Anda di halaman 1dari 15

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI

Institut Teknologi Telkom


Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

Status Revisi : 01 Tanggal Pembuatan : 5 Desember 2014

MODUL
MATA KULIAH PRAKTIKUM
SISTEM KOMUNIKASI 2

Disusun Oleh :
Wahyu Pamungkas, S.T., M.T.

INSTITUT TEKNOLOGI TELKOM


LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI
Institut Teknologi Telkom
Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

Status Revisi : 01 Tanggal Pembuatan : 5 Desember 2014

JL. D.I. PANJAITAN 128


PURWOKERTO
LEMBAR PENGESAHAN

MODUL MATA KULIAH


PRAKTIKUM SISTEM KOMUNIKASI 2

Materi :
Unit I : Pulse Amplitude Modulation (PAM)
Unit II : Pulse Code Modulation (PCM)

Telah disetujui dan disahkan untuk dipergunakan sebagai pedoman


pelaksanaan praktikum di Laboratorium

Disusun Oleh :

Wahyu Pamungkas, S.T., M.T.

Purwokerto, 28 Januari 2015


Mengesahkan,

Ketua Program Studi Kaur. Laboratorium


D3 - Teknik Telekomunikasi Switching & Transmisi

Eka Wahyudi, S.T.,M.Eng Eko Fajar Cahyadi, S.T., M.T.

ii
Tata Tertib Laboratorium

1. Mahasiswa wajib mengenakan seragam yang telah ditentukan pihak kampus dan
dilarang menggunakan kaos dan sandal.
2. Mahasiswa tidak diperkenankan membawa makanan atau minuman dan makan
atau minum didalam ruang laboratorium.
3. Laboratorium digunakan untuk aktivitas praktikum, workshop, pengujian alat
tugas akhir dan segala kegiatan yang berhubungan laboratorium. Untuk kegiatan
selain hal tersebut tidak diperbolehkan terkecuali mendapat ijin dari pengelola
laboratorium.
4. Pengguna dilarang mengambil atau membawa keluar alat/bahan yang ada di
laboratorium tanpa seijin pengelola laboratorium.
5. Menjaga kebersihan laboratorium dan membuang sampah pada tempatnya.
6. Mematuhi segala prosedur yang ditentukan pengelola laboratorium.

Tata Tertib Praktikum di Laboratorium

A. Sebelum Praktikum
1. Praktikan wajib mematuhi tata tertib laboratorium yang berlaku.
2. Praktikan harus menyediakan sendiri alat-alat tulis/gambar yang diperlukan.
3. Praktikan harus menguasai dasar teori dari unit modul yang akan dilakukan.
4. Praktikan akan diberi dan briefing pre-test oleh asisten atau dosen pengampu
praktikum.
5. Praktikan melakukan pendaftaran mata kuliah praktikum yang diambil pada
KRS sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan laboratorium.
6. Praktikan diperbolehkan melakukan tukar-jadwal dengan praktikan lain setelah
konfirmasi ke asisten praktikum dan mengisi formulir tukar-jadwal yang telah
disediakan.
7. Praktikan wajib hadir tepat pada waktunya sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Bila keterlambatan melebihi 10 menit maka yang bersangkutan tidak
diperkenankan mengikuti praktikum dan baginya tidak diberikan praktikum
susulan.

B. Selama Praktikum
1. Setiap unit modul sudah disediakan alat, tempat, dan bahan sendiri yang tidak
boleh diubah, diganti, atau ditukar kecuali dengan sepengetahuan asisten.
2. Praktikan wajib membaca petunjuk langkah kerja dan mencatat hasil kerja
praktikum yang tercantum dalam modul praktikum ataupun sesuai arahan asisten
atau dosen pengampu.
3. Apabila menjumpai kesalahan, kerusakan, atau ketidaksesuaian dengan langkah
kerja praktikum, praktikan harus segera melapor pada asisten.
4. Khusus untuk praktikum yang berhubungan dengan sumber arus atau tegangan,
setelah selesai menyusun rangkaian sesuai langkah kerja, praktikan harus

