk

menjalankan

Model

pilih

Simulation

=>

Start

atau

menggunakan shortcut Ctrl + T.


7. Jika berhasil maka akan diperoleh output dari Model yang telah
dibuat.

Komputer dan Multimedia

Unit V

Pulse

Modulation

UNIT V
PAM (PULSE AMPLITUDE MODULATION)

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Peserta memahami prinsip kerja dari proses pencuplikan sinyal analog.
2. Peserta memahami parameter-parameter yang mempengaruhi proses
pencuplikan sinyal.
3. Peserta memahami teorema Nyquist dan batasan frekuensi sampling
dalam pencuplikan sebuah sinyal analog.
4. Peserta mampu membedakan metode pencuplikan PAM natural dan PAM
flat-top

II. DASAR TEORI


Konversi sinyal analog menjadi sinyal digital melalui tiga tahapan
proses yang meliputi pencuplikan (sampling), kuantisasi level tegangan
(quantitation), dan pembentukan kode biner atau pengkodean (coding).
Proses pengubahan sinyal analog menjadi sinyal digital digambarkan
pada gambar 5.1 yang melibatkan sampler untuk proses pencuplikan,
quantizer untuk proses kuantisasi dan encoder untuk proses pengkodean.

Gambar 5. 1 Diagram blok konversi sinyal analog m(t) menjadi sinyal digital

Tahapan-tahapan yang dilalui dalam proses konversi sinyal analog


menjadi sinyal digital sebagai berikut :
1. Sampling (Pencuplikan)
Sampling merupakan proses pencuplikan dari sinyal informasi analog
dalam rentang waktu tertentu. Sebuah sinyal masukan analog setelah
melewati sampler akan menjadi deretan pulsa atau impuls dengan nilai
tegangan yang proporsional terhadap tegangan sinyal analog masukan.
Berdasarkan teorema Nyquist, frekuensi sinyal pencuplik ( ) harus sama
atau lebih besar dari dua kali frekuensi sinyal analog (
(

).

Komputer dan Multimedia

) yang akan dicuplik

Unit V

Pulse

Gambar 5. 2 Proses pencuplikan sebuah sinyal analog

Modulation

( ) dengan pencuplik sinyal impulse

( )

2. Quantization (Kuantisasi)
Deretan sampel yang dihasilkan pada tahapan pencuplikan memiliki
variasi tegangan yang berbeda-beda sehingga pengubahan menjadi bentuk
biner akan membutuhkan jumlah bit yang sulit untuk ditentukan. Suatu
sinyal sinus dengan tegangan +1 V hingga -1 V dicuplik akan
menghasilkan tegangan pencuplikan yang bervariasi sebagai contoh salah
satu nilainya bisa 0,3657211 V. Tanpa pembatasan jumlah level tegangan
maka akan membutuhkan semakin banyak variasi level biner dan
meningkatkan kebutuhan bit. Masukan blok quantizer merupakan sinyal
diskrit hasil pencuplikan sedangkan keluarannya berupa sinyal diskrit
dengan level tegangan yang telah disesuaikan dengan level kuantisasi.
3. Coding (Pengkodean)
Tahapan ketiga dalam proses konversi sinyal analog menjadi sinyal digital
adalah pengkodean yaitu menyajikan nilai level tegangan pada kuantisasi
ke nilai biner yang bersesuaian. Masukan blok encoder berupa deretan
sinyal diskrit dengan nilai tegangan yang telah terkuantisasi sedangkan
keluaran berupa nilai biner dari nilai masing-masing tegangan sinyal
diskrit tersebut.

