Anda di halaman 1dari 35

WRAP UP SKENARIO 3

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA





Disusun Oleh:
KELOMPOK B-1

Ketua : Maulidya Sari 1102010158
Sekretaris : Medya Septina T. 1102010160

Anggota :
1. Marleni 1102010156
2. Mauliadanti Rizdana 1102010157
3. Maya Yulindhini 1102010159
4. Rio Geraldy 1102010245
5. Ririk Riyanti 1102010246
6. Risti Amalia Nastiti 1102010247
7. Ristianti Affandi 1102010248


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
2013-2014
1

SKENARIO 3

KLINIK DOKTER KELUARGA


Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga. Klinik ini
dikelola dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif singkat mengalami
kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di masyarakat.
Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny. A, 38 tahun dengan
kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin melakukan pemeriksaan
kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad karena pasien mendapat informasi
bahwa pelayanan di klinik ini baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual,
muntah, lemas, cepat lelah dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan
sesuai prosedur pemeriksaan standar dokter keluarga bersama bidan. Sebagai
dokter muslim, Dr. Ahmad sangat memperhatikan adab dan tata cara pemeriksaan
dan penanganan pasien sesuai ajaran Islam.
Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam kondisi yang baik
namun ibu tampak pucat, takikardi, murmur, takipnea, dan terdapat nyeri tekan
epigastrium.
Dr. Ahmad menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang
teratur dan direncanakan menjelang partus pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn
yang sudah bekerja sama dengan klinik dokter keluarga tersebut.
Pasien menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan persalinan,
mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar. Dr. Ahmad
kemudian menjelaskan tentang system pembiayaan kesehatan.

2

STEP 1


Pertanyaan :

1. Bagaimana sistem pembiayaan kesehatan dalam klinik dokter keluarga?
2. Apa kriteria merujuk pasien?
3. Bagaimana adab memeriksa pasien dalam Islam?
4. Bagaimana prosedur pemeriksaan standar dalam klinik dokter keluarga?
5. Dengan siapa saja dokter keluarga bekerja sama?
6. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan di klinik dokter keluarga?
7. Apa bedanya klinik dokter keluarga dengan klinik dokter umum?
8. Bagaimana sistem pembiayaan kesehatan menurut Islam?


Jawaban :

1. Asuransi dan tunai sesuai dengan aturan pemerintah.

2. Kasus-kasus yang diluar kompetensi dokter keluarga.

3. - Jika yang diperiksa lawan jenis, dokter harus didampingi perawat atau
keluarga pasien
- Dokter harus memeriksa bagian tubuh yang memang seharusnya
diperiksa
- Mengucapkan salam, basmallah, dan hamdallah.

4. - Melakukan diagnosis secara holistik
- Memperhatikan aspek Mandala of Health
- Memberikan tatalaksana secara komprehensif.

5. Seluruh tenaga kesehatan (dokter spesialis, bidan, perawat, lab, farmasi).

6. - Mengutamakan preventive dan promotif
- Petugas kesehatan yang ramah

7. Klinik Dokter Keluarga : - melakukan home visit jika penyakit berulang
- terapinya dari aspek medis & non medis

Klinik Dokter Umum : - hanya menerima pasien klinik
- terapinya hanya dari aspek medis

8. Negara miskin individu (pasien) ayah keluarga besar pasien
ps: negara kaya wajib menanggung seluruh biaya kesehatan warga
negaranya.



3

HIPOTESIS





klinik dokter
klinik dokter
keluarga
manajemen
pelayanan klinik
yang baik
sistem rujukan
prosedur
pemeriksaan
standar
medis islam
sistem
pembiayaan
kesehatan
islam pemerintah
klinik dokter
umum
4

SASARAN BELAJAR

LO 1. Memahami dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga

1.1. Manajemen Klinik
1.2. Sistem Pembiayaan Kesehatan
1.3. Sistem Rujukan

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Kedokteran Keluarga

2.1. Prosedur Pemeriksaan Standar
2.2. Peran Dokter dan Mitra Kerja dalam Pelayanan

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Adab dan Tata Cara Dokter Muslim
dalam mengani pasien



5

LO 1. Memahami dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga

1.1. Manajemen Klinik
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn,
sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggrakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, serta
menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu pelayanan.
(Maltos and Keller, 1989)

Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :
1) Program menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan.
Artinya pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali,
tetapi harus terus menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat
berkesinambungan, program menjaga mutu sering pula disebut
dengan nama program meningkatkan mutu berkelanjutan (continous
quality improvement program).
2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara simpatis. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu harus mengikuti alur kegiatan
serta sasaran yang baku. Alur kegiatan yang dimaksud dimulai dengan
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu, dilanjutkan dengan
menetapkan dan melaksanakan upaya penyelesaian masalah, untuk
kemudian diakhiri dengan melakukan penilaian serta menyusun saran-
saran untuk tindak lanjut. Sedangkan sasaran yang dimaksud adalah
semua unsur pelayanan yakni lingkungan, masukan proses serta
keluaran pelayanan.
3) Program menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu
menetapkan masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak
dipengaruhi oleh berbagai pertimbangan lain. Kecuali atas dasar data
yang ditemukan. Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah
berbagai standar dan indikator.
4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan pelayanan
yang diselengarakan, bukanlah program menjaga mutu yang baik.
Karena adanya sifat terpadu ini. Program menjaga mutu disebut pula
sebagai manajamen mutu terpadu (total quality management).

Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang
dimaksud :
1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah menunjuk
kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggrakan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada
setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata penduduk, serta
di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode etik dari
standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.


6

2) Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini
diperkukan empat hal :
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang
diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Yang termasuk dalam hal ini adalah tenaga pelaksana, sarana dan
dana.
b. Unsur lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan
sekitar yang mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu
saran pelayanan kesehatan yang terpenting adalah kebijakan
(policy), struktur organisasi (organization) serta sistem manajemen
(management) yang diterapkan.
c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di sini adalah
semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan.
Tindakan ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam.
Pertama, tindakan medis (medical procedure) mulai dari anamesis
sampai dengan pengobatan. Kedua, tindakan non medis (non
medical procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan
tindakan medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain
selanjutnya yang seperti ini.
d. Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran adalah
yang menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua
macam :
a) Penampilan aspek media (medical performance) seperti
misalnya kesembuhan penyakit, kecacatan dan atau kematian.
b) Penampilan aspek non medis (non mediacal performance)
seperti misalnya kepuasan dan keluhan pasien.













