Anda di halaman 1dari 9

Tata Laksana Pajanan Darah

Pasien HIV / AIDS


No. Dokumen
03.5.03.10224.14

Prosedur
Tetap
Pengertian
Tujuan

Kebijakan
Prosedur

Unit Terkait

Tanggal Terbit
1 April 2004

No. Revisi
0

Halaman
1/1

Ditetapkan,
Direktur Utama
Dr. Sri Endarini, MPH.
NIP. 140058832

Luka tusuk pada petugas, karena alat benda


tajam/jarum bekas pasien HIV/AIDS tanpa disengaja.
Mencegah resiko penularan dari penderita ke petugas
kesehatan yang berhubungan dengan pekerjaan petugas
kesehatan karena luka tusuk akibat benda tajam/jarum
bekas pasien HIV/AIDS.
Memperhatikan kesehatan dan keselamatan kerja
1.
Persiapan
1.1. Alat :
1.1.1.
Nacl 0,9 %
1.1.2.
Air bersih
1.1.3.
Sabun
atau
larutan
antiseptik
2. Langkah-langkah
2.1.
Bila terjadi luka tusuk jangan panik,
atasi dengan prosedur dalam waktu 4 jam
2.2.
Segera cuci bagian tubuh yang tertusuk
dengan air mengalir dan sabun atau aniseptik,
luka jangan di pencet-pencet
2.3.
Percikan pada mukosa atau kulit segera
dibilas dengan guyuran air.
2.4.
Mata di irigasi menggunakan larutan
NaCl 0,9%
2.5.
Segera laporkan kepada tim HIV/AIDS
dan Tin Pengendali infeksi RS
2.6.
Segera ikuti penatalaksanaan profilaksis
pasca pajangan.
3. Hal hal yang harus diperhatikan :
3.1.
Ketenangan dalam bertindak
3.2.
Cermat dan teliti
SMF
31

Konseling HIV / AIDS


No. Dokumen
03.5.03.10224.15

Prosedur
Tetap
Pengertian

Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Tanggal Terbit
1 April 2004

No. Revisi
0

Halaman
1/3

Ditetapkan,
Direktur Utama
Dr. Sri Endarini, MPH.
NIP. 140058832

Suatu proses konsultasi untuik membantu pasien


mempelajari situasi mereka, mengenali dan melakukan
pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang
diberikan lingkungan.
1.
Menyediakan dukungan psikologik.
2.
Mencegah penularan HIV.
3.
Menyediakan informasi tenteng perilaku
beresiko.
4.
Membantu mengembangkan keahlian pribadi
yang diperlukan untuk menjalani kebiasaan hidup
aman.
5.
Memastikan pengobatan yang efektif termasuk
pemecahan masalah dengan menangani isu.
1.
Konseling diberikan oleh konselor yang telah
terlatih.
2.
Ruang konseling harus aman, nyaman serta
perlu manjaga kerahasiaan.
3.
Syarat-syarat konselor di Rumah Sakit:
3.1. Harus terlatih melalui pelatihan atau
pendidikan formal.
3.2. Menyediakan diri dan waktunya untuk
membantu pasien melalui konseling.
3.3. Dapat berempati dan mendengarkan dengan
perhatian.
3.4. Memahami proses infeksi HIV dan infeksi
opotunistik.
3.5. Dapat menyimpan rahasia.
1. Persiapan :
1.1. Alat :
1.1.1. Leaflet
1.1.2. Ruang konseling
1.1.3. Meja dan kursi untuk petugas dan pasien

32

Konseling HIV / AIDS


No. Dokumen
03.5.03.10224.15

Prosedur
Tetap

No. Revisi
0

Halaman
2/3

Tanggal Terbit
1 April 2004
2. Langkah langkah :
2.1. Konseling pencegahan :
2.1.1. Pemahaman HIV / AIDS dan dampak fisik
serta psikososial.
2.1.2. Cara penularan dan tidak menularkan serta
pencegahan.
2.1.3. Pemahaman perilaku hidup sehat.
2.1.4. Mendorong perubahan perilaku kearah
hidup sehat.
2.2. Konseling Pre test
2.2.1. Motif pelaksanaan test sukarela.
2.2.2. Interpretsi hasil yest meliputi:
2.2.2.1. penapisan dan konfirmasi
2.2.2.2. tanpa gejala dan gejala nyata.
2.2.2.3. Pemahaman aakan infeksi HIV dan
dampaknya. HIV tidak dapat
sembuh namun dapat tetap
produktif.
2.2.2.4. Infeksi opotunistis dapat diobati.
2.2.3. Estimasi hasil
2.2.3.1. Kesiapan
mental
emosional
penerimaaan hasil pemeriksaan.
2.2.3.2. Kajilah resiko bukan harapan hasil.
2.2.3.3. Periode jendela.
2.2.4. Membuat rencana jika didapatkan hasil.
2.2.4.1. Apa yang dilakukan jika hasil
positif atau negatif.
2.2.4.2. Memperkirakan dukungan dari
orang dekat / sekitar pasien.
Membangun pemahaman hidup
sehat dan mendorong perilaku
sehat.
2.2.4.3. Membuat
keputusan
:
melaksanakan test / tidak.
33