iii
melapor kepada asisten, dan dilarang menghubungkan rangkaian dengan sumber
tegangan atau arus tanpa seijin asisten.
5. Segala kerusakan yang terjadi karena kelalaian ataupun kesalahan praktikan
akibat tidak mengikuti langkah kerja praktikum ditanggung oleh praktikan
yang bersangkutan dan wajib untuk dilakukan penggantian paling lambat 1
(satu) minggu setelah terjadinya kerusakan.
6. Praktikan yang berhalangan praktikum, wajib memberitahukan kepada dosen
praktikum maksimal 1 hari sebelum praktikum diadakan dengan menyertakan
surat alasan tidak hadir saat praktikum dan bagi yang sakit menyertakan surat
dokter (terkecuali bagi yang mendadak hari disaat praktikum yang bersangkutan
sakit, ada pertimbangan tersendiri). Jika tidak, maka bagi yang bersangkutan
diberikan praktikum susulan.
7. Praktikan tidak diperkenankan bersenda gurau dan atau meninggalkan ruangan
praktikum tanpa seijin asisten atau dosen pengampu, serta bersikap tidak sopan
terhadap para asisten atau dosen pengampu.
8. Praktikan diwajibkan mengembalikan alat-alat yang digunakan dan dilarang
meninggalkan ruangan praktikum sebelum mendapat izin dari asisten atau
pengampu praktikum.

C. Setelah Praktikum
1. Lembar data praktikum wajib mendapatkan persetujuan atau tanda tangan dari
asisten, bila tidak maka data tersebut akan dinyatakan tidak sah.
2. Laporan praktikum dikumpulkan ke asisten sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
3. Praktikan akan diberi pos-test oleh asisten praktikum atau dosen pengampu.

iv
Unit I Pulse Amplitude Modulation

UNIT I
SIFAT-SIFAT SINYAL PAM (Pulse Amplitude Modulation)

I. Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa memahami prinsip kerja dari sebuah low pass filter
2. Mahasiswa memahami proses Sampling And Hold
3. Mahasiswa memahami rangkaian dari sebuah Pulse Amplitude Modulator
4. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur osciloscope digital

II. Peralatan yang dibutuhkan


1. PAM Modulator 73606
2. PAM Demodulator 73607
3. Function Generator 72695
4. DC Power Supply 72686
5. Frequency Counter 72699
6. Osciloscope Leader 100 Mhz
7. Probe dan connecting Lead

III. Dasar Teori


Konversi sinyal analog menjadi sinyal digital dibagi menjadi 3 bagian penting
yaitu:
1. Sampling
Merupakan proses pencuplikan dari sinyal informasi yang akan diproses.
Frekuensi sinyal sampling menurut aturan Nyquist adalah sebesar 2 fm, dengan
fm adalah sinyal informasi yang akan disampling
2. Quantizing
Merupakan proses penghargaan suatu sinyal yang sudah disampling dengan
membawa sinyal tersebut pada penghargaan bit-bit biner yang dibutuhkan.
3. Encoding
Merupakan proses pengubahan kode-kode biner menjadi kode-kode tertentu
sesuai dengan aplikasi dari sinyal digital yang dimaksud
Pada sebuah proses sampling bisa dilakukan dengan menggunakan dua jenis
sinyal yaitu pulsa maupun impulse. Modulasi dengan sinyal PAM ini merupakan proses
pendigitalisasian sinyal dengan input sinyal berupa pulsa. Pembentukan sinyal PAM