7

Syarat pembangunan
Fasilitas praktik
Pelayanan dokter keluarga memiliki fasilitas pelayanan kesehatan strata pertama
yang lengkap serta beberapa fasilitas pelayanan tambahan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat sekitarnya.
1. Fasilitas untuk praktik
Fasilitas pelayanan dokter keluarga sesuai untuk kesehatan dan keamanan
pasien, pegawai dan dokter yang berpraktik.
2. Kerahasiaan dan privasi
Konsultasi dilaksanakan dengan memperhitungkan kerahasiaan dan privasi
pasien.
3. Bangunan dan interior
Bangunan untuk pelayanan dokter keluarga merupakan bangunan permanen
atau semi permanen serta dirancang sesuai dengan kebutuhan pelayanan medis
strata pertama yang aman dan terjangkau oleh berbagai kondisi pasien.
4. Alat komunikasi
Klinik memiliki alat komunikasi yang biasa digunakan masyarakat sekitarnya.
5. Papan nama
Tempat pelayanan dokter keluarga memasang papan nama yang telah diatur
oleh organisasi profesi.

Peralatan klinik
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan klinik yang sesuai dengan fasilitas
pelayanannya, yaitu pelayanan kedokteran di strata pertama (tingkat primer).
1. Peralatan medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan medis yang minimal
harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia
layanan strata pertama.
2. Peralatan penunjang medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki beberapa peralatan penunjang medis yang
minimal harus dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai
penyedia pelayanan strata pertama.
3. Peralatan non medis
Pelayanan dokter keluarga memiliki peralatan non medis yang minimal harus
dipenuhi di ruang praktik untuk dapat berpraktik sebagai penyedia pelayanan
strata pertama.

Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada dasarnya
tidaklah berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan kedokteran lainnya.
Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga (family
doctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang dihadapi, jumlah dokter
keluarga yang dibutuhkan dapat berbeda. Secara umum dapat disebutkan,
apabila sarana pelayanan tersebut adalah rumah sakit serta beban kerjanya
8

lebih berat, maka jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan akan lebih banyak.
Sedangkan jika pelayanan dokter keluarga tersebut diselenggarakan oleh suatu
klinik dokter keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih sedikit.
Klinik dokter keluarga memang dapat diselenggarakan hanya oleh satu orang
dokter keluarga (solo practice) ataupun oleh sekelompok dokter keluarga
(group practice). Telah disebutkan, dari kedua bentuk ini, yang dianjurkan
adalah bentuk kedua, yakni yang diselenggarakan oleh satu kelompok dokter
keluarga.
2. Tenaga paramedis
Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan tenaga
paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogoyanya yang telah
mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip pelayanan dokter
keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek non medis. Jumlah tenaga
paramedis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga yang
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga secara umum disebutkan untuk
setiap satu orang dokter keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedis
terlatih.
3. Tenaga non-medis
Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan dokter
keluarga, perlu pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada umumnya ada
dua katagori tenaga non-medis tersebut. Pertama, tenaga administrasi yang
diperlukan untuk menangani masalahmasalah administrasi. Kedua,
pekerjasosial (social worker) yang diperlukan untuk menangai program
penyuluhan/nasehat kesehatan dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah
tenaga non medis yang diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga,
dibutuhkan sekurang-kurangnya satu orang tenaga administrasi serta satu
orang pekerja sosial.

Proses-proses penunjang praktik
Pelayanan dokter keluarga memiliki panduan proses-proses yang menunjang
kegiatan pelayanan dokter keluarga.
1. Pengelolaan rekam medik
Pelayanan dokter keluarga menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi
rekam medik dengan dasar rekam medik berorientasikan pada masalah
(problem oriented medical record).
2. Pengelolaan rantai dingin
Pelayanan dokter keluarga peduli terhadap pengelolaan rantai beku (cold chain
management) yang berpengaruh kepada kualitas vaksin atau obat lainnya.
3. Pengelolaan pencegahan infeksi
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan universal precaution management
yang mengutamakan pencegahan infeksi pada pelayanannya.
4. Pengelolaan limbah
Pelayanan dokter keluarga memperhatikan sistim pembuangan air kotor dan
limbah, baik limbah medis maupun limbah nonmedis agar ramah lingkungan
dan aman bagi masyarakat sekitar klinik.
5. Pengelolaan air bersih
Pelayanan dokter keluarga mengkonsumsi air bersih atau air yang telah diolah
sehingga aman digunakan.
9

6. Pengelolaan obat
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan sistim pengelolaan obat sesuai
prosedur yang berlaku termasuk mencegah penggunaan obat yang
kadaluwarsa.

Manajemen klinik
Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga
(family clinic). Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara khusus yang disebut dengan
nama klinik dokter keluarga (family clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter
keluarga ini ada dua macam. Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing
family clinic). Kedua, merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar
komplek rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter keluarga
satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah untuk menopang
pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit.
Terlepas apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik
mandiri atau hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik
dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan rumah
sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap akan dirawat sendiri atau
dirujuk ke rumah sakit kerja sama tersebut. Klinik dokter keluarga ini dapat
diselenggarakan secara sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu
kelompok (group practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang
paling dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang dokter
keluarga.
Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini diterapkan suatu sistem
manajernen yang sama. Dalam arti para dokter yang tergabung dalam klinik
dokter keluarga tersebut secara bersama-sama membeli dan memakai alat-alat
praktek yang sama. Untuk kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga yang dikelola oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen
personalia serta manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek
berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan sebagai
berikut (Clark, 1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih bermutu
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang
dikelola secara kelompok, para dokter keluarga yang terlibat akan dapat
saling tukar menukar pengalaman, pengetahuan dan keterampilan. Di
samping itu, karena waktu praktek dapat diatur, para dokter mempunyai
cukup waktu pula untuk menambah pengetahuan dan keterampilan.
Kesemuannya ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work)
disatu pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain,
menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih
bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih terjangkau
Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter keluarga yang
10

dikelola secara berkelompok, pembelian serta pemakaian pelbagai
peralatan medis dan non medis dapat dilakukan bersama-sama (cost
sharing). Lebih dari pada itu, karena pendapatan dikelola bersama,
menyebabkan penghasilan dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang
seperti ini akan mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang
berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada gilirannya
akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang lebih terjangkau.

Manajemen keuangan
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara yang
umum dan bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat mengikuti sistem
pembiayaan praupaya maupun sistem pembiayaan fee for service.




