00
Tanggal Pembuatan
25 September 2016
Disusun Oleh :
Muhammad Sobirin, S.T., M.T.
Dodi Zulherman, S.T., M.T.
Sarah Devi Anggraini, Amd
Raizal Dzil Wafa
Muhamad Syaiful Majid
Muhammad Rizhanif Indraquranabiem
LEMBAR PENGESAHAN
MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI
Materi :
Unit I
Unit II
Unit III
Unit IV
Unit V
Unit VI
Kaur. Laboratorium
Komputer dan Multimedia
ii
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
5.
A. Sebelum Praktikum
Praktikan wajib mematuhi tata tertib laboratorium yang berlaku.
Praktikan harus menyediakan sendiri alat-alat tulis/gambar yang diperlukan.
Praktikan harus menguasai dasar teori dari unit modul yang akan dilakukan.
Praktikan akan diberi dan briefing pre-test oleh asisten atau dosen
pengampu praktikum.
Praktikan melakukan pendaftaran mata kuliah praktikum yang diambil pada
KRS sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan laboratorium.
Praktikan diperbolehkan melakukan tukar-jadwal dengan praktikan lain
setelah konfirmasi ke asisten praktikum dan mengisi formulir tukar-jadwal
yang telah disediakan.
Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan. Bila keterlambatan melebihi 10 menit maka yang
bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti praktikum dan baginya tidak
diberikan praktikum susulan.
B. Selama Praktikum
Setiap unit modul sudah disediakan alat, tempat, dan bahan sendiri yang tidak
boleh diubah, diganti, atau ditukar kecuali dengan sepengetahuan asisten.
Praktikan wajib membaca petunjuk langkah kerja dan mencatat hasil kerja
praktikum yang tercantum dalam modul praktikum ataupun sesuai arahan
asisten atau dosen pengampu.
Apabila menjumpai kesalahan, kerusakan, atau ketidaksesuaian dengan
langkah kerja praktikum, praktikan harus segera melapor pada asisten.
Khusus untuk praktikum yang berhubungan dengan sumber arus atau
tegangan, setelah selesai menyusun rangkaian sesuai langkah kerja, praktikan
harus melapor kepada asisten, dan dilarang menghubungkan rangkaian
dengan sumber tegangan atau arus tanpa seijin asisten.
Segala kerusakan yang terjadi karena kelalaian ataupun kesalahan praktikan
iii
6.
7.
8.
1.
2.
3.
iv
Unit I
UNIT I
AMPLITUDE MODULATION (AM)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Peserta dapat memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi
Amplitude Modulation (AM);
2. Peserta dapat menganalisis pengaruh index modulasi pada AM;
3. Peserta dapat menganalisis keluaran demodulator AM;
4. Peserta dapat menganalisis pengaruh dari Adaptive White Gaussian Noise
terhadap sinyal hasil demodulasi;
5. Peserta dapat menganalisis pengaruh dari filter terhadap sinyal hasil modulasi;
6. Peserta dapat mempergunakan Software MATLAB.
Unit I
Vam(t)
H
h
sehingga
dianggap
bernilai
0.
Hal
ini
Titik A ( )
Titik E Vc cos (c t + )
Titik F
Demodulator
di samping
merupakan
demodulasi
menggunakan
deteckor
sinkron.
Titik G
()
Unit I
Unit I
AM SSB
Sinyal
AM
SSB
menekan
salah
satu
sideband
dengan
mixer
m(t) A
BPF USB
m(t) A
Local oscilator
Local oscilator
Titik A ( )
Titik C
BPF
LSB
Titik B
( )
) ]
B. AM DSB FC
mixer
m(t)
Adder
SDSB-FC(t)=Vc[1+kam(t)]cos ct
B
D
Local oscilator
cos ct+0
Laboratorium Komputer dan Multimedia
Unit I
Titik B :
)
(
Titik C :
m(t)] cos c t ,
Keterangan :
VLF = Persamaan sinyal info
VHF
Vm
Vc
Vam
= Konstanta modulasi
V(volt)
Vc
f
0
fc-fm fc
fc+fm
Unit I
f
0
fc-fm fc
fc+fm
c. Indeks modulasi AM
Persamaan VAM dapat pula dinyatakan sebagai berikut :
(
Ket :
Vc = Amplitude carrier
m
= Indeks modulasi
V(volt
)
2.
Critical Modulation ( m = 1 )
V(volt)
Unit I
Unit I
mt)]
cos
mt)]
x Vc
ct
Vc cos
(Vm.Vc/2) cos
mt
ct
Unit I
dan
default dan
berikan analisa
dan
dan
dan
Unit II
UNIT II
FREQUENCY MODULATION (FM)
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memahami prinsip kerja modulasi dan demodulasi Frequency
Modulation (FM)
2. Dapat menganalisa pengaruh index modulasi pada FM
3. Dapat menganalisa keluaran demodulator FM
4. Dapat menganalisa pengaruh dari Adaptive White Gaussian Noise
terhadap sinyal hasil demodulasi.