Konseling HIV / AIDS


No. Dokumen
03.5.03.10224.15

Prosedur
Tetap

Unit Terkait

No. Revisi
0

Halaman
3/3

Tanggal Terbit
1 April 2004
2.3. Konseling Pasca test
2.3.1. menilai situasi psikososial terkini,
mendukung mental emosional pasien.
2.3.2. Menilai pemahaman klien.
2.3.3. Membacakan hasil.
2.3.4. Mendukung emosi klien, vestilasi dan
mendorong klien bicara lebih lanjut.
2.3.5. Manajemen pemecahan masalah : gali
masalah, pahami dan pahamkan pada
klien, susun rencana. Membantu membuet
rencana menghadapi kehidupan pasca
pemantapan hasil dengan perubahan
kearah perilaku sehat.
2.4. Konseling menghadapi kematian
2.4.1. Pemahaman akan makna hidup.
2.4.2. Pemahaman kan makna meninggal duania.
2.4.3. Cita-cita yang sudah tercapai.
2.4.4. Cita-cita yang belum kesampaian.
2.4.5. Pada siapa dan bagaimana cita-cita
yangbelum tercapai disampaikan.
2.5. Konseling kepatuhan berobat
2.5.1. Pemahaman jenis, cara dan proses
pengobatan.
2.5.2. Pemahaman dampak putus obat.
2.5.3. Dukungan untuk mengurangi beban
psikologik yang membuat pasien merasa
sakit / cacat / tidak berdaya, tak ada
harapan menghadapi kehidupan karena ia
harus meggunakan obat dalam jangka
waktu panjang.
3.
Hal hal yang harus diperhatikan :
3.1.
Tahap penerimaan pasien
3.2.
Respon pasien
3.3.
Kerahasiaan pasien
SMF, IRNA
34

Perawatan Jenazah Pasien


HIV/AIDS
No. Dokumen
03.5.03.10224.16

Prosedur
Tetap
Pengertian
Tujuan

Kebijakan

Prosedur

Tanggal Terbit
1 April 2004

No. Revisi
0

Halaman
1/3

Ditetapkan,
Direktur Utama
Dr. Sri Endarini, MPH.
NIP. 140058832

Memberikan perawatan jenazah pasien HIV/AIDS


dengan aman dan benar.
1.
Melindungi petugas / keluarga, lingkungan dari
tertularnya virus HIV/AIDS
2.
Memberikan rasa aman bagi petugas yang
merawat / memandikan jenazah HIV/AIDS.
1. Petugas yang merawat jenazah menggunakan alat
pelindung pribadi secara lengkap.
2. Petugas telah mengetahui cara membersihkan mayat
yang infeksius.
3. Jenazah dengan kasus HIV / AIDS tidak boleh
dimandikan di rumah pasien
1.
Persiapan :
1.1. Alat :
1.1.1. Masker
1.1.2. Sarung tangan karet
1.1.3. Apron
1.1.4. Sepatu Boot
1.1.5. Kapas / kassa
1.1.6. Plester kedap air
1.1.7. Identitas jenazah
2.
Langkah langkah :
2.1. Tindakan di ruangan :
2.1.1. Mencuci tangan sebelum memakai sarung
tangan karet
2.1.2. Pakai masker penutup mulut dan baju
pelindung (Apron)
2.1.3. Luruskan tubuh, tutup mata telinga dan
mulut dengan kapas atau kasa.
2.1.4. Tutup anus dengan kasa dan plester kedap
air.