Komputer dan Multimedia

Unit V

Pulse

Modulation

Gambar 5. 3 Diagram Blok PAM menggunakan Sinyal Pulsa sebagai sinyal pencuplik

Gambar 5.2 menampilkan proses pencuplikan sinyal analog


clock pulsa ( ) untuk menghasilkan sinyal PAM

( ) oleh

( ). Selain menggunakan

sinyal pulsa, proses sampling juga dapat dilakukan dengan menggunakan


sinyal impulse. Pembentukan
menggunakan

pulsa

sinyal

merupakan

PAM pada proses digitalisasi

langkah

pertama

dengan

cara

membangkitkan sinyal pulsa dari pulsa generator (clock generator) dengan


mengatur lebar pulse (To) secara diskret. Namun selanjutnya perlu
dipahami bahwa ternyata bentuk sinyal PAM yang dihasilkan adalah:

Sinyal PAM adalah berbentuk diskrete pada kawasan waktu dan


kontinue levelnya

Sinyal PAM bentuknya tidak murni sinyal analog dan juga tidak
murni berbentuk sinyal digital

Gambar 5. 4 Sinyal PAM masukan untuk sebuah sinyal sinus

Dalam praktiknya pada komunikasi digital, sinyal PAM kurang disukai


karena bentuk karakteristik sinyalnya menyebabkan sinyal ini tidak tahan
terhadap error karena faktor kekontinuitasanya. Secara matematis, sinyal
PAM (

) dimodelkan sebagai perkalian dari sebuah sinyal masukan

kontinyu ( ( )) dengan sebuah sinyal pulsa diskrit (


persamaan
( )

Komputer dan Multimedia

( )

( )) menurut

Unit V

Pulse

Modulation

Gambar 5. 5 Jenis-Jenis Sinyal PAM, a. Natural Sampling b. Instaneous Sampling (Flat-top Sampling)

Gambar 5.5 menampilkan dua jenis sinyal PAM yang umum digunakan
dalam proses pencuplikan sinyal analog secara praktis. Natural sampling
memiliki nilai puncak pulsa yang sesuai dengan nilai tegangan sinyal analog
dalam periode pencuplikan, sedangan flat-top sampling memiliki nilai pulsa
yang seragam untuk sebuah pulsa. Flat-top sampling melakukan dua tahapan
dalam proses pencuplikan yaitu nilai tegangan sinyal analog dalam tipe flattop dicuplik menggunakan sinyal impulse kemudian dilakukan pelebaran
pulsa.
Pada sebuah blok diagram PAM Demodulator, akan terdiri dari
bagian yang lebih sederahana karena hanya terdiri dari saklar komutator
(pemutar) dan bagian low pass filter. Keluaran dari bagian Modulator PAM
berupa sinyal PAM akan dipilih oleh saklar komutator jika input masukanya
banyak. Hasil sinyal keluaran dari saklar komutator masih sama dengan
hasil Modulator PAM. Sedangkan pada bagian output LPF,

sinyal

termodulasi PAM akan difilter sehingga keluaranya akan sama dengan


sinyal masukan analog.

III. PROSEDUR PRAKTIKUM PULSE AMPLITUDE MODULATION


A. Pengamatan proses pencuplikan sinyal analog
1. Buka file modulasi_pam.m di folder praktikum Siskom;
2. Tekan tombol start untuk menjalankan program;
3. Masukan nilai amplitudo dan frekuensi sinyal sinus yang akan di-sampling
dengan nilai amplitude 1 V dan frekuensi 2 Hz
4. Pahami tiap baris syntax bersama Asisten Praktikum/Dosen.
5. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi:

Komputer dan Multimedia

Unit V

Pulse

Modulation

a. Grafik sinyal analog


b. Grafik sinyal hasil modulasi
Kumpulkan data-data tersebut untuk masing-masing konfigurasi sebagai
berikut :
Amplitudo