5. Dapat menganalisa pengaruh dari filter terhadap sinyal hasil modulasi.
6. Mengenalkan Software MATLAB
II. DASAR TEORI
Frequency Modulation adalah modulai analog dimana Frekuensi sinyal
termodulasi berubah sesuai dengan sinyal info.
S(t)
Dimana :
kVm k f Vm f
2f m
fm
fm
kf
f
k
2 Vm
f max f min
2
= Indeks modulasi FM
Vm = Amplitudo modulasi
kf
fm = Frekuensi modulasi
k
10
Unit II
A. Pembentukan Sinyal FM
J 0 2( J 1 J 2 J 3 ...)
11
Unit II
J0()
J1()
J2()
J3()
J4()
J5()
0.224
0.577
0.353
0.129
0.034
0.007
2.4
0.52
0.43
0.20
0.06
0.02
-0.260
0.339
0.486
0.309
0.132
0.043
-0.397
-0.066
0.364
0.430
0.281
0.132
dengan J 0 2( J 1 J 2 J 3
2
V
...) 1maka : PFM= C
2R
B. Demodulasi FM
Suatu Demodulator frekuensi mendeteksi sinyal informasi dari
sinyal FM dengan operasi yang berlawanan dengan cara kerja
modulator FM.
Blok demodulasi FM
A
LIMITTER
BPF
D
DIFERENSIATOR
E
DET. SELUBUNG
Di B
12
Unit II
V(t)
Di C
Di D
Di E
13
Unit II
modulasi_fm(f,fc,fs,dev,of) dengan :
a. fc : frekuensi carrier sinyal pembawa, default = 40
Hz
b. f : frekuensi sinyal informasi : default = 5 Hz
c. dev : deviasi frekuensi : default = 20
d. fs : frekuensi sampling : default = 10*
e. of : orde filter lowpass : default = 10
3. Tekan F5 di Editor MATLAB untuk save dan run file .m tersebut, atau
ketik modulasi_fm() di Command Window MATLAB untuk menjalankan
program tersebut dengan nilai konfigurasi default
4. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi Tekan F5 di Editor
MATLAB untuk save dan run file .m tersebut, atau ketik modulasi_fm() di
Command Window MATLAB untuk menjalankan program tersebut
dengan nilai konfigurasi default.
5. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi :
a. Grafik sinyal hasil modulasi
b. Grafik sinyal hasil modulasi + AWGN
c. Grafik sinyal hasil demodulasi
d. Grafik sinyal hasil demodulasi yang telah difilter
e. Grafik spektrum frekuensi sinyal informasi
f. Grafik spektrum frekuensi sinyal kirim ( hasil
modulasi+AWGN )
g. Grafik spektrum frekuensi untuk sinyal hasil
demodulasi setelah difilter
dan
default dan
14
Unit II
b. Untuk nilai
dan
REFERENSI
1. Laboratorium
Sistem
Komunikasi.
2013.Modul
Praktikum
Sistem
Komunikasi. Bandung
15
Unit III
UNIT III
MODULASI BPSK DAN DPSK
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital
2. Mengetahui jenis-jenis format data coding
3. Mampu memahami sistem komunikasi digital jenis BPSK dan DPSK
4. Mengamati dan menelusuri proses modulasi dan demodulasi BPSK dan DPSK
5. Mengamati keluaran sinyal pada outputan masing-masing modulator dan
demodulator serta dapat mengerti jalannya proses tersebut
16
Unit III
A. Data Coding
a. NRZ
Sinyal non return to zero adalah format yang paling mudah untuk
dihasilkan karena hampir sama dengan bentuk sinyal masukannya.
Sinyal NRZ tidak kembali ke level nol sesuai clock. Pengkodean NRZ
biasa digunakan untuk komunikasi dengan kecepatan rendah dengan
interface transmisi sinkronus dan asinkronus.
NRZ-L
Nonreturn-to-zero level (NRZL = tingkat NRZ-L) suadu bentuh
coding yang merepresentasikan bit nol dengan 0 level tinggi dan bit
1 = level rendah.
NRZ-I
Suatu kode di mana suatu transisi (low ke high atau high ke low)
pada awal suatu bit time akan dikenal sebagai biner 1 untuk bit time
17
Unit III
c. Bipolar AMI
Format BIPOLAR - AMI (Alternate Mark Inversion) adalah alternate 1
inversion atau pembalikan 1 yang berganti-ganti. Dengan kata lain suatu
kode dimana bit nol atau 0 diwakili dengan tidak adanya line sinyal dan
bit 1 diwakili oleh suatu pulsa positif atau negatif.
