Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH GEOLOGI SEJARAH

ZAMAN TRIAS





Disusun oleh :
Chairul Umam (121101106)
Syaifullah Amin (121101108)
Rahma Destirayoga Pratiwi (121101110)
Prasetyo Joko Prasojo (121101111)
Winda Silfia (121101113)
Fachrul Azhar (121101116)
Iqbal Anggara (121101123)

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sesudah selesai pembentukan eraten paleoziokum segera disusul dengan Masa
Mesozoikum. Selama Masa Paleozoikum terbentuklah beberapa pergunungan
perlipatan yang cukup besar antara lain pegunungan-pegunungan sepanjang pantai
samudra Samudra Atlantik di Amerika Utara dan Eropa, rangkaian Pegunungan
Variscia yang memotong erasia(Eropa-Asia) bagian barat, pegunungan-pegunungan
sepanjang pantai timur Australia, Tiongkok dan Serbia. Karena perlipatan
pegunungan Ural maka pada saat itu antara Eropa barat dan Asia bersatu. Antara
Afrika dan Eropa-Asia (Erasia) terdapat pula hubungan darat.
Selama Masa Mesozikum hubungan tersebut lalu susut dan melebur dalam
Geosinklin Tethys besar yang merupakan suatu rangkaian cekungan-cekungan
geosinklin, yang mempunyai peranan penting pada Masa Mesozuikum. Sedang di
sekeliling samudra Pasifik terjadi pula suatu geosinklin yang dikenal sebagai
Geosinklin Lingkar Pasifik atau Circum Pasifik. Perkembangan geosinklin ini sejak
dari cekungan pengendapan hingga menjadi suatu rangkaian pegunungan yang
tianggi sebagian besar berlangsung selama masa mesozoikum.
Perkembangan kehidupan selama Masa Paleozoikum dan selama
Mesozoikum menunjukan adanya perbedaan. Selama masa Paleozoikum golongan
binatang Vertebrata sudah ada dan ini berkembang dan berlanjut hingga Masa
Mesozoikum. Dalam beberapa hal perkembangan golongan binatang invertebrata
selama Masa Paleozoikum jauh lebih banyak dibanding dengan Masa Mesozoikum.
Beberapa kelompok bintang antara lain Trilobita, Tetracoral bertahan selama Masa
Meso Paleozoikum. Graptozoa hanya berkembang selama Zaman Ordovisian dan
Zaman Silur, Blastoida yang hanya berkembang selama Zaman Karbon Atas sampai
perm dan Archeocyatha yang hanya berkembang selama kambrium. Kelompok-
kelompok binatang tersebut di asta sudah tidak dijumpai/punah pada akhir Masa
Paleozoikum dan peranannya digantikan oleh jenis yang lain. Pilum Mollusca yang
tidak memegang peranan penting sebagai fosil petunjuk Masa Paleozoikum, selama
Masa Mesozoikum berkembang dengan baik seperti genus Halobia dan Daonella.
Dengan demikian berdasarkan atas adanya perbedaan dalam kandungan
fosilnya dapat ditentukan dengan jelas batas antara masa Paleozoikum dan Masa
Mesazoikum. Mungkin kandungan fosil di suatu daerah tidak ada ataupun kurang
mencirikan. Hal ini karena pada akhir Masa Paleozoikum dan permulaan Masa
Mesozoikum dicirikan oleh adanay suatu ketidakselarasan, walaupun di beberapa
tempat adanya ketidakselarasan ini dimungkiankan terlihat samar-samar.
Masa Mesozoikum berlangsung dari 225.000 70.000 juta tahun yang lalu,
dengan demikian berlangsung selama 155.000 juta tahun.
Masa Mesozoikum dibagi menjadi 3 zaman yaitu :
1. Zaman Trias
2. Zaman Jura
3. Zaman Kapur
Masing-masing zaman tersebut dicirikan adanya perkembangan kehidupan tertentu
ataupun peristiwa-peristiwa geologi khusus.













BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Zaman Trias
Nama Trias diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi
berkebangsaan Jerman. Nama Trias diambil dari perkembangan endapan
Mesozoikum yang didapatkan di Cekungan Jerman, yang kemudian dianggap sebagai
wilayah tipe untuk Sistem Trias, walaupun singkapan yang relative lengkap dan
banyak mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian barat, Kanada maupun
Timor. Zaman Trias berlangsung dari 245-208 juta tahun lalu.
Zaman Trias dapat dipisahkan dengan Zaman Perm yang merupakan akhir
dari Masa Paleozoikum oleh adanya suatu ketidakselarasan ataupun oleh adanya
perbedaan kandungan fosil. Hal tersebut ternyata tidak dapat diterapkan disemua
daerah. Seperti diketahui bahwa di antara Zaman Perm yang merupakan bagian akhir
dari Masa Paleozoikum dan Zaman Trias yang merupakan permulaan dari Masa
Mesozoikum hanya di beberapa tempat saja di seluruh dunia terjadi orogenesa.
Dengan demikian maka ketidakselarasan yang jelas antara kedua sistem itu jarang
terdapat. Dalam hal yang demikian apabila dari kandungan fosil tidak dapat
membedakan dengan nyata maka sulit untuk memisahkan antara Sistem Perm dan
Sistem Trias, sehingga terpaksa digunakan istilah Permo-Trias. Endapan Permo-Trias
adalah khas untuk daerah di mana endapan darat sebagai hasil endapan utama antara
lain di daerah yang termasuk dalam lingkungan Benua Gondwana.

II.2. Sifat Endapan Zaman Trias
Sistem Trias dapat dibedakan dan berkembang baik sebagai endapan darat,
endapan laut ataupun merupakan endapan geosiklin. Perkembangan endapan Trias
yang merupakan endapan darat ataupun merupakan campuran endapan darat laut
banyak dijumpai di cekungan cekungan Jerman. Cekungan cekungan ini yang
bentuknya tidak teratur, di lingkungi oleh cekungan cekungan antar gunung yang
lebih kecil di mana terjadi Sistem Trias. Karena sistem ini dijumpai dengan baik di
cekungan cekungan yang terdapat di Jerman maka sistem ini dikenal sebagai Trias
Jerman.
Sistem Trias di tempat ini dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Trias Bawah,
Trias Tengah, Trias Atas.
Trias Bawah yang dikenal dengan nama setempat sebagai Buntsandstein
merupakan seri sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batupasir,
batulempung, konglomerat dengan beberapa bagian terdapat sisipan endapan laguna.
Warna seri sedimen tersebut dari merah cerah hingga lembayung, sedang warna-
warna kuning, putih dan hitam sering pula Nampak. Secara stratigrafis seri ini di
bagian bawah terdiri dari batupasir dengan bintik-bintik hitam yang berasal dari
oksida mangan yang dikenal dengan nama setempat sebagai Tigersandstein. Secara
stratigrafis di atasnya dijumpai batupasir yang berwarna bermacam-macam setebal
300 m yang dikenal dengan nama setempat sebagai Haupbuntsandstein dan akhirnya
di bagian atas terdiri dari endapan laguna yang mengandung garam dan gypsum yang
dikenal dengan nama setempat sebagai Roth.
Trias tengah yang dikenal dengan nama setempat Muschelkalk merupakan seri
sedimentasi yang terjadi di laut yang mencapai ketebalan kurang lebih 200 m. Secara
stratigrafis seri ini di bagian bawah terdiri dari batugamping dengan struktur
gelembur gelombang yang banyak mengandung fosil dan dikenal dengan nama
setempat sebagai Wellenkalk. Secara stratigrafis di atasnya dijumpai kelompok
anhidrit yang menunjukan adanya suatu peristiwa penguapan dengan gipsumdan
garam sebagai anggota penyusunya, yang dikenal dengan nama setempat sebagai
Anhydritgruppe. Akhirnya di bagian atas terjadi sedimentasi batugamping berfosil
yang dikenal dengan nama setempat sebagai Hauptmuschelkalk yang kemudian
disusul oleh batuan dolomit yang dikenal dengan nama setempat sebagai
Grenzdolomit dan bagian teratas diakhiri dengan terbentuknya endapan paralas
dengan ciri terjadinya lapisan batubara yang dikenal dengan nama setempat sebagai
Lettenkohle.
Trias atas yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan seri
sedimen yang seluruhnya diendapakan di darat. Pada bagian alasnya terdiri dari
dolomit dan gypsum yang merupakan endapan penguapan, yang diakhiri dengan
batupasir yang diendapkan di sungai deengan fosil tumbuh tumbuhan yang
menyerupai ekor kuda yang dikenal dengan nama setempat sebagai Schlifsandstein.
Selain Sistem Trias berkembang sebagai endapan darat, endapan laut yang
lebih dikenal sebagai Trias Jerman, maka dijumpai pula endapan Trias yang
berkembang sebagai endapan geosiklin. Untuk endapan Trias yang berkembang
sebagai endapan geosinklin mempunyai daerah tipe di pegunungan Alpina Austria.
Oleh sebab itu disebut sebagai Trias Alpina. Ditempat ini dapat diketahui urutan
stratigrafinya sebagai berikut :
1. Bagian Bawah terdiri dari batupasir yang dikenal sebagai Werfener
Schichten, endapan-endapan garam Salzkammergut, Salzburg dan
sebagian konglomerat Verrucano. Bagian bawah ini berumur Scythian
(Trias Bawah).
2. Bagian Tengah terdiri dari batugamping dan dolomit yang dikenal sebagai
batugamping Wetterstein, Dolomit Ramsau, Batugamping Diplopora dan
Cephalopoda. Bagian tengah ini berumur dari Anisian (Trias Tengah
bagian bawah) sampai Ladinian (Trias Tengah bagian tengah).
3. Bagian Atas terdiri dari batugamping yang sebagian besar merupakan
batugamping koral, atau dikenal sebagai Batugamping Dachstein,
Batugamping Halstatt, Reiber Schichten dan Hauptdolomit. Bagian atas
ini berumur dari Karnian (Trias Tengah bagaian atas) sampai Norian
(Trias Atas bagian bawah).
Salah satu hal yang menarik untuk Sistem Trias ini adalah bahwa baik untuk Trias
Jerman maupun Alpina banyak mengandung fosil.


