Anda di halaman 1dari 15

ULKUS KORNEA PERFORASI ET CAUSA SUSPEK BAKTERIAL

LAPORAN KASUS
Penguji kasus

: dr. Kentar Arimadyo S, Msi.Med., Sp.M

Pembimbing

: dr. Deratresna Utami

Dibacakan oleh

: Dea Prita

Dibacakan tanggal

: 4 November 2013

I.

PENDAHULUAN
Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian

jaringan kornea yang dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, virus atau suatu proses
alergi-imunologi. Infeksi kornea pada umumnya didahului oleh trauma, penggunaan lensa
kontak, pemakaian kortikosteroid topikal yang tidak terkontrol.1 Ulkus kornea yang luas
memerlukan penanganan yang tepat dan cepat untuk mencegah perluasan ulkus dan
timbulnya komplikasi berupa descemetocele, perforasi, endoftalmitis, bahkan kebutaan.2
Ulkus kornea merupakan penyebab kebutaan ketiga terbanyak di Indonesia.1 Ulkus kornea
yang sembuh akan menimbulkan kekeruhan kornea dan dapat mengakibatkan penurunan
ketajaman penglihatan.2
Karena pada kasus ulkus kornea mata terancam akan kehilangan fungsi penglihatan
atau terjadi kebutaan bila tidak dilakukan tindakan ataupun pengobatan secepatnya, ulkus
kornea termasuk kasus kegawatdaruratan pada penyakit mata. Penatalaksanaan yang tepat
berupa menetapkan diagnosis penyebabnya secara dini dan mengobatinya secara memadai
akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan.3
II.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: Tn. S

Umur

: 47 tahun

Agama

: Islam

Alamat

: Lambangan Kulon, Rembang.

Pekerjaan

: Penebang pohon tebu.

No. CM

: C444221

Tanggal Masuk RS

: 23 November 2013

III.

ANAMNESIS

(Auto dan alloanamnesis pada 23 November 2013)


Keluhan Utama : terdapat bintik putih di mata kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
6 minggu sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh mata kanan terkena daun
tebu, kemudian mata merah (+), nyeri (+), nyrocos (+), dan gatal (+). Pasien datang ke
puskesmas dan diberi obat.
5 minggu sebelum masuk rumah sakit, muncul bintik putih di mata kanan, psien
kembali datang ke puskesmas kemudian dirujuk ke dokter spesialis mata dan diberi obat
Gentamicin tetes mata, Cendomicin dan Ceprofloxacin. Mata merah (+), pandangan kabur
(+), nyrocos (+), nyeri (-).
Pasien kontrol ke Poli Mata RSDK kemudian mondok selama 9 hari, terjadi
kebocoran pada mata kanan, tetapi pasien menolak tindakan. Terapi di RSDK : Ceftazidine 5
mg/ml, SA 1 %, Ciprofloxacin tab 500 mg/12 jam, Glaucon tab 250 mg x 2, dan KCl 250 mg
x 1.
Pasien pulang dan kontrol rutin di Poli Mata RSDK dan tidak ada perbaikan
kemudian pasien setuju untuk dilakukan tindakan penambalan pada mata kanan.
Riwayat Penyakit dahulu

Riwayat pandangan mata kabur sebelumnya disangkal

Riwayat menggunakan kacamata sebelumnya disangkal

Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal

Riwayat penyakit mata merah sebelumnya disangkal

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat DM (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang sakit seperti ini
Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai penebang pohon tebu. Istri pasien sebagai ibu rumah tangga.
Menanggung 2 oarang anak yang belum mandiri. Biaya pengobatan menggunakan
Jamkesmas.

Kesan : Sosisal ekonomi kurang


2

IV.

PEMERIKSAAN FISIK

Status Praesen
Keadaan umum

: Baik

Kesadaran

: Komposmentis GCS=15

Tanda vital

: TD

: 120/80 mmHg

nadi : 82 x/menit
Pemeriksaan fisik

: Kepala
Thoraks

suhu : 36,50C
RR : 18 x/menit

: mesosefal
: cor

: tidak ada kelainan

paru : tidak ada kelainan


Abdomen

: tidak ada kelainan

Ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi
Oculus dexter

defek epitel (+) ukuran 3x1 mm,


letak marginal superior, berbatas
tegas, kedalaman stromal

Oculus sinister

Mixed

Descemetoc
ele (+)

Infiltrat (+) ukuran 5x7 mm,


letak marginal superior,
kedalaman stromal.