35

Perawatan Jenazah Pasien


HIV/AIDS
No. Dokumen
03.5.03.10224.16

Prosedur
Tetap

No. Revisi
0

Halaman
2/3

Tanggal Terbit
1 April 2004

2.1.5. Lepaskan alat kesekatan yang terpasang


dan amankan.
2.1.6. Setiap luka harus diplester rapat.
2.1.7. Pasang label identitas jenazah pada kaki.
2.1.8. Mencuci tangan sesudah melepas sarung
tangan.
2.1.9. Keluarga/ teman diberi kesempatan untuk
melihat jenazah.
2.2. Tindakan di kamar jenazah :
2.2.1. Petugas cuci tangan sebelum memakai
sarung tangan.
2.2.2. Alat perlindungan pribadi dikenakan:
2.2.2.1. Sarung tangan karet panjang sampai
siku.
2.2.2.2. Sepatu boot
2.2.2.3. Pelindung wajah (masker dan kaca
mata)
2.2.2.4. Apron plastik kedap air.
2.2.2.5. Jas
2.2.3. Jenazah dimandikan
2.2.4. Bungkus jenazah dengan kain kafan atau
kain pembungkus sesuai agama dan
keyakinan yang dianut.
2.2.5. Cuci tangan dengan sabun setelah sarung
tangan dilepas.
2.3. Jenazah yang telah dibungkus tidak boleh
dibuka lagi.
2.4. Jenazah tidak boleh dibalsam, disuntik untuk
pengawetan kecuali oleh petugas khusus.
2.5. Jenazah tidak boleh diotopsi, dalam hal tertentu
otopsi dilakukan setelah mendapat persetujuan
dari pimpinan RS.

36

Perawatan Jenazah Pasien


HIV/AIDS
No. Dokumen
03.5.03.10224.16

Prosedur
Tetap

Halaman
3/3

Tanggal Terbit
1 April 2004

3.

Unit Terkait

No. Revisi
0

Hal hal yang harus diperhatikan :


3.1. Segera mencuci kulit dan permukaan lain
dengan iar bila terkena darah atau cairan tubuh
lain.
3.2. Dilarang memanipulasi alat suntik, atau jarum
suntik buang semua alat/ benda tajam dalam
wadah tahan tusukan.
3.3. Setiap permukaan yang terkena percikan atau
tumpahan darah, segera dibersihkan dengan
larutan klorin 0,5 %.
3.4. Peralatan yang akan dipakai lagi harus diproses
dengan urutan : dekontaminasi, pembersihan,
desinfeksi atau terilisasi.
3.5. Sampah dan bahan terkontaminasi ditempatkan
dalam kantong plastik, pembuangan sampah
dan bahan tercemar sesuai cara pengelolaan
sampah medis.

IRNA, Kamar Jenazah

37

Pembuangan Sputum Dengan BTA


No. Dokumen
03.5.03.10224.17

Prosedur
Tetap
Pengertian
Tujuan

Kebijakan
Prosedur

Tanggal Terbit
1 April 2004

No. Revisi
0

Halaman
1/1

Ditetapkan,
Direktur Utama
Dr. Sri Endarini, MPH.
NIP. 140058832

Membuang dahak dari bronchi dan trachea dengan


BTA
1.
Mencegah penularan TB dari dahak yang
dikeluarkan.
2.
Memberikan rasa aman pada petugas kesehatan
dan lingkungan.
1.
Memperhatikan kesehatan dan keselamatan
kerja
2.
Pemberantasan penyakit TBC
1.
Persiapan :
1.1.Alat :
1.1.1.
Sputum pot (tempat
ludah) yang tertutup Cairan desinfektan.
1.1.2.
Kantung plastik.
2. langkah langkah :
2.1.
Cuci tangan
2.2.
Dekatkan alat alat di kamar pasien
2.3.
Beri penjelasan kepada pasien TBC
tentang :
2.3.1.
Saat batuk dianjurkan
menutup mulut dengan sapu tangan atau
tissu.
2.3.2.
Bila batuk berdahak
masukkan dahak dalam sputum pot yang
telah diisi cairan des infektan.
2.3.3.
Anjurkan pada pasien
untuk menjaga agar dahak tidak terpercik
kemana-mana.
2.3.4.
Anjurkan pada pasien
agar segera ganti pot bila sputum dalam
pot telah terisi nya.
2.4.
Tutup segera, buang sputum padat
dalam kantung plastik, buang ke sampah medis.
2.5.
Kirim ke sanitasi RS.
38

3.
Unit Terkait

Hal hal yang harus diperhatikan :


3.1. Kebersihan lingkungan
3.2. Tingkat pengetahuan /kepatuhan pasien
ISRS, IRNA

39

Anda mungkin juga menyukai