Gambar 1. Flora dan Fauna Zaman Triass dan Jura
Nobella.2011
II.3. Umur Zaman Trias
Sistem Trias dicirikan dengan adanya perkembangan pertumbuhan terutama
pada Pilum Mollusca dari kelas Cephalopoda dan Gastropoda, sedang untuk jenis
vetrebrata mengalami perkembangan yang sangat baik.

II.4. Dijumpainya Endapan Trias
Trias Jerman yaitu sistem trias yang berkembang sebagai fasies darat atau
campuran fasies darat-laut, mempunyai pelamparan yang cukup luas antara lain
didaerah tipenya yaitu di daerah cekungan Jerman. Ditempat ini yang termasuk dalam
daerah Schwarzwald tersingkap trias bawah, trias tengah, dan trias atas dengan fosil
yang terkhususkan untuk zaman trias, antara lain: miophoria vulgaris.
Di Seram endapan Trias di jumpai di Seram Timur, Tengah dan Barat yang
semuanya berumur Trias atas, Endapannya sudah dipengaruhi oleh tektonik yang kuat
sehingga menghasilkan kelompok yang sudah mengalami erosi dan denudasi. Di
Seram Timur endapan Trias Atas berkembang sebagai sekis, batu lempung hitam,
napal, batugamping pasiran dengan lensa lensa batubara. Fosil yang dijumpai antara
lain Ammonit dan Monotis salinaria yang menunjukan umur Norian. Diseram Tengah
Endapan Trias Atas meliputi Karnian sampai Norian. Seri Karnian merupakan
endapan flysch di bagian bawah seperti konglomerat, greywacke, breksi yang makin
keatas berubah menjadi batu sabak Insana (disebut pula sebagai Batu Sabak
Manusela) dengan kandungan fisil Halobia dan Joanites.
Seperti Nornian terdiri dari lapisan Kanika yang di bagian bawah tersusun oleh
batupasir, batu lempung, batu gamping, dengan fosil Trigona, Myophoria dan
Cephalopoda, sedang bagian atas tersusun oleh batugamping dengan fosil Monotis
salinaria. Diseram Tengah diantara seri Karnian dan Norian dibatasi oleh bidang
ketidakselarasan. Diseram barat endapan Trias Atas dibagian bawah terdiri dari filit,
sedang bagian atas terdiri dari endapan flysch antara lain konglomerat dan breksi.
Dipulau Leti, Moa, Babar dan Tanibar endapan Trias atas berkembang sebagai
endapan Trias di timor. Bahkan fosil radiolaria yang khas dijumpai di pulau timor
didapatkan pula dipulau-pulau tersebut. Hal ini memberikan kesan bahwa antara
pulau timor dan pulau pulau kecil tersebut pada zaman Trias setidaknya pada Trias
atas merupakan pelamparan dari suatu cekungan sedimen yang sama.
Dipulau roti endapan Trias Atas berkembang sebagai batupasir, napal,
batugamping, dengan fosil Halobia Monotis, sedang dipulau Suwu dan Ranjuna yang
merupakan seri Karnian Bawah dan Nornian berkembang sebagai batugamping
dengan fosil Holobia. Di pulau Goam, Watubela, Kei, Jamdena, Molu dan Selu telah
diketahui pula adanya endapan Trias tetapi data geologi yang berhasil dikumpulkan