Laboratorium Switching dan Transmisi 1


Unit I Pulse Amplitude Modulation

pada proses digitalisasi menggunakan pulsa merupakan langkah pertama dengan cara
membangkitkan sinyal pulse dari pulse generator dengan mengatur lebar pulse (To)
secara diskret. Namun selanjutnya perlu dipahami bahwa ternyata bentuk sinyal PAM
yang dihasilkan adalah:
 Sinyal PAM adalah berbentuk diskrete pada kawasan waktu dan kontinue
levelnya
 Sinyal PAM bentuknya tidak murni sinyal analog dan juga tidak murni
berbentuk sinyal digital
Dalam praktiknya pada komunikasi digital, sinyal PAM kurang disukai karena
bentuk karakteristik sinyalnya menyebabkan sinyal ini tidak tahan terhadap error karena
faktor kekontinuitasanya. Pada dasarnya, bentuk umum dari sebuah sinyal PAM adalah
merupakan perkalian dari sebuah sinyal sinus kontinue S(t) dengan sebuah sinyal pulsa
disekret Sp(t) dengan:
S(t) = A cos (2ηfs t)
SPAM (t) = k s(t) sp (t) di mana:
K = konstanta pengali
S(t) = sinyal informasi kontinue
Sp(t) = sinyal pulse diskret
Pada sebuah blok diagram PAM Modulator, akan terdiri dari bagian Low Pass
Filter yang akan melewatkan frekuensi di bawah 3,4 Khz dan bagian Sampler yang akan
menjumlahkan sinyal informasi hasil pemfilteran dengan sinyal pulsa yang
dibangkitkan dari generator pembangkit pulsa (G) yang ada di bagian bawah. Bagian
lain yang ada pada sebuah PAM Modulator adalah bagian Hold yang akan memproses
sinyal hasil sampling menjadi sinyal tercuplik yang dimemory serta bagian sinkronisasi
clock yang terhubung ke masing-masing bagian trainer. Antara bagian modulator PAM
dengan bagian Demodulator PAM haruslah sinkron frekuensi clock satu sama lain.
Pada sebuah blok diagram PAM Demodulator, akan terdiri dari bagian yang
lebih sederahana karena hanya terdiri dari saklar komutator ( pemutar) dan bagian low
pass filter. Keluaran dari bagian Modulator PAM berupa sinyal PAM akan dipilih oleh
saklar komutator jika input masukanya banyak. Hasil sinyal keluaran dari saklar
komutator masih sama dengan hasil Modulator PAM. Sedangkan pada bagian output
LPF, sinyal termodulasi PAM akan difilter sehingga keluaranya akan sama dengan
sinyal masukan dari AFG.

Laboratorium Switching dan Transmisi 2


Unit I Pulse Amplitude Modulation

Salah satu metode pendigitalisasian sinyal adalah dengan menggunakan sistem


PCM (Pulse Code Modulation) selain dengan metode Delta Modulator yang jarang
digunakan. Pada sebuah sistem PCM input sinyal berupa sinyal analog yang diproses
terlebih dahulu dengan Pulse Amplitude Modulation untuk mengubah sinyal analog
kontinue dari AFG menjadi sebuah sinyal digital diskret melalui proses Sampling and
Hold. Hasil ini kemudian dilanjutkan dengan proses Quantizing dan encoding pada sisi
PCM Modulator. Quantizing yang digunakan di sini menggunakan 8 level quantizing
yang dihasilkan oleh Analog to Digital Converter pada PCM Modulator. Semakin tinggi
level Quantizing pada sebuah PCM maka semakin bagus proses penghargaan sebuah
sinyal analog yang akan didigitalisasi. Namun bila level penghargaan terlalu tinggi akan
menyebabkan bit-bit yang dihasilkan akan terlalu lebar sehingga boros Bandwitdth.
Pada sisi PCM Modulator, input sinyal PAM berupa sinyal pulsa diskret akan
diubah menjadi sinyal impulse diskret dengan menggunakan ADC ( Analog to Digital
Converter). Hal ini bisa dilakukan karena pada sisi PCM Modulator ada proses
synkronisasi dari pulsa digital menjadi impulse pada bagian bawah trainer.
Output PCM Modulator akan menjadi input bagi PCM Demodulator yang akan
mengubah bentuk impulse diskret menjadi bentuk pulse tersampling. Output Pulse
tersampling ini selanjutnya akan menjadi input bagi PAM Demodulator dan melalui
proses LPF maka sinyal pulse tersampling tersebut akan diubah dalam bentuk sinyal
aslinya seperti pada bagian output AFG.
Pada bagian Sampling PAM Modulator, generator sinyal pulsa akan
dibangkitkan dengan mengatur frekuensi sampling dan nilai . Nilai  merupakan
perbandingan antara periode sinyal bagian atas dengan periode sinyal keseluruhan
bagian bawah. Jika nilai frekuensi sampling fp diambil terlalu kecil maka akibatnya
sinyal informasi yang akan disampling tidak terwakili semuanya, akibatnya hasil
keluaran sinyal PAM menjadi cacat. Pada bagian PAM demodulator, akan
mengakibatkan peristiwa Aliasing, di mana spektrum masing-masing sinyal akan saling
bertabrakan. Bila frekuensi sampling diambil terlalu besar akan mengakibatkan level
bandwidth yang terlalu besar untuk ditransmisikan.