Oculus Dexter
1/60
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola mata

VISUS
KOREKSI
SENSUS COLORIS
ke PARASE/PARALYSE

segala arah baik


Tidak ada kelainan
Edema (+), spasme (-)
Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret

SUPERCILIA
PALPEBRA SUPERIOR
PALPEBRA INFERIOR
CONJUNGTIVA

Oculus Sinister
6/6
Tidak Dilakukan
Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala arah
baik
Tidak ada kelainan
Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-), edema

Mixe(-), edema (-)


PALPEBRALIS
hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA FORNICES

(-)
Hiperemis (-), sekret (-), edema

edema(-)
Mixed injeksi (+), sekret CONJUNGTIVA BULBI

(-)
Injeksi (-), sekret (-) , khemosis

(-), khemosis (-)


Tidak ada kelainan
Edema (+), defek epitel

(-)
Tidak ada kelainan
Jernih.

SCLERA
KORNEA

(+) ukuran 3x1 mm,


letak marginal superior,
berbatas tegas,
kedalaman stromal,
Infiltrat (+) ukuran 5x7
mm, letak marginal
superior, kedalaman
stromal. Jaringan
nekrotik (+). Lesi satelit
(-), feathery margin (-).
Pyramid shape (-).
Descemetocele (+).
Test Siedel (+).
Test Fluorescein (+).
Kesan cukup, hipopion CAMERA OCULI

Kedalaman cukup, hipopion (-),

(-), Tyndall Effect (-)


Kripte (+), sinekia (-)
Sulit dinilai

ANTERIOR
IRIS
PUPIL

Tyndall Effect (-)


Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, sentral, reguler 3 mm,

Sulit dinilai
Sulit dinilai
T (digital) normal

LENSA
FUNDUS REFLEKS
TENSIO OCULI

refleks cahaya (+)


Jernih
(+) cemerlang
T (digital) normal
4

Tidak dilakukan

SISTEM CANALIS

Tidak dilakukan

LACRIMALIS
V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan OD Scraping kornea (10 November 2013)
Bakteri Pewarnaan gram :
- Tidak ditemukan adanya kuman
- Lekosit hasil : 10-20/LP
Jamur Pewarnaan jamur :
- Yeast cell (-)/NEG
Pemeriksaan USG B scan (10 November 2013)
- Lensa

: echospike (+)

- Corpus vitreum : turbidity (-)


- Retina
VI.

: ablasio (-)

RESUME
Seorang laki-laki 47 tahun datang ke poli mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan
muncul bintik putih pada kornea OD sejak 5 minggu sebelum masuk rumah sakit, mata
hiperemis, visus kabur, dan lakrimasi (+). Riwayat trauma pada mata kanan (+) terkena
daun tebu 6 minggu sebelum masuk rumah sakit.
.
Status praesens dalam batas normal.
Status oftalmologi :

Oculus Dexter
1/60
VISUS
Edema (+), spasme (-)
PALPEBRA SUPERIOR
Mixed injeksi (+), sekret CONJUNGTIVA BULBI

Oculus Sinister
6/6
Edema (-), spasme (-)
Injeksi (-), sekret (-) , khemosis

(-), khemosis (-)


Edema (+), defek epitel

(-)
Jernih

KORNEA

(+) ukuran 3x1 mm,


letak marginal superior,
5

berbatas tegas,
kedalaman stromal,
Infiltrat (+) ukuran 5x7
mm, letak marginal
superior, kedalaman
stromal. Jaringan
nekrotik (+). Lesi satelit
(-), feathery margin (-).
Pyramid shape (-).
Descemetocele (+).
Test Siedel (+).
Test Fluorescein (+).
Kesan cukup, hipopion CAMERA OCULI

Kedalaman cukup, hipopion (-),

(-), Tyndall Effect (-).