masih sangat terbatas.
Selain Pulau Timor dimana didapatkan endapan Trias yang relatif lengkap,
endapan Trias dijumpai pula di Pulau Mison. Pulau Misool berada diluar jalur
orogenesa muda yang berpengaruh di di indonesia timur. Oleh karena itu endapan
Mesosoikum ditempat ini tidak banyak berubah sehingga stratigrafinya masih mudah
dikenal. Stratigrafi endapan Trias di pulau ini meliputi umur karnian, Ladinian serta
Norian, Seri karnian dan mungkin pula meliputi seri lidinian yang dicirikan oleh fosil
holobia dan daonela yang berkembang sebagai batu pasir, serpih , batugamping
pasiran, greywacke dan batu sabak yang secara keselurusan disebut lapisan Keskain.
Secara tidak selaras diatas lapisan Keskain didapatkan seri norian bawah yang
berkembang sebagai napal kelabu, serpih hitam dan batu gamping. Fosil yang
dijumpai antara lain Chepalopoda, Crinoida, koral yang paling banyak adalah fosil
Mollusca dari jenis nucula yang khas.

II.5. Perkembangan Endapan Trias di Indonesia
Selama masa Mesozoikum di Indonesia terjadi cekungan-cekungan yang
sempit serta memanjang termasuk dalam rangkaian Geosinklin Tethys. Di dalam
cekungan-cekungan tersebut diendapkan batuasn sedimen dengan fasies yang
bermacam-macam bermula dari fasies darat sampai fasies laut ataupun fasies
Geosinklin. Didasarkan atas fasiesnya Sistem Trias di Indonesia datap dibagi menjadi
2 yaitu:
1. Indonesia bagian barat: dengan macam fasies bermula dari fasies paralas,
volkanik, laut terutama berkembang sebagai batugamping. Perkembangannya
meliputi beberapa bagian dari Sumatra, Kalimantan (serta Melayu) dan pulau-
pulau kecil diantara ketiga daerah tersebut.
2. Indonesia bagian timur: dengan macam fasies seperti perkembangan di
Indonesia di bagian barat, hanya di tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik,
terutama berkembang sebagai batugamping. Perkembangannya meliputi
Sulawesi timur dan tenggara, pulau-pulau kecil di Nusa Tenggara antara lain
Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau Tanimbar, Pulau Kei, Pulau
Seram, Pulau Buru, dan Pulau Buton.
Di Sumatera Sistem Trias dijumpai di daerah Rokan, Danau Toba, Danau
Singkarak, Jambi, Bangka, Belitung dan KepulUn Lingga. Di sekitar Danau Toba
Sistem Trias dijumpai dengan baik di dekat prapat, berkembang sebagai serpih,
batugamping yang mengandung fosil Halobia dan Clienites yang menunjukan umur
trias atas. Sistem Trias dijumpai pula di daerah sekitar Sawahlunta, Pegunungan
Karikir, Air Katiale, Kolok, Sungai Lurah Tambang, Bukit Besi dan Bukit Panjang
yang berkembang sebagai batugamping, batulempung, serpih batupasir, dan batuan
volkanik. Fosil yang dijumpai antara lain Halobia, Pecten, Pinna, Myophora,
Cardita, dan Gonodon.