Laboratorium Switching dan Transmisi 3


Unit I Pulse Amplitude Modulation

IV. Langkah Praktikum


A. Mengetahui Respon Low Pass Filter
1. Susun gambar rangkaian seperti pada plan 3
1. Pada Function Generator aturlah posisi jenis gelombang pada gelombang
sinus
2. Aturlah frekuensi kerja pada frekuensi fs1 = 500 Hz dan amplitudo statis
pada posisi 5 V (A1). Catat gelombangnya di titik Vss pada Function
Generator.
2. Amati gelombang pada keluaran LPF pada bagian PAM Modulator dan catat berapa
frekuensinya dan amplitudonya (A0)
3. Ulangi langkah 3 dan 4 dengan mengatur masukan LPF dari 1000 Hz – 5 Khz
dengan step 500 Hz, amati perubahan amplitudo (A1) dan frekuensinya. Penguatan
LPF akan berlaku seperti V = A1 / A0.
4. Gambarkan respon dari LPF tersebut dari frekuensi 1000 Hz – 5 Khz
B. Mengatur pembangkit gelombang pulsa
1. Atur AFG dengan jenis gelombang adalah sinus, frekuensi 1000 Hz dan amplitudo
5V
2. Atur pembangkit gelombang pulsa pada PAM Modulator dengan cara mengatur fp
pada frekuensi maksimum dan posisi  pada 3 / 10
1. Ukur keluaran pembangkit gelombang pulsa dan gambarkan hasilnya
C. Mengetahui Keluaran Sampling dengan variasi input frekuensi yang
berbeda
1. Pada Output sampling, ukurlah gelombang yang dihasilkan dengan mengubah
frekuensi masukan dari AFG mulai dari 1000 Hz – 5 Khz gelombang sinus.
1. Catat perubahan gelombang yang dihasilkan oleh sampling prosesnya pada
selang frekuensi 1000 Hz, 2 Khz, 3 Khz, 4 Khz dan 5 Khz untuk masing-
masing gelombang sinus.
D. Mengetahui Keluaran Switch pada Demodulator PAM
1. Pada Output Switch, ukurlah gelombang yang dihasilkan dengan mengubah
frekuensi masukan dari AFG mulai dari 1000 Hz – 5 Khz gelombang sinus.
2. Catat perubahan gelombang yang dihasilkan oleh sampling prosesnya
E. Mengetahui Keluaran LPF pada Demodulator PAM