1.2. Sistem Pembiayaan Kesehatan

Sumber-sumber dana pada klinik kedokteran keluarga
Sumber dana biaya kesehatan berbeda pada beberapa negara, namun secara
garis besar berasal dari :
a) Bersumber dari anggaran pemerintah. Pada sistem ini, biaya dan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh
pemerintah. Untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik,
sistem ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat
besar.
b) Bersumber dari anggaran masyarakat. Dapat berasla dari individu
ataupun perusahaan. Sistem ini mengharapkan agar masyarakat
(swasta) berperan aktif secara mandiri dalam penyelenggaraan
maupun pemanfaatannya. Hal ini memberikan dampak adanya
pelayanan-pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh pihak swasta,
dengan fasilitas dan penggunaan alat-alat berteknologi tinggi
disertai peningkatan biaya pemanfaatan atau penggunaannya oleh
pihak pemakai jasa layanan kesehatan tersebut.
11

c) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri. Sumber pembiayaan
kesehatan, khususnya untuk penatalaksanaan penyakit-penyakit
tertentu sering diperoleh dari bantuan biaya pihak lain, misalnya
dari organisasi sosial ataupun pemerintah negara lain. misalnya
untuk penanganan HIV dan virus H5N1.
d) Gabungan anggaran pemerintah dan masyarakat. Sistem ini banyak
diambil oleh negara-negara di dunia karena dapar mengakomodasi
kelemahan-kelemahan yang timbul pada sumber pembiayaan
kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya kesehatan yang dibutuhkan
ditanggung sebagian oleh pemerintah dengan menyediakan layanan
kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga menuntut peran serta
masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan yang dibutuhkan
dengan mengeluarkan biaya tambahan.

1. Mekanisme Pembayaran
Penyelenggaraan Subsistem Pembiayaan Kesehatan mengacu pada
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola
secara berdaya-guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh
transparansi dan akuntabilitas
2. Dana pemerintah diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan bagi masyarakat
rentan dan keluarga miskin
3. Dana masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan
perorangan yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna
melalui jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip
solidaritas sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan
secara bertahap
4. Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan
diupayakan melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk
kesehatan (misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat
yang telah terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk
kepentingan kesehatan
5. Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan
pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan kesehatan,
Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant) bagi
daerah yang kurang mampu

2. Jenis sistem pembiayaan
Jenis pelayanan kesehatan dan pembiayaan kesehatan antara lain :
1. Penataan Terpadu (managed care)
Merupakan pengurusan pembiayaan kesehatan sekaligus dengan
pelayanan kesehatan. Pada saat ini penataan terpadu telah banyak
dilakukan di masyarakat dengan program Jaminan Pelayanan
Kesehatan Masyarakat atau JPKM. Managed care membuat biaya
pelayanan kesehatan yang dikeluarkan bisa lebih efisien.

12

Persyaratan agar pelayanan managed care di perusahaan dapat
berhasil baik, antara lain:
a. Para pekerja dan keluarganya yang ditanggung perusahaan
harus sadar bahwa kesehatannya merupakan tanggung jawab
masing-masing atau tanggung jawab individu. Perusahaan akan
membantu upaya untuk mencapai derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
b. Para pekerja harus menyadari bahwa managed care menganut
sistem rujukan.
c. Para pekerja harus menyadari bahwa ada pembatasan fasilitas
berobat, misalnya obat yang digunakan adalah obat generik
kecuali bila keadaan tertentu memerlukan life saving.
d. Prinsip kapitasi dan optimalisasi harus dilakukan

2. Sistem reimbursement
Perusahaan membayar biaya pengobatan berdasarkan fee for
services. Sistem ini memungkinkan terjadinya over utilization.
Penyelewengan biaya kesehatan yang dikeluarkan pun dapat terjadi
akibat pemalsuan identitas dan jenis layanan oleh karyawan
maupun provider layanan kesehatan.

3. Asuransi
Perusahaan bisa menggunakan modal asuransi kesehatan dalam
upaya melaksanakan pelayanan kesehatan bagi pekerjanya.
Dianjurkan agar asuransi yang diambil adalah asuransi kesehatan
yang mencakup seluruh jenis pelayanan kesehatan
(comprehensive), yaitu kuratif dan preventif. Asuransi tersebut
menanggung seluruh biaya kesehatan, atau group health insurance
(namun kepada pekerja dianjurkan agar tidak berobat secara
berlebihan).

4. Pemberian Tunjangan Kesehatan
Perusahaan yang enggan dengan kesukaran biasanya memberikan
tunjangan kesehatan atau memberikan biaya kesehatan kepada
pegawainya dalam bentuk uang. Sakit maupun tidak sakit
tunjangannya sama. Sebaiknya tunjangan ini digunakan untuk
mengikuti asuransi kesehatan (family health insurance). Tujuannya
adalah menghindari pembelanjaan biaya kesehatan untuk
kepentingan lain, misalnya untuk membeli rokok, minuman
beralkohol, dan hal hal lain yang malah merugikan kesehatannya.

5. Rumah Sakit Perusahaan
Perusahaan yang mempunyai pegawai berjumlah besar akan lebih
diuntungkan apabila mengusahakan suatu rumah sakit untuk
keperluan pegawainya dan keluarga pegawai yang ditanggungnya.
Menyangkut kesehatan pegawainya, rumah sakit perusahaan harus
menyiapkan rekam medis khusus, yang lebih lengkap, dan perlu
dievaluasi secara periodik. Perlu diingatkan bahwa pelayanan
13

kesehatan yang didapat dari rumah sakit perusahaan diupayakan
bisa lebih baik bila dibandingkan jika dilayani oleh rumah sakit
lain. Dengan demikian, pegawai perusahaan yang dirawat akan
merasa puas dan bangga terhadap fasilitas yang disediakan. Rasa
senang menerima fasilitas kesehatan ini akan membuahkan
semangat bekerja untuk membalas jasa perusahaan yang
dinikmatinya.

Secara universal, beberapa jenis asuransi kesehatan yang
berkembang di Indonesia :

Asuransi Kesehatan Sosial (Social Health Insurance)
Asuransi ini memegang teguh prinsipnya bahwa kesehatan
adalah sebuah pelayanan sosial, pelayanan kesehatan tidak
boleh semata-mata diberikan berdasarkan status sosial
mayarakat sehingga semua lapisan berhak untuk
memperoleh jaminan pelayanan kesehatan.

Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan menggunakan
prinsip :
a) Keikutsertaan bersifat wajib
b) Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya
c) Iuran/premi berdasarkan gaji/pendapatan
d) Untuk Askes menetapkan 2% dari gaji pokok PNS
e) Premi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%)
oleh pemberi kerja dan tenaga kerja
f) Premi tidak ditentukan oleh resiko perorangan tetapi
didasarkan pada resiko kelompok
g) Tidak diperlukan pemeriksaan kesehatan awal
h) Jaminan pemeliharaan kesehatan bersifat
menyeluruh
i) Peran pemerintah sangat besar untuk mendorong
berkembangnya asuransi kesehatan sosial di
Indonesia

Semua PNS diwajibkan untuk mengikuti asuransi kesehatan. Di
Indonesia, asuransi kesehatan bagi PNS dan penerima pensiun dikelola
oleh PT. Askes