18
Unit III
d. Manchester
Suatu kode di mana ada suatu transisi pada setengah dari periode tiap
bit, transisi low ke high mewakili 1 dan high ke low mewakili 0.
B. Modulasi Digital
a. Phase Shift Keying
M-Phase Shift Keying (M-PSK) merupakan salah satu bentuk modulasi
dengan cara mengubah phasa dari frekuensi pembawa sesuai dengan
informasi yang berupa data biner. Tipe modulasi PSK ditentukan oleh
nilai M, dimana M = ; n = 1, 2, 3, 4, dst.
Jika n = 1 Tipe modulasi BPSK (Binary Phase Shift Keying)
n = 2 Tipe modulasi QPSK (Quadrature Phase Shift Keying)
n = 3 Tipe modulasi 8 PSK
n = 4 Tipe modulasi 16 PSK dst.
1. Modulasi BPSK
Jadi pada modulasi BPSK informasi yang dibawa akan mengubah
fasa sinyal pembawa. Proses pembentukan sinyal BPSK dapat
dijelaskan sebagai berikut:
19
Unit III
20
Unit III
21
Unit III
nilai b(t-Tb) 0 yang kemudian akan menghasilkan nilai b(t) lalu nilai
b(t) tersebut masuk menjadi nilai b(t-Tb).
1. Modulasi DPSK
2. Demodulasi DPSK
Diagram blok dari penerima atau demodulator DPSK dapat
digambarkan seperti pada gambar di bawah ini :
22
Unit III
23
Unit III
Ctrl+T
menjalankan
di
simulink
simulasi
model
model
MATLAB
tersebut
dengan
untuk
nilai
konfigurasi default.
3. Pahami tiap blok bersama Asisten Praktikum/Dosen
4. Lakukan percobaan dan kumpulkan data-data meliputi :
a. Grafik sinyal hasil modulasi + AWGN
b. Grafik scatter plot
5. Ganti nilai SNR pada block AWGN channel menjadi 25, 0, -25 dB dan
jalankan simulasi dan analisa data untuk masing-masing SNR.
6. Buka file Modulasi_DPSK_AWGN.mdl di folder praktikum Siskom
7. Lakukan langkah (2) hingga (5).
8. Bandingkan dan analisa data yang diperoleh antara DPSK.mdl dengan
Modulasi_DPSK_AWGN.mdl
24
Unit IV
UNIT IV
QPSK dan M-PSK Modulation
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mengetahui perbedaan komunikasi analog dengan komunikasi digital.
2. Mengetahui jenis-jenis format data coding.
3. Mampu memahami sistem komunikasi digital jenis QPSK dan M-PSK.
4. Mengamati dan menelusuri proses modulasi dan demodulasi QPSK dan
M-PSK.
5. Mengamati keluaran sinyal pada outputan masing-masing modulator dan
demodulator serta dapat mengerti jalannya proses tersebut.
Sumbu horizontal sebagai basis cosine dan sumbu vertikal sebagai basis
sine.
Unit IV
Sinyal carrier dengan empat fasa yang berbeda dalam bentuk squarewave.
Blok diagram modulator 8PSK adalah sebagai berikut :
Unit IV
B. Demodulasi 8-PSK
Menggunakan prinsip Coherent Detection / Synchronous Detection
a. Receiver memanfaatkan pemahaman tentang fase carrier untuk
mendeteksi sinyal.
b. Perlu estimasi fasa yang kuat (dan frekuensi juga).
c. Performansi lebih tinggi (error data rate lebih kecil), tapi
meningkatkan kompleksitas.
d. Sangat mirip dengan pengolahan matematis sinyal baseband, jika
ruang sinyal (signal space) yang digunakan.
a. Demodulasi dengan detector coherent
Unit IV
mungkin yaitu: 00, 01, 10 dan 11. Gambar dibawah ini menunjukkan
bentuk sinyal hasil modulasi QPSK.
Unit IV
menjalankan
Model
pilih
Simulation
=>
Start
atau
Unit V
Pulse
Modulation
UNIT V
PAM (PULSE AMPLITUDE MODULATION)
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Peserta memahami prinsip kerja dari proses pencuplikan sinyal analog.
2. Peserta memahami parameter-parameter yang mempengaruhi proses
pencuplikan sinyal.
3. Peserta memahami teorema Nyquist dan batasan frekuensi sampling
dalam pencuplikan sebuah sinyal analog.
4. Peserta mampu membedakan metode pencuplikan PAM natural dan PAM
flat-top
Gambar 5. 1 Diagram blok konversi sinyal analog m(t) menjadi sinyal digital
).