Laboratorium Switching dan Transmisi 4


Unit I Pulse Amplitude Modulation

1. Pada Keluaran LPF, ukurlah outputnya dan bandingkan dengan input frekuensi
generatornya untuk range frekuensi 1000 Hz – 5 Khz
2. Apakah ada perbedaan antara input frekuensi dengan output LPF Demodulator ?
F. Mengetahui Pengaruh LPF Pada PAM Modulator
1. Lepaslah konektor antara LPF dengan sampler PAM Modulator
2. Hubungkan langsung antara output AFG dengan Input Sampler
3. Amati Keluaran Gelombang Pada Output Sampler dengan variasi input frekuensi
antara 1 – 5 Khz dengan step 1000 Hz
G. Mengetahui Pengaruh Hold Pada PAM Modulator
1. Kemballikan setting trainer seperti pada semula, gunakan pengaruh LPF pada PAM
Modulator
2. Hubungkan keluaran Sampler dengan Input dari HOLD
3. Amati keluaran Hold untuk berbagai macam input frekuensi
4. Amati keluaran PAM2 untuk berbagai macam input frekuensi
V. PERTANYAAN

Laboratorium Switching dan Transmisi 5


Unit II Pulse Code Modulation

UNIT II
PULSE CODE MODULATION ( PCM )

TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mengetahui proses digitalisasi sinyal menggunakan sistem PCM
2. Mahasiswa mengetahui proses quantizing sinyal pada sistem PCM
3. Mahasiswa mengetahui susunan rangkaian digitalisasi sinyal PCM
menggunakan sinyal PAM
4. Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur Audio Function Generator,
Frequency Counter dan Osciloscope Digital

ALAT DAN BAHAN


1. DC Power Supply 72686
2. Audio Function Generator 72695
3. PAM Modulator 73606
4. PCM Modulator 73610
5. PCM Demodulator 73611
6. PAM Demodulator 73607
7. Frequency Counter 72699
8. Osciloscope Digital
9. Bridging Plug

DASAR TEORI
Salah satu metode pendigitalisasian sinyal adalah dengan menggunakan sistem
PCM ( Pulse Code Modulation ) selain dengan metode Delta Modulator yang jarang
digunakan. Pada sebuah sistem PCM input sinyal berupa sinyal analog yang diproses
terlebih dahulu dengan Pulse Amplitude Modulation untuk mengubah sinyal analog
kontinue dari AFG menjadi sebuah sinyal digital diskret melalui proses Sampling and
Hold. Hasil ini kemudian dilanjutkan dengan proses Quantizing dan encoding pada sisi
PCM Modulator. Quantizing yang digunakan di sini menggunakan 8 level quantizing
yang dihasilkan oleh Analog to Digital Converter pada PCM Modulator. Semakin tinggi
level Quantizing pada sebuah PCM maka semakin bagus proses penghargaan sebuah
sinyal analog yang akan didigitalisasi. Namun bila level penghargaan terlalu tinggi akan
menyebabkan bit-bit yang dihasilkan akan terlalu lebar sehingga boros Bandwitdth.

Laboratorium Switching dan Transmisi 6


Unit II Pulse Code Modulation

Pada sisi PCM Modulator, input sinyal PAM berupa sinyal pulsa diskret akan
diubah menjadi sinyal impulse diskret dengan menggunakan ADC ( Analog to Digital
Converter). Hal ini bisa dilakukan karena pada sisi PCM Modulator ada proses
synkronisasi dari pulsa digital menjadi impulse pada bagian bawah trainer.
Output PCM Modulator akan menjadi input bagi PCM Demodulator yang akan
mengubah bentuk impulse diskret menjadi bentuk pulse tersampling. Output Pulse
tersampling ini selanjutnya akan menjadi input bagi PAM Demodulator dan melalui
proses LPF maka sinyal pulse tersampling tersebut akan diubah dalam bentuk sinyal
aslinya seperti pada bagian output AFG.
Pada bagian Sampling PAM Modulator, generator sinyal pulsa akan
dibangkitkan dengan mengatur frekuensi sampling dan nilai . Nilai  merupakan
perbandingan antara periode sinyal bagian atas dengan periode sinyal keseluruhan
bagian bawah. Jika nilai frekuensi sampling fp diambil terlalu kecil maka akibatnya
sinyal informasi yang akan disampling tidak terwakili semuanya, akibatnya hasil
keluaran sinyal PAM menjadi cacat. Pada bagian PAM demodulator, akan
mengakibatkan peristiwa Aliasing, di mana spektrum masing-masing sinyal akan saling
bertabrakan. Bila frekuensi sampling diambil terlalu besar akan mengakibatkan level
bandwidth yang terlalu besar untuk ditransmisikan.