Asuransi Kehatan Komersial Perorangan (Private
Voluntary Health Insurance)
Model asuransi kesehatan ini juga berkembang di
Indonesia, dapat dibeli preminya baik oleh individu
maupun segmen masyarakat kelas menengah ke atas.
Asuransi kesehatan komersial perorangan mempunyai
prinsip kerja sebagai berikut :
a) Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela
14

b) Iuran/premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan
berdasar jenis tanggungan yang dipilih
c) Premi didasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan
oleh faktor usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan
d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan awal
e) Santunan diberikan sesuai kontrak
f) Peranan pemerintah relatif kecil

Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola
oleh Lipo Life, BNI Life, Tugu mandiri dan sebagainya

Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated
Voluntary Health Insurance)
Prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
a) Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi
berkelompok
b) Iuran / preminya dibayar berdasarkan atas angka
absolut
c) Perhitungan premi bersifat community rating yang
berlaku untuk kelompok masyarakat
d) Santunan diberikan sesuai kontrak
e) Tidak diperlukan pemeriksaan awal
f) Peranan pemerintah cukup besar dengan membuat
undang-undang

Di Indonesia, asuransi kesehatan sukarela juga dikelola oleh
PT. Askes


3. Tujuan pembiayaan kesehatan
Tujuan pembiayaan kesehatan adalah tersedianya pembiayaan kesehatan
dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil dan termanfaatkan
secara berhasil-guna dan berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya
pembangunan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.
Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:
a) Mengupayakan kucukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan
pafa tingkat pusat dan daerah
b) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan
hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
terutama kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan jaminan
c) Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan kesehatan


15

Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya
Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan
keuntungan, maka pada saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut
banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-
upaya yang dipergunakan.

Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran
dimuka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk
setiap peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini,
maka besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada
penyelenggara pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan
pelayanan kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta
dan kesepakatan jangka waktu jaminan.

2. Sistem paket (packet system)
Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di
muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket
pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu
paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama.
Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem pembiayaan
kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di banyak negara
maju telah lama diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)
Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran
di muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya
anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya
dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar
oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.


16

1.3. Sistem Rujukan
Sistem rujukan ialah suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan
yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap satu kasus
penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal (dari unit yang lebih mampu
menangani), atau secara horizontal (antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya). Hal yang dirujuk bukan hanya pasien saja tapi juga masalah-
masalah kesehatan lain, teknologi, sarana, bahan-bahan laboratorium, dan
sebagainya.

Konsultasi adalah upaya meminta bantuan profesional penanganan suatu
kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang dokter kepada dokter lainnya
yang lebih ahli.

Secara garis besar rujukan dibedakan menjadi 2, yakni :
Rujukan medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan
(konsultasi medis) dan bahan-bahan pemeriksaan. Tujuan: untuk menyembuhkan
penyakit dan atau memulihkan status kesehatan pasien

1. Rujukan pasien (transfer of patient)
Penatalaksanaan pasien dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke
strata pelayanan kesehatan yang lebih sempurna atau sebaliknya untuk
pelayanan tindak lanjut
2. Rujukan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge)
Pengiriman dokter/ tenaga kesehatan yang lebih ahli dari strata pel. kes. Yang
lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk
bimbingan dan diskusi atau sebaliknya, untuk mengikuti pendidikan dan
pelatihan
3. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium (transfer of specimens)
Pengiriman bahanbahan pemeriksaan bahan laboratorium dari strata pelayanan
kesehatan yang
kurang mampu ke strata yang lebih mampu atau sebaliknya, untuk tindak lanjut.

Rujukan kesehatan masyarakat
Rujukan ini berkaitan dengan upaya pencegahan penyakit (preventif) dan
peningkatan kesehatan (promosi). Rujukan ini mencakup rujukan teknologi,
sarana dan operasional. Tujuan: untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat.
1. Rujukan tenaga,
Pengiriman dokter/tenaga kesehatan dari strata pelayanan kesehatan yang
lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu untuk
menanggulangi masalah kesehatan yang ada di masyarakat atau sebaliknya,
untuk pendidikan dan latihan.
2. Rujukan sarana
Pengiriman berbagai peralatan medis/ non medis dari strata pelayanan
kesehatan yang lebih mampu ke strata pelayanan kesehatan yang kurang
17

mampu untuk menanggulangi masalah kesehatan di masyarakat, atau
sebaliknya untuk tindak lanjut.
3. Rujukan operasional
Pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penanggulangan masalah
kesehatan masyarakat dari strata pelayanan kesehatan yang kurang mampu ke
strata pelayanan kesehatan yang lebih mampu atau sebaliknya untuk
pelayanan tindak lanjut.

Rujukan kesehatan:
Lingkup: Masalah kesehatan masyarakat
Tujuan: Pemeliharaan den pencegahan
Jalur: Dinas Kesehatan secara bertingkat

2 Karakteristik

a. Ruang lingkup kegiatan
Konsultasi memintakan bantuan profesional dari pihak ketiga. Rujukan,
melimpahkan wewenang dan tanggung jawab penanganan kasus penyakit
yang sedang dihadapi kepada pihak ketiga
b. Kemampuan dokter
Konsultasi ditujukan kepada dokter yang lebih ahli dan atau yang lebih
pengalaman. Pada rujukan hal ini tidak mutlak.
c. Wewenang dan tanggung jawab
Konsultasi wewenang dan tanggung jawab tetap pada dokter yang
meminta konsultasi. Pada rujukan sebaliknya.

3. Manfaat
a) Dari sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam alat kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
Memperjelas system pelayanan kesehatan, kemudian terdapat
hubungan antara kerja berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek
perencanaan
b) Dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang
Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
telah diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana
pelayanan kesehatan
c) Dari sudut tenaga kesehatan
Memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif, semangat kerja, ketekunan dan dedikasi.
Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan melalui jalinan
kerjasama
Memudahkan/ meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu

18

4. Tata Cara
Dasar: Kepatuhan terhadap kode etik profesi yg telah disepakati bersama,
dan sistem kesehatan terutama sub sistem pembiayaan kesehatan yang berlaku

Tata cara konsultasi (McWhinney, 1981):
a. Penjelasan lengkap kepada pasien alasan untuk konsultasi
b. Berkomunikasi secara langsung dengan dokter konsultan (surat, form khusus,
catatan di rekam medis, formal/ informal lewat telfon
c. Keterangan lengkap tentang pasien
d. Konsultan bersedia memberikan konsultasi

Tata cara rujukan
Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk saja
Tetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg meminta rujukan
Perlu disepakati pembagian wewenang dan tanggungjawab masing-masing pihak

Pembagian wewenang & tanggungjawab
1. I nterval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu tertentu, dan selama
jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut menanganinya
2. Collateral referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus saja
3. Cross referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada dokter lain untuk selamanya
4. Split referral, menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan
penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan, dan selama jangka
waktu pelimpahan wewenang dan tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan
tidak ikut campur.
dr. Rina Amelia, Departemen IKM/ IKP/ IKK, Fakultas Kedokteran USU