Unit V
Pulse
Modulation
( )
2. Quantization (Kuantisasi)
Deretan sampel yang dihasilkan pada tahapan pencuplikan memiliki
variasi tegangan yang berbeda-beda sehingga pengubahan menjadi bentuk
biner akan membutuhkan jumlah bit yang sulit untuk ditentukan. Suatu
sinyal sinus dengan tegangan +1 V hingga -1 V dicuplik akan
menghasilkan tegangan pencuplikan yang bervariasi sebagai contoh salah
satu nilainya bisa 0,3657211 V. Tanpa pembatasan jumlah level tegangan
maka akan membutuhkan semakin banyak variasi level biner dan
meningkatkan kebutuhan bit. Masukan blok quantizer merupakan sinyal
diskrit hasil pencuplikan sedangkan keluarannya berupa sinyal diskrit
dengan level tegangan yang telah disesuaikan dengan level kuantisasi.
3. Coding (Pengkodean)
Tahapan ketiga dalam proses konversi sinyal analog menjadi sinyal digital
adalah pengkodean yaitu menyajikan nilai level tegangan pada kuantisasi
ke nilai biner yang bersesuaian. Masukan blok encoder berupa deretan
sinyal diskrit dengan nilai tegangan yang telah terkuantisasi sedangkan
keluaran berupa nilai biner dari nilai masing-masing tegangan sinyal
diskrit tersebut.
Unit V
Pulse
Modulation
Gambar 5. 3 Diagram Blok PAM menggunakan Sinyal Pulsa sebagai sinyal pencuplik
( ) oleh
( ). Selain menggunakan
pulsa
sinyal
merupakan
langkah
pertama
dengan
cara
Sinyal PAM bentuknya tidak murni sinyal analog dan juga tidak
murni berbentuk sinyal digital
( )
( )) menurut
Unit V
Pulse
Modulation
Gambar 5. 5 Jenis-Jenis Sinyal PAM, a. Natural Sampling b. Instaneous Sampling (Flat-top Sampling)
Gambar 5.5 menampilkan dua jenis sinyal PAM yang umum digunakan
dalam proses pencuplikan sinyal analog secara praktis. Natural sampling
memiliki nilai puncak pulsa yang sesuai dengan nilai tegangan sinyal analog
dalam periode pencuplikan, sedangan flat-top sampling memiliki nilai pulsa
yang seragam untuk sebuah pulsa. Flat-top sampling melakukan dua tahapan
dalam proses pencuplikan yaitu nilai tegangan sinyal analog dalam tipe flattop dicuplik menggunakan sinyal impulse kemudian dilakukan pelebaran
pulsa.
Pada sebuah blok diagram PAM Demodulator, akan terdiri dari
bagian yang lebih sederahana karena hanya terdiri dari saklar komutator
(pemutar) dan bagian low pass filter. Keluaran dari bagian Modulator PAM
berupa sinyal PAM akan dipilih oleh saklar komutator jika input masukanya
banyak. Hasil sinyal keluaran dari saklar komutator masih sama dengan
hasil Modulator PAM. Sedangkan pada bagian output LPF,
sinyal
Unit V
Pulse
Modulation
Frekuensi
2V
3 Hz
3V
3 Hz
5V
4 Hz
6V
5 Hz
Unit V
Pulse
Modulation
pengaruh
amplitudo
sinyal
masukan
terhadap
hasil
sinyal
masukan
terhadap
hasil
sinyal
pengaruh
frekuensi
Unit VI
Pulse
Modulation
UNIT VI
PULSE CODE MODULATION ( PCM )
I.
TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui proses digitalisasi sinyal menggunakan sistem
PCM
2. Mahasiswa mengetahui proses kuantisasi sinyal pada sistem PCM
3. Mahasiswa mengetahui susunan rangkaian digitalisasi sinyal PCM
menggunakan sinyal PAM
(pencuplikan),
quantization
(kuantisasi)
dan
coding
(pengkodean).
Unit VI
Pulse
Modulation
Level Kuantisasi
Code
Level Kuantisasi
Code
0000
1000
0001
1001
0010
10
1010
Unit VI
Pulse
Modulation
0011
11
1011
0100
12
1100
0101
13
1101
0110
14
1110
0111
15
1111
Unit VI
Pulse
Modulation
IV. PERTANYAAN
1. Bagaimana pengaruh frekuensi sinyal masukan terhadap keluaran PCM?
2. Bagaimana pengaruh kedalaman bit terhadap hasil kuantisasi?
3. Jelaskan pengaruh masing-masing tahapan dalam proses PCM?
4. Jelaskan kesalahan2 yang mungkin terjadi saat proses konversi sinyal analog
menjadi sinyal digital menggunakan PCM?