LANGKAH PRAKTIKUM
A. Mengetahui Perwatakan Sinyal PCM (setting trainer sesuai gambar petunjuk)
1. Setting AFG
 Setting tegangan AFG sebesar 5 Vpp dan frekuensi masukan 500 Hz
gelombang sinus
 Ukur tegangan pada titik Vss dan gambarkan hasilnya
2. Setting Frekuensi Sampling pada PAM Modulator
 Set Sampling Frequency pada posisi Maksimum
 Atur  pada posisi 3 / 10
 Ukur keluaran Pulse Generator ( G ) dan gambarkan hasilnya
B. Melihat perwatakan LPF
 Ukur output LPF dan gambarkan keluaran gelombangnya serta catat frekuensi
dan amplitudo sinyalnya.
 Hitung penguatan sinyal dengan cara A = Amp Keluaran filter / Amp keluaran
AFG

Laboratorium Switching dan Transmisi 7


Unit II Pulse Code Modulation

C. Melihat perwatakan Output Sampler


 Pada keluaran Sampler, ukur dan gambarkan outputnya
 Rubahlah frekuensi sampling menjadi ½ bagian dari frekuensi sampling asal.
Amati dan gambarkan output sampler yang terjadi. Kembalikan setting seperti
semula setelah selesai
 Rubahlah nilai  pada posisi 5 / 10 dan gambarkan hasil keluaran sampler hasil
pengaruh perubahan posisi  tadi. Kembalikan setting seperti semula setelah
selesai.
 Rubahlah nilai frekuensi AFG secara pelan menuju ke frekuensi 4 Khz dan
amati perubahan pada output sampler yang terjadi. Gambarkan keluaran
gelombangnya dan kembalikan setting frekuensi seperti semula
D. Melihat perwatakan output HOLD
 Pada keluaran HOLD, ukur dan gambarkan outputnya
 Rubahlah frekuensi sampling menjadi ½ bagian dari frekuensi sampling asal.
Amati dan gambarkan output HOLD yang terjadi. Kembalikan setting seperti
semula setelah selesai
 Rubahlah nilai  pada posisi 5 / 10 dan gambarkan hasil keluaran HOLD hasil
pengaruh perubahan posisi  tadi. Kembalikan setting seperti semula setelah
selesai.
 Rubahlah nilai frekuensi AFG secara pelan menuju ke frekuensi 4 Khz dan
amati perubahan pada output HOLD yang terjadi.
 Gambarkan keluaran gelombangnya dan kembalikan setting frekuensi seperti
semula
E. Mengamati Perwatakan Output PAM Modulator
 Pada keluaran PAM Modulator, ukur dan gambarkan outputnya
 Rubahlah frekuensi sampling menjadi ½ bagian dari frekuensi sampling asal.
Amati dan gambarkan output PAM Modulator yang terjadi. Kembalikan setting
seperti semula setelah selesai
 Rubahlah nilai  pada posisi 5 / 10 dan gambarkan hasil keluaran PAM
Modulator hasil pengaruh perubahan posisi  tadi. Kembalikan setting seperti
semula setelah selesai.
 Rubahlah nilai frekuensi AFG secara pelan menuju ke frekuensi 4 Khz dan
amati perubahan pada output PAM Modulator yang terjadi.