19

LO 2. Memahami dan Menjelaskan Kedokteran Keluarga

2.1. Prosedur Pemeriksaan Standar
1. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga adalah pelayanan medis strata
pertama untuk semua orang yang bersifat paripurna (comprehensive), yaitu
termasuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan
penyakit dan proteksi khusus (preventive and spesific protection), pemulihan
kesehatan (curative), pencegahan kecacatan (disability limitation) dan
rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation) dengan memperhatikan kemampuan
sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran.
a. Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Pelayanan dokter keluarga merupakan praktik umum dengan pendekatan
kedokteran keluarga yang memenuhi standar pelayanan dokter keluarga
dan diselenggarakan oleh dokter yang sesuai dengan standar profesi dokter
keluarga serta memiliki surat ijin pelayanan dokter keluarga dan surat
persetujuan tempat praktik.
b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan
pemeliharaan kesehatan dan peningkatan kesehatan pasien dan
keluarganya.
c. Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam menerapkan pencegahan masalah kesehatan pada
pasien dan keluarganya.
d. Deteksi dini
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menggunakan segala
kesempatan dalam melaksanakan deteksi dini penyakit dan melakukan
penatalaksanaan yang tepat untuk itu.
e. Kuratif medik
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk melaksanakan pemulihan
kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata pelayanan tingkat
pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, dan bila perlu akan
dikonsultasikan dan / atau dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan dengan
strata yang lebih tinggi.
f. Rehabilitasi medik dan sosial
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk menerapkan segala
kesempatan rehabilitasi pada pasien dan/atau keluarganya setelah
mengalami masalah kesehatan atau kematian baik dari segi fisik, jiwa
maupun sosial.
g. Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memperhatikan kondisi
sosial pasien dan keluarganya.
h. Etik medikolegal
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim yang sesuai dengan mediko
legal dan etik kedokteran.


20

2. Standar Pelayanan Medis (standard of medical care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan medis yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara lege artis.
a. Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan
pasien (patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan
utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya
tersebut, serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang
diagnosis atau menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga
melakukan pemeriksaan fisik secara holistik; dan bila perlu menganjurkan
pemeriksaan penunjang secara rasional, efektif dan efisien demi
kepentingan pasien semata.
c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan
beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis
holistik.
d. Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan
prognosis pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta
tanda bukti terkini (evidence based).
e. Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling
dengan kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga)
pada keadaan di saat itu.
f. Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke
dokter lain yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman.
Konsultasi dapat dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga
konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien
semata.
g. Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter
lain yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat
dilakukan kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter
spesialis, rumah sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien
semata.
h. Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik,
maupun di tempat pasien.
i. Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis
yang rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di
strata pertama, dan demi kepentingan pasien.
j. Pengobatan rasional
21

Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini,
demi kepentingan pasien.
k. Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih
baik, bila adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan
pembinaan keluarga, termasuk konseling keluarga.

3. Standar Pelayanan Menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaitu peduli
bahwa pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik,
mental, sosial dan spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan
sosialnya.
a. Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien
sebagai manusia yang seutuhnya.
b. Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistim untuk memandang pasien
sebagai bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga
pasien dapat mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi
kesehatan pasien.
2) Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar
kehidupan pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan
keluarganya.

4. Standar Pelayanan Terpadu (standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupakan
kemitraan antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan
medis, juga merupakan kemitraan lintas program dengan berbagai institusi
yang menunjang pelayanan kedokteran, baik dari formal maupun informal.
a. Koordinator penatalaksanaan pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan koordinator dalam penatalaksanaan
pasien yang diselenggarakan bersama, baik bersama antar dokter-pasien-
keluarga, maupun bersama antar dokter pasien - dokter spesialis / rumah
sakit.
b. Mitra dokter pasien
Pelayanan dokter keluarga merupakan keterpaduan kemitraan antara
dokter dan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis.
c. Mitra lintas sektoral medik
Pelayanan dokter keluarga bekerja sebagai mitra penyedia pelayanan
kesehatan dengan berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di
sekitarnya.
d. Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Pelayanan dokter keluarga mempedulikan dan memperhatikan kebutuhan
dan perilaku pasien dan keluarganya sebagai masyarakat yang
menggunakan berbagai pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.

22

5. Standar Pelayanan Bersinambung (standard of continuum care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga merupakan pelayanan
bersinambung, yang melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif
efisien, proaktif dan terus menerus demi kesehatan pasien.
a. Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan layanan secara
proaktif.
b. Rekam medik bersinambung
Informasi dalam riwayat kesehatan pasien sebelumnya dan pada saat
datang, digunakan untuk memastikan bahwa penatalaksanaan yang
diterapkan telah sesuai untuk pasien yang bersangkutan.
c. Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
efektif dan efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan sadar
biaya.
d. Pendampingan
Pada saat-saat dilaksanakan konsultasi dan / atau rujukan, pelayanan
dokter keluarga menawarkan kemudian melaksanakan pendampingan
pasien, demi kepentingan pasien.



2.2. Peran Dokter dan Mitra Kerja dalam Pelayanan

Peran dokter dengan mitra
Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)
Pada dasarnya sistem perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan
SPDK), haruslah menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna
mungkin. Komponen sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai
pemegang saham (stakeholders), paling tidak terdiri atas:
1. DPU/DK (Sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer)
2. DSp (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Sekunder)
3. DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan Tingkat Tersier)
4. Dokter gigi
5. Pihak pendana (Asuransi Kesehatan, Pemerintah, dsb.)
6. Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan Nasional, dsb.)
7. Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya)
8. Farmasi (profesional dan pengusaha)
9. Staf klinik selain dokter (Bidan, perawat, dsb)
10. Karyawan non-medis
11. Dsb.
Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan
pelayanan kesehatan yang bermutu. Semua pemegang saham mempunyai
andil, hak dan kewajiban yang sama dalam mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien,
tidak melanggar aturan atau perundangan maupun etika profesi, dan
menjamin kesejahteraan bagi penyelenggaranya. Jika salah satu komponen
23