Tyndall Effect (-)

ANTERIOR

Pemeriksaan OD scrapping kornea (10 november 2013) :


Bakteri Pewarnaaan gram :
- Tidak ditemukan adanya kuman
- Lekosit hasil : 10-20/LP
Jamur Pewarnaan jamur :
- Yeast cell (-)/NEG

Pemeriksaan USG B scan (10 november 2013) :


Hasil USG B scan dalam batas normal.
VII.

DIAGNOSIS BANDING

OD Ulkus kornea perforasi et causa suspek bakterial


OD Ulkus kornea perforasi et causa suspek fungal

VIII.

DIAGNOSIS KERJA

OD Ulkus kornea perforasi et causa suspek bakterial


6

IX.

TERAPI
Rencana OD Amnion Graft / GA
Ceftazidime tetes mata 1 gtt/jam OD
SA 1% ED 3x 1 gtt OD

X.

PROGNOSIS
Quo ad visam
Quo ad sanam
Quo ad vitam
Quo ad cosmeticam

XI.

OD
Ad malam
Ad malam

OS
Ad bonam
Ad bonam
Dubia
Ad malam

SARAN
Laboratorium darah rutin, studi koagulasi, gula darah sewaktu, elektrolit, ureumcreatinin, albumin.

XII.

EDUKASI

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien bahwa pasien menderita tukak pada
korneanya, kemungkinan karena trauma akibat terkena daun tebu pada mata kanan
pasien. Karena terdapat tukak pada kornea kuman dan jamur dapat masuk pada mata
pasien sehingga menyebabkan infeksi dengan gejala-gejala seperti yang dikeluhkan
pasien.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarga pasien agar pasien menghindari hal-hal yang
mengakibatkan perforasi bola mata (untuk mata yang masih sehat) misalnya trauma
pada mata.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya bahwa penglihatan pasien sesudah


perawatan mungkin tidak akan kembali semula seperti dulu. Pada pasien ini rencana
akan dilakukan penutupan luka. Hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi
lebih lanjut.

Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya agar pasien dapat menjaga kebersihan
dengan baik.

Menjelaskan kepada pasien agar pasien dapat mengikuti dan mematuhi terapi yang
diberikan sesuai petunjuk dokter.

XIII.

DISKUSI

ANATOMI DAN FISIOLOGI


Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah
jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54 mm
di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke posterior.
Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:
1. Lapisan epitel

Tebalnya 50 m , terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang saling
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel polygonal dan sel gepeng.

Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong kedepan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal didepannya
melalui desmosom dan macula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit dan glukosa yang merupakan barrier.

Sel basal menghasilkan membrane basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan menghasilkan erosi rekuren.

Epitel berasal dari ectoderm permukaan.

2. Membran Bowman

Terletak dibawah membrana basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.

Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi.

3. Jaringan Stroma

Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
yang lainnya. Pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang dibagian
perifer serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit
merupakan sel stroma kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat
kolagen stroma. Diduga keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen
dalam perkembangan embrio atau sesudah trauma.

4. Membran Descement

Merupakan membrana aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea


dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.
8

Bersifat sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40
m.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 m.


Endotel melekat pada membran descement melalui hemidosom dan zonula
okluden. 4

Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea. Kornea merupakan lensa
cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau kornea udem karena suatu
sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat menguraikan sinar sehingga
penderita akan melihat halo.3
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.4
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan
air mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir.
Transparansi kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan
deturgensinya.3

ULKUS KORNEA
Ulkus kornea adalah hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan
kornea, yang ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Terjadinya ulkus kornea biasanya didahului oleh faktor pencetus yaitu rusaknya sistem barier
epitel kornea oleh penyebab-penyebab seperti :
a. Kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan sistem air mata (insufisiensi air mata, sumbatan
saluran lakrimal)
b. Oleh faktor-faktor eksternal yaitu : luka pada kornea (erosi kornea) karena trauma,
penggunaan lensa kontak, luka bakar pada muka