Laboratorium Switching dan Transmisi 8


Unit II Pulse Code Modulation

 Gambarkan keluaran gelombangnya dan kembalikan setting frekuensi seperti


semula
F. Mengamati perwatakan Output Synkronisasi Pulsa
 Amati keluaran Synkronisasi Clock dengan menggunakan Osciloscoppe
 Gambarkan Hasilnya dengan mencantumkan frekuensi dan amlitudonya
G. Mengamati Perwatakan PCM Modulator
 Pada keluaran PCM Modulator, ukur dan gambarkan outputnya
 Rubahlah frekuensi sampling menjadi ½ bagian dari frekuensi sampling asal.
Amati dan gambarkan output PCM Modulator yang terjadi. Kembalikan setting
seperti semula setelah selesai
 Rubahlah nilai  pada posisi 5 / 10 dan gambarkan hasil keluaran PCM
Modulator hasil pengaruh perubahan posisi  tadi. Kembalikan setting seperti
semula setelah selesai.
 Rubahlah nilai frekuensi AFG secara pelan menuju ke frekuensi 4 Khz dan
amati perubahan pada output PCM Modulator yang terjadi. Gambarkan keluaran
gelombangnya dan kembalikan setting frekuensi seperti semula
 Matikan masing-masing level quantizing ADC , amati dan gambarkan
pengaruhnya untuk masing-masing penonaktifan level quantizing ADC.
Kembalikan setting level quantizing setelah selesai
H. Mengamati Perwatakan Synkronisasi Clock Pada sisi PCM Modulator
 Amati keluaran CLK pada PCM Modulator dengan menggunakan Osciloscoppe
Digital
 Gambarkan keluaranya dengan mencantumkan Amplitudo dan Frekuensi
gelombangnya
I. Mengamati Perwatakan PCM Demodulator
 Pada keluaran PCM Demodulator, ukur dan gambarkan outputnya
 Rubahlah frekuensi sampling menjadi ½ bagian dari frekuensi sampling asal.
Amati dan gambarkan output PCM Demodulator yang terjadi. Kembalikan
setting seperti semula setelah selesai
 Rubahlah nilai  pada posisi 5 / 10 dan gambarkan hasil keluaran PCM
Demodulator hasil pengaruh perubahan posisi  tadi. Kembalikan setting seperti
semula setelah selesai.

Laboratorium Switching dan Transmisi 9


Unit II Pulse Code Modulation

 Rubahlah nilai frekuensi AFG secara pelan menuju ke frekuensi 4 Khz dan
amati perubahan pada output PCM Demodulator yang terjadi. Gambarkan
keluaran gelombangnya dan kembalikan setting frekuensi seperti semula
 Matikan masing-masing level quantizing ADC , amati dan gambarkan
pengaruhnya untuk masing-masing penonaktifan level quantizing ADC.
Kembalikan setting level quantizing setelah selesai
J. Mengamati Perwatakan PAM Demodulator
 Pada keluaran PAM Demodulator, ukur dan gambarkan outputnya
 Rubahlah frekuensi sampling menjadi ½ bagian dari frekuensi sampling asal.
Amati dan gambarkan output PAM Demodulator yang terjadi. Kembalikan
setting seperti semula setelah selesai
 Rubahlah nilai  pada posisi 5 / 10 dan gambarkan hasil keluaran PAM
Demodulator hasil pengaruh perubahan posisi  tadi. Kembalikan setting seperti
semula setelah selesai.
 Rubahlah nilai frekuensi AFG secara pelan menuju ke frekuensi 4 Khz dan
amati perubahan pada output PAM Demodulator yang terjadi. Gambarkan
keluaran gelombangnya dan kembalikan setting frekuensi seperti semula
 Matikan masing-masing level quantizing ADC , amati dan gambarkan
pengaruhnya untuk masing-masing penonaktifan level quantizing ADC.
Kembalikan setting level quantizing setelah selesai

PERTANYAAN
(Dikerjakan saat praktikum dan Jawaban dikumpulkan saat pengumpulan laporan)

Laboratorium Switching dan Transmisi 10

Anda mungkin juga menyukai