sistem merusak tatanan, menyalahi aturan main agar memperoleh
keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan dirasakan oleh
seluruh komponen sistem termasuk, pada akhirnya, yang menyalahi aturan
itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama profesional yang mutualistis di
antara anggota sistem.
Dengan kata lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga
pelayanan diselenggarakan oleh tim kesehatan yang bahu-membahu
mewujudkan pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem
mempunyai tugas masing-masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh
sesuai dengan tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat membantu dokter
di klinik misalnya, memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-
jawab dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan obat tanpa
persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah tertulis
di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan dan perawat
dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian obat itu tidak
jelas atau belum dicantumkan. Demikian pula dokter keluiarga yang
sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan mengingatkan dan
diharuskan bertanya langsung kepada dokter spesialis yang dikonsuli atau
dirujuki jika ada hal yang kurang jelas atau berbeda pendapat.
Demikianpula komponen system yang lain termasuk masyarakat pasien
dibenarkan dan bahkan diharuskan saling kontrol saling mengingatkan
agat tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter dan
teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal seperti :
1. Merujuk pasien
Pada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi dokter dan
keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat harua merujuk
pasiennya pada teman sejawat lainnya.
2. Bekerjasama dengan sejawat
Dokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa membeda-bedakan
jenis kelamin, ras, usia, kecacatan, agama, status sosial atau perbedaan
kompetensi yang dapat merugikan hubungan profesional antar sejawat.
3. Bekerja dalam tim
Asuhan kesehatan selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim
multidisiplin.
4. Mengatur dokter pengganti.
Ketika seorang dokter berhalangan, dokter tersebut harus menentukan
dokter pengganti serta mengatur proses mengalihkan yang efektif dan
komunikatif dengan dokter pengganti.
5. Mematuhi tugas
Seorang dokter yang bekerjapada institusi pelayanan atau pendidikan
kedokteran harus mematuhi tugas yang digariskan pimpinan institusi,
termasuk sebagai dokter pengganti.
6. Pendelegasian wewenang
Pendelegasian wewenang kepada perawat, peseta prograrm pendidikan
spesialis, mahasiswa kedokteran dalam hal pengobatan atau perawatan
atas nama dokter yang merawat, harus disesuaikan dengan kompetensi
dalam melaksanakan prosedur dan terapi yang sesuai dengan peraturan
24

Komunikasi Dokter-Profesi Lain
1. Kolaborasi
Pengertian Menurut Shortridge, et al (1986)
Hubungan timbal balik di mana [pemberi pelayanan] memegang
tanggung jawab paling besar untuk perawatan pasien dalam
kerangka kerja bidang respektif mereka.
Elemen-elemen Kolaborasi
1. Struktur
2. Proses
3. Hasil Akhir
Model Kolaboratif Tipe I
1. Menekankan Komunikasi Dua Arah
2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama
3. Masih membatasi Hubungan Dokter dengan Pasien
Model Kolaboratif Tipe II
1. Lebih berpusat pada Pasien
2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama
3. Ada kerja sama dengan Pasien
4. Tidak ada pemberi pelayanan yang mendominasi secara terus-
menerus
Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi
yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada
pasien. Perspektif yang berbeda dalam memandang pasien,
dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-hambatan
teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala psikologis
keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan
kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborasi
yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan semangat
kepentingan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dan perawat sering dijumpai pada
tingkat profesional dan institusional. Perbedaan status dan
kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian yang
membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter
cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya
fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim dan kondisi
sosial masih medukung dominasi dokter. Inti sesungguhnya dari
konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap
profesional mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi
diantara keduanya.
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau
perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan
kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan
pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk
pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh
peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan
dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek
dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek terhadap
25

orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu,
keluarga dan masyarakat.
Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner
dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
menggabungkan keahlian unik profesional.
b) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber
daya
c) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas
d) Meningkatnya kohesifitas antar profesional
e) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional,
f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan
memahami orang lain

Kesuksesan kolaborasi dalam suatu pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh faktor-faktor
a) Faktor interaksi ( interactional determinants), yaitu hubungan
interpersonal diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan
untuk berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan
berkomunikasi .
b) Faktor Organisasi ( organizational determinants) yaitu kondisi
di dalam organisasi tersebut yang terdiri dari:
1. Organizational structure (struktur horisontal dianggap lebih
berhasil daripada struktur hierarkis);
2. Organizations philosophy (nilai nilai keterbukaan,
kejujuran, kebebasan berekspresi, saling ketergantungan,
integritas dan sikap saling percaya;
3. administrative support ( kepemimpinan);
4. team resource (tersedianya waktu untuk bertemu dan
berinteraksi, membagi lingkup praktek dengan profesional
lain, bekerja dalam suatu unit yang kecil) ;
5. coordination mechanism ( pertemuan formal untuk
diskusi, standarisasi prosedur dalam bekerja ).
c) Faktor lingkungan organisasi( organizations environment/
systemic determinants) yaitu elemen diluar organisasi, seperti
sistem sosial, budaya, pendidikan dan profesional.

2. Pendekatan Praktik Hirarkis
Menekankan Komunikasi satu arah
Kontak Dokter dengan Pasien terbatas
Dokter merupakan Tokoh yang dominan
Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGD
Sebelum ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model
PRAKTIK HIRARKIS.
Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang dilakukan
sebelum profesi perawat semakin berkembang.
Selanjutnya dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain
(Model 1 dan
26

Pendekatan Praktik Hirarkis
menekankan komunikasi satu arah.
kontak dokter dengan pasien terbatas.
dokter merupakan tokoh yang dominan.
cocok untuk ditetapkan di keadaan tertentu , seperti: IGD
pendekatan ini sekarang masih dominan dalam praktek dokter
di Indonesia



DOKTER

REGISTERED NURSE

PEMBERI PELAYANAN
LAIN

PASIEN

Komunikasi Dokter-Apoteker
Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, dokter perlu mengetahui apa
yang menjadi tanggung jawab profesi apoteker dalam pelayanan farmasi.
Pelayanan farmasi dapat dilakukan di berbagai tempat seperti rumah sakit,
Puskesmas, Poliklinik, Apotek, dll. Adanya pemahaman masing-masing
pada profesi mitra kerjanya akan memudahkan terjadinya komunikasi
yang baik antar profesi
Empat unsur Pelayanan Farmasi
Pelayanan Farmasi yang baik.
Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat.
Praktik dispensing yang baik.
Pelayanan profesional apoteker yg proaktif dalam berbagai kegiatan yg
bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien.