Frekuensi

2V

3 Hz

3V

3 Hz

5V

4 Hz

6V

5 Hz

B. Pengamatan pengaruh frekuensi sinyal pencuplik dalam proses pencuplikan


sinyal analog dan teorema Nyquist
1. Buka file modulasi_pam_nyquist.m di folder praktikum Siskom;
2. Tekan tombol start untuk menjalankan program;
3. Masukan frekuensi sinyal sinus yang akan di-sampling dengan nilai 10 Hz;
4. Kemudian masukan frekuensi pencuplik (sampling frequency) 5 Hz untuk
sinyal pencuplik yang lebih kecil dari frekuensi sinyal masukan, 10 Hz
untuk sinyal pencuplik yang sama dengan sinyal masukan dan 20 Hz
untuk sinyal pencuplik yang lebih besar dari sinyal masukan;
5. Ulangi langkah ke empat dengan frekuensi pencuplik 2 Hz, 10 Hz dan 100
Hz
6. Pahami tiap baris syntax bersama Asisten Praktikum/Dosen;
7. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi:
a. Grafik sinyal analog
b. Grafik sinyal hasil modulasi
C. Pengamatan pengaruh frekuensi sinyal pencuplik dalam proses pencuplikan
sinyal analog dan teorema Nyquist
1. Buka file modulasi_pam_nat.m di folder praktikum Siskom;
2. Tekan tombol start untuk menjalankan program;
3. Masukan frekuensi sinyal sinus yang akan di-sampling dengan nilai 1 Hz;
4. Kemudian masukan frekuensi pencuplik (sampling frequency) 10 Hz;

Komputer dan Multimedia

Unit V

Pulse

Modulation

5. Ulangi langkah ke empat dengan frekuensi pencuplik 20 Hz, 50 Hz dan


100 Hz
6. Pahami tiap baris syntax bersama Asisten Praktikum/Dosen;
7. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi:
a. Grafik sinyal analog
b. Grafik sinyal hasil modulasi
8. Ulangi langkah percobaan 2 hingga 7 untuk file modulasi_pam_flat.m.
IV. PERTANYAAN
1. Bagaimana

pengaruh

amplitudo

sinyal

masukan

terhadap

hasil

sinyal

masukan

terhadap

hasil

sinyal

pencuplik terhadap hasil

pencuplikan keluaran PAM ?


2. Bagaimana

pengaruh

frekuensi

pencuplikan keluaran PAM?


3. Bagaimana pengaruh frekuensi
pencuplikan?
4. Jelaskan perbandingan antara natural sampling dengan flat-top sampling!
5. Bagaiman pengaruh frekuensi sampling terhadap hasil pencuplikan pada
sinyal PAM natural sampling dan flat-top sampling

Komputer dan Multimedia

Unit VI

Pulse

Modulation

UNIT VI
PULSE CODE MODULATION ( PCM )

I.

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui proses digitalisasi sinyal menggunakan sistem
PCM
2. Mahasiswa mengetahui proses kuantisasi sinyal pada sistem PCM
3. Mahasiswa mengetahui susunan rangkaian digitalisasi sinyal PCM
menggunakan sinyal PAM

II. DASAR TEORI


Pulse Code Modulation (PCM) sering digunakan dalam proses
digitalisasi sinyal analog (konversi sinyal analog menjadi sinyal digital).
Proses digitalisasi pada PCM sama dengan proses konversi sinyal
analog menjadi sinyal digital secara umum yang meliputi proses
sampling

(pencuplikan),

quantization

(kuantisasi)

dan

coding

(pengkodean).

Gambar 6. 1 Diagram Blok Sistem PCM

Bagian transmitter sistem PCM menerima masukan sinyal analog yang


diproses terlebih dahulu dengan Pulse Amplitude Modulation untuk
mengubah sinyal analog kontinyu menjadi sebuah sinyal digital diskrit

Komputer dan Multimedia

Unit VI

Pulse

Modulation

melalui proses Sampling and Hold. Metode pencuplikan yang digunakan


pada PCM yaitu PAM flat-top sampling. Selanjutnya sinyal diskrit PAM
akan mengalami proses kuantisasi di quantizer dan pengkodean di encoder.
Keluaran blok encoder merupakan keluaran PCM berupa deretan bit biner.
Pada bagian receiver dilakukan proses decoding untuk membentuk sinyal
diskrit PAM terkuantisasi dari deretan biner, selanjutnya sinyal diskrit
tersebut diproses LPF untuk membentuk sinyal analog semula.