c. Kelainan lokal pada kornea, meliputi edema kornea kronik, keratitis exposure (pada
lagoftalmos, anestesi umum, koma), keratitis karena defisiensi vitamin A, keratitis
neuroparalitik, keratitis superficialis virus
d. Kelainan sistemik, meliputi malnutrisi, alkoholisme, sindrom Steven-Johnson, sindrom
defisiensi imun (AIDS, SLE)
e. Obat-obatan penurun sistem imun, seperti kortikosteroid, obat anestesi local
Patofisiologi ulkus kornea
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam
perjalanan pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya
tertentu dan tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior
dari kornea. Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu
pembentukan bayangan yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di
kornea, dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di
daerah pupil.5
Karena kornea avaskuler, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera
datang, seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan
kornea, wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja
sebagai makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat
dilimbus dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas dan
permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.3
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah yaitu
melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih cepat
sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke membran
Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
menyebabkan terjadinya sikatrik.5
10

Berdasarkan lokasinya, dikenal ada 2 bentuk ulkus kornea, yaitu:


1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
d. Ulkus kornea acanthamoeba
2. Ulkus kornea perifer
a. Ulkus marginal
b. Ulkus mooren (ulkus serpinginosa kronik/ulkus roden)
c. Ulkus cincin (ring ulcer)

Ulkus Kornea Fungi


Mata dapat tidak memberikan gejala selama beberapa hari sampai beberapa minggu
sesudah trauma yang dapat menimbulkan infeksi jamur ini. Pada permukaan lesi terlihat
bercak putih dengan warna keabu-abuan yang agak kering. Tepi lesi berbatas tegas irregular
dan terlihat penyebaran seperti bulu pada bagian epitel yang baik. Terlihat suatu daerah
tempat asal penyebaran di bagian sentral sehingga terdapat satelit-satelit disekitarnya..Tukak
kadang-kadang dalam, seperti tukak yang disebabkan bakteri. Pada infeksi kandida bentuk
tukak lonjong dengan permukaan naik. Dapat terjadi neovaskularisasi akibat rangsangan
radang. Terdapat injeksi siliar disertai hipopion.
Ulkus Kornea Bakterialis

Ulkus Streptokokus : Khas sebagai ulkus yang menjalar dari tepi ke arah tengah kornea
(serpinginous). Ulkus bewarna kuning keabu-abuan berbentuk cakram dengan tepi ulkus
yang menggaung. Ulkus cepat menjalar ke dalam dan menyebabkan perforasi
kornea, k arena eksotoksin yang dihasilkan oleh streptokok pneumonia.

Ulkus Stafilokokus : Pada awalnya berupa ulkus yang bewarna putik k e kuningan
disertai infiltrat berbatas tegas tepat dibawah defek epitel. Apabila tidak diobati secara
adekuat, akan terjadi abses kornea yang disertai edema stroma dan infiltrasi sel leukosit.
Walaupun terdapat hipopio u lkus seringkali indolen yaitu reaksi radangnya minimal.

Ulkus Pseudomonas: Lesi pada ulkus ini dimulai dari daerah sentral kornea. Ulkus sentral
ini dapat menyebar ke samping dan ke dalam kornea.Penyerbukan ke dalam dapat
mengakibatkan perforasi kornea dalam waktu 48 jam. Gambaran berupa ulkus yang
berwarna abu-abu dengan kotoran yang dikeluarkan berwarna kehijauan. Kadang-kadang

11

bentuk ulkus ini seperti cincin. Dalam bilik mata depan dapat terlihat hipopion yang
banyak.

Ulkus Pneumokokus: Terlihat sebagai bentuk ulkus kornea sentral yang dalam. Tepi ulkus
akan terlihat menyebar ke arah satu jurusan sehingga memberikan gambaran karakteristik
yang disebut Ulkus Serpen. Ulkus terlihat dengan infiltrasi sel yang penuh dan berwarna
kekuning-kuningan.Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang
menggaung dan di daerah ini terdapat banyak k uman. Ulkus ini selalu di temukan
hipopion yang tidak selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat. Diagnosa
lebih pasti bila ditemukan dakriosistitis.6