27

LO 3. Memahami dan Menjelaskan Adab dan Tata Cara Dokter Muslim
dalam mengani pasien
Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk pengertian
riayatus suun (pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara atas seluruh
rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya ataupun miskin. Seluruh biaya
yang diperlukan secara wajib di tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun
peran non-pemerintah (swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang
utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi
saw Bersabda : Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung jawab
atas rakyatnya (HR al-Bukhari). Tidak terpenuhinya atau terjaminnya kesehatan
dan pengobatan akan mendatangkan dharar bagi masyarakat. Oleh karena itu,
penyediaan layanan kesehatan menjadi tanggung jawab dan kewajiban negara
(Khilafah). Khilafah wajib membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium
medis, apotik , pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran ,
apoteker, perawat, bidan dan sekolah lainnya yang menghasilkan tenaga medis,
serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan pengobatan lainnya.
Semua pelayanan kesehatan dan pengobatan harus dikelola sesuai dengan
aturan syariah. Juga harus memperhatikan faktor ihsan dalam pelayanan yaitu
wajib memenuhi 3 (tiga) prinsip baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan
masyarakat dalam sistem Islam: pertama, sederhana dalam peraturan (tidak
berbelit-belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga, profesional dalam
pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang kompeten dan amanah
Konsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong dalam kebaikan dan
ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut sebagai landasan yang diterapkan
dalam setiap perjanjian transaksi bisnis dalam wujud tolong menolong (akad
takafuli) yang menjadikan semua peserta sebagai keluarga besar yang saling
menanggung satu sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai
sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan kepada kita
untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri wat taqwa (kebaikan dan
ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk al itsmi wal udwan (dosa dan
permusuhan).
Firman Allah dalam surat al-Baqarah 188, 'Dan janganlah kalian memakan
harta di antara kamu sekalian dengan jalan yang bathil, dan janganlah kalian
bawa urusan harta itu kepada hakim yang dengan maksud kalian hendak
memakan sebagian harta orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu tahu."
Hadist Nabi Muhammad SAW, "Mukmin terhadap mukmin yang lain seperti
suatu bangunan memperkuat satu sama lain," Dan "Orang-orang mukmin dalam
kecintaan dan kasih sayang mereka seperti satu badan. Apabila satu anggota
badan menderita sakit, maka seluruh badan merasakannya.

Sistem Pembiayaan Kesehatan Dalam Islam
Asuransi Syariah (Takaful)
1) Arti Kata Takaful
Secara bahasa, takaful ( ) berasal dari akar kata ( ) yang
artinya menolong, memberi nafkah dan mengambil alih perkara seseorang.
Dalam Al-Qur'an tidak dijumpai kata takaful, namun ada sejumlah kata
yang seakar dengan kata takaful, seperti dalam :
28

QS. Thoha/ 20 : 40


"(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada
(keluarga Fir'aun): 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang
akan memeliharanya?"
QS. Annisa/ 04 : 85 :


"Dan barangsiapa yang memberi syafa'at yang buruk, niscaya ia akan
memikul bahagian (dosa) daripadanya.."
Asuransi Syariah (Ta'min, Takaful atau Tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/ pihak
melalui investasi dalam bentuk aset dan / atau tabarru' yang memberikan
pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan syariah.
Akad yang sesuai dengan syariah adalah yang tidak mengandung
gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, dzulm (penganiayaan),
risywah (suap), barang haram dan maksiat.

2) Cikal Bakal Asuransi Syariah
a. Al-Aqila ( )
Yaitu saling memikul atau bertanggung jawab untuk keluarganya. Jika
salah satu anggota suku terbunuh oleh anggota suku yang lain, pewaris
korban akan dibayar dengan uang darah (diyat) sebagai konpensasi
saudara terdekat dari terbunuh. Saudara terdekat dari pembunuh disebut
aqilah. Lalu mereka mengumpulkan dana (al-kanzu) yang
diperuntukkan membantu keluarga yang terlibat dalam pembunuhan
tidak sengaja.
b. Al-Muwalah ( )
Yaitu perjanjian jaminan. Penjamin menjamin seseroang yang tidak
memiliki waris dan tidak diketahui ahli warisnya. Penjamin setuju
untuk menanggung bayaran dia, jika orang yang dijamin tersebut
melakukan jinayah. Apabila orang yang dijamin meninggal, maka
penjamin boleh mewarisi hartanya sepanjang tidak ada ahli warisnya.

Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk
pengertian riayatus suun(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh negara
atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya ataupun miskin.
Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di tanggung oleh Baitul Mal (kas
negara). Adapun peran non-pemerintah (swasta) dalam pembiayaan kesehatan
bukanlah hal yang utama.
Negara bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu.
Nabi saw Bersabda: Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung
jawab atas rakyatnya ( HR al-Bukhari).

Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi konvensional, di
antaranya adalah sebagai berikut:
Akad (Perjanjian)
Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara pihak-pihak yang
29

melakukannya harus jelas secara hukum ataupun non-hukum untuk
mempermudah jalannya kegiatan bisnis tersebut saat ini dan masa
mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar yang
menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara syariah.
Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek asuransi
syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus jelas,
menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong (takaful).
Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad tadabuli atau
perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian jual beli didasarkan
atas adanya penjual, pembeli, harga, dan barang yang diperjual-
belikan. Sementara itu di dalam perjanjian yang diterapkan dalam
asuransi konvensional hanya memenuhi persyaratan adanya penjual,
pembeli dan barang yang diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga
tidak dapat dijelaskan secara kuantitas, berapa besar premi yang harus
dibayarkan oleh peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang
pertanggungan. Karena hanya Allah yang tahu kapan kita meninggal.
Perusahaan akan membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan
perjanjian, akan tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta
tidak jelas tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka
perusahaan akan untung namun apabila peserta baru sekali membayar
ditakdirkan meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan demikian
menurut pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan
(gharar) dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang
polis (pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima
pemegang polis (pada produk non-saving).

Gharar (Ketidakjelasan)
Definisi gharar menurut Madzhab Syafii adalah apa-apa yang
akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan akibat yang paling
kita takuti.
Gharar/ketidakjelasan itu terjadi pada asuransi konvensional,
dikarenakan tidak adanya batas waktu pembayaran premi yang
didasarkan atas usia tertanggung, sementara kita sepakat bahwa usia
seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa. Jika baru sekali seorang
tertanggung membayar premi ditakdirkan meninggal, perusahaan akan
rugi sementara pihak tertanggung merasa untung secara materi. Jika
tertanggung dipanjangkan usianya, perusahaan akan untung dan
tertanggung merasa rugi secara financial. Dengan kata lain kedua
belah pihak tidak mengetahui seberapa lama masing-masing pihak
menjalankan transaksi tersebut. Ketidakjelasan jangka waktu
pembayaran dan jumlah pembayaran mengakibatkan ketidaklengkapan
suatu rukun akad, yang kita kenal sebagai gharar. Para ulama
berpendapat bahwa perjanjian jual beli/akad tadabuli tersebut cacat
secara hukum.
Pada asuransi syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu
suatu niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang
ditakdirkan mendapat musibah. Mekanisme ini oleh para ulama
dianggap paling selamat, karena kita menghindari larangan Allah
30

dalam praktik muamalah yang gharar.
Pada akad asuransi konvensional dana peserta menjadi milik
perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan dalam asuransi
syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta (shahibul mal) dan
perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak bisa mengklaim menjadi
milik perusahaan.

Tabarru dan Tabungan
Tabarru berasal dari kata tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang
artinya sumbangan atau derma. Orang yang menyumbang disebut
mutabarri (dermawan). Niat bertabbaru bermaksud memberikan dana
kebajikan secara ikhlas untuk tujuan saling membantu satu sama lain
sesama peserta asuransi syariah, ketika di antaranya ada yang
mendapat musibah. Oleh karena itu dana tabarru disimpan dalam
rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa musibah, dana klaim yang
diberikan adalah dari rekening tabarru yang sudah diniatkan oleh
sesama peserta untuk saling menolong.
Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena
musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat
balasan yang sangat besar di hadapan Allah, sebagaimana digambarkan
dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya
maka Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu
Daud).
Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur saving
maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain terdiri dari unsur
dana tabarru terdapat pula unsur dana tabungan yang digunakan
sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara investasi pada
asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru karena tidak ada
unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan kepada peserta sesuai
dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan diri maka dana
tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada peserta secara
penuh.
Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam asuransi
konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya
menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir.
Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi
konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus
asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia
sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya
sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu.
Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara
perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang
pertanggungannya. Hal ini dipandang karena keuntungan yang
diperoleh berasal dari keberanian mengambil risiko oleh perusahaan
yang bersangkutan. Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi
apabila pemegang polis mengambil asuransi itu tidak dapat disebut
judi. Yang boleh disebut judi jika perusahaan asuransi mengandalkan
banyak/sedikitnya klaim yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan
31

asuransi sangat dipengaruhi oleh banyak /sedikitnya klaim yang
dibayarkannya.

Riba
Dalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam riba.
Hal demikian juga dilakukan saat perhitungan kepada peserta,
dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi
konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi wajib
dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan serta
memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus dipenuhi.
Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi
dan Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam
peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem bunga.
Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan
syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk
investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat 130,"Hai orang-
orang yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang
riba itu bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk
pemakaian riba, pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya
bersabda kepada mereka semua sama."(HR Muslim)

Dana Hangus
Ketidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional ketika seorang
peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa mengundurkan diri
sebelum masa reversing period. Sementara ia telah beberapa kali
membayar premi atau telah membayar sejumlah uang premi. Karena
kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan tersebut menjadi
hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau asuransi
kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim, maka premi
yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik perusahaan.
Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi konvensional
akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta asuransi
terutama bagi mereka yang tidak mampu melanjutkan karena suatu hal.
Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan, sedangkan
jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan hangus. Kondisi
ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip muamalah melarang
kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara ( tidak ada yang
merugikan dan dirugikan).
Asuransi syariah dalam mekanismenya tidak mengenal dana hangus,
karena nilai tunai telah diberlakukan sejak awal peserta masuk
asuransi. Bagi peserta yang baru masuk karena satu dan lain hal
mengundurkan diri maka dana/premi yang sebelumnya dimasukkan
dapat diambil kembali kecuali sebagian kecil dana yang dniatkan
sebagai dana tabarru (dana kebajikan). Hal yang sama berlaku pula
32

pada asuransi kerugian. Jika selama dan selesai masa kontrak tidak
terjadi klaim, maka asuransi syariah akan membagikan sebagian
dana/premi tersebut dengan pola bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai
kesepakatan si awal perjanjian (akad). Jadi premi yang dibayarkan
pada awal tahun masih dapat dikembalikan sebagian ke peserta (tidak
hangus). Jumlahnya sangat tergantung dari hasil investasinya.

Pandangan islam mengenai asuransi kesehatan

Melibatkan diri ke dalam asuransi ini, adalah merupakan salah satu ikhtiar
untuk mengahadapi masa depan dan masa tua. Namun karena masalah asuransi ini
tidak dijelaskan secara tegas dalam nash, maka masalahnya dipandang sebagai
masalah ijtihadi, yaitu masalah yang mungkin masih diperdebatkan dan tentunya
perbedaan pendapat sukar dihindari. Ada beberapa pandangan atau pendapat
mengenai asuransi ditinjau dari fiqh Islam :
1) Asuransi itu haram dalam segala bentuknya, temasuk asuransi jiwa.
Pendapat ini dikemukakan oleh Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqii
(mufti Yordania), Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhil al-Muthi
(mufti Mesir). Alasannya :
a. Asuransi sama dengan judi.
b. Asuransi mengandung unsur-unsur tidak pasti.
c. Asuransi mengandung unsur riba atau renten.
d. Asuransi mengandung unsur pemerasan, karena pemegang polis,
apabila tidak bisa melanjutkan pembayaran preminya, akan hilang
premi yang sudah dibayar atau dikurangi.
e. Premi-premi yang sudah dibayar akan diputar dalam praktek-
praktek riba.
f. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak
tunai.
g. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis, dan sama halnya
dengan mendahului takdir Allah.
2) Asuransi konvensional diperbolehkan. Pendapat kedua ini
dikemukakan oleh Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa (guru
besar Hukum Islam Fakultas Syariah Universitas Syria), Muhammad
Yusuf Musa (guru besar Hukum Isalm Universitas Cairo Mesir), dan
Abd. Rakhman Isa (pengarang kitab al-Muamallha al-Haditsah wa
Ahkamuha). Mereka beralasan :
a. Tidak ada nash (al-Quran dan Sunnah) yang melarang asuransi.
b. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
c. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
d. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum, sebab premi-
premi yang terkumpul dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek
yang produktif dan pembangunan.
33

e. Asuransi termasuk akad mudhrabah (bagi hasil).
f. Asuransi termasuk koperasi (Syirkah Taawuniyah).
g. Asuransi dianalogikan (qiyaskan) dengan sistem pensiun seperti
taspen.
3) Asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan dan yang bersifat
komersial diharamkan. Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh
Muhammad Abdu Zahrah (guru besar Hukum Islam pada Universitas
Cairo). Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama
dalam asuransi yang bersifat komersial (haram) dan sama pula dengan
alasan kelompok kedua, dalam asuransi yang bersifat sosial (boleh).

34

DAFTAR PUSTAKA



Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran yang
Bermutu. Semarang.

Azwar, Azrul (1995): Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, PT.
Binarupa Aksara, Jakarta.

Azwar, Azrul (1995): Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan; Yayasan
Penerbitan IDI; Jakarta.

Azwar, Azrul, Justam, Judil dan Bustami, Nilda S (1983) : Bunga rampai, dokter
keluarga; Kelompok Studi Dokter Keluarga, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1986): Survai Nasional Kesehatan Rumah Tangga
tahun 1985/1986, DEPKES RI, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (1989): Sistem Kesehatan Nasional, DEPKES RI,
Jakarta.

Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI. 1996

Prasetyawati AE. Kedokteran Keluarga dan Wawasannya.. Diakses melalui:
http://fk.uns.ac.id/static/resensibuku/BUKU_KEDOKTERAN_KELUAR
GA_.pdf pada 20 Desember 2013

Sistem Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 2010

Sudjoko Kuswadji (1996), Penjaminan Mutu Praktek Dokter Keluarga, Widya
Medika, Jakarta.

Sulastomo (1984), Bunga Rempa Pelayanan Kesehatan, Jakarta.

Tristantoro L. Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran
Dan Residen. FK UGM.

Anda mungkin juga menyukai