Gambar 6.2 menampilkan proses kuantisasi dan pengkodean dari


sebuah sinyal sinus dengan level tengan dari +1 V hingga -1 V. Quantizing
yang digunakan di sini menggunakan 16 level kuantisasi yang dihasilkan
oleh Analog to Digital Converter pada PCM Modulator. Semakin tinggi
level Quantizing pada sebuah PCM maka semakin bagus proses kuantisasi
sebuah sinyal analog yang akan didigitalisasi karena semakin mendekati level
tegangan sebenarnya dari sebuah sinyal analog. Namun bila level kuantisasi
terlalu tinggi akan menyebabkan bit-bit yang dihasilkan akan terlalu lebar
sehingga boros Bandwitdth. Tabel 6.1 menampilkan konversi level tegangan
terkuantisasi menjadi deretan biner 4 bit pada tahapan pengkodean.
Tabel 6. 1 Pengkodean untuk 16 level kuantisasi

Level Kuantisasi

Code

Level Kuantisasi

Code

0000

1000

0001

1001

0010

10

1010

Komputer dan Multimedia

Unit VI

Pulse

Modulation

0011

11

1011

0100

12

1100

0101

13

1101

0110

14

1110

0111

15

1111

Output PCM Modulator akan menjadi input bagi PCM Demodulator


yang akan mengubah bentuk data biner menjadi sinyal diskrit pulsa. Output
pulsa ini selanjutnya akan menjadi input bagi PAM Demodulator dan
melalui proses LPF maka sinyal pulsa tersebut akan diubah menjadi bentuk
sinyal aslinya.

III. LANGKAH PRAKTIKUM


A. Memahami proses-prose yang terjadi pada bagian transmitter
PCM dan receiver PCM
1. Buka file modulasi_pcm.m di folder praktikum Siskom;
2. Tekan tombol start untuk menjalankan program;
3. Masukan nilai frekuensi sinyal sinus yang akan di-sampling dengan
frekuensi 1 Hz
4. Pahami tiap baris syntax bersama Asisten Praktikum/Dosen.
5. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi:
a. Gambar sinyal tersampling
b. Gambar polar NRZ encoded
c. Gambar sinyal hasil demodulasi
6. Ulangi percobaan 1 hingga 5 untuk masukan sinyal analog sinus 2 Hz,
3 Hz, 4 Hz, 5 Hz.

B. Memahami pengaruh kedalam bit terhadap hasil kuantisasi sinyal


diskrit pada sistem PCM
1. Buka file modulasi_pcm_bit.m di folder praktikum Siskom;
2. Tekan tombol start untuk menjalankan program;
3. Masukan nilai kedalaman bit 2;

Komputer dan Multimedia

Unit VI

Pulse

Modulation

4. Pahami tiap baris syntax bersama Asisten Praktikum/Dosen.


5. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi:
a. Grafik sinyal analog Grafik sinyal informasi
b. Grafik sinyal hasil quantisasi
c. Grafik sinyal hasil demodulasi
6. Ulangi percobaan 1 hingga 5 untuk kedalaman bit 3, 4 dan 5.

IV. PERTANYAAN
1. Bagaimana pengaruh frekuensi sinyal masukan terhadap keluaran PCM?
2. Bagaimana pengaruh kedalaman bit terhadap hasil kuantisasi?
3. Jelaskan pengaruh masing-masing tahapan dalam proses PCM?
4. Jelaskan kesalahan2 yang mungkin terjadi saat proses konversi sinyal analog
menjadi sinyal digital menggunakan PCM?

Komputer dan Multimedia

Anda mungkin juga menyukai