Manifestasi Klinis1,5,6
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan gejala
objektif.
Gejala subjektif berupa eritema kelopak mata dan konjungtiva, sekret mukopurulen,
merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, bintik putih pada kornea pada lokasi
ulkus, mata berair, silau, nyeri. Infiltat yang steril dapat menimbulkan sedikit nyeri, jika ulkus
terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan epitel kornea.
Gejala objektif berupa injeksi siliar, hilangnya sebagian jaringan kornea, dan adanya
infiltrat, adanya hipopion

Diagnosis3,4,5,6
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis
pasien penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma,
benda asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis
akibat infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi
penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi
imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ketajaman
penglihatan, tes air mata, pemeriksaan slit-lamp, respon reflek pupil, pewarnaan kornea

12

dengan zat fluoresensi,goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau
KOH)
Komplikasi
Komplikasi dari ulkus kornea adalah perforasi kornea, uveitis, endoftalmitis.
Pengobatan ulkus kornea secara umum
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya
bakteri dan mengurangi reaksi radang.
1.

Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang

sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya.


2.

Pemberian sikloplegika

Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjannya lama 1-2
minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :

Sedatif, menghilangkan rasa sakit

Dekongestif, menurunkan tanda radang

Menyebabkan paralise m.siliaris dan m.konstriktor pupil. Dengan lumpuhnya


m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan
istirahat. Dengan lumpuhnya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia
posterior yang telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia
posterior yang baru.

3.

Antibiotik

Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat
diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva.
4.

Bedah

Tindakan bedah meliputi

Keratektomi superficial tanpa membuat perlukaan pada membran Bowman

Keratektomi superficial hingga membrane Bowman atau stroma anterior

Tarsorafi lateral atau medial

Tissue adhesive atau graft amnion multilayer

Flap konjungtiva

Patch graft dengan flap konjungtiva

13

Keratoplasti tembus

Fascia lata graft1

Analisis Kasus
Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis ulkus kornea perforasi et causa suspek
fungal berdasarkan data dasar yang didapatkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik
sebagai berikut
Seorang laki-laki 47 tahun datang ke poli mata RSUP Dr. Kariadi dengan keluhan
muncul bintik putih pada kornea OD sejak 5 minggu sebelum masuk rumah sakit, mata
hiperemis, pandangan kabur, dan nyrocos (+). Riwayat trauma pada mata kanan (+) terkena
daun tebu 6 minggu sebelum masuk rumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik pada OD didapatkan visus 1/60, edema pada palpebra superior,
mixed injection pada conjungtiva bulbi. Pada kornea didapatkan adanya edema (+), defek
epitel (+) ukuran 3x1 mm, letak marginal superior, berbatas tegas, kedalaman stromal,
Infiltrat (+) ukuran 5x7 mm, letak marginal superior, kedalaman stromal. Jaringan nekrotik
(+).Lesi satelit (-), feathery margin (-). Pyramid shape (-). Descemetocele (+). Test Siedel (+).
Test Fluorescein (+).
Pada pemeriksaan penunjang scrapping cornea : tidak ditemukan adanya kuman, Lekosit
hasil : 10-20/LP,dan Yeast cell (-). Pada pemeriksaan USG B scan dalam batas normal, tidak
didapatkan adanya kekeruhan pada corpus vitreum sebagai tanda endoftalmitis.
Pada kasus ini pasien diberikan sulfas atropine sebagai sikloplegik untuk
mengistirahatkan mata. Pasien diberikan Ceftazidime sebagai antibiotik broadspectrum
karena tidak diketahui kuman penyebabnya, dan untuk meredakan infeksi atau inflamasi
karena untuk dilakukan amnion graft mata harus dalam keadaan tenang. Pada pasien ini akan
dilakukan amnion graft karena visus masih baik, sehingga diharapkan terjadi reepitelisasi.

14

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.

PERDAMI, Panduan Menejemen Klinis PERDAMI, Jakarta : PP PERDAMI, 2006.


Anonimous. 2007. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com.
Vaughan D.2000. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika : Jakarta.
Ilyas, Sidarta. 2004. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI : Jakarta.
Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia.2002. Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke2. Penerbit

6.

Sagung Seto: Jakarta.


Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14

15

Anda mungkin juga menyukai