Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PENDAHULUAN

SPONDILITIS TUBERKULOSIS
A. Pengertian
Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi pada tulang belakang yang disebabkan oleh
kuman Mycobacterium tuberculosis. Sejak obat anti tuberkulosis dikembangkan dan
peningkatan kesehatan masyarakat, tuberkulosis tulang belakang menjadi menurun di
daerah negara industri, meskipun tetap menjadi penyebab yang bermakna di negara
berkembang. Gejala yang ditimbulkan antara lain demam, keringat terutama malam
hari, penurunan berat badan dan nafsu makan, terdapat masa di tulang belakang,
kiposis, kadang-kadang berhubungan dengan kelemahan dari tungkai dan paraplegi.
Spondilitis tuberkulosis dapat menjadi sangat destruktif. Berkembangnya tuberkulosis
di tulang belakang berpotensi meningkatkan morbiditas, termasuk defisit neurologi
yang permanen dan deformitas yang berat. Pengobatan medikamentosa atau kombinasi
antara medis dan bedah dapat mengendalikan penyakit spondilitis tuberkulosis pada
beberapa pasien. (Sari Pediatri 200!"0(#$%"&&-#$.
Spondilitis tuberkulosis ('B$ atau dikenal dengan Potts disease adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang mengenai
tulang belakang. Spondilitis 'B telah ditemukan pada mumi dari Spanyol dan Peru
pada tahun "&&(." )nfeksi Mycobakcterium tuberculosis pada tulang belakang
terbanyak disebarkan melalui infeksi dari diskus. *ekanisme infeksi terutama oleh
penyebaran melalui hematogen. " Se+ara epidemiologi tuberkulosis merupakan
penyakit infeksi pembunuh nomor satu di dunia, (,- kasus berada di negara
berkembang. .rganisasi kesehatan dunia (/0.$ pada tahun 2000 memperkirakan 2
juta penduduk terserang dan # juta penduduk di seluruh dunia meninggal oleh karena
'B.2,# )nsiden spondilitis 'B masih sulit ditetapkan, sekitar "0- dari kasus 'B
ekstrapulmonar merupakan spondilitis 'B dan ",- dari total kasus 'B.2 1omplikasi
spondilitis 'B dapat mengakibatkan morbiditas yang +ukup tinggi yang dapat timbul
se+ara +epat ataupun lambat. Paralisis dapat timbul se+ara +epat disebabkan oleh abses,
sedangkan se+ara lambat oleh karena perkembangan dari kiposis, kolap 2ertebra dengan
retropulsi dari tulang dan debris.
B. Etiologi
'uberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang merupakan anggota ordo 3+tinomi+etales dan famili
*y+oba+teriase. Basil tuberkel berbentuk batang lengkung, gram positif lemah yaitu
sulit untuk di4arnai tetapi sekali berhasil di4arnai sulit untuk dihapus 4alaupun
dengan 5at asam, sehingga disebut sebagai kuman batang tahan asam. 0al ini
disebabkan oleh karena kuman bakterium memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri
dari lapisan lilin dan lemak (asam lemak mikolat$. Selain itu bersifat pleimorfik, tidak
bergerak dan tidak membentuk spora serta memiliki panjang sekitar 2-6 7m.
C. Patogenesis
Paru merupakan port dentree lebih dari (- kasus infeksi 'B, karena ukuran
bakteri sangat ke+il "-, 7, kuman 'B yang terhirup men+apai al2eolus dan segera
diatasi oleh mekanisme imunologis nonspesifik. *akrofag al2eolus akan memfagosit
kuman 'B dan sanggup menghan+urkan sebagian besar kuman 'B. Pada sebagian ke+il
kasus, makrofag tidak mampu menghan+urkan kuman 'B dan kuman akan bereplikasi
dalam makrofag. 1uman 'B dalam makrofag yang terus berkembang-biak, akhirnya
akan menyebabkan makrofag mengalami lisis, dan kuman 'B membentuk koloni di
tempat tersebut. 8okasi pertama koloni kuman 'B di jaringan paru disebut fokus
primer.
9ia4ali dari fokus primer kuman 'B menyebar melalui saluran limfe menuju ke
kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe dan
hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional
membentuk kompleks primer sedangkan pada penyebaran hematogen kuman 'B masuk
ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. 3danya penyebaran
hematogen inilah yang menyebabkan 'B disebut sebagai penyakit sistemik.