II.6. Kesan Kehidupan Selama Zaman Trias
Perkembangan dalam zaman trias menunjukan banyak terjadi perubahan baik
untuk jenis fauna terutama untuk golongan vertebrata maupun golongan inverterbrata.
Golongan invertebrata pilum braciopoda dan pilum moluska serta pilum artopoda.
Untuk pilum moluska termasuk di antaranya dari kelas pelecipoda dan kelas
cepalopoda sedang untuk pilum artopoda kususnya yang termasuk kelas crustacea.
Demikian pula untuk jenis flora menunjukan adanya perkembangan yang pesat.
Untuk jenis vertebrata khususnya yang termasuk reptilia sedang mulai dikenal
rutiodon (sebangsa phitosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam lingkungan
air kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang kemudian
punah dalam zaman ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula antara lain
yang termasuk keluarga dinosaurus iyalah anchiasaurus, cynognathus, thrinacondon,
placeriasgigas, inchtiyosurus yang berkembang pada zaman trias dan punah pula pada
akhir zama trias
Yang termasuk golongan invertebrata antara lain pilum brachiopoda beberapa
diantaranya telah terkhususkan sehingga dapat dipergunakan sebagai fosil indeks.
Disamping itu didapatkan pula perkambangan yang baik dari kelas cephalopoda dan
kelas pelecypoda, beberapa diantaranya terkhususkan sehingga dapat dipergunakan
sebagai fosil indeks. Rupa-rupanya iklim pada saat itu memungkinkan pertumbuhan
pilum coelenterata sehingga dapat mewakili pilum arthopoda antara lain pemphix
sueuri merupakan jenis udang yang diketahui tertua hingga saat ini.
Untuk jenis flora diwakili oleh singillaria dna lepidodendron sudah mulai
berkurang pada zama trias sebaliknya pada zaman ini mulai berkembang dengan baik
kelas, Cycadeoidae yang termasuk anggota dari pilum spermatophyta yang diwakili
oleh saminguelialewiti.

II.7. IklimTrias
Iklim pada zaman Trias dibedakan menjadi 2, yaitu :
1. Kering, panas : dengan endapan garam di Trias Jerman. batupasir merah,
mudcrack, dreikanter (gurun, stepa), evaporit.
2. Tropis : dengan endapan batubara di Gondwana (India, Australia, Siberia)
reptilia (Afrika Selatan, Amerika Selatan), terumbu koral (Alaska, Eropa).














Gambar 2. Konfigurasi benua dan samudra pada zaman Trias.
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Zaman Trias berada sekitar 225 - 190 juta tahun yang lalu. Nama Trias berasal
dari Jerman dan mempunyai arti tiga (lapisan endapan). Zaman ini adalah yang paling
kering dan tidak subur, ditandai dengan jarangnya didapat fosil hewan maupun
tumbuhan. Fosil yang ditampilkan berasal dari Timor yaitu Amonit (Moluska dari
kelas Sefalopoda) antara lain: Joanites sp., Hypocladicites sp, Jovites sp., Indonesites
sp.; serta beberapa fosil dari Jerman yang di antaranya bergaris tengah 50 cm dan
tebalnya 20 cm.
Iklim pada zaman Trias dibedakan menjadi 2, yaitu :
3. Kering, panas : dengan endapan garam di Trias Jerman. batupasir merah,
mudcrack, dreikanter (gurun, stepa), evaporit.
4. Tropis : dengan endapan batubara di Gondwana (India, Australia, Siberia)
reptilia (Afrika Selatan, Amerika Selatan), terumbu koral (Alaska, Eropa).














DAFTAR PUSTAKA

Sukandarrumidi., 2005. Geologi Sejarah. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Nurul, Nabella., 2012. Tugas Kuliah Geologi Sejarah.

Anda mungkin juga menyukai