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran
hematogenik tersamar (occult hematogenic spread$, kuman 'B menyebar se+ara
sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. 1uman 'B
kemudian akan men+apai berbagai organ di seluruh tubuh. .rgan yang dituju adalah
organ yang mempunyai 2askularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru
sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Bagian pada tulang belakang yang
sering terserang adalah peridiskal terjadi pada ##- kasus spondilitis 'B dan dimulai
dari bagian metafisis tulang, dengan penyebaran melalui ligamentum longitudinal.
3nterior terjadi sekitar 2,"- kasus spondilitis 'B. Penyakit dimulai dan menyebar dari
ligamentum anterior longitudinal. :adiologi menunjukkan adanya skaloping 2ertebra
anterior, sentral terjadi sekitar "",;- kasus spondilitis 'B. Penyakit terbatas pada
bagian tengah dari badan 2ertebra tunggal, sehingga dapat menyebabkan kolap 2ertebra
yang menghasilkan deformitas kiposis. 9i berbagai lokasi tersebut, kuman 'B akan
bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas selular yang
akan membatasi pertumbuhan.
D. Manifestasi Klinik
Seperti manifestasi klinik pasien 'B pada umumnya, pasien mengalami keadaan
sebagai berikut, berat badan menurun selama # bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar limfe superfisial yang
tidak sakit, batuk lebih dari #0 hari, terjadi diare berulang yang tidak sembuh dengan
pengobatan diare disertai benjolan<masa di abdomen dan tanda-tanda +airan di
abdomen.
*anifestasi klinis pada spondilitis 'B tidak ditemukan pada bayi di ba4ah " tahun.
Penyakit ini baru mun+ul setelah anak belajar berjalan atau melompat. Gejala pertama
biasanya dikeluhkan adanya benjolan pada tulang belakang yang disertai oleh nyeri.
=ntuk diskus intervertebrae terjadi se+ara langsung sehingga menampakkan erosi pada
badan 2ertebra anterior yang disebabkan oleh abses jaringan lunak. 1etersediaan
computerized tomography scan (CT scan$ yang tersebar luas dan magnetic resonance
scan (MR scan) telah meningkat penggunaannya pada manajemen 'B tulang belakang.
CT scan dikerjakan untuk dapat menjelaskan sklerosis tulang belakang dan destruksi
pada badan vertebrae sehingga dapat menentukan kerusakan dan perluasan ekstensi
posterior jaringan yang mengalami radang, material tulang, dan untuk mendiagnosis
keterlibatan spinal posterior serta keterlibatan sacroiliac oin dan sacrum. 0al tersebut
dapat membantu memandu biopsi dan inter2ensi peren+anaan pembedahan. Pe-
meriksaan CT scan diindikasikan bila pemeriksaan radiologi hasilnya meragukan.
Gambaran CT scan pada spondilitis 'B tampak kalsifikasi pada psoas disertai dengan
adanya kalsifikasi periperal.( Magnetic resonance imaging (*:)$ dilaksanakan untuk
mendeteksi massa jaringan, appendicular 'B, luas penyakit, dan penyebaran
subligamentous dari debris tuberculous. Biopsi tulang juga dapat bermanfaat pada
kasus yang sulit, namun memerlukan tingkat pengerjaan dan pengalaman yang tinggi
serta pemeriksaan histologi yang baik. Pada pemeriksaan histologi akan ditemukan
nekrosis kaseosa dan formasi sel raksasa, sedangkan bakteri tahan asam tidak
ditemukan dan biakan sering memberikan hasil yang negatif.
E. Peeriksaan !en"n#ang
Pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
Mycobacterium tuberculosis adalah dengan menggunakan uji tuberkulin (Mantou! tes$.
=ji tuberkulin merupakan tes yang dapat mendeteksi adanya infeksi tanpa adanya
menifestasi penyakit, dapat menjadi negatif oleh karena anergi yang berat atau
kekurangan energi protein. =ji tuberkulin ini tidak dapat untuk menentukan adanya 'B
aktif. Pemeriksaan laju endap darah (8>9$ dilakukan dan 8>9 yang meningkat dengan
hasil ?"00 mm<jam. Pemeriksaan radiologi pada tulang belakang sangat mutlak
dilaksanakan untuk melihat kolumna 2ertebralis yang terinfeksi pada 2,--;0- kasus.
@ertebra lumbal ) paling sering terinfeksi. Pemeriksaan radiologi dapat ditemukan
fokus infeksi pada bagian anterior korpus 2ertebre dan menyebar ke lapisan subkondral
tulang. Pada beberapa kasus infeksi terjadi di bagian anterior dari badan vertebrae
sampai ke diskus intervertebrae yang ditandai oleh destruksi dari end plate. >lemen
posterior biasanya juga terkena. Penyebaran kelebih dari " tingkat vertebrae. 'etapi
gambaran yang spesifik tidak ada sehingga spondilitis 'B sulit dibedakan dengan
infeksi piogenik se+ara klinis."2 Selain itu spondilitis 'B juga dapat dibedakan dengan
tumor, yang menunjukkan gejala tidak spesifik.
$. Penatalaksanaan
Saat ini pengobatan spondilitis 'B berdasarkan terapi diutamakan dengan
pemberian obat anti 'B dikombinasikan dengan imobilisasi menggunakan korset."","2
Pengobatan non-operatif dengan menggunakan kombinasi paling tidak 6 jenis obat anti
tuberkulosis. Pengobatan dapat disesuaikan dengan informasi kepekaan kuman
terhadap obat. Pengobatan )A0 dan rifampisin harus diberikan selama seluruh
pengobatan.:egimen 6 ma+am obat biasanya termasuk )A0, rifampisin, dan
pira5inamid dan etambutol. 8ama pengobatan masih kontro2ersial. *eskipun beberapa
penelitian mengatakan memerlukan pengobatan hanya ;-( bulan, pengobatan rutin
yang dilakukan adalah selama ( bulan sampai " tahun. 8ama pengobatan biasanya
berdasarkan dari perbaikan gejala klinis atau stabilitas klinik pasien. .bat yang biasa
dipakai untuk pengobatannya seper
Tabel 1. 1. Obat tuberkulosis, dosis, dan efek samping
Nama
obat
Dosis
harian
(mg/kgBB/
hr)
Efek samping
!onia!id " # 1" ($%%
mg)
&epatitis, neuritis perifer, hipersensiti'itas
(ifampisin 1% # )%
(*%% mg)
+astrointestinal, reaksi kulit, hepatitis,
trombositopenia, ensim hepar, ,airan tubuh ber-arna
oran.e
/.ra!inam
id
1" # 0% ()) Toksisitas hepar, artralgia, gastrointestinal
Ethambut
ol
1" # )"
(),")
Neuritis optik, penurunan 'isus, hipersensitif,
gastrointestinal
1treptomi
sin
1" # 0% (1) Ototoksik, nefrotoksik
Pada prinsipnya pengobatan tuberkulosis tulang belakang harus dilakukan sesegera
mungkin untuk menghentikan progresi2itas penyakit serta men+egah paraplegia.
Prinsip pengobatan paraplegia Pott sebagai berikut %
". Pemberian obat antituberkulosis
2. 9ekompresi medulla spinalis
#. *enghilangkan<menyingkirkan produk infeksi
6. Stabilisasi 2ertebra dengan graft tulang (bone graft$
Pengobatan terdiri atas %
'erapi konser2atif berupa%
a. 'irah baring (bed rest$
b. *emberi korset yang men+egah gerakan 2ertebra <membatasi gerak
2ertebra
+. *emperbaiki keadaan umum penderita
d. Pengobatan antituberkulosa
2. 'erapi operatif
)ndikasi operasi yaitu%
- Bila dengan terapi konser2atif tidak terjadi perbaikan paraplegia atau malah semakin
berat. Biasanya tiga minggu sebelum tindakan operasi dilakukan, setiap spondilitis t
uberkulosa diberikan obat tuberkulostatik.
- 3danya abses yang besar sehingga diperlukan drainase abses se+ara terbuka dan
sekaligus debrideman serta bone graft.
- Pada pemeriksaan radiologis baik dengan foto polos, mielografi ataupun pemeriksaan
B' dan *:) ditemukan adanya penekanan langsung pada medulla spinalis.
DA$TAR PUSTAKA
Brunner C Suddarth, 200". "uku #ar $epera%atan Medikal "edah, >disi @ol. # . Dakarta %
>GB.
*ansjoer, 3. 2000. $apita &elekta $edokteran. Dilid 2. >disi # Dakarta % E1=)
Pear+e >2elyn B. "((&. #natomi dan 'isiologi untuk Paramedis. Dakarta % P'. Gramedia.
Barpenito, 8. ', "((. "uku &aku (iagnosa $epera%atan. >disi ;. Dakarta ! >GB
Bohndorf 1., )mhof 0. "one and &o)t Tissue *n)lammation. *n + Musculoskeletal *maging % 3
Bon+ise *ultimodality 3pproa+h. Ae4 Fork % 'hieme, 200"

Anda mungkin